Anda di halaman 1dari 5

Nama : Senia Lisna Y

reguler b2 B

0119104039

Etika profesi

jawablah seluruh pertanyaan berikut:

1. Jelaskan serta identifikasikan jika suatu perusahaan melakukan pengelolaan risiko dan manajemen
krisis..!!!

Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari.

Jika risiko itu menimpa suatu organisasi atau perusahaan maka organisasi tersebut bisa mengalami
kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran
organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk di kelola. Manajemen risiko bertujuan untuk
mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal.

Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.

1. Identifikasi risiko.

2. Evaluasi dan pengukuran risiko.

3. Pengelolaan risiko.

2.Jelaskan apa yang dimaksud dengan isu etika dalam dunia bisnis dan profesi akuntansi, conflict of
interest, serta perkembangan terakhir dalam etika profesi akuntansi?

Konflik kepentingan / conflict of interest adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang
memerlukan kepercayaan, seperti akuntan, pengacara, eksekutif atau direktur suatu perusahaan yang
mana memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini
dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik kepentingan dapat
mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau bahkan terhadap suatu profesi.

Kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak pada para pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika
para akuntan itu mempunyai integritas tinggi, dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip kode etik
dan standar akuntan. Dalam kode etik dan standar akuntan dalam memenuhi standar profesionalnya
yang meliputi prinsip profesi akuntan, aturan profesi akuntan dan interprestasi aturan etika akuntan.
Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,

1. Pra Revolusi Industri

2. Masa Revolusi Industri tahun 1900

3. Tahun 1900 – 1930

4. Tahun 1930 – sekarang

-Pelaksanaan audit menjadi berubah dari pengujian dengan persentase yang masih tinggi menjadi
persentase yang lebih kecil (sistem statistik sampling).

-Yang membutuhkan laporan akuntanpun menjadi bertambah yaitu: pemilik, kreditor, pemerintah,
serikat buruh, konsumen, dan kelompok-kelompok lainnya seperti peneliti, akademisi dan lain-lain.

Namun pada tahun 2001 dunia akuntan dikejutkan dengan berita terungkapnya kondisi keuangan Enron
Co. yang dilaporkannya yang terutama didukung oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga,
dan direncanakan secara kreatif. Para analis pasar mengira bahwa sukses kinerja keuangan Enron di masa
lalu hanyalah hasil rekayasa keuangan Andersen sebagai auditornya.

Kepercayaan terhadap akuntan mulai merosot tajam pada awal tahun 2002, hal ini membuat dampak
yang sangat besar terhadap kantor akuntan lain. Untuk mencegah hal yang lebih parah, pemerintah AS
pada saat itu segera mengevaluasi hampir semua kantor akuntan termasuk “the big four auditors”.
Walaupun masih mendapat cacian dari berbagai kalangan, para akuntan berusaha untuk memulihkan
nama mereka, salah satu caranya adalah dengan mematuhi kode etik akuntan.

Perkembangan Etika Profesi Akuntansi di Indonesia

Perkembangan profesi akuntan di Indonesia menurut Olson dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Kolonial

2. Periode Sesudah Kemerdekaan

Periode VI [tahun 1990 – sekarang]

Dalam periode ini profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan berkembangnya dunia usaha
dan pasar modal di Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak kritikan-kritikan yang dilontarkan oleh
para usahawan dan akademisi.

Namun, keberadaan profesi akuntan tetap diakui oleh pemerintah sebagai sebuah profesi kepercayaan
masyarakat. Di samping adanya dukungan dari pemerintah, perkembangan profesi akuntan publik juga
sangat ditentukan ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa
akuntan publik. Beberapa faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi adalah:

1. Tumbuhnya pasar modal


2. Pesatnya pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun non-bank.

3. Adanya kerjasama IAI dengan Dirjen Pajak dalam rangka menegaskan peran akuntan publik dalam
pelaksanaan peraturan perpajakan di Indonesia

4. Berkembangnya penanaman modal asing dan globalisasi kegiatan perekonomian

Pada awal 1992 profesi akuntan publik kembali diberi kepercayaan oleh pemerintah (Dirjen Pajak) untuk
melakukan verifikasi pembayaran PPN dan PPn BM yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Sejalan
dengan perkembangan dunia usaha tersebut, Olson pada tahun 1979 di dalam Journal Accountanty
mengemukakan empat perkembangan yang harus diperhatikan oleh profesi akuntan yaitu:

1. Makin banyaknya jenis dan jumlah informasi yang tersedia bagi masyarakat

2. Makin baiknya transportasi dan komunikasi

3. Makin disadarinya kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik

4. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan multinasional sebagai akibat dari fenomena pertama dan


kedua.

Konsekuensi perkembangan tersebut akan mempunyai dampak terhadap perkembangan akuntansi dan
menimbulkan:

1. Kebutuhan akan upaya memperluas peranan akuntan, ruang lingkup pekerjaan akuntan publik
semakin luas sehingga tidak hanya meliputi pemeriksaan akuntan dan penyusunan laporan keuangan.

2. Kebutuhan akan tenaga spesialisasi dalam profesi, makin besarnya tanggung jawab dan ruang
lingkup kegiatan klien, mengharuskan akuntan publik untuk selalu menambah pengetahuan.

3. Kebutuhan akan standar teknis yang makin tinggi dan rumit, dengan berkembangnya teknologi
informasi, laporan keuangan akan menjadi makin beragam dan rumit.

3. Berikan contoh atas kasus etika yang terjadi belakangan ini, Serta jelaskan mengapa hal tersebut dapat
terjadi? buatlah analisis menurut saudara atas contoh kasus yang saudara berikan tersebut?

GENERAL MARKET RISK

Studi Kasus: Bank Syariah (Bank Indonesia Membekukan Kegiatan Usaha PT. Bank Global)
SEJAK 14 Desember 2004, Bank Indonesia (BI) membekukan kegiatan usaha (BKU) PT Bank Global Tbk.
Sekitar 8.000 nasabah yang tercatat di 13 kantor cabang terpaksa kerepotan mengurus dananya. Bukan
hanya itu, ratusan investor publik pemegang saham juga menjadi tidak jelas investasinya. Belum lagi
bank dan pihak lain yang memiliki tagihan. Nasib ratusan karyawan pun menjadi tak menentu di tengah
sulitnya lapangan kerja. Apa jadinya kalau mereka di-PHK? Jelas, akan menambah deretan panjang
pengangguran. Semua itu tentu akan menambah beban pemerintah dalam memulihkan roda
perekonomian, terutama sektor real.

Empat alasan ditutupnya Bank Global

Pertama, terus memburuknya kondisi keuangan Bank Global.

Kedua, tidak menyetorkan tambahan modal yang diminta BI sejak bank tersebut masuk pengawasan
khusus (special surveillance unit) pada 27 Oktober hingga 13 Desember 2004.

Ketiga, direksi Bank Global tidak menunjukkan iktikad baik untuk patuh pada aturan. Bahkan, dalam
pengawasan BI dan kepolisian ada upaya secara sengaja dari pihak bank tersebut untuk memusnahkan
dan menghilangkan barang bukti.

Keempat, direksi, pejabat eksekutif, dan beberapa karyawan bank publik itu diduga telah melakukan
tindak pidana perbankan dengan merusak dan menghilangkan dokumen-dokumen penting bank.

Uraian/ Penjelasan

General market risk merupakan resiko yang disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh
lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis
(Agus Sucipto: Manajemen Risiko). Sehatnya sebuah bank tidak hanya berpatokan pada aset (modal)
semata, tetapi juga harus memperhitungkan faktor manajemen risiko yang meliputi delapan faktor, yakni
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategi, risiko kepatuhan
dan risiko reputasi. Tidak sedikit para bankir yang tidak bisa mengelola manajemen risiko dengan baik,
sehingga terjadi pelanggaran prinsip kehati-hatian bank. Yang terpenting dari kasus-kasus pembekuan
bank adalah pembelajaran bagi pemilik maupun pengurus bank untuk bercermin diri dalam pengelolaan
keuangan dan manajemen perbankan agar tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada, serta
diharuskan menerapkan prudent banking. Lebih khusus lagi, bagi para nasabah agar tidak gegabah dan
senantiasa berhati-hati jika ingin menempatkan dananya pada lembaga perbankan maupun lembaga
keuangan lainnya.

Solusi :

Pertama, sebagai perusahaan terbuka, semestinya Bank Global transparan dan menerapkan dengan
seksama asas good corporate governance.
Kedua, seperti dilansir Investor Daily Online (14/12/2004), bahwa kehancuran Bank Global sangat boleh
jadi disebabkan oleh sebuah kolusi antara pengelola Bank Global dengan Prudence Asset Management
(PAM).

Ketiga, kasus Bank Global menarik diikuti karena kasus ini mencoreng citra reksadana, sebuah instrumen
pasar modal yang mengalami pertumbuhan pesat selama dua tahun terakhir.

Keempat, kasus Bank Global mencerminkan lemahnya pengawasan BI dan Bappepam.

Anda mungkin juga menyukai