Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3

Bisnis Internasional
Tugas dimulai hari Jumat 29 November 2019 pukul 00:00 dan dikumpulkan
selambat-lambatnya pada hari Selasa 3 Desember 2019 pukul 23:00

Tugas3_Hukbis_NPM_Nama Depan

Anda diminta untuk mencari 2 contoh arbitrase dalam Bisnis Internasional yang
dilakukan oleh Indonesia dengan negara Asing di Dunia

Nama : Senia Lisna Y


kelas : Reguler B2 B
Npm : 0119104039

KASUS ARBITRASE YANG MELIBATKAN INDONESIA

1. IMFA vs Indonesia (2015)

Pemerintah Indonesia saat ini tengah menghadapi gugatan perusahaan India, IMFA di
Permanent Court of Arbitration (PCA). IMFA sebelumnya membeli PT. Sri Sumber Rahayu Indah
sebesar USD 8,7 juta pada tahun 2010. PT. SSR memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang
dinilai tumpang tindih dengan tujuh perusahaan lain.

Akibat tumpang tindih IUP tersebut, IMFA merasa dirugikan karena tidak dapat melakukan
kegiatan penambangan. Atas dasar itu, IMFA menuntut ganti rugi dari Pemerintah Indonesia
senilai USD 581 juta. Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa gugatan IMFA salah alamat
karena seharusnya diajukan kepada PT. SSR bukan Pemerintah Indonesia.

2. Oleovest vs Indonesia (2016)

1
Tidak banyak informasi publik yang tersedia atas sengketa investasi antara Oleovest dan
Indonesia. Namun diketahui sebelumnya bahwa Oleovest telah menyelesaikan sengketa
dengan PT Nusantara III di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dimana Oleovest
meminta kompensasi dari PTPN III untuk pelanggaran Joint Venture Agreement (JVA) terkait
penilaian harga saham Oleovest yang dinilai tidak sesuai dengan harga pasar.

BANI dikabarkan telah mengeluarkan putusan namun kemudian Oleovest kembali menggugat
Pemerintah Indonesia di ICSID pada tahun 2016. Saat ini, berdasarkan informasi di website
ICSID, diketahui bahwa Oleovest telah mencabut gugatannya.

Berdasarkan gambaran 10 sengketa ISDS tersebut, terlihat bahwa secara statistik Pemerintah
Indonesia lebih banyak menang. Tercatat Pemerintah Indonesia telah memenangkan 4
sengketa ISDS dan hanya kalah di 2 sengketa ISDS yang terjadi di masa lalu.

Selebihnya, gugatan umumnya dicabut atau para pihak menyelesaikan sengketa di luar
arbitrase. Dari beberapa putusan yang memenangkan Indonesia juga terlihat bahwa Tribunal
pada prinsipnya mempertimbangkan kepentingan umum di atas kepentingan bisnis seperti
dalam sengketa Rizvi dan Al-Warraq.

Selain itu, Tribunal juga terlihat menghormati hukum nasional negara seperti dalam sengketa
Newmont dan Churchill Mining. Sebaliknya, Tribunal lebih memenangkan investor asing jika
memang terjadi pelanggaran kewajiban perjanjian kontrak oleh negara seperti dalam kasus PT.
AMCO dan Himpurna serta Patuha.

P4M pada dasarnya dibuat agar negara berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang
kondusif diwilayahnya dengan jaminan perlindungan investasi asing yang adil dan tidak
diskriminatif dengan harapan adanya investasi asing yang masuk membawa modal besar.

Jaminan perlindungan tersebut dibuktikan melalui kesiapan negara tersebut untuk digugat di
forum ISDS apabila dianggap melanggar ketentuan P4M. Singapura saja memiliki 85 P4M dan
tidak pernah sekalipun digugat oleh investor asing. Sehingga ketika kita yakin tidak melanggar,
mengapa takut dengan ISDS?

Anda mungkin juga menyukai