Aneurisma Aorta
Aneurisma Aorta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aneurisma: Kata aneurisma berasal dari bahasa yunani “aneurysma” berarti pelebaran. Aneurisma
adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal atau mengembang
(over-inflated) seperti balon yang menonjol keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih dari
50% diameter pembuluh darah. Aneurisma sering terjadi pada arteri di basis otak (circulus Willisi)
dan di aorta. Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya karena dapat ruptur dan menyebabkan
kematian kapan saja.
Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunica intima, sering disebut intima.
Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini adalah tunica
media, disebut juga lapisan media terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan elastik.
Lapisan paling luar disebut tunica adventitia atau adventitia, tersusun oleh jaringan ikat.
Aneurisma merupakan keadaan dimana dinding pembuluh darah melemah akibat tergantinya
dinding pembuluh (elastin dan ototnya diganti menjadi jaringan ikat). Hal ini menyebabkan
aneurisma tampak seperti pembuluh yang terdilatasi, tetapi hanya pada sebagian kecil dari
pembuluh darah. Ia dapat pecah dengan tiba-tiba, baik pada orang sehat sekalipun. Hati-hati akan
aneurisma, terutama diotak (paling sering) karena paling rentang menyebabkan kematian.
Aneurisma ini bersifat congenital. Namun banyak orang yang dapat meninggal mendadak karena
pecahnya aneurisma tanpa didahuli gejala apapun. Aneurisma itu sendiri tergantung pada tekanan
dan keadaan dinding pembuluh yang mengalami proses repair. Awalnya ia berasal dari luka pada
jejas parenkim yang akan digantikan dengan fibrosis saat akan disembuhkan. Jejas parenkim ini selalu
menyebabkan proliferasi parenkim yang diikuti dengan proliferasi jaringan ikat sehingga pada jejas
pembuluh darah, setiap jaringan otot akan diganti dengan jaringan ikat.
· Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang paling sering
terjadi. Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini menyebabkan bagian pembuluh yang tipis tidak
mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi sehingga akan menggelembung.
· Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat juga
menyebabkan pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.
· Bersifat genetik
Cedera kepala merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada penderita perdarahan
intrakranial yang berusia dibawah 50 tahun.
Penyebab lainnya adalah malformasi arteriovenosa, yaitu kelainan anatomis didalam arteri atau vena
di dalam atau di sekitar otak. Malformasi arteriovenosamerupakan kelainan bawaan, tetapi baru
diketahui keberadaannya jika telahmenimbulkan gejala.
Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan pingsan dan kematian,
dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda.Kadang dinding pembuluh darah menjadi
lemah dan menonjol, yang disebutdengan aneurisma. Dinding aneurisma yang tipis bisa pecah dan
menyebabkan perdarahan.
Aneurisma di dalam otak merupakan penyebab dari perdarahan intrakranial, yang bisa menyebabkan
stroke hemoragik (stroke karena perdarahan)
Gejala khas yang ditimbulkan penyakit ini adalah rasa nyeri pada punggung sebelah atas, batuk, dan
mengi. Banyak diantaranya yang batuk sampai mengeluarkan darah sebagai akibat tekanan atau erosi
pada pipa udara maupun saluran pernapasan sekitarnya. Penekanan kerongkongan membuat
kesulitan menelan. Sedangkan bila terjadi pada pita suara bisa menyebabkan serak.
a. Aneurisma Torakalis
85% disebabkan aterosklerosis. Sekitar 1/ 3 pasien dengan aneurisma ini meninggal karena rupture
aneurisma. Aneurisma di dalam torak dapat terjadi pada bagian desenden, asenden / tranfersum
dari aorta. Orang hipertensi yang berumur 50 tahun dan 70 tahun merupakan subyek dari panyakit
ini. Aneurisma pada aorta desenden bentuknya fisiformis dan dimulai tepat pada distal dari arteria
subklavia. Pasien yang menderita aneurisma jenis in biasanya asimtomastis.
Gejala nyeri berhubungan dengan aneurisma pada aorta desenden. Jarang terjadi aneurisma pada
bagian transversum / arcus aorta. Gejala dari aneurisma jenis ini berhubungan dengan terjadinya
tekanan struktur yang ada di seputarnya, seperti pulmonem dan laring.
Prognosis pasoen dengan aneurisma aorta abdominalis tidak hanya tergantung kepada besarnya
arteri yagn terserang, tetapi yang lebih utama adalah tergantung kepada penyakit artherosklerosis
jantung. Kebanyakan terjadi di atas, bipurcatio iliaka di bawah arteri renalis.
c. Aneurisma Diseksi
Pada aorta yang mengalami penyakit arterosklerosis, dapat terjadi robekan pada intima / media
mengalami degenerasi akibatnya diseksi.
Farmako terapi :
1. Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120 mmHg atau kurang.
2. Propanolol (inderal ) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan
kontraktilitas miokard.
Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau pasien
menunjukan gejala-gejala distres akut. Pembedahan meliputi eksisi dan pengangkatan aneurisma
dan penggantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki kontinuitas vaskuler.
