Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU SEBAGAI PENGEMBANGAN METODE ILMIAH

A. Metode Penelitian dan berpikir ilmiah


Dalam konteks kegiatan penelitian, mengenali sebuah fakta, merumuskan
masalah, menyusun hipotesis, melakukan analisis, dan menarik kesimpulan
merupakan proses berpikir teratur dan sistematis. Menurut Sandy (1973) hal
tersebut adalah ciri sebuah ilmu.
Dalam upaya menjawab masalah ada tiga pilihan metode yang dapat digunakan:
1. Metode deduktif, upaya menjawab masalah dari hal-hal umum, general dan
universal menuju ke hal yang khusus.
2. Metode Induktif, upaya menemukan jawaban dari persoalan khusus, kecil,
terbatas menuju ke hal-hal yang umum.
3. Gabungan metode deduktif dan induktif.

Dalam mengenali objek empiris dalam ranah keilmuan kita memerlukan arah dan
landasan analisis yang dikenal sebagai asumsi. Suriasumantri (1982:8)
menyatakan ada tiga asumsi dasar agar pengetahuan baru yang dihasilkan
diakui kebenarannya, yaitu:

1. Bahwa objek tertentu memiliki keserupaan satu sama lain


2. Bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu
3. Bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.

Tiga asumsi tersebut menjadi dasar pola pemikiran metode penelitian.

B. Sarana Berpikir Ilmiah


Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah
secara menyeluruh. Dalam proses penelitian, sarana berpikir ilmiah ini
merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini harus diperhatikan dua hal
yaitu:
a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa
sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan
menelaah ilmu secara baik. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuannya
berdasarkan metode ilmiah.

Page 1
Penalaran ilmiah menyandarkan diri pada sarana berpikir (a) Proses logika
deduktif dan (b) Proses logika induktif.

C. Hubungan Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian


Filsafat ilmu merupakan dasar keilmuan, yang banyak dijadikan pondasi metode
penelitian. Metode penelitian merupakan jalur andal bagi filsafat ilmu untuk
menemukan kebenaran.
Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari, menelusuri, mencari dan
mengumpulkan data kemudian mengolah, menagalisis dan menyajikan data
yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yagn
objektif. Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan
selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.
Data-data tersebut digali, diolah, disintesiskan menggunakan prinsip-prinsip
berpikir filsafat. Kebenaran yang sebenarnya yang diperoleh dari berfilsafat dan
disusun secara sistematis disebut dengan sistematika filsafat yagn terbagi atas
tiga cabang yaitu:
1. Teori pengetahuan
2. Teori Hakikat
3. Teori nilai

Menurut Suriasuamntri (1983) metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari


peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metode ini secara
filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistomologi.

Menurut Bahtiar (2009) tujuan filsafat ilmu adalah:

1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita dapat


memahami sumber hakikat dan tujuan ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu
berbagai bidang sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis.
D. Paradigman Pengembangan Ilmu
1. Konsep paradigma
Paradigma dalah kerangka berpikir ilmiah. Menurut Muslih (2007:88-99)
dalam proses keilmuan, paradigma keilmuan memegang peranan yang

Page 2
penting. Fungsi paradigama ilmu adalah memberikan kerangka,
mengarahkan, bakna menguji konsistensi dari proses keilmuan.
Secara umum, paradigma diartkan sebagai seperangkat kepercayaan atau
keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada
kehidupan sehari-hari.
2. Macam-macam paradigma
a. Positivisme
Merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam
dunia ilmu pengetahuan. Keyakikan dasar aliran ini berakar pada paham
ontoloagi realisme yang menyatakan bawha realitas ada (exist) dalam
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural law). Upaya
penelitian, dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran realitas
yang ada, dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
Dalam paying positivism, ditetapkan bahwa objek ilmu pengetahuan
pernyataan-pernyataan ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat
sebagai berikut: dapat dicermati, dapat diulang, dapat diukur, dapat diuji,
dan dapat diramalkan.
b. Postpositivisme
Merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan
positivisme, yang hanya mengandalkan kemempuan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti. Aliran ini bersifat ciritcal realisme
yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai
dengan hukum alam, tetapi satu hal yang mustahil bila suatu realitas
dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti).
c. Konstruktivisme
Adalah satu diantara paham yang menyatakan bahwa positvisme dan
postpositivisme merupakan paham yang keliru dalam mengungkap
realitas dunia.
Pada awal perkembangannya, paradigma ini mengembangkan sejumlah
indicator sebagai pijakan dalam melaksanakan penelitian dan
pengembangan ilmu. Beberapa indicator itu antara lain:
1. Penggunaan metode kualitatif dalam proses pengumpulan data dan
kegiatan analisis data
2. Mencari relevansi indicator kualitas untuk mencari data-data lapangan

