Anda di halaman 1dari 16

Metode KB Sederhana dengan Alat Secara Mekanisme/Barier

A. Pengertian Metode Barier


Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur
yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai
kanalis servikalis.
Metode yang akan di bahas antara lain:
1. Kondom bagi pria
2. Barier intra-vaginal
a. Diafragma
b. Kap serviks
c. Spons
d. Kondom bagi wanita

1. Kondom bagi pria


Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk
tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dandilengkapi
kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari karet lateks tipis,
tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing) atau plastic
(polietelin).
Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad ke-18 di
inggris.Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri.Pada tahun 1844 Goodyear
telah berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai ialah kondom
dari karet ; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah tersedia berbagai ukuran
dengan bermacam-macam warna.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus,
dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.Bentuk kondom adalah silindris
dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi
sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang
lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat spermatisid.
1.1 Tipe kondom terdiri dari :
a. Kondom Biasa
b. Kondom Berkontur (bergerigi)
c. Kondom Beraroma
d. Kondom tidak beraroma
1.2 Macam-macam kondom
a. Kulit
 Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)
 Tidak meregang atau mengkerut
 Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama
senggama
 Lebih mahal
 Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom
b. Lateks
 Paling banyak dipakai
 Murah
 Elastic
1.3 Keuntungan kondom
a. Mencegah kehamilan
b. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks)
c. Dapat diandalkan
d. Relatif murah
e. Sederhana, ringan, disposable, reversible
f. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up
g. Reversibel
h. Pria ikut secara aktif dalam program KB
1.4 Kerugian kondom
a. Angka kegagalan realtif tinggi
b. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama (kurang
praktis)
1.5 Efek samping
Kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet.
1.6 Kontra Indikasi kondom
a. Absolut
 Pria dengan ereksi yang tidak baik
 Riwayat syok septik
 Tidak bertanggung jawab secara sexual
 Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
 Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
b. Relatif
Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual
1.7 Indikasi kondom
a. Pria
 Penyakit genitalia
 Sensitivitas penis terhadap secret vagina
 Ejakulasi premature
b. Wanita
 Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.
 Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan diafragma
atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.
 Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.
 Metode temporer :
 Belum mengadakan sanggama secara teratur
 Selama haid
 Selama mid-siklus pada pemakaian IUD
 Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah
 Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat
 Selama periode awal post-partum
 Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen
 Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu kontraseptivum.
c. Pasangan wanita dan pria
 Pengendalian diri dari pihak pria lebih diutamakan
 Sanggama yang jarang
 Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)
 Herpes genitalis atau kondiloma akuminata
 Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD
1.8 Cara Penggunaan Kondom Pria :
a. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan jari
ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusannya.
Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.
b. Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom
dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar.
c. Pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang masuk
dan letakkan pada kepala penis.
d. Pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi). Pasanglah
kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom
hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek).

e. Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di
pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di
vagina.
f. Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas
langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi
orang lain, terutama anak-anak.
1.9 Efektivitas
Kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya.
2 Barier Intra-vaginal
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
2.1 Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
a. Mencegah kehamilan
b. Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
2.2 Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama.
2.3 Macam-macam Barier Intra-Vaginal :
a. Diafragma (Diaphragma)
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.Dalam bentuk aslinya,
diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan
selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji ;
di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome).
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila
sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan
spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan
selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan,
diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai,
lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter antara
55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing
5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara
individual.
 Cara Kerja sebagai berikut :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
 Manfaat nya ada 2 yaitu :
1. Manfaat kontrasepsi
a. Efektif bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
d. Tidak menggangu kesehatan klien
e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2. Manfaat non kontrasepsi
a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan
spermisida.
b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.
 Kerugian Diafragma :
1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3. Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4. Insersi relatif sukar
5. Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6. Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya.

