Attachment
Attachment
PENDAHULUAN
1
lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih (squamous
cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual, sekitar 60% yang
tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV, sementara hampir 95%
yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-pria tersebut terbukti
membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya jenis 16 dan 18) yang
menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya, perempuan dengan infeksi aktif
dapat menyebarkan virus tersebut kepada bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical).
Pada saat melahirkan yang dapat menyebabkan virus papilloma pada bayi baru
lahir dan kemungkinan terjadi laryngeal papilomatosis.
Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi,
seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus,
infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif
selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah
atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang
diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan.
Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih dari 40% perempuan
tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif.
Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan tersebut masih membawa virus
tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian tersebut, infeksi yang
berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang ganas dan terkait
dengan kanker.
Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear,
bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA memang
belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di Indonesia yang
merealisasikannya. Salah satu kota yang telah merealisasikannya adalah Kota solok.
Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
rendahnya cakupan wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA sebagai
deteksi dini kanker serviks di Kota Solok khususnya wilayah kerja Puskesmas Nan
Balimo Tahun 2014.
2
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui tentang menejemen Puskesmas
2. Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas
3. Mengetahui tentang program–program di Puskesmas
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita
tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah
diberikan intervensi.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker
serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan wanita untuk
melakukan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.
4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan wanita tentang kanker serviks dan pemeriksaan dini
IVA setelah dilakukan intervensi
5. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap
wanita terhadap kanker serviks dan pemeriksaan dini IVA setelah
dilakukan intervensi
1.3 Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan
pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derjat kesehatan
wanita usia subur.
2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan program pencegahan dan
pemberansan penyakit tahun berikutnya.
3
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai gambaran
manajemen program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) tentang
Rendahnya Angka Kunjungan Pemeriksaan Iva di Wilayah Kerja Puskesmas Nan
Balimo Tahun 2014.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesahatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan
gizi, dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perorangan.
5
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayan kesehatan
6
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
2.2 Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manejerial.
7
2.2.1 Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan
strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi
untuk menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan
fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menentukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
b. Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu
sebagai berikut :
1) Analisa situasi
2) Mangidentifikasi masalah prioritas
3) Menentukan tujuan program
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.2.2 Pengorganisasian
a. Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-
golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok
dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai
tujuan organisasi
8
b. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan
mengetahui:
1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf
organisasi
3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan
wewenang kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan
kepadanya
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
c. Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
2. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
4. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
5. Mendelegasikan wewenang
9
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.
10
dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal
ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan
efesiensi kegiatan program
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan
atau diberikan pelatihan lanjutan.
d. Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering
dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya
terletak pada sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan
waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga
mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas
pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.
11
maupun pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor
utama yang menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat
perilaku yang santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya,
jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat
banyak, dan masing-masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak
pasangan. Sehingga pola kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar
Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HPV.
Faktor risiko lain adalah adanya hubungan darah keluarga (ibu atau saudara
perempuan) yang menderita kanker leher rahim. Magnusson, Sparren and
Gyllensten (1999) membandingkan munculnya displasia dan CIS (Carsinoma In
Situ) pada keluarga perempuan yang menderita penyakit kanker dan dalam
kontrol usia. Mereka menemukan adanya kluster yang signifikan dalam keluarga
biologis, bukan adopsi. Pada ibu biologis dibandingkan dengan kasus kontrol,
risiko relatifnya adalah 1,8 sementara pada adopsi risiko relatifnya tidak jauh
berbeda dengan kontrol (1,1). Pada saudara perempuan biologis, risiko relatifnya
bahkan lebih tinggi (1,9), dibandingkan 1,1 pada saudara perempuan nonbiologis.
12
Data tersebut memberikan bukti epidemiologi yang kuat mengenai kaitan antara
timbulnya kanker leher rahim dan penyebab awalnya.
Penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV juga
menjadi faktor risiko yang penting karena dapat membuat sel-sel yang berada
disaluran genital bawah (vulva, vagina dan serviks/leher rahim) lebih mudah
terinfeksi oleh tipe HPV yang mendorong timbulnya kanker. Kondisi yang tidak
umum lainnya yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh termasuk kondisi
yang membutuhkan pengobatan kortikosteroid kronis, seperti asthma atau lupus.
