Anda di halaman 1dari 3

ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes)

ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes) ialah lembaga


otonom internasional yang dilahirkan oleh bank dunia. Konvensi yang mendirikan ICSID
ialah Konvensi Washington yang merupakan perjanjian multilateral yang dirumuskan oleh
Direksi Eksekutif Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (Bank Dunia).
Konvensi ini mengatur mengenai perselisihan antara suatu negara dengan perorangan atau
perusahaan asing yang menanam modalnya di negara tersebut dengan jalan damai melalui
konsiliasi atau arbitrase. Terbentuknya konvensi ini adalah sebagai akibat dari situasi
perekonomian dunia pada waktu 1950-1960-an yaitu khususnya disaat beberapa negara
berkembang menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang berada di dalam wilayahnya.
Tindakan ini mengakibatkan konflik-konflik ekonomi yang dapat berubah menjadi sengketa
politik atau bahkan perang. Konvensi ini ditandatangani tanggal 18 Maret 1965 & mulai
diberlakukan tanggal 14 Oktober 1966. ICSID telah memiliki anggota sebanyak seratus
empat puluh negara anggota termasuk Australia, China, Perancis, dan Indonesia. Tujuan
utama dari ICSID adalah menyediakan fasilitas untuk konsiliasi dan arbitrase sengketa
investasi internasional.
Manakala suatu sengketa muncul, ICSID akan membentuk suatu panel arbitrase
ataukonsiliasi untuk menanganinya. Selanjutnya, peranan ICSID hanyalah mengawasi
jalannya persidangan dan memberikan aturan-aturan hukum acaranya.
Tujuan ICSID
Ada dua tujuan utama dibentuknya Konvensi ini:
1. Menjembatani jurang atau mengisi kekosongan upaya hukum di dalam menyelesaikan
kasus-kasus penanaman modal yakni dengan memberikan suatu mekanisme khusus
berupa fasilitas arbitrase dan konsilidasi
2. Mendorong dan melindungi arus modal dari negara maju kepada negara ketiga
Tujuan pertama konvensi ini terefleksi dari perannan ICSID. Wewenang badan ini khusus
dan terbatas pada sengketa modal saja yang dalah satu pihaknya adalah negara penerima
modal dengan penanam modal yang negaranya adalah juga konvensi ICSID. Shihata, mantan
sekjen ICSID, mengungkapkan dua tujuan dibentukan ICSID, yaitu:
1. Memberikan forum penyelesaian sengketa yang sifatnya menjembatani kepentingan
dan keinginan para pihak yang bersengketa, yaitu negara penerima modal dan investor
2. Mencegah politisasi penyelesaian sengketa internasional di bidang penanaman modal.
Tujuan pertama tercermin dari komposisi badan kelengkapan ICSID yaitu the
Administrative Council (Council). Council terdiri dari satu orang perwakilan dari setiap
negara anggota konvensi. Setiap perwakilan memliki satu hak suara. Dengan adanya hak
suara yang sama diantara sesama negara anggota, konvensi ICSID member jaminan suara
yang sama di antara negara-negara anggotanya.
Shinata mengungkapkan bahwa tujuan kedua ICSID sebenarnya adalah yang utama dan
terpenting, ICSID berupaya memberikan suatu iklim investasi yang sehat yang menimbulkan
kepercayaan di antara negara penerima modal dengan investor. Dengan adanya iklim
investasi yang sehat ini memungkinkan peningkatan investasi dari negara maju ke negara
berkembang. Manakala suatu sengketa, the center akan membentuk suatu panel arbitrase atau
konsiliasi untuk menanganinya. Selanjutnya, perananan the center hanyalah mengawasi
jalannya persidangan dan memberikan aturan-aturan hukum acaranya.
KEANGGOTAAN DAN STRUKTUR ICSID
Negara-negara yang bisa menjadi anggota Konvensi ICSID adalah setiap anggota
Bank Dunia. Namun, negara-negara bukan anggota bank dunia dapat menjadi anggota
Konvensi asal negara tersebut adalah anggota dari Statuta Mahkamah Internasional.
Badan ICSID sendiri tidak melaksanakan persidangan-persidangan arbitrase atau
konsiliasi. Sifat badan ini sama halnya seperti suatu sekretariat. Ia mengelola dan
memberikan fasilitas kepada para pihak yang hendak menyelesaikan sengketa penanaman
modalnya melalui arbitrase atau konsiliasi. Dalam hal ini lembaga yang dimaksud adalah
lembaga arbitrase dan konsiliasi ICSID.
ICSID dikelola oleh suatu administrative Council (dewan administratif). Setiap negara
peserta konvensi memiliki wakil dengan ketua ex officio, yaitu Presiden Bank Dunia. Badan
Utama dalam struktur organisasi ICSID adalah Secretary General (Sekjen). Ia berfungsi
sebagai registrar (pendaftar atau panitera).
Wewenang dari Administrative Council (dewan administratif) diantaranya adalah :
a. Mengesahkan peraturan administrasi dan keuangan pada Centre;
b. Mengesahkan aturan-aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan
arbitrasi;
c. Mengesahkan aturan-aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan
arbitrasi (disini selanjutnya disebut sebaga Aturan-aturan Konsiliasi dan Aturan-
aturan Arbitrase);
d. Menyetujui kerjasama dengan Bank untuk penggunaan fasilitas-fasilitas dan jasa-jasa
administrative Bank;
e. Menentukan persyaratan-persyaratan pelayanan Sekretaris Jenderal dan setiap Deputi
Sekretaris Jenderal;
f. Mengadopsi anggaran tahunan dari penerimaan dan pengeluaran dari Centre;
g. Menyetujui laporan tahunan mengenai pengoperasian Centre.
Keputusan-keputusan yang dimaksud dalam sub-ayat (a), (b), (c) dan (f) di atas harus
disahkan oleh mayoritas dua pertiga dari anggota Dewan Administratif.
Sekretariat harus terdiri dari seorang Sekretaris Jenderal, satu atau lebih Wakil Sekretaris
Jenderal dan staf. Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal harus dipilih oleh Dewan
Administratif dengan mayoritas dua pertiga dari para anggota atas pencalonan dari Ketua
untuk masa jabatan tidak melebihi enam tahun dan harus memenuhi syarat untuk dipilih
kembali. Sekretaris Jenderal harus menjadi perwakilan hukum dan pejabat utama dari Centre
dan harus bertanggungjawab untuk pengadministrasiannya, termasuk penunjukan staf, sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Konvensi ini dan aturan-aturan yang disahkan oleh Dewan
Administratif. Dia harus melaksanakan fungsi kepaniteraan dan harus memiliki kekuasaan
untuk pengotentikasian putusan-putusan arbitrase yang diberikan berdasarkan Konvensi ini,
dan mengesahkan salinan-salinan darinya.
ICSID menyimpan daftar nama untuk dicantumkan ke dalam suatu panel arbitrase atau
konsiliasi. Setiap negara peserta konvensi dapat menunjuk 4 orang arbitor atau konsiliator ke
dalam masing-masing daftar panel tersebut. Mereka dapat warga negaranya atau orang asing.
Ketua Dewan administratif dapat menunjuk 10 orang pada masing-masing panel.

KONVENSI ICSID
Konvensi mengandung 10 bab yang terbagi ke dalam 67 pasal. Bab 1 bagian 1
mengatur tentang berbagai aspek tentang arbitrase, yakni mulai dari pembentukan sampai
organisasi arbitrase. Bab II mengatur tentang jurisdiksi centre, Bab III mengatur tentang
Konsiliasi. Tentang arbitrase sendiri, yaitu tentang permohonan, konstitusi, wewenang dan
fungsi arbitrase serta putusan, pengakuan putusan arbitrase diatur dalam Bab V. Tentang
penggantian dan pendiskualifikasian arbitrator (dan konsiliator), biaya persidangan, tempat
persidangan masing-masing diatur dalam bab V sampai dengan bab VII. Sengketa-sengketa
para pihak, perubahan Konvensi serta ketentuan-ketentuan akhir diatur dalam Bab-bab
terakhir, VIII, IX, dan X.
Republik Indonesia meratifikasi Konvensi ICSID dengan UU no. 5 tahun 1968 (LN
No.32 tahun 1968) yakni Undang-undang tentang persetujuan atas Konvensi tentang
penyelesaian perselisihan antara negara dengan warga negara asing mengenai penanaman
modal. Undang-undang ini singkat saja hanya terdiri dari 5 pasal saja.
Disebutkan bahwa sesuatu perselisihan tentang penanaman modal antara Republik
Indonesia dan warga negara asing diputuskan menurut Konvensi ICSID dan Pemerintah
mewakili Republik Indonesia dalam perselisihan tersebut untuk hak substitusi. (Pasal 2).
Pasal utama penting lainnya adalah tentang pelaksanaan keputusan badan arbitrase
ICSID. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa untuk melaksanakan putusan Mahkamah Arbitrase
ICSID di wilayah Indonesia, maka diperlukan pernyataan Mahkamah Agung untuk
melaksanakannya, terdapat PERMA No. 1 Tahun 1990 tanggal 1 Maret 1990 tentang tatacara
pelaksanaan putusan arbitrase asing.

Anda mungkin juga menyukai