 Jenis diafragma antara lain :


a. Flat spring (flat metal band)
Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini
dapat dipakai oleh wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina
normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus
anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke belakang.
b. Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang
bundar dan dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot
otot vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak ada perubahan
posisi uterus, ukuran dan kontur vagina norma.
c. Arching spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok
dengan wanita dengan : tonus otot otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang,
prolapsus uteri ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan
 Kontraindikasi :
1. Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
2. Alergi terhadap latex atau spermisid
3. Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
4. Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu

 Efek samping dan komplikasi :


Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma dipakai
sebagaimana semestinya. Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi.
 Sebab sebab kegagalan :
1. Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
2. Ukuran diafragma tidak tepat
3. Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama
4. Adanya cacat/kerusakan pada diafragma
b. Kap Serviks (Cervical cap)
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan
diafragma,kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil,
umumnya lebih kaku, menutupi serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas.
Zaman dahulu kap serviks terbuat dari logam/plastik, sekarang yang banyak adalah dari
karet.
 Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba
falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh
sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.

 Syarat pemakaian kap serviks


1. Serviks harus dapat dicapai
2. Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3. Serviks tidak luka
 Macam-macam kap serviks
1. Prentif Cavity Rim Cap
a. Paling sering dipakai
b. Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25, 28, dan 31 mm.
2. Dumas atau Vault Cap
a. Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas yang tebal dan bagian tengah
yang tipis.
b. Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm
c. Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus otot vagina
yang kurang baik atau wanita dengan seviks yang terlalu pendek
3. Vimule Cap
a. Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) untuk memperkuat
hubungan dengan sekitarnya
b. Cocok untuk wanita dengan :
 Tonus otot vagina kurang baik
 Cystocele
 Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
c. Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm
 Keuntungan
1. Dapat digunakan selama menyusui
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam,
pemberian spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina
misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina yang kurang baik
5. Jarang terlepas selama sanggama
 Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit
5. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung pada
kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
6. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman
8. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS

 Kontraindikasi :
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside
 Efek Samping dan Komplikasi
1. Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama didalam
vagina
2. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak yang terlalu lama
dengan karet (kap) dan spermiside nya
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian cervical caps
dilakukan pada saat menstruasi
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV
c. Spons (Sponge)
Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal.Macamnya
seperti sponge kecil berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram poliuretan
nonoxynol-9 yang dipasng 24 jam sebelum senggama. Setelah dibasahi, spons
ditempatkan di serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama tanpa harus diganti.
Spons ini sebaiknya baru dilepas 6 jam setelah senggama. Walaupun lebih nyaman
dibandingkan diafragma atau kondom, namun efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih
rendah. Tidak dianjurkan untuk melakukan pembilasan (douching).
 Cara Kerja
1. Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya
2. Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside
3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons
 Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik nya 9-27/100
wanita per tahun
 Insersi spons
1. Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok makan, lalu
diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
2. Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks
 Kontraindikasi
1. Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel, retrofleks yang
ekstrim, septum vagina
 Efek samping dan komplikasi
1. Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
2. Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
3. Kemungkinan timbulnya TSS
 Efek non kontraseptif
Kemungkinan proteksi terhadap PHS
d. Kondom Wanita
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin
polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung
dari suatu selubung lunak polyurethane yang longgar.Sebelum dipasang, biasanya
ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom, Dominique, Protectiv, dan Care.
Baru-baru ini juga dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari bahan lateks (seperti
kondom pria) sehingga tidak menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan
dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra. Pengujian secara in vitro menunjukkan
kondom wanita impermeabel terdapat HIV, sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom
pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah perineum sehingga
masih ada kemungkinan penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.