Page 3
3. Teori-teori yang dikembangkan harus lebih bersifat membumi
(grounded theory)
4. Kegiatan ilmu harus bersifat natural (apa adanya) dalam pengamatan
dan menghindarkan diri dengan kegiatan penelitian yang telah diatur
dan bersifat serta berorientasi laboratorium
5. Pola-pola yang diteliti dan berisi kategori-kategori jawaban menjadi
unit analisis dari variable-variabel penelitian yang kaku dan steril
6. Penelitian lebih bersifat partisipatif daripada mengontrol sumber-
sumber informasi daln lain-lainnya.
d. Critical Theory
Suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai
orientasi ideologis terhadap paham tertentu. Critical theory merupakan
suatu aliran pengembangan keilmuan yang didasarkan pada suatu
konsepsi kritis terhadap berbagai pemikrian dan pandangan yang
sebelumnya ditemukan sebagai paham keilmuan lainnya.

TANGGUNG JAWAB MORAL KEILMUAN

A. Pendahuluan

Menurut Amsal Bakhtiar (2007:87) ilmu pada prinsipnya merupakan suatu untuk
mengorganisasikan dan mensistemisasikan suatu pengetahuan yang berasal
dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.

Fungsi ilmu pengetahuan menurut Anshari (1987:60) yaitu:

1. Fungsi deskriptif, menggambarkan, melukiskan, dan memaparkan suatu


objek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti
2. Fungsi pengembangan, melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan
menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru
3. Fungsi prediksi, meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinannya
terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu
dalam udaha menghadapinya.

Page 4
4. Fungsi control, berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak
dikehendaki.

B. Komponen-Komponen Pembangun Ilmu


Menurut Soetrisno (2007:342) komponen pembangun ilmu yang hakiki adalah
fakta dan teori, namun ada juga komponen yang lain, yaitu fenomena dan
konsep.
C. Sumber-Sumber Ilmu
Sumber ilmu pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya
olmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia.
Menurut Suriasumantri (2003:50) terdapat empat cara pokok dalam
mendapatkan pengetahuan:
1. Pengetahuan yang berdasarkan pada rasio yang dikemabngkan oleh kaum
yang dikenal dengan rasionalisme
2. Pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman yang dikenal dengan
paham empirisme
3. Pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu
(intuisi)
4. Wahyu yang merupakan pengetahuan ygn disampaikan tuhan kepada
manusia.
D. Etika Keilmuan
a. Hubungan Etika dengan Ilmu
Menurut Suriasumantri (1995:233) antara ilmu dan etika mempunyai
hubungan yang erat. Ada yang berpendapat bahwa ilmu bebas nilai karena
sesungguhnya ilmu itu memiliki nilai dalam dirinya sendiri. Ada dua paham
yang berkaitan dengan nilai, pertama, fase empiris, pada fase ini di zaman
Yunani dulu Aristoteles mengatakan bahwa ilmu tidak mengabdi pada pihak
lain. Kedua, paham pragmatis yang berpendapat bahwa di dalam ilmu
terdapat nilai yang mendorong manusia bersikap hormat pada ilmu.
b. Problem Etika Ilmu
Menurut Amsal Bakhtiar (2007:83) tanggung jawab keilmuan menyangkut
kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti
ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
memerhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga ekosistem,
bertanggung jawab pada kepentingan umum, dan generasi mendatang serta
bersifat universal karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dan teknologi

