Anda di halaman 1dari 8

Prolog

Aku tau bahwa segalanya dapat berubah kapan saja. Aku juga tau bahwa waktu
akan terus berputar dan secepatnya berlalu. Begitu juga sebuah perasaan,akan
cepat pergi dan terlupakan. Tapi yang tak pernah bisa ku mengerti mengapa hal
itu tidak berlaku untuk ku? Untuk semua perasaan yang masih saja menumpang
dihatiku, jangankan pergi, sedetikpun berubah rasanya tidak pernah.rasa itu
tetap ada bagai benalu yang merenggut seisi hatiku.

Hari ini aku pastikan semuanya berubah.semua perasaan serta kenangan yang ku
miliki tentangnya harus ku buang jauh- jauh. Aku lebih meyakinkan tekatku lagi
tatkala ku lihat Display Picture (DP) BBMnya beberapa menit yang lalu baru saja
berganti photo mesra dengan seorang wanita yang mungkin saja ku kenal. Ku
pandangi hingga beberapa kali,untuk lebih meyakinkan apa yang ku lihat.
Ternyata benar kecurigaan ku selama ini,lelaki yang sudah berhasil membuatku
susah payah moveon bernama Raka memiliki hubungan dengan perempuan yang
mungkin tak ku ketahui selama ini. Perempuan itu bernama Dinda, aku tau karena
aku baru saja men-stalking instagramnya. Entah mengapa baru kali ini aku
menjadi stalker handal setelah berpacaran dengan Raka, entah ada magnet apa
yang ia tempelkan pada diriku hingga aku selalu ingin tau semua tentangnya. Tapi
tidak untuk kejadian 1 ini.aku sama sekali tidak mengetaui hubungannya dengan
dinda. Aku terdiam sesaat,ku coba berfikir ” apa Raka sudah mengkhianatiku
selama ini ? ” entah kenapa kecurigaan ku sangat memuncak. padahal jelas saja
Raka bukan lah siapa siapaku lagi,aku bahkan tak punya hak untuk marah
padanya, karena ia baru saja memutuskanku 1 minggu yang lalu. jahat sekali dia
sudah bergandengan dengan cewek lain sedangkan aku hanya bisa menangis
sepanjang hari. “ sial” gerutuku.
Olin dan hati sekeras batu..
Nama ku Adeeva Afsheen Myesha Orlin, aku gak peduli arti dari nama sepanjang
itu dari kedua orang tua ku, selagi meraka bilang itu bagus dan mengandung arti
baik untukku,aku tak masalah tentang itu, hanya seaja aku menyayangkan betapa
merepotkan memiliki nama sepanjang itu saat ujian Nasional. Okey, kalian bisa
memanggilku Olin, ya itu panggilan kecil dikleuargaku,karna sampai usia 7 tahun
aku masih kesulitan mengucapkan huruf R, alhasil setiap ditanya siapa nama
panggilanku, aku hanya bisa menyebutkan kata Olin.

Pagi ini cuaca cukup mendukung untuk bermalas-malasan. Aku hanya berdiam diri
dikamar sejak pagi tadi. Masih kuingat kedua orang tua ku membangunkan ku
saat subuh tadi.sebelum akhirnya suara mereka menghilang begitu saja dan
hanya meninggalkan secarik kertas di meja makan. Mereka keluar kota lagi. Dan
aku bermalas-malasan kembali ditempat tidur yang belum sempat dibereskan
mbak nuri karna aku belum beranjak dari tempat tidur. Ku lihat langit gelap tanda
sedang tak bersahabat dengan manusia dibumi ini.tapi kurasa kali ini ia hanya tak
bersahabat denganku ,karena orang lain tetap beraktivitas seperti biasa,hanya
aku saja yang enggan pergi kuliah. Lagi lagi kupandangi jam masih pukul 08.00 aku
berharap sekali sekarang sudah jam 12.00 karena hari ini ada kuliah dari prof
melida, dosen farmakologi yang super killer.ya sebagai mahasiswi kedokteran
tingkat 2. Entah mengapa semangatku sedang surut saat ini.aku sama sekali tak
bersemangat seperti pertama kali aku menginginkan jurusan ini setengah mati
aku harus berjuang dengan ratusan orang yang mendaftar.dan akhirnya aku
keterima di Fakultas Kedokteran di Jakarta, ya walaupun swasta aku sangat
bersyukur karena aku keterima sesuai dengan usiaku, karena ternyata penghuni
Fk itu walau seangkatan ternyata mereka tak seumuran seperti yang ku fikirkan
saat SMA, banyak yang sudah berumur kepala 2 dan jauh kebih tua 3 bahkan 4
tahun diatasku. Tapi jika dilihat lihat semangat mereka sangatlah tinggi , ya
mungkin teringat umur yang sudah tak mungkin untuk bermain-main lagi.

Pagi ini dengan susah payah aku mengumpulkan nyawa untuk beranjak dan pergi
kekamar mandi, cukup sekitar 45 menit aku berdandan ini dan itu sekarang aku
berlari kecil menghampiri mobil yang sudah sedari tadi pak udin siapkan untukku.
Hari ini aku sengaja minta pak udin untuk mengantarkanku ke kampus,karena aku
malas berurusan dengan pengendara lain dijalanan becek dan banjir pagi ini.
Sesampainya di kampus usai sudah kuliah prof melida , akhirnya aku berhasil
tipsen dari sahabatku annisa. “niss, dimana? Temui aku dikantin biasa ya ?”
beberapa saat hp ku bergetas, ada balasan “Iya lin, bentar ya aku masih ketemu
dengan kemahasiswaan.” “Memanglah sisibuk” gerutuku sambil menyeruput teh
hangat buatan kantin kami yang super wangi dan enak. Cukup menghangatkan ku
pagi ini. Tanpa kusadari ternyata didepanku diantara senior yang duduk di
depanku dengan jarak sekitar 3 cm salahsatunya kusadari tengah menatapku
cukup lama. Aku tak mengerti kenapa ia menatapku dengan tatapan seperti itu,
aku tak sempat melihat ekspresi bibirnya entah sedang tersenyum atau hanya
melongo tak karuan. Aku hanya menunduk dan menikmati lagu Jakarta ramai-dari
maudy ayunda yang sedari tadi ku dengarkan lewat headshet mungilku.

Tiba-tiba ditengah asiknya bersenandung dalam hati, aku dikagetkan dengan


hadirnya nisa yang menatapku dari jarak 5 jari dari wajahku. “ kenapa neng kok
bengong?” aku menggerutu kesal.” Kemana aja sih nis, capek nunggunya”
ketusku. “ ih iya maaf lin, tadi kan aku udah kasih tau alasannya, oh iya dapet
salam tuh dari kak Raka” ucapnya sambil senyum senyum menggodaku. “RAKA???
Siapa?” tanyaku tanpa penasaran sama sekali.” Linnnnn,,, kamu gaktau??
Makannya jangan kupu kupu dong, dia ketua BEM FK kita sayangg “ jawabnya
sambil bersemangat. Memang sih aku sebagai mahasiwi yang sama sekali tidak
tau apa-apa mengenai organisasi seperti itu. Sejak SMA aku sudah muak dengan
semua kegiatan yang membuatku kesal setengah mati jika mengingatnya. Alhasil
aku tak perduli dengan hal semacam itu di bangku perkuliahan dan hanya memilih
sebagai mahasiswi penyandang julukan kupu-kupu (kuliah pulang- kuliah pulang).
Bodo amat sih lagian aku juga suka dengan kegiatan ku saat ini perkuliahan ku
dan waktu mainku sama sekali tidak diganggu oleh kesibukan organisasi semacam
itu hihihi, tawaku dalam hati. Melihaktku tak merespon apapun tentang raka,
annisa menepuk pundakku. “lin, dengerin aku gak sih??” tanyanya mulai kesal. Iya
nissa, aku denger kok,terus aku musti gimana ? jungkir balik? Salto didepannya ? “
tanyaku santai sambil menikmati teh hangatku yang keburu dingin.” Ih oliiiinn
nyebelin, yaudah ya entar kalo kak raka minta kontak kamu terserah aku loh kasih
atau enggak, dan pastinya kamu tau sendiri aku usilnya gimana, hahaha” ucap
nissa sambil mencomot apel yang dari tadi belom sempet ku makan dan pergi
begitu saja.

Siang ini aku masuk kelas dr.Rudi , setelah sekian lama menjelaskan slide fisiologi
yang membosankan, aku pergi ke toilet dan bercermin cukup lama. Dan aku
beranjak dari sana dan berniat kembali ke kelas, tiba-tiba saja niatku berubah
setelah melihat manekin bayi didepan koridor depan peminjaman alat-alat skill
lab. Aku duduk dan menggendong salah satu manikin tersebut. Tak berapa lama
kemudian aku sadar tengah ada yang menatapku dari atas sana, memang gedung
kampusku ada 6 lantai dan setiap lantai tengah gedung tersebut sengaja dibuat
bolong melompong, dan alhasil kita bisa melihat suasana tiap lantai hingga lantai
dasar. Kebetulan aku sedang dilantai 5, ada seseorang yang dari tadi menatapku
dan saat ku melihat keatas, benar sekali ada seorang laki-laki yang tengah asik
menatapku dari lantai 6 dengan tangan menyangga kepalanya, ia menatapku
seolah aku ini objek yang sangat indah dan menawan. Memang sih kata orang dan
semua orang yang telah bertemu aku selalu memuji kecantikanku, tapi sayang
mereka bilang aku jutek. Tersadar dia menatapku sedari tadi, Aku langsung pergi
meninggalkan manekin tersebut dan kembali ke kelas.

Usai sudah kelas dengan penyampaian 2 pemateri hari ini, setelah kelas fisiologi
dan dilanjutkan dengan histologi tentang respirasi, karena memang aku sedang
menghadapi blok mengenai respirasi. Sorenya dengan santai aku masuk lift, dan
saat pintu akan tertutup seseorang bergegas menghampiri pintu lift dan mencoba
menghalangi agar pintu lift terbuka kembali dengan tangannya, dan akhirnya lift
terbuka kembali. Ia memasuki lift. Sedangkan aku cuek saja. Anehnya dia tak
memencet lantai berapapun, ah mungkin saja satu tujuan fikirku. Saat aku keluar
dari lift, ia menghampiriku dengan terburu-buru. “ maaf, kamu olin ya?” tanyanya
sambil berdiri didepanku dan menawarkan sebuat jabatan tangan. “ iya” jawabku
sambil asik membalas Whatssap dari papa tanpa menatapnya. Karna sadar
dicuekin ia menarik tangannya kembali. “ namaku raka, “ ucapnya lagi sambil
tersenyum. Dan aku hanya membalasnya tersenyum.
Sejak ada Raka
Usai sampai dirumah aku dikejutkan oleh line yang masuk dari pengguna line
bernama Raka. Sedetik kemudian line baru masuk. “ hai olin, senang bisa
berkenalan denganmu” tanpa meng-add balik aku hanya me-read saja dan tak
berniat membalasnya. Sial ! ulah Anissa pasti dibalik ini semua, gerutuku. Entah
mengapa masa-masa SMA telah mengubahku 180 derajat mulai dari
sifat,kelakuan dan bahkan perasaanku hingga mati rasa. Pacar yang dulu aku
percaya pada akhirnya malah selingkuh dengan sahabatku sendiri bahkan mereka
kini sudah menikah setelah lulus SMA, merasa dikhianati 2 orang yang teramat
berarti sekaligus, membuatku tak percaya pada siapapun kecuali diri sendiri dan
berusaha menutup hati kepada siapapun.

Sejak hari itu raka membabi buta mengganggu ku, mulai dari nanya tentang
kuliah, tugas-tugas, kegiatan sehari-hari dan suatu ketika ia baru sadar bahwa
setiap obrolannya tak pernah terlihat mendapat respon dariku. Entah mengapa
aku sama sekali tak tertarik semua hal tentang raka. Bahkan setiap pertanyaannya
aku hanya menjawabnya singkat tanpa ada respon bertanya kembali.

“lin, maaf y ajika aku mengganggumu ” entah apa maksud pesan yang ia kirim
itu, dengan sebuat emoticon senyum di ujungnya. Aku hanya membalasnya
dengan emoticon .

Sejak saat itu aku tak pernah lagi mendapat line atau pesan darinya. Awalnya aku
biasa saja. Tapi entah mengapa ada rasa mengganjal dibennakku. Biasanya tiap
hari raka selalu membangunkanku dan mengingatkanku untuk shalat subuh.
Menanyakan hal-hal kecil seolah ingin tau semua tentang ku.

Siang ini aku melihat sesosok yang aku rindukan. Eitss maksudnya sesosok yang
aku bicarakan tadi. Iya itu Raka, kebetulan ini adalah masa-masa akhir semester,
terlihat raka sedang sibuk didepan Ruang Penerimaan mahasiwa/I baru. Ku lihat ia
sedang asik dengan beberapa temannya, termasuk kak dinda, iya kak dinda
adalah sekretaris BEM yang selama ini di gandrungi cowok-cowok Karena
kepintaran dan kecantikannya, dan bahkan kak dinda banyak digosipkan memiliki
hubungan dengan Raka. Ku lihat raka dari sudut lobby, ia sedang tertawa dan
sesekali melihat kearahku tapi ia cuek dan terkesan buang muka padaku. Saat itu
aku tak masalah karena memang aku tak peduli tentang raka, lagian apa
pentingnya sih ngurusin orang gak jelas kayak raka.fikirku dengan sikap sok jutek
dan sok tak perduli.

Seusai makan malam, papa menyuruhku untuk belajar karena papa tau nilai
semester lalu salah disatu blok aku mendapatkan nilai C. aku berjalan kesal
menuju kamar, “ah mereka gak pernah saying olin, taunya olin harus ini itu tanpa
kasih perhatian ke olin” kataku, dan tak sadar mataku sudah berkaca-kaca, tapi
aku tak ingin menunjukkan kecengenganku didepan mereka.

Malam itu , raka menghubungiku “ malam olin, jangan murung terus dong, aku
tau kok, kalo kamu senyum itu manis banget ” entah kenapa raka bisa tau
bahwa sedari tadi dikampus mukaku seperti bennag kusut. Ternyata diam-diam
raka memperhatikanku , saat itu entah kenapa pesan singkat dari raka serasa
memberikanku energy untuk kembali semangat dan tanpa sadar aku mulai
senyum senyum sendiri.