Para perempuan juga dapat meningkatkan risiko terkena CIN bila
menerapkan beberapa perilaku yang diketahui dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh. Perilaku tersebut antara lain penggunaan obat-obat rekreasional,
alkohol dan rokok. Perilaku yang disebutkan terkahir terutama penting karena
walaupun sudah ada penurunan jumlah pria yang merokok, jumlah perempuan
yang merokok telah meningkat secara dramatis beberapa tahun terakhirnya
khususnya pada remaja putri. Nikotin dan hasil sampingan dari rokok dianggap
dapat meningkatkan risiko relatif perempuan terkena kanker leher rahim dengan
berpusat pada mukosa leher rahim dan mengurangi daya kekebalan sel-sel
langerhans untuk melindungi jaringan ikat pada leher rahim dari faktor onkogenik
yang bersifat invasif, seperti infeksi HPV.
13
sehingga memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Selain itu, friksi yang
terjadi ketika berhubungan seksual dipercaya dapat menyebabkan sobeknya
dinding vagina dalam ukuran mikroskopis yang semakin memungkinkan
terjadinya penularan. Lebih dari itu, bahkan sel-sel mati yang terlepas saat
berhubungan dapat mengandung HPV dan tetap dapat menular sampai beberapa
hari (Roben, Lowy and Schiller 1997)
a. Pencegahan Primer
Menurut sumber, cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher
rahim dan kanker genital lain dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan
imunisasi sejak usia dini sebelum mereka aktif secara seksual. Manfaat dari
vaksin tersebut terutama nyata di Negara yang sedang berkembang, dimana
pelayanan kesehatan untuk perempuan sangat sedikit. Tetapi, pemberian vaksin
tidak mudah karena respon kekebalan tubuh seseorang tampaknya tergantung
pada tipe/jenis HPV. Sebagai contoh, seseorang yang dilindungi dari 16 tetap
berisiko terinfeksi tipe lain yang dapat menyebabkan kanker, seperti tipe 18 atau
33. Lebih lanjut, tampaknya ada beberapa sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan
mungkin juga pada tipe-tipe lainnya. Terakhir, seperti telah disebutkan, tipe HPV
yang terkait dengan penyakit kanker berbeda-beda berdasarkan wilayah geografis.
Dengan meningkatnya perjalanan internasional, berbagai tipe karsinogen akan
segera menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu, sebuah vaksin yang
mengandung campuran beberapa tipe harus diciptakan (Groopman 1999, Stewart
et al. 1996).
Terlepas dari masalah tersebut, saat ini sedang dilakukan pengujian
keamanan dari dua vaksin yang dapat melindungi perempuan dari virus papiloma
yang terkait dengan kanker leher rahim. Namun, vaksin tersebut diperkirakan baru
tersedia beberapa tahun lagi, dan butuh beberapa tahun lagi sebelum akhirnya
dapat terjangkau di negara-negara yang sedang berkembang.
Blumenthal (2002) membahas kompleksitas penerapan program vaksinasi
dan perlunya melanjutkan program pencegahan sekunder sementara waktu, dan
menekankan perbedaan antara sebuah vaksin dan sebuah program vaksinasi.
Memang benar bahwa suatu vaksin tidak akan efektif kecuali ada program yang
14
berhasil yang dapat menjamin ketersediaan, akses dan penerimaan/akseptabilitas.
Terakhir, ada pula beberapa upaya untuk menghasilkan vaksin penyembuhan akan
meningkatkan system kekebalan tubuh seseorang yang telah terinfeksi dan
menyebabkan kanker mengecil atau bahkan menghilang. Vaksin seperti ini
ditargetkan untuk menonaktifkan protein E6 dan E7, yaitu protein viral yang
menghambat kerja protein yang mengatur pertumbuhan sel (Rb dan p53)
(Massimi dan Banks 1997).
Uji coba klinis telah dilakukan pada penelitian efektifitas kedua vaksin baik
vaksin penyembuhan maupun vaksin profilaksis untuk HPV. Schreckenberger dan
Kaufman (2004) menyimpulkan bahwa walaupun vaksin profilaksis untuk HPV
yang berhasil telah sampai pada uji coba klinis yang lebih besar, vaksin
penyembuhan HPV, walaupun terjadi induksi sel T, kurang berhasil karena
kemampuan tumor dalam membuat kekebalan untuk melawan vaksin tersebut.
Akibatnya, ajuvan (komponen yang meningkatkan respons kekebalan tubuh) bagi
modulasi kekebalan tubuh sistemik dan local diwajibkan agar terapi/pengobatan
dapat efektif.
Roden, Ling dan Wu (2004) menunjukan kemajuan pengembangan vaksin
pencegahan. Vaksin pencegahan menargetkan protein yang terhubung dengan
kapsul virus dan memaksa produksi antibody penetralisir. Walaupun vaksin
pengobatan menghadapi banyak tantangan, berbagai bentuk vaksin sedang diuji
coba untuk menargetkan HPV-16 E6 dan E7 dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Koutsky
et al. (2002), partikel yang menyerupai virus HPV-16 digunakan sebagai vaksin
dan menghasilkan 100% keampuhan pada 768 perempuan. Tetapi, penulis hanya
menilai satu sub tipe dari HPV dan mungkin diperlukan banyak vaksinasi untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Terakhir, vaksin yang saat ini diuji membutuhkan
pendingin, yang kadang bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan akses di
negara-negara sedang berkembang.
Sampai sebuah vaksin pelindung tersedia dan mudah didapat secara luas,
pencegahan primer harus memfokuskan untuk terus merubah praktik seksual dan
perilaku lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, dan program-
15
program pencegahan sekunder harus terus menapis dan menangani perempuan
yang menderita pra-kanker dan kanker. Sama seperti perang melawan HIV/AIDS,
konseling untuk mengurangi risiko yang terkait dengan faktor risiko yang telah
disebutkan diatas (Tabel 2.1) harus diterapkan di semua sistem pelayanan
kesehatan, khususnya fasilitas yang menangani remaja. Pesan-pesan tersebut
harus memperingatkan para remaja bahwa praktek-praktek yang dibuat untuk
meminimalkan risiko terpapar HIV/AIDS dan IMS lainnya (mis., penggunaan
kondom pria dan perempuan) tidak efektif dalam mencegah penularan HPV.
Selain itu, berbagai upaya keras untuk mengurangi minat remaja, khususnya
remaja putri, untuk mencoba merokok dan melakukan aktivitas seksual harus
disebarluaskan secara terus menerus.
b. Pencegahan Sekunder
Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi
HPV sulit dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk
segera :
Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra-kanker awal dan mudah
diobati, dan
Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi
berkembang menjadi kanker
2.3.4 Pemeriksaan
a. IVA
Inspeksi Visual Asam (IVA) merupakan salah satu cara melakukan tes
kanker leher rahim. Kelebihan dari tes ini adalah kesederhanaan teknik dan
kemampuan untuk memberikan hasil yang segera kepada ibu. Yang menjalani tes
kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua perempuan berusia 30-50 tahun.
Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara perempuan berusia antara
40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra kanker
lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10-20 tahun lebih awal. Perempuan yang
mempunyai faktor risiko adalah kelompok yang paling penting untuk mendapat
pelayanan tes dan pengobatan difasilitas dan sarana terbatas. Bahkan, dengan
16
memfokuskan pada pelayanan tes dan pengobatan untuk perempuan berusai antara
30-45 atau memiliki faktor risiko seperti risiko tinggi IMS akan dapat
meningkatkan nilai prediktif postif dari IVA. Selain itu karena angka penyakit
lebih tinggi pada kelompok usia tersebut, lebih besar kemungkinan untuk
mendeteksi lesi pra kanker sehingga meningkatkan efektivitas biaya dari program
pengujian dan mengurangi kemungkinan pengobatan yang tidak perlu.
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau pasca keguguran. Tes
tersebut dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki
IMS atau HIV/AIDS.