Page 5
adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh ekosistem manusia bukan
untuk menghancurkan ekosistem tersebut.
Manusia disebut etis ialah manusia yang secara utuh dan menyeluruh
mampu memenuhi hajad hidupnya dalam rangka mewujudkan keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan orang lain, antara rohani dengan jasmani
dan sebagai makhluk ciptaan-Nya.
K. Bertens (2004: 15-22) mengungkapkan bahwa kajian etika dapat dibagi
menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya
adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, serta
tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika
desriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang
tertentu dalam suatu periode sejarah dan sebagainya. Etika deskriptif
hanya melukiskan tidak memberi penilaian.
2. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpentign dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-
masalah moral. Di sini para ahli tidak bertindak sebagai penonton netral
seperti halnya dalam etika deskriptif, melainkan melibatkan diri dengan
memberikan penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian ini
berdasarkna norma-norma.
Etika normatif dibedakan menjadi etika umum dan etika khusus.

Selain etika di atas, etika juga dibagi atas etika perangai dan etika moral.
Etika perangai adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu,
pada waktu tertentu pula. Etika moral berkenaan dengan kebiasaan
berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.
Dalam kehidupan masyarakat kita juga mengenal etika pribadi dan etika
sosial.
Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karna beberapa alasan:

Page 6
a. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku,
daerah, budaya dan agama yang hidup berdampingan
b. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai
kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral
tradisional
c. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-
masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.

E. Ilmu dan Moral


Istilah moral berasal dari bahasa latin, mos (jamaknya mores), yang berarti adab
atau cara hidup. Etika dan moral sama maknanya, tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Menurut
Sudarsono (2001), istilah etika, moral dan ahlak sama. Dalam ahak terdapat
bebrapa nilai luhur yang bersifat universal, yaitu kejujuran, kebaikan, kebenaran,
rasa malu, kesucian diri, kasih sayang, hemat dan sederhana.
Moral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Moral murni yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia sebagai suatu
pengenjawantahan dan pacaran ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
b. Moral terapan adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis,
agama, adat yang menguasai pemutaraan manusia.

F. Sikap Ilmuwan
Ada beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan, antara laing;
1. Seorang ilmuwan harus bersikap objektif terhadap segala informasi dan realita
yang dihadapinya
2. Seorang ilmuwan sangat menghargai terhadap segala pendapat yang
dikemukakan oleh orang lain, oleh para ilmuwan lainnya, memiliki keyakinan
yang kuat terhadap kenyataan maupun terhadap alat indera serta budi, adanya
sikap yang positif terhadap setiap pendapat atau terori terdahulu telah
memberikan inspirasi bagi terlaksananya penelitian dan pengamatan lebih
lanjut
3. Selain adanya sikap positif, seorang ilmuwan juga memiliki rasa tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan sehingga dia terdorong untuk terus
melakukan riset atau penelitian

Page 7
4. Seorang ilmuwan arus memiliki ahlak atau sikap etis yang selalu berkehendak
untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk
mengembangkan bangsa dan negara.

G. Kesadaran Moral
Menurut Franz Magnis Suseno, unsur-unsur pokok dalam kesadaran moral
adalah sebagai berikut:
1. Mengungkapkan kesadaran bahwa kewajiban moral itu bersifat mutlak
2. Mengungkapkan rasionalitas kesadaran moral
3. Mengungkapkan segi tanggung jawab subjektif
Menurut W. Huki (1981) kita dapat memahami moral dengan tiga cara, yaitu
sebagai berikut;
1. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri pada
kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
2. Moral sebagai perangkat ideal-ideal tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam suatu
lingkungan kultural tertentu.
3. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.
Menurut Conny R Semiawan (1991:117) tanggung jawab moral ilmuwan
merupakan refleksi dari kewajiban (moral imperative). Kewajiban moral adalah
kewajiban yang mengikat batin sesorang lepas dari pendapat masyarakat, teman
maupun atasan.
Dalam Soetriono dan Hanafie (2007: 129) menyebutkan bahwa terdapat dua
kelompok sikap mengenai hubungan antara ilmu dengan moral.
1. Kelompok yang masih tetap menghendaki agar ilmu bebas nilai dengan istilah
netral terhadap nilai.
2. Kelompok yang melihat pengalaman penggunaan ilmu yang merusak
kehidupan umat manusia, maka aplikasi dari ilmu harus memperhatikan asas
moral.

Page 8

Anda mungkin juga menyukai