Of
Neurologi Therapy
d. Neuralgia Trigeminal
• Nyeri hebat yang timbul mendadak, hilang dalam beberapa menit, terjadi
pada daerah muka pada cabang n.trigeminus
227
Art
Of
Therapy
Neurologi
TERAPI
a. Nyeri Kepala Tegang Otot
• Analgetik dan pelemas otot (penenang) : diazepam, meprobamat
• Analgetik ajuvan : cafein 65 mg
• Kombinasi : 325 mg aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
• Antidepresan : amitriptipilin, antianxietas : benzodiazepin, butalbutal
• Psikoterapi suportif kalau diperlukan
• Fisioterapi : pemanasan, dan massase otot kuduk (kepala) kalau diperlukan
228
Art
Of
Therapy
Neurologi
d. Neuralgia Trigeminal
• Analgetik dan penenang
• Difenildantion 3 x 100 mg
• Karbamaszepin 3 x ½ - 1 tablet / @200 mg (obat pilihan)
• Penyuntikan lokal alkohol, gliserol, radiofarmaka atau kalau terpaksa
operasi.
Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006 : Perdossi
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Harsono (editor). Buku Ajar Neurologi Klinis
.
2005. Yogyakarta : Gadjah Mada Universuty Press
VERTIGO
DEFINISI
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh dari berbagai keadaan atau
penyakit.
Klasifikasi
1. Vestibulogenik
a. Primer : motion sickness, benign paroxixmal positional vertigo, meniere
disease, neuronitis vestibuler, drug induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisisensi vertebrobasiler, neuroma
akustik
2. NonVestibuler : gangguan serebelar, hiperventilasi, psikogenik, dll
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subyektif (symptoms) dan
objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh
1. Gejala subyektif
a. pusing, rasa kepala ringan
229
Art
Of
Therapy
Neurologi
TATA LAKSANA
• Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
• Terapi simptomatik
1. pengobatan simptomatik vertigo
- Ca-entry blocker : Flunarizin (Sibelium) 3X5-10 mg/hr
- Antihistamin : Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine
3x50 mg/hr
- Histaminik : Betahistine (Merislon) 3x8 mg
- Fenotiazine : Chlorpromazine (Largaktil) 3x25 mg/hr
- Benzodiazepine (Diazepam) 3x25 mg/hr
- Antiepileptik : (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG) :
Carbamazepine (Tegretol) 3x200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3x100 mg
- Campuran obat-obat di atas
2. pengobatan simptomatik otonom
- Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3x10 mg/hr
• terapi rehabilitasi : latihan visual-vestibular
230
Art
Of
Therapy
Neurologi
Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi.. Jakarta
2006 : Perdossi
231
Art
Of
Therapy
Neurologi
• Evaluasi :
- Tanda-tanda post concassion syndrome
- Tanda-tanda post traumatic syndrome
- Tanda-tanda post traumatic amnesia
- Tanda-tanda gangguan kognitif pasca cedera kepala
Tatalaksana :
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- istirahat di rumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada atanda-tanda
perdarahan epidural, seperti mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai
turun-gejala lucid interval)
2. Cedera Kepala Ringan
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- observasi di RS 2 hari
- keluhan hilang, mobilisasi
- simtomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
- antibiotik (atas indikasi)
3. Cedera Kepala Sedang dan Berat
a. terapi umum
untuk kesadaran menurun
• lakukan resusitasi
• bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing),
circulation (tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau
232
Art
Of
Therapy
Neurologi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,A., dkk. 2007. Kapitas Selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta edisi 3: Media
Aesculapius.
Saanin, S. Ilmu Bedah Saraf : Cedera Kepala. [serial on line] [cited 2007 Nov 24]
Available from URL :
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kelola.html
Soertidewi, L., dkk. 2006.
Konsensus Nasional : Penanganan Trauma Kapitis dan
Trauma Spinal. Jakarta : PERDOSSI.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan
Medis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta : Perdossi
2006
233
Art
Of
Therapy
Neurologi
PARKINSON'S DISEASE
PENGERTIAN
• Parkinsonism adalah gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan tremor,
hipokinesia, rigiditas, dan abnormal gait and posture. Parkinsonism dengan
etiologi idiopatik disebut Parkinson's Disease (PD) atau paralysis agitans. PD
adalah tipe parkinsonism yang paling banyak. Kira-kira 80% parkinsonism akibat
PD. Parkinsonism jenis lain: postencephalitic parkinsonism, arteriosklerotik
parkinsonism, drug-induced parkinsonism, toxic parkinsonism, post-traumatic
parkinsonism, dll.
• PD terjadi akibat degenerasi sel saraf di substansia nigra. Sel tersebut normalnya
menghasilkan dopamin yang bertanggung jawab terhadap fungsi koordinasi
otot-otot tubuh dan gerakan halus. Gejala PD tampak jika kerusakan sel sudah
mencapai sekitar 80%.
• Insidensi biasanya pada usia 40-70 tahun dengan puncak usia 60-an.
• Laki-laki : wanita = 3 : 2
DIAGNOSIS
• Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Tanda dan Gejala:
a. Tremor --> resting tremor (getaran terus-menerus saat ekstremitas
relaksasi). Tremor pada satu lengan saja (asimetris) yang dijumpai pada
awal perjalanan penyakit merupakan gejala khas dari Parkinson's Disease
sehingga dapat digunakan untuk menyingkirkan Parkinsonism jenis
lainnya. Pada perjalanan setelahnya dapat dijumpai tremor pada kedua
lengan, atau bahkan melibatkan organ selain lengan seperti rahang, lidah,
kelopak mata dan tungkai.
b. Pill-rolling tremor (tremor pada jempol dan telunjuk tangan) merupakan
karakteristik yang banyak dijumpai pada pasien dengan Parkinson's
Disease.
c. Rigiditas --> cogwheel rigidity (tahanan lengan terhadap gerakan pasif saat
ekstremitas relaksasi)
d. Akinesia --> bradikinesia (gerakan yang melambat dan hilangnya gerakan
otomatis dan spontan)
e. Postural instability --> stooped posture (miring ke depan atau ke belakang,
234
Art
Of
Therapy
Neurologi
• Diagnosis Banding :
- Progresif Supranuclear palsy
- Multiple System Atrophy
- Corticobasal degeneration
- Huntington Disease
- Primary Palidal Atrophy
- Diffuse Lewy Body isease
235
Art
Of
Therapy
Neurologi
TERAPI
1. Farmakoterapi
• Secara umum terapi dimulai jika sudah mengganggu pekerjaan atau aktivitas.
• Levodopa dan carbidopa adalah terapi baku pada PD. Kegagalan respon
terhadap L-dopa mengarahkan bahwa gangguan bukan PD, tetapi PD-like.
• Dosis awal L-dopa: 200-300 mg/hari. Dosis naik pelan-pelan untuk menemukan
dosis efektif minimal. Dosis harian maksimal: 800 mg L-dopa.
• Ada dua enzim yang terlibat dalam pemecahan L-dopa yang bisa dihambat, yaitu
dopa-dekarboksilase (DDC) dan katekol-O-metiltransferase (COMT). Contoh
DDC inhibitor: carbidopa, benserazide. Contoh COMT inhibitor : entecapone.
Contoh produk: Sinemet (L-dopa + carbidopa), Madopar (L-dopa + benserazide),
Stalevo (L-dopa + carbidopa + entecapone). Dosis awal Sinