Anda di halaman 1dari 2

Sengketa RI-Cemex Berakhir di Arbitrase

- detikFinance

Jakarta - Sengketa antara pemerintah Indonesia dan Cemex atas saham di Semen
Gresik akhirnya harus berakhir di arbitrase internasional. Dijadwalkan sengketa yang
sudah berlangsung hampir 3 tahun ini akan disidanglan di International Centre for
Setlement of Investment Disputes (ICSID), Washington pada 28-30 Juli 2005.

Menurut siaran pers dari Cemex yang diterima detikcom, Selasa (15/3/2005),
pengadilan ICSID yang telah ditunjuk untuk mengadili tuntutan Cemex Asia Holding
Ltd terhadap pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan tanggal baru untuk
sidangnya.Sebelumnya sidang arbitrase di ICSID sendiri semestinya berlangsung
pada 11 Januari 2005. Namun atas permintaan pemerintah Indonesia dengan
alasan akan menempuh perundingan terlebih dahulu, sidang itu ditunda.

Cemex sendiri memberi batas waktu 28 Februari lalu untuk negosiasi di luar jalur
pengadilan atau out of court setlement dengan pemerintah Indonesia. Dan ternyata
hingga deadline itu, kesepakatan tidak kunjung tercapai.Dalam penjelasan itu
disebutkan, ICSID telah menerima dan mendaftarkan permohonan arbitrase Cemex
terhadap pemerintah Indonesia pada 27 januari 2004.

ICSID dibentuk oleh sebuah konvensi international dimana Indonesia merupakan


salah satu anggotanya, dengan tujuan untuk menyelesaikan perselisihan
menyangkut masalah investasi antara pemerintah dan warga negara dari
anggotanya. Seperti diketahui, pada tahun 1998, Cemex masih ke Indonesia dengan
membeli 25,5 persen saham di Semen Gresik. Cemex juga memiliki hak untuk
meningkatkan kepemilikan sahamnya menjadi mayoritas pada tahun 2001.

Namun pada perkembangannya, pemerintah Indonesia menolak untuk menjual


sahamnya kepada Cemex hingga batas waktu tersebut karena mendapat tentangan
yang keras dari berbagai kalangan. Bahkan DPR telah memutuskan melarang
pemerintah untuk menjual kepemilikannya di BUMN Semen. Pemerintah diminta
untuk mempertahankan mayoritas kepemilikannya di BUMN Semen guna
menghindari adanya kartel semen yang bisa mengganggu proyek infrastruktur yang
tengah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Merasa dirugikan, Cemex akhirnya
memilih jalur arbitrase.Namun manajemen Cemex tidak menyebutkan apakah
dengan dilanjutkannya sidang arbitrase tersebut berarti negosiasi di luar jalur
pengadilan gagal.
Lanjutan kesimpulan
Penjualan saham Cemex ke Rajawali Grup yang menggunakan akta CPSA dengan
Cemex diakhiri dan direvisi kembali salah satu revisi tersebut berisi arbitrase pengadilan,
merupakan langkah penyelesaian sengketa yang di lakukan oleh Cemex untuk dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia.
Beberapa hal yang dapat menjadi perhatian,
Berperkara melalui badan arbitrase lebih fleksibel, berarti tidak ada tata cara proses perkara yang
lebih harus di jalani. Dalam sengketa ini para pihak dapat meminta sidang dan melakukan
negosiasi di luar pengadilan.
Kemelut di dalam PT Semen Padang yang berlarut-larut merupakan cerminan ketidak pastian
bagi para investor di Indonesia.
Cemex tidak lagi memiliki investasi di Indonesia dan arbitrase dengan Pemerintah Indonesia
berakhir tanpa melalui pengadilan arbitrase.

Beberapa fakta hukum sengketa Semen Padang,


1) Tahun 1998 Cemex masuk ke Indonesia dengan membeli 25,5% saham di Semen Gresik dan
membuat perjanjian dengan pemerintah Indonesia melalui perjanjian jual beli bersyarat CSPA
(Perjanjian Jual Beli Bersyarat) yang salah satu obsesi ) dengan kata lain Cemex dapat
membeli 51% saham pemerintah, opsi ini berlaku hingga batas waktu 26 Oktober 2001 sampai
batas waktu tersebut pemerintah tidak merealisasikan penjualan saham kepada Cemex.
2) Opsi Penjualan 51% saham pemerintah untuk Cemex ditentang oleh Masyarakat sumatera
barat, pemimpin utama Semen Padang berargumentasi tentang pabrik itu dibangun di atas
tanah ulayat yang tidak bisa dijual bebas kepada pihak asing. Sementara itu, kabar tentang
Semen Padang oleh Semen Gresik tidak didukung oleh dokumen resmi yang sesuai dengan
peraturan pemerintah. 1 November 2001 masyarakat Sumatera Barat melalui DPRD meminta
diminta Semen Padang dari Semen Gresik.
3) 13 Agustus 2003, Cemex meminta pemerintah segera menyelesaikan kemelut di Semen
Gresik, dan menyetujui akan meminta gugatan ke arbitrase internasional.
4) 27 Januari 2004, Gugatan meminta ke ICSID (Pusat Internasional untuk Penyelesaian
Perselisihan Investasi di Washinton, DC, Amerika Serikat. Dalam gugatannya, Cemex
meminta pengadilan untuk membatalkan denda sekitar US $ 400 juta untuk pemerintah.
5) Januari 2005, Pemerintah dalam hal ini Semen Gresik dan Cemex untuk disetujui di Arbitrase
dan memilih disetujui
11) 2 Maret 2006, Cemex mengumumkan akan melepas sahamnya di Semen Gresik dan
memberikan rencana penjualan saham tersebut kepada BUMN Kementrian
12) 4 Mei 2006, Grup Rajawali membeli 24,9% saham Cemex di Semen Gresik membeli AS $
337 juta (Rp. 2,9 triliun).
13) Awal tahun 2007, Pemerintah Indonesia dan Cemex saling bertukar dokumen yang antara lain
mengenai pencabutan persetujuan di arbitrase ICSID.

Anda mungkin juga menyukai