Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PNEUMOTHORAK
DI RUANG 27 IPD RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh:

1. STIKES BANYUWANGI

2. UNIVERSITAS WIRAJAYA

3. STIKES DIAN HUSADA

4. STIKES MATARAM

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PNEUMOTHORAK

Tema : Penyakit Pneumothorak


Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang 27 IPD RSSA MALANG
Hari / Tanggal : Kamis, 9 Januari 2020
Waktu : 10.00-10.30 WIB
Tempat : Ruang 27 IPD RSSA MALANG

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Pneumothorak 1 x 30 menit diharapkan
keluarga pasien mengerti tentang penyakit Pneumothorak

B. Tujuan Instruksional Khusus


1. Keluarga mengetahui pengertian penyakit pneumothorax
2. Keluarga tentang penyebab penyakit pneumothorax
3. Keluarga memahami tentang tanda dan gejala penyakit pneumothorax
4. Keluarga mengetahui macam macam penyakit pneumothorax
5. Keluarga mengetahui komplikasi penyakit pneumothorax
6. Keluarga mengetahui penatalaksanaan penyakit pneumothorax
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien dan keluarga pasien
di ruang Ruang 27 IPD RSSA MALANG.

D. Materi (terlampir)
1. Pengertian penyakit pneumothorax
2. Penyebab penyakit pneumothorax
3. Macam-macam penyakit pneumothorax
4. Tanda dan gejala penyakit pneumothorax
5. Komplikasi penyakit pneumothorax
6. Penatalaksanaan penyakit pneumothorax

E. Media
1. Leaflet
2. LCD

F. Metode
1. Penjelasan
2. Tanya jawab
3. Evaluasi
G. Kegiatan Penyuluhan
NO TAHAP KEGIATAN Kegiatan Peserta
.
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
( 5 menit )  Memperkenalkan  Mendengarkan
diri
 Menjelaskan tujuan
pendidikan
kesehatan
 Apersepsi dengan
cara menggali
pengetahuan yang
dimiliki keluarga
pasien tentang
penyakit meningitis
dan tuberculosis
2. Pelaksanaan  Menjelaskan materi  Mendengarkan
( 20 menit )  Keluarga pasien  Bertanya
memperhatikan
penjelasan tentang
penyakit
Pneumothorax
 Keluarga pasien
menanyakan tentang
hal-hal yang belum
jelas
3. Penutup  Menyimpulkan  Mendengarkan
(5menit) materi  Menjawab salam
 Mengevalusi
keluarga tentang
materi yang telah
diberikan
 Mengakhiri
pertemuan
H. Pengorganisasian
1. Penyaji :
2. Moderator :
3. Fasilitator :

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang 27 IPD
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan saat acara berlangsung
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil
Ibu mengetahui tentang pneumothorak
Jumlah peseta hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang.
Lampiran Materi

PNEUMOTHORAK

1. Pengertian

Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya pneumotorak


hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat ditemukan
pneumotorak bilateral, (Danusantoso dalam Wijaya dan Putri, 2013).
Penumotorak hanya adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura
(Price, 2006).
Pneumothorak merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga paru
pleura (Muntaqqin, 2008).
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumothorak adalah
keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.
2. Etiologi
Pneumothorax bisa dialami secara tiba-tiba oleh orang yang sehat, maupun
sebagai bentuk komplikasi dari kondisi paru-paru tertentu. Beberapa jenis penyebab serta
faktor risiko di balik kondisi ini meliputi:
a. Kerusakan paru-paru akibat pernyakit tertentu, seperti Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, serta tuberkulosis.
b. Cedera dada yang melukai paru-paru, misalnya luka tembak atau tulang
rusuk yang patah.
c. Sobeknya kantong udara kecil yang terletak di permukaan paru-paru.
Kondisi ini umumnya dialami oleh pengidap pneumothorax primer.
Kantong udara (bleb)ini terbentuk tanpa menimbulkan gejala dan ini di
luar kantong-kantong udara normal (alveoli) di paru-paru. Penyebab bleb
pecah juga tidak dapat dipastikan. Udara yang dilepas akan terperangkap di
rongga pleura.
d. Menggunakan alat bantu pernapasan, contohnya ventilator.
e. Merokok. Asap rokok diduga bisa menipiskan dinding bleb sehingga risiko
pneumothorax meningkat.
f. Jenis kelamin. Kondisi ini lebih sering dialami oleh pria dibandingkan
wanita.
g. Usia. Pneumothorax primer cenderung terjadi pada usia muda, yaitu sekitar
20 hingga 40 tahun.
h. Faktor keturunan. 1 dari 9 pengidap pneumothorax diperkirakan memiliki
anggota keluarga dengan kondisi kesehatan yang sama.
i. Pernah mengalami pneumothorax. Sebagian besar orang yang pernah
terserang kondisi ini berpotensi untuk kembali mengalaminya.
3. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya penumotorak dapat dibagi atas :