 Kondom wanita yang tersedia saat ini


1. Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17 cm, dengan 2 cincin polyuretnane
lentur pada masing-masing ujungnya, insersi alat ini seperti insersi diafgrama.
2. Women’s Choice Female Condomme
Bentuknya seperti kondom pria, dengan ujung-dalam yang lebih tebal yang berada
pada bagian atas vagina, dan suatu cincin-luar yang menutupi labia, condomme terbuat
dari lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom pria agar supaya lebih kuat, insersi
Condomme dilakukan dengan suatu aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
3. Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu celana-dalam lateks dengan suatu
kantong-tergulung yang “built-in” dan berada tepat pada mulut vagina, Sebelum
sanggama, wanita mendorong kantong tersebut kedalam vagina. Alat ini menutupi
seluruh perineum dan genitalia eksterna, sehingga dapat memberikan perlindungan
maksimal terhadap PHS.
4. Spermisida Vaginal

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat kimia yang kerjanya
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam
traktus genitalia interna. Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara
kimiawi untuk immobilisasi/mematikan spermatozoa.
 Tiap spermisid vaginal memiliki dua komponen :
1. Zat pembawa/pengangkut (vehicle, carrier) yang inert
Jelly, krim, foam/busa, tablet busa, suppositoria yang akan meleleh, suppositoria busa,
soluble film.
2. Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface acting, bakterisidal, derajat keasaman yang tinggi.
 Cara Pemakaian Spermisid Vaginal yang benar :
1. Letakkan spermisid sedalam mungkin didalam vagina, sehingga menutupi serviks
2. Tunggulah waktu yang diperlukan sebelum mulai bersanggama, agar spermisida
nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi sanggama di saat yang sama.
4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) minimal 6-8 jam setelah sanggama
selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode kontrasepsi yang
dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke canalis cervicalis, dan
berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 – 90 detik setelah ejakulasi.
 Kontra-Indikasi :
1. Absolut
 Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan kesehatan,
pribadi atau social
 Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
 Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
 Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia, eksema
genitalia, psoriasis genitalia, dll
2. Relatif
 Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama
 Fertilitas tinggi
 Dispareunia atau vaginismus
3. Temporer
 Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab apapun, termasuk pengobatan.
 Penyakit menular aktif/tersangka.
 Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, pruritus, herpes genitalia.
 Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
 Efektifitas
Angka kegagalan : 11 – 31 %

 Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
 Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan bila
spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak
sesuai dengan kondisi klien
2. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual
3. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
 Manfaat
1. Manfaat kontrasepsi :
 Efektif seketika (busa dan krim)
 Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
 Sebagai pendukung metode lain
 Mudah digunakan, tidak memerlukan resep atau pemeriksaan medic
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

2. Manfaat non kontrasepsi


Memberikan perlindungan terhadap PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS,
kemungkinan timbul PID lebih kecil.
 Kerugian Spermisid Vaginal :
1. Angka kegagalan relatif tinggi (disebabkan oleh pemakaian yang tidak consisten)
2. Harus digunakan segera sebelum sanggama, bahkan ada sper misid vaginal yang perlu
waktu 5-30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja.
3. Karena harus diletakkan dalam di vagina, ada wanita yang segan melakukannya.
4. Harus diberikan berulang-kali untuk sanggama yang berturut-turut.
5. Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita.
 Efek Samping dan Komplikasi
1. Yang mungkin terjadi :
 Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria.
 Suppositoria tidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam vagina.
2. Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
 Kelainan kongenital janin (efek teratogenik).
 Perubahan air susu ibu.
 Efek sistemik (masuknya spermisid ke dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal tersebut.
 Keterbatasan
1. Efektifitas kurang
2. Spermisida jauh lebih efektif, bila bersama kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkansebelum
melakukan hubungan seksual
6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus
dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas
metode ini, antara lain:
a. Paritas
b. Frekuensi sanggama
c. Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d. Kebiasaan-kebiasaan akseptor
e. Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang
menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom
SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam
pemakaiannya.Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri
Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai
tampon (intra-vaginal) selama haid.
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk
mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan
per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)
4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)
5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
a. Demam
b. Muntah
c. Diarrhoe
d. Nyeri otot tubuh
e. Rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis.
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.

Anda mungkin juga menyukai