Dalam mengenali objek empiris dalam ranah keilmuan kita memerlukan arah dan
landasan analisis yang dikenal sebagai asumsi. Suriasumantri (1982:8)
menyatakan ada tiga asumsi dasar agar pengetahuan baru yang dihasilkan
diakui kebenarannya, yaitu:
Page 1
Penalaran ilmiah menyandarkan diri pada sarana berpikir (a) Proses logika
deduktif dan (b) Proses logika induktif.
Page 2
penting. Fungsi paradigama ilmu adalah memberikan kerangka,
mengarahkan, bakna menguji konsistensi dari proses keilmuan.
Secara umum, paradigma diartkan sebagai seperangkat kepercayaan atau
keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada
kehidupan sehari-hari.
2. Macam-macam paradigma
a. Positivisme
Merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam
dunia ilmu pengetahuan. Keyakikan dasar aliran ini berakar pada paham
ontoloagi realisme yang menyatakan bawha realitas ada (exist) dalam
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural law). Upaya
penelitian, dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran realitas
yang ada, dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
Dalam paying positivism, ditetapkan bahwa objek ilmu pengetahuan
pernyataan-pernyataan ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat
sebagai berikut: dapat dicermati, dapat diulang, dapat diukur, dapat diuji,
dan dapat diramalkan.
b. Postpositivisme
Merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan
positivisme, yang hanya mengandalkan kemempuan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti. Aliran ini bersifat ciritcal realisme
yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai
dengan hukum alam, tetapi satu hal yang mustahil bila suatu realitas
dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti).
c. Konstruktivisme
Adalah satu diantara paham yang menyatakan bahwa positvisme dan
postpositivisme merupakan paham yang keliru dalam mengungkap
realitas dunia.
Pada awal perkembangannya, paradigma ini mengembangkan sejumlah
indicator sebagai pijakan dalam melaksanakan penelitian dan
pengembangan ilmu. Beberapa indicator itu antara lain:
1. Penggunaan metode kualitatif dalam proses pengumpulan data dan
kegiatan analisis data
2. Mencari relevansi indicator kualitas untuk mencari data-data lapangan
Page 3
3. Teori-teori yang dikembangkan harus lebih bersifat membumi
(grounded theory)
4. Kegiatan ilmu harus bersifat natural (apa adanya) dalam pengamatan
dan menghindarkan diri dengan kegiatan penelitian yang telah diatur
dan bersifat serta berorientasi laboratorium
5. Pola-pola yang diteliti dan berisi kategori-kategori jawaban menjadi
unit analisis dari variable-variabel penelitian yang kaku dan steril
6. Penelitian lebih bersifat partisipatif daripada mengontrol sumber-
sumber informasi daln lain-lainnya.
d. Critical Theory
Suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai
orientasi ideologis terhadap paham tertentu. Critical theory merupakan
suatu aliran pengembangan keilmuan yang didasarkan pada suatu
konsepsi kritis terhadap berbagai pemikrian dan pandangan yang
sebelumnya ditemukan sebagai paham keilmuan lainnya.
A. Pendahuluan
Menurut Amsal Bakhtiar (2007:87) ilmu pada prinsipnya merupakan suatu untuk
mengorganisasikan dan mensistemisasikan suatu pengetahuan yang berasal
dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Page 4
4. Fungsi control, berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak
dikehendaki.
Page 5
adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh ekosistem manusia bukan
untuk menghancurkan ekosistem tersebut.
Manusia disebut etis ialah manusia yang secara utuh dan menyeluruh
mampu memenuhi hajad hidupnya dalam rangka mewujudkan keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan orang lain, antara rohani dengan jasmani
dan sebagai makhluk ciptaan-Nya.
K. Bertens (2004: 15-22) mengungkapkan bahwa kajian etika dapat dibagi
menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya
adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, serta
tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika
desriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang
tertentu dalam suatu periode sejarah dan sebagainya. Etika deskriptif
hanya melukiskan tidak memberi penilaian.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpentign dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-
masalah moral. Di sini para ahli tidak bertindak sebagai penonton netral
seperti halnya dalam etika deskriptif, melainkan melibatkan diri dengan
memberikan penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian ini
berdasarkna norma-norma.
Etika normatif dibedakan menjadi etika umum dan etika khusus.
Selain etika di atas, etika juga dibagi atas etika perangai dan etika moral.
Etika perangai adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu,
pada waktu tertentu pula. Etika moral berkenaan dengan kebiasaan
berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.
Dalam kehidupan masyarakat kita juga mengenal etika pribadi dan etika
sosial.
Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karna beberapa alasan:
Page 6
a. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,
daerah, budaya dan agama yang hidup berdampingan
b. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai
kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral
tradisional
c. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-
masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
F. Sikap Ilmuwan
Ada beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan, antara laing;
1. Seorang ilmuwan harus bersikap objektif terhadap segala informasi dan realita
yang dihadapinya
2. Seorang ilmuwan sangat menghargai terhadap segala pendapat yang
dikemukakan oleh orang lain, oleh para ilmuwan lainnya, memiliki keyakinan
yang kuat terhadap kenyataan maupun terhadap alat indera serta budi, adanya
sikap yang positif terhadap setiap pendapat atau terori terdahulu telah
memberikan inspirasi bagi terlaksananya penelitian dan pengamatan lebih
lanjut
3. Selain adanya sikap positif, seorang ilmuwan juga memiliki rasa tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan sehingga dia terdorong untuk terus
melakukan riset atau penelitian
Page 7
4. Seorang ilmuwan arus memiliki ahlak atau sikap etis yang selalu berkehendak
untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk
mengembangkan bangsa dan negara.
G. Kesadaran Moral
Menurut Franz Magnis Suseno, unsur-unsur pokok dalam kesadaran moral
adalah sebagai berikut:
1. Mengungkapkan kesadaran bahwa kewajiban moral itu bersifat mutlak
2. Mengungkapkan rasionalitas kesadaran moral
3. Mengungkapkan segi tanggung jawab subjektif
Menurut W. Huki (1981) kita dapat memahami moral dengan tiga cara, yaitu
sebagai berikut;
1. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri pada
kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
2. Moral sebagai perangkat ideal-ideal tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam suatu
lingkungan kultural tertentu.
3. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.
Menurut Conny R Semiawan (1991:117) tanggung jawab moral ilmuwan
merupakan refleksi dari kewajiban (moral imperative). Kewajiban moral adalah
kewajiban yang mengikat batin sesorang lepas dari pendapat masyarakat, teman
maupun atasan.
Dalam Soetriono dan Hanafie (2007: 129) menyebutkan bahwa terdapat dua
kelompok sikap mengenai hubungan antara ilmu dengan moral.
1. Kelompok yang masih tetap menghendaki agar ilmu bebas nilai dengan istilah
netral terhadap nilai.
2. Kelompok yang melihat pengalaman penggunaan ilmu yang merusak
kehidupan umat manusia, maka aplikasi dari ilmu harus memperhatikan asas
moral.
Page 8