Pada aneurisma ditemukan suatu kelainan pada lapisan pembuluh darahyang terdiri dari tiga lapisan,
yaitu lapisan tunika intima, media danadventitia. Pada aneurisma terdapat penipisan tunika media
dan tunikaintima menjadi lebih elastis hal ini mengakibatkan kelemahan pada pembuluh darah di
daerah aneurisma sehingga pembuluh darahmembentuk tonjolan akibat tekanan pembuluh
darah.Aneurisme intrakranial diklasifikasikan atas sakular, fusiform atau diseksi.Hampir 90 % adalah
tipe sakular (Berry Aneurisma).Tempat yang biasanya timbul aneurisma adalah pada daerah :
1. Sirkulasi anterior : pembuluh darah arteri komunikans anterior danarteri cerebri media
2. Sirkulasi posterior : pembuluh darah arteri komunikans posterior dan percabangan arteri
basilaris (basilar tip aneurism)Aneurisma sakular berkembang dari defek lapisan otot (tunika
muskularis) pada arteri.
Perubahan elastisitas membran dalam (lamina elastika interna) pada arteri cerebri dipercayai
melemahkan dinding pembuluh darah danmengurangi kerentanan mereka untuk berubah pada
tekanan intraluminal. Perubahan ini banyak terjadi pada pertemuan pembuluh darah, dimanaaliran
darah turbulen dan tahanan aliran darah pada dinding arteri paling besar. Aneurisma sakular
biasanya berbentuk “first and second order arteries”, berasal dari siklus arteri serebral (siklus wllisi)
pada dasar otak.Aneurisma multipel bekembang pada 30% pasien.Aneurisma fusiformis berkembang
dari arteri serebri yang ektatik dan berliku-liku yang biasanya berasal dari sistem vertebra basiler dan
bisasampai beberapa sentimeter pada diameternya. Pasien aneurismefisiformis berkarakter dengan
gejala kompresi sel induk otak atau nervuskranialis tapi gejala tidak selalu disertai dengan
perdarahan subarakhnoid.Aneurisma yang disebabkan oleh diseksi terjadi karena adanya
nekrosiskista media atau trauma pada arteri., seperti aneurisma diseksi pada bagiantubuh (contoh:
aneurisma diseksi aorta), berbentuk seperti gumpalan darahsepanjang lumen palsu, sedangkan
lumen sebenarnya kolaps secara otomatis.
a. Radiologi
Temuan radiografi menunjukkan pelebaran di aorta.
b. Angiografi
c. Sonografi
Ultrasonografi juga penting dalam menentukan bentuk dan lokasi aneurisma. Salep konduktor
dioleskan pada kulit agar memperkuat fibrasi denyut suara arus dan hembusan sehingga dapat
dideteksi, karene prosedur tidak infasif.
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Ø Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya pembuluh darah.
Ø Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan didaerah mana nyeri tersebut
Ø Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan, aktivitas sehari-hari
Ø Detensi vena-vena subferfisial pada dada, leher, atau lengan (menunjukan tekanan pada vena
kavasuperior)
Ø Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita klien
Ø Kaji apakah gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan dan situasi baru
b. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
3. Perencanaan
Rencanan tindakan :
1. Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan seperlunya. Namun gunakan
analgesik narkotik secara hemat.
R/: analgesik memblok jaras nyeri. Dosis besar narkotik dapat menutupi gejala-gejala.
R/: ini dapat menandakan progresif aneurisma dan seperlunya intervensi pembedahan segera.
3. Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala
nyeri.
R/: untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.
Rencana tindakan :
1. Pantau masukan dan halauran setiap jam bila halauran urin 8 jam kurang dari 240 ml sebalikn
ya setiap 8 jam.
R/: untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi.
2. Pantau TD, nadi dan pernapasan setiap jam bila di UPI, sebaliknya 2-4jam.
R/: untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk diteksi dini komplikasi
R/: untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi.
R/: tirah baring menurunkan penggunaan energi posisi tegak memperudahkan pernapasan.
5. Beri tahu dokter bila : nyeri dada hebat dan rasa tersobek, syok (kulit dingin dan lembab,
disertai dengan hipotensi, takikardia dan pucat)
Diseksi Aorta adalah suatu kondisi serius dimana luka berkembang didalam lapisan aorta, pembuluh
darah jantung. Darah keluar melalui luka tersebut kedalam lapisan tengah aorta, menyebabkan
lapisan dalam dan tengah terpisah. Jika darah telah penuh hingga sampai dinding aorta luar, diseksi
aorta sering fatal. Diseksi aorta, juga disebut bedah aneurisma, relatif jarang terjadi. Siapapun dapat
mengembangkan kondisi ini, tetapi paling sering terjadi pada pria antara 60-70 tahun. Gejala diseksi
aorta mirip penyakit lain, yang sering menimbulkan keterlambatan diagnosis. Namun ketika diseksi
aorta terdeteksi dinidan segera diobati, kesemptan untuk bertahan hidup masih tinggi.
Diseksi aorta terjadi karena dinding aorta melemah. Tekanan darah tinggi kronis dapat menekankan
jaringan aorta, sehingga lebih rentan untuk robek. Seorang juga dapat lahir dengan kondisi yang
berhubungan dengan aorta lemah dan perbesaran aorta, seperti sindrom Merfan atau katup aorta
bikuspid.
Tanda dan gejala yang dialami pada penderita penyakit diseksi aorta sebagai berikut :
1. Dada yang nyeri parah secara tiba-tiba atau nyeri punggung atas
3. Sesak napas
4. Kesulitan berbicara, kehilangan pengelihatan, lemah atau kelumpuhan satu sisi tubuh seperti
memiliki stroke
5. Berkeringat
Klasifikasi diseksi aorta dibagi menjadi dua tipe, yaitu : Diseksi tipe A dan Diseksi tipe B.
· Lesi proksimal yang lebih sering dan berbahaya yang mengenai aorta asendens (Diseksi tipe A)
· Lesi distal yang tidak mengenai pars asendens dan biasanya dimulai dari bagian distal terhadap
arteri subklavia (Diseksi tipe B)
Diseksi tipe A : resiko komplikasi yang berbahaya, khususnya ruptur keperikardium, sangat tinggi,
dengan rata-rata kematian perjam kurang lebih 2%, pasien harus dipindahkan dengan ambulance
lampu biru atau udara kepusat pelayanan kardio thoraks sesegera mungkin, pada waktu kapan pun.
Tipe B : pembedahan memiliki resiko tinggi pada keadaan ini tidak di indikasikan sebagai terapi lini
pertama. Tipe ini merupakan indikasi untuk kontrol TD agresif, dengan target TD sistolik kurang
100mmHg. Pemdedahan hanya dilakukan bila terjadi komplikasi yang mengancam jiwa, seperti
ruptur yang berbahaya. Lumen palsu bisa membeku dan menjadi stabil.
Tekanan darah tinggi, regangan jaringan ikat dan adanya kelainan pada tunika intima(aterosklerosis)
menyebabkan robekan mendadak pada tunika intima. Darah masuk kelapisan diantara tunika intima
dan media, dan tekanan yang tinggi menyebabkan darah mengalir kearah longitudinal sepanjang
aorta, kearah depan dan belakang dari titik masuk, membentuk lumen palsu. Darah dalam lumen
palsu bisa membeku, atau tetap cair dengan sedikit aliran. Diseksi dibagi menjadi dua tipe,
tergantung dari ada tidaknya keterlibatan aorta asendens.
Tipe A: titik robekan intima ada pada aorta asendens. Diseksi biasanya menjalar kearah distal
mengenai aorta desenden kemudian kearah proksimal merusak aparatus katup aorta dan masuk
kedalam perikardium .
Tipe B : titik robekan intima terdapat pada aorta desendens, biasanya tepat dibawah ujung awal
arteri subklavia sinistra robekan jarang menyebar kearah proksimal.
1. EKG : penting untuk menyingkirkan MI. Bisa menunjukan hipertrofi ventrikel kiri (LV) akibat
hipertensi yang berlangsung lama.
3. CT scan : merupakan teknik pencitraan terpilih dibanyak rumah sakit. Jangan pernah menunda
pemeriksaan ini. Pencitraan aorta potongan melintang menunjukan adanya flap. Lumen asli, dan
lumen palsu bila diberi kontras.
4. Ekokardiografi : jarang memperlihatkan flap diseksi, namun bisa nampak adanya komplikasi
seperti hemoperikardium dan regurgitasi aorta.
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja, palpitasi, gangguan tidur
(ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
Tanda: Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial subakut, infeksi
streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan atrial-septal, sindrom Marfan), trauma
dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis, batuk
dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda:
· Sistolik TD menurun .
· Nadi apikal kuat dan terletak di bawah dan ke kiri secara lateral kuat
· Getaran cepat
c. Integritas ego
d. Makanan/cairan
e. Neurosensori
f. Nyeri/kenyamanan
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau nokturnal (sputum
mungkin/tidak produktif).Tanda: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema pulmonal.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
dan kebutuhan.
3. INTERVENSI
Intervensi :
1. Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer. R/ Indikator klinis dari keadekuatan
dekompensasi.
2. Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (misal: berjalan) bila pasien mampu
turun dari tempat tidur aatur posisi saat istirahat dengan posisi semi fowler . R/ Melakukan kembali
aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap
Intervensi :
Gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non
2. Anjurkan pasien berespons tepat terhadap berhenti aktivitas, istirahat, dan minum obat yang
tepat). Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.R/ Aktivitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stres, makan banyak, terpajan
dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
3. Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi. R/ Obat diberikan
untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan
iskemia miokardia.
Intervensi :
dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan kelemahan; berkeringat; pusing;
stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.2) Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting
untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
jantung.
mencegah kelemahan.
Intervensi :
4. EVALUASI
2. Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
3. Nyeri hilang/terkontrol.