Pengujian atau tes untuk kanker leher rahim biasanya dilakukan sebagian
bagian dari program penapisan kesehatan reproduksi misal atau pelayanan
kesehatan primer, seperti kunjungan prenatal atau postpartum/nifas, pemakaian
awal atau lanjutan KB, asuhan paska keguguran, kontap, atau asesmen IMS. Oleh
karena itu, riwayat singkat dan pemeriksaan terbatas harus disajikan dalam
konteks pelayanan kesehatan reproduksi yang sedang diberikan.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
a. Riwayat menstruasi
b. Pola pendarahan ( misalnya paska coitus atau mens tak teratur)
c. Paritas
d. Usia pertama kali berhubungan seksual
e. Penggunaan alat kontrasepsi
Pastikan untuk menyertakan informasi tentang faktor risiko kanker leher
rahim yang telah disebutkan sebelumnya.
17
b. Sumber cahaya/lampu
Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat serviks, maka
gunakan sumber cahaya, seperti lampu leher angsa atau senter, jika
tersedia. Cahaya harus cukup kuat agar petugas dapat melihat ujung
vagina dimana serviks berada. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika
tidak cukup cahaya untuk melihat seluruh serviks. Penting juga untuk
menjaga agar sumber cahaya tidak terlalu panas. Lampu yang terlalu panas
bisa membuat ibu/pasien dan petugas tidak nyaman. Senter berkualitas
tinggi dapat memberi cukup cahaya tanpa menghasilkan banyak panas.
Selain itu, senter tidak memerlukan sumber listrik, dapat dibawa-bawa dan
ditempatkan ddalam posisi apapun agar serviks dapat dengan jelas.
c. Bivalved speculum
Bivalve speculum lebih dianjurkan karena lebih efektif dalam
memperlihatkan serviks, tetapi baik Cusco atau Graves dapat diatur dan
dibiarkan terbuka saat serviks sedang diperiksa. Hal ini membuat tangan
petugas bebas mengoles serviks, mengatur sumber cahaya dan
memanipulasi serviks dan spekulum agar dapat melihat serviks
sepenuhnya. Speculum Simms tidak dianjurkan karena hanya mempunyai
satu bilah (blade) dan harus dipegang oleh seorang asisten.
Selain itu, jika krioterapi akan diberikan bersama dengan tes IVA,
pearalatan yang diperlukan untuk krioterapi harus siap dan tersedia.
d. Rak atau wadah peralatan
18
2. Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah digunakan,
harus sudah di dekontaminasi, dibersihkan dan di DTT setiap kali selesai
digunakan. Sarung tangan steril tidak diperlukan. Gunakan sepasang
sarung tangan baru untuk setiap ibu.
3. Spatula dari kayu dan atau kondom
Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilas speculum. Gunakan spatula baru untuk tiap
perempuan. Cara lain, kondom dengan ujung yang dipotong dapat
dipasang pada bilas-bilas speculum untuk mencegah agar dinding vagina
tidak menekan kecelah diantara bilas speculum dan menghalangi
pandangan arah ke serviks.
4. Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat digunakan )
Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat 3-5%. Di
sebagian Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang dijual dipasar adalah
mengganti cuka sebenarnya adalah asam asetat. Jika asam asetat tidak
tersedia, ahli farmasi atau pemasok kimia setempat dapat mengencerkan
larutan asam asetat dengan rumus dibawah ini :
19
Tindakan umum :
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada
serviks. Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi
serviks dengan menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan
menggunakan spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk
menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudaian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks, setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling jika
diperlukan dan tersedia.
Klasifikasi hasil
Temuan assesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku
sebagaimana terangkum dalam tabel 2.2.
b. Pap smear
Tes pap smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio
(dysplasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker.
Pap smear merupakam suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
kanker leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Pap smear
merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya
untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
20
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta dilakukan
setiap saat, kecuali pada saat haid.
21
BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK
22
Kelurahan Laing dengan luas wilayah 815 Ha. Puskesmas Nan Balimo merupakan
puskesmas non perawatan atau puskesmas rawat jalan.
Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera
Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua)
kelurahan, yaitu :
Kelurahan Nan Balimo
Kelurahan Laing
23
Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerja
Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan
lingkungan
3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan
1. Gedung Puskesmas
1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan
Balimo Kota Solok
2. Puskesmas Pembantu
Pustu Gelanggang Betung
Pustu Tembok
Pustu Laing Taluk
Pustu Laing Pasir
3. Pos Kesehatan Kelurahan
Poskeskel Nan Balimo
Poskeskel Laing
4. Sarana Transportasi
Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit
Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nan BalimoTahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
24
3.1.5 Ketenagaan Puskesmas
Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas
No Jenis Tenaga Jumlah Ket
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas
4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela
5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela
6 Tenaga Sanitarian 1
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Tenaga Analis 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 0
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Tenaga Umum 0
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 1
Total 40
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
25
Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kawasan Tanpa Rokok (PHBSKTR)
Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat
Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan
makanan dan minuman (ttu-tpm)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No Kegiatan Target % Pencapaian %
6 TTU 75 89,4
7 TPM 65 82,5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
26
3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
a. Kegiatan yang dilakukan :
a) Program Kesehatan Ibu
Kelas Ibu Hamil
PelayananAnte Natal Care(ANC)
Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
Kunjungan nifas
Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan
komplikasi (P4K/ANC)berkualitas
otopsi verbal,dll
b) Program Kesehatan Anak
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
Kelas Ibu Balita
c) Program Keluarga Berencana
pelayanan dan konseling
penanganan komplikasi ringan
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)
27
Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak
Pencapaian
No Program Kegiatan sasaran Target(%)
(%)
Jumlah KN
2 Lengkap sasaran 170 90 82,7
170
Jumlah neonatus
4 komplikasi yg 0 80 26,6
ditangani
Jlh kematian
8 0 - 4
neonatus
28
Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana
Nan
1 1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64
Balimo
29
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
4 Pendistribusian Vit A 85 98
30
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
Pelacakan Kasus Kontak
PMO TB
TB mangkir
Penyaringan suspect
4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik
PE
5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia
penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
Pelayanan Imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
No Kegiatan Target % Pencapaian %
31
6 Penemuan kasus Kusta - -
8 Pemberian VAR/SAR - 9
2 HB 0 85 92.4
3 BCG 95 95.3
4 Polio 1 95 96.5
5 DPT HB 1 95 101.2
6 DPT HB 3 90 95.9
7 Polio 4 90 98.2
8 Campak 90 91.2
TT WUS
12 85 82.9
POSYANDU
32
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014
33
Pelayanan medik gigi dasar
Luar Gedung
UKGS
UKGM
b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan
minimal 10 rumah di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko
menimbulkan jentik nyamuk Aides agepti
- Melakukan fogging karena di temukannya positif jentik nyamuk pada
4 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus
34
c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
b. Tujuan Kegiatan
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang DM dan artritis
- Konseling gizi
- Pemeriksaan kesehatan
- Memberikan pengobatan
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang materi penyuluhan
- Meningkatkan derajat kesehatan
3. Penelitian Survey
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 30 Juli 2015
Tempat : Jl. Syamsu Tulus kelurahan Nan Balimo
b. Tujuan Kegiatan
- Menemukan pasien suspek TB
- Memberikan pot sputum pada pasien suspek TB
- Memberikan penyuluhan tentang TB
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB
- Mendata pasien yang dicurigai penyakit TB
35
b. Tujuan
- Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas
- Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang IMS dan Tinea
c. Manfaat
- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas
- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit
5. Posyandu
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 12 & 13 Agustus 2015
Tempat : Posyandu Anggrek 1 & 2 Gelanggang Betung
Posyandu Setia Kawan Laing
Posyandu Bugenvil
Posyandu Merah Sari
Posyandu Teratai
b. Tujuan
- Memberikan Vitamin A, imunisasi, penimbangan BB, TB
- Memberikan penyuluhan tentang IVA
c. Manfaat
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan
- Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi
- Mencukupi asupan Vit. A anak
b. Tujuan
- Mensosialisasikan program baru kesehatan
- Memberikan penyuluhan pada lansia tentang TB sebagai salah satu
penyakit kronis
36
c. Manfaat
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kronis
- Pengelolaan penyakit kronis di masyarakat
7. Kelas Ibu dan Balita
a. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 19 & 20 Agustus 2015
Tempat : Posyandu Tembok
Posyandu Laing
b. Tujuan
Memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak usia 0-5 tahun
c. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang perjalanan tumbuh kembang anak
b. Tujuan
- Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
- Melakukan pemeriksaan mata dan telinga
- Melakukan imunisasi campak
c. Manfaat
- Mengetahui tingkat kesehatan siswa baru
37
Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih tiga
masalah yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens,
Seriousness, Growth (USG). Penilaian tiga masalah prioritas tersebut ditentukan
berdasarkan data laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang
program dan pimpinan puskesmas, serta observasi langsung lapangan.
Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan
pencapaian, tetapi juga dilihat dari urgensi, Seriousness,dan Growth.
Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian cakupan wanita usia subur yang melakukan
pemeriksaan IVA.
Jumlah wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA di wilayah kerja
Puskesmas Nan Balimo ditemukan sebanyak 63 orang yang seharusnya
mencapai target 237 orang.
2. Rendahnya pencapaian penemuan kasus BTA positif.
Jumlah pencapaian penemuan kasus BTA positif di Puskesmas Nan Balimo
hanya ditemukan sebanyak 38% yang seharusnya mencapai target 70%.
3. Rendahnya pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ)
Jumlah pencapaian angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
ditemukan sebanyak 77,43% yang seharusnya mencapai target 90%.
38
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
3. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
39
Tabel 3.10. Penilaian prioritas masalah berdasarkan USG
Masalah U S G Total Prioritas
Rendahnya cakupan wanita usia
subur yang melakukan 5 5 5 125 P1
pemeriksaan IVA
Rendahnya penemuan kasus
5 4 3 60 P2
BTA positif
Rendahnya pencapaian angka
3 2 2 12 P3
bebas jentik (ABJ)
40
FISHBONEE !!!
41
3.5 Hasil Penelitian Ilmiah
Penilitan ilmiah dilakukan karena berkurangnya kunjungan Wanita Usia
Subur (WUS) yang sudah menikah untuk melakukan pemeriksaan IVA di wilayah
Puskesmas Nan Balimo. Penelitian ini dilakukan dengan metode questioner yang
dibagikan kepada 100 Wanita Usia Subur pada 6 posyandu di wilayah Puskesmas
Nan Balimo.
42
Sarana dan prasarana yang tersedia di Sarana dan prasarana yang tersedia untuk
Puskesamas Nan Balimo untuk melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas
pemeriksaan IVA Nan Balimo dikatakan cukup
43
mengajak dan merekrut masyarakat
untuk ikut dalam pemeriksaan IVA
4 Sarana Dana APBD untuk pengadaan sarana dan Menyediakan APBD untuk
prasarana khusus pemeriksaan IVA pengadaan sarana dan prasarana
khusus untuk pemeriksaan IVA
5 Lingkungan Kurangnya dukungan dari Keluarga (suami) Meningkatkan peranan dan
dukungan dari keluarga (suami)
44
2. Method
Program khusus dari Puskesmas mengenai kanker serviks dan
pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks secara berkala
Kegiatan I :
Kegiatan : Jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA gratis melalui
program puskesmas keliling secara berkala sebagai
deteksi dini kanker serviks ( Safari IVA )
Tujuan : Meningkatkan angka cangkupan pemeriksaan IVA di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah berhubungan
seksual
Lokasi : Puskesmas Keliling
Volume Kegiatan : Sekali setahun
Pelaksana : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan
pemeriksaan IVA
Kegiatan II
Kegiatan : Pembentukaan kader-kader khusus untuk pemeriksaan
IVA disetiap wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Tujuan : - Mengajak dan menghimbau Wanita Usia Subur (WUS)
agar datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA di
puskesmas.
a. Mendata dan mengunjungi Wanita Usia Subur (WUS)
yang tidak datang pada penyuluhan dan pemeriksaan
IVA
b.Memberikan pengertian pada suami-suami yang tidak
menyetujui untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA pada
istrinya.
45
3.8 Plan of Action
Volume
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksanaan
kegiatan
1. Penyuluhan Meningkatkan Wanita Usia Puskesmas, Sekali Dokter dan
kepada pengetahuan Subur Puskesmas setahun petugas yang
Wanita Usia Wanita Usia (WUS) yang Pembantu, mendapatkan
Subur (WUS) Subur (WUS)
sudah Posyandu pelatihan
yang sudah yang sudah
melakukan pemeriksaan
melakukan melakukan
seksual, IVA
hubungan hubungan
suami
seksual seksual serta
memberikan
pemahaman
terhadap suami
mengenai
pemeriksaan
IVA
2. Jadwal khusus Meningkatkan Wanita Usia Puskesmas Sekali Dokter dan
untuk angka cakupan Subur Keliling setahun petugas yang
pemeriksaan pemeriksaan (WUS) yang mendapatkan
IVA gratis IVA
sudah pelatihan
melalui
berhubungan pemeriksaan
program
seksual IVA
puskesmas
kelliling
secara berkala
3. Pembentukan Mengajak dan WUS yang Puskesmas Sekali Petugas yang
kader-kader menghimbau telah keliling setahun bertanggung
khusus untuk WUS agar berhubungan dan jawab
pemeriksaan datang pada
seksual Posyandu terhadap IVA
IVA penyuluhan dan
pemeriksaan
IVA
46
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke
puskesmas untuk pemeriksaan IVA, didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai IVA dan kanker serviks, sangat baik : 2%, baik : 6%,
cukup : 58%, buruk : 19%, sangat buruk : 15% . pernah atau tidaknya
mendapatkan penyuluhan tentang pemeriksaan iva, tidak pernah : 58%, pernah :
35%, lupa : 7%. pernah atau tidaknya dilakukan pemeriksaan iva sebelumnya :
Pernah : 12% : Tidak Pernah : 88%. Izin dari suami untuk dilakukan Pemeriksaan
IVA Izin : 83% : Tidak izin : 17%. Keinginan untuk dilakukan Pemeriksaan IVA,
Minat : 94% : Tidak Minat : 6% . Tingkat Ekonomi Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Nan Balimo, Tinggi : 0% : Sedang : 13% : Rendah : 87%. Jarak
Tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke Puskesmas Nan Balimo, Dekat : 50%
: Sedang : 26% : Jauh : 24%. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Puskesmas
Nan Balimo ,Sangat lama : 0% : Lama : 9% : Sebentar : 91%. Sarana dan
prasarana yang tersedia di Puskesamas Nan Balimo untuk pemeriksaan IVA
dikatakan cukup.
Dari data yang ada rendahnya kunjungan masyarakat ke puskesmas nan
Balimo sekitar 88% tidak pernah memeriksakan diri ke puskesmas, hal ini
disebakan karena pengetahuan masyarakat yang cukup (58%), dimana masyarakat
hanya mengetahui pengertian dan gejala dari kanker serviks, tapi tidak
mengetahui bahaya dari kanker serviks itu sendiri, meski tingkat penyuluhan yang
dilakukan cukup tinggi sekitar 58% tapi masyarakat tidak memahami betul apa itu
IVA dan bahayanya jika telah terjadi kanker serviks.
47
4.2. Saran
1. Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk
beberapa orang kader yang akan melakukan monitoring kegiatan
setiap bulan.
2. Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas
sector / lintas program.
3. Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan
tentang pemeriksaan IVA kepada masyarakat.
4. Memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/ fasilitas
kesehatan di luar puskesmas agar deteksi dini kanker leher rahim yang
berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.
48
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta : DEPKES RI
Hacker. 2001. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC
Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar
Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 22 Agustus 2015.
Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta :
Sagung Seto
Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika
Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books
Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :
Sagung Seto
49
DOKUMENTASI
LAMPIRAN KEGIATAN PROMOTIF DAN PREVENTIF
27 Juli 2015
50