Keesokannya aku bertemu annisa, “ olinnn,,,, ciee kok senyum senyum sih neng ?
ayoo udah sejauh mana hubunganya sama raka ? jangan jutek jutek sih nanti
jodohnya pada kabur lohh, saat nya kamu membuka lembaran baru loh linnn, ayo
Olin lupakan kejadian yang dulu ??” celotehnya tanpa henti. “ shuuuttt!!! Diem
nissa, kamu mau bikin aku malu ?” balasku sambil mengunci bibir annisa agar tak
menyeloteh panjang lebar karena baru sadar ternyata aku sedang didalam lift
bersama senior cewek angkatan raka, Karena memang raka adalah senior dengan
jarak 2 tahun diatasku, dia sangat popular dikampus karena selain dia adalah
ketua BEM, ia memiliki katampanan yang cukup bisa dibilang oke, dengan gestur
tubuh yang tinggi sekitar 180 cm, penampilan rapi,kulit sedikit putih, senyuman
manis dengan kedua lesung pipit dipipinya.sudah jelas raka banyak digandrungi
cewek-cewek, terlebih junior yang tak lain adalah angkatanku, mereka sibuk
membicaran raka dimana-mana. Seusai keluar dari lift aku kesel tak karuan, “niss,
kamu liatkan tadi itu mereka menatapku sinis saat kamu nyeloteh tentang raka!!”
keluhku. “santai aja kali lin, kalo kamu gakada apa-apa sama raka biasa aja kali,
gak usah mukannya kayak udang rebus gitu dong, kayak abis ketauan ngapain aja
sih neng, “. Balasnya menggodaku. “nissa……..!!!!” aku mengejar annisa sampai
trotoar, tapi ternyata ia sudah masuk mobil. Dan aku menunggu jemputan dari
pak udin. Saat itu sedang hujan rintik-rintik. Aku menengadahkan tangan ke arah
titik-titik air berjatuhan. Saat itu sesosok raka tiba-tiba berdiri disampingku.
“kamu suka hujan?” tanyanya sambil tersenyum. Sebuah senyuman hangat yang
selalu iya umbar kesetiap orang. Aku menoleh dan hanya tersenyum.

“Kuantar pulang yuk” Tiba-tiba ia menggandeng tanganku menuju parkiran. Dan


begonya aku hanya bisa terdiam mengikuti langkah kakinya.

Sesampainya dirumah aku langsung masuk kekamar dan menatap cermin cukup
lam . apa ada yang salah dengan diriku?. Sejenak nadiku berubah menjadi
takikardi,denyutnya menjadi lebih cepat,dan entah kenapa aku degdegan
setengah mati Cuma karna dari tadi raka memperlakukanku bagai seorang
princess yang harus dilindungi. Entahlah sosok raka tiba-tiba mengembalikan
jiwaku sebelum aku mengenal si pengkhianat itu.
Sepotong senja
Sore ini raka menjemputku didepan rumah, kebetulan orang tuaku
sednag keluarkota untuk kesekian sekian sekiannnnn kalinya.
Entahlah mungkin mereka sudah tidak perduli dengan keberadaan
anaknya dirumah. Raka tiba dirumahku pukul 16.00 tepat seperti
yang ia janjikan di line. Aku lihat dari tirai jendela kamarku, kulihat
raka berpakaian rapi tapi santai, entah kenpa aku menilai laki-laki
dengan kaos putih itu terlihat jauh lebih keren. Iya berdiri disamping
mobilnya yang terparkir disamping mobilku. Aku turun dna bergegas
menghampirinya. Sama seperti hari kemarin, iya menyapaku dengan
senyuman hangatnya . “Hai olin” iya membukakan pintu mobilnya
untukku. Tak terasa berjalan begitu lama aku dan raka berhenti
didekat danau. Pemandangan sore itu sungguh indah.efek dari sinar
matahari yang mulai meningalkan keramaian dunia perlahan
menghilang, meninggalkan goresan indah dilangit sebuah warna
orange yang sangat menakjubkan. Saat itu aku tersadar dari
lamunanku ketika raka menggenggam tanganku. “aku senang bisa
mengenal mu olin, Sejak ospek aku diam-diam sudah
memperhatikanmu, keberanian serta kemandirianmu membuatku
kagum, dan penasaran sama kamu, setelah selesai ospek, aku masih
mencarimu, aku bahkan menyesal saat itu tak menanyakan namamu,
aku kira kamu akan tergabung disalah satu organisasi / UKM
dikampus ternyata aku sama sekali tak pernah melihatmu. Tapi
akhirnya suatu saat aku pernah lihat kamu d kantin, saat itu aku sadar

Anda mungkin juga menyukai