a. Penumotorak Traumatik
Pneumotorak traumatik yaitu pneumotrak yang terjadi akibat penetrasi ke dalam
rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, luka tembak atau tusukan jarum.
Pneumotorak traumatik dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Pneumotorak traumatik bukan latrogenik
Peumotorak traumatik bukan latrogenik adalah penumotorak yang terjadi
karena jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka / tertutup, barotrauma.
2) Pneumotorak trauma letrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis
a) Pneumotorak traumatik latrogenik aksidental
Pneumotorak yang terjadi pasa tindakan medis karena kesalahan/
komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan biopsi pleural, biopsi
transbronkial biopsi/ aspirasi paru perkutaneus,barotrauma
b) Pneumotorak traumatik latrogenik artifisial (deciberate) Penumotorak yang
sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara kedalam pleura melalui jarum
dengan suatu alat Maxuell Box biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum
era antibiotik) atau untuk menilai permukaan paru.
c) Pneumotorak spontan
Pneumotorak spontan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu pneumotorak yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga atau tanpa
penyakit paru-paru yang mendasarinya, pneumotorak spontan ini dapat
menjadi 2 yaitu :
1) Pneumotorak spontan primer
Pneumotorak spontan primer adalah suatu penumotorak yang
terjadi adanya penyakit paru yang mendasari sebelumnya umumnya pada
individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas belum
diketahui penyebabnya.
2) Pneumotorak spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu penumotorak yang
terjadi adanya riwayat penyakit paru yang mendasarinya (pneumotorak,
asma bronkial, TB paru, tumor paru dll). Pada klien pneumotorak
spontan sekunder bilateral, dengan resetasi torakoskopi dijumpai
metatasis paru yang primernya berasal dari sarkoma jaringann lunak di
luar paru.
4. Manifestasi Klinis

a. Dispnea (jika luas)


b. Nyeri pleuritik hebat
c. Treakea bergeser menajauhi sisi yang mengalami pneumotorak
d. Takikardia
e. Sianosis (jika luas)
f. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
g. Perkusi hipersonor diatas pneumotorak
h. Perkusi meredup di atas paru-paru yang kollaps
i. Suara napas berkurang pada sisi yang terkena
j. Premitus vokal dan raba berkurang
5. Komplikasi
Timbulnya infeksi sekunder pada fungsi toraks darurat maupun secara akibat
pemasangan WSD sangat ditakutkan. Infeksi dapat berupa epiema ataupun abses paru.

6. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan pneumototrak bergantung pada jenis pneumotorak yang


dialaminya, derajat kolaps,berat ringannya gejala, penyakit dasar, dan penyulit yang
terjadi saat melaksanakan pengobatan yang meliputi :
 Tindakan dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara ;
1. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga ke rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara
lainnya adalah melakukan penusukan ke rongga pleura memakai transfusion set.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :

a) Penggunaan pipa Water Sealed drainage (WSD)


Pipa khusus (kateter thoraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen) pemasukan pipa
plastic (kateter thoraks) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat
dengan bantuan insisi kulit dari seala iga ke-4 pada garis klavikula tengah.
Selanjutnya, ujung sealng plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan
melalui pipa plastic lainyya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol
sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat
mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
b) Pengisapan kontinu (continous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetap positif.
Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi tekanan negatif sebesar 10-20
cmH2O. Tujuannya adalah agar paru cepat mengaembang dan segera terjadi
perlekatan antara pleura visceral danpleura parietalis
c) Pencabutan drain
Apabila paru telah mengambang maksimal dan tekanan negatif kembali, drain
dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk
selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, drain dapat dicabut.
3. Tindakan bedah
Pembedahan dinding thoraks dengn cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumotorak, lalu lubang tersebut di jahit
4. Pada pembedahan,jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan
paru tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau
dekortisasi.
Pembedahan paru kembali dilakukan bila ada bagian paru yang mengalami
robekan atau bila ada fitsel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak
berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. 1996. Perawatan Medical Bedah.Pajajaran Bandung
Brunner & Suddarth.2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
David C, 1994 Buku Ilmu Bedah, Jakarta : EGC
Muntaqqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika
Prince,Sylvia.2006. Ptofisiologi ; Komsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.

Ptofisiologi ; Komsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.Jakarta : EGC.


Saferi,Andra Wijaya dan Yessie Mariza Putri.2013. KMB Keperawatan Dewasa.Jakarta: Numed

Anda mungkin juga menyukai