Maternitas Kondom
Maternitas Kondom
e. Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di
pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di
vagina.
f. Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas
langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi
orang lain, terutama anak-anak.
1.9 Efektivitas
Kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya.
2 Barier Intra-vaginal
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
2.1 Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
a. Mencegah kehamilan
b. Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
2.2 Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
a. Angka kegagalan relatif tinggi
b. Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
c. Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama.
2.3 Macam-macam Barier Intra-Vaginal :
a. Diafragma (Diaphragma)
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.Dalam bentuk aslinya,
diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan
selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji ;
di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome).
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila
sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan
spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan
selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan,
diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai,
lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter antara
55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing
5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara
individual.
Cara Kerja sebagai berikut :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat nya ada 2 yaitu :
1. Manfaat kontrasepsi
a. Efektif bila digunakan dengan benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
d. Tidak menggangu kesehatan klien
e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2. Manfaat non kontrasepsi
a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan
spermisida.
b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.
Kerugian Diafragma :
1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3. Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4. Insersi relatif sukar
5. Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6. Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya.
Kontraindikasi :
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside
Efek Samping dan Komplikasi
1. Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama didalam
vagina
2. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak yang terlalu lama
dengan karet (kap) dan spermiside nya
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian cervical caps
dilakukan pada saat menstruasi
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV
c. Spons (Sponge)
Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal.Macamnya
seperti sponge kecil berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram poliuretan
nonoxynol-9 yang dipasng 24 jam sebelum senggama. Setelah dibasahi, spons
ditempatkan di serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama tanpa harus diganti.
Spons ini sebaiknya baru dilepas 6 jam setelah senggama. Walaupun lebih nyaman
dibandingkan diafragma atau kondom, namun efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih
rendah. Tidak dianjurkan untuk melakukan pembilasan (douching).
Cara Kerja
1. Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya
2. Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside
3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons
Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik nya 9-27/100
wanita per tahun
Insersi spons
1. Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok makan, lalu
diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
2. Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks
Kontraindikasi
1. Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel, retrofleks yang
ekstrim, septum vagina
Efek samping dan komplikasi
1. Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
2. Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
3. Kemungkinan timbulnya TSS
Efek non kontraseptif
Kemungkinan proteksi terhadap PHS
d. Kondom Wanita
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin
polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung
dari suatu selubung lunak polyurethane yang longgar.Sebelum dipasang, biasanya
ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom, Dominique, Protectiv, dan Care.
Baru-baru ini juga dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari bahan lateks (seperti
kondom pria) sehingga tidak menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan
dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra. Pengujian secara in vitro menunjukkan
kondom wanita impermeabel terdapat HIV, sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom
pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah perineum sehingga
masih ada kemungkinan penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat kimia yang kerjanya
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam
traktus genitalia interna. Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara
kimiawi untuk immobilisasi/mematikan spermatozoa.
Tiap spermisid vaginal memiliki dua komponen :
1. Zat pembawa/pengangkut (vehicle, carrier) yang inert
Jelly, krim, foam/busa, tablet busa, suppositoria yang akan meleleh, suppositoria busa,
soluble film.
2. Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface acting, bakterisidal, derajat keasaman yang tinggi.
Cara Pemakaian Spermisid Vaginal yang benar :
1. Letakkan spermisid sedalam mungkin didalam vagina, sehingga menutupi serviks
2. Tunggulah waktu yang diperlukan sebelum mulai bersanggama, agar spermisida
nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi sanggama di saat yang sama.
4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) minimal 6-8 jam setelah sanggama
selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode kontrasepsi yang
dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke canalis cervicalis, dan
berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 – 90 detik setelah ejakulasi.
Kontra-Indikasi :
1. Absolut
Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan kesehatan,
pribadi atau social
Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia, eksema
genitalia, psoriasis genitalia, dll
2. Relatif
Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama
Fertilitas tinggi
Dispareunia atau vaginismus
3. Temporer
Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab apapun, termasuk pengobatan.
Penyakit menular aktif/tersangka.
Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, pruritus, herpes genitalia.
Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
Efektifitas
Angka kegagalan : 11 – 31 %
Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan bila
spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak
sesuai dengan kondisi klien
2. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual
3. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
Manfaat
1. Manfaat kontrasepsi :
Efektif seketika (busa dan krim)
Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
Sebagai pendukung metode lain
Mudah digunakan, tidak memerlukan resep atau pemeriksaan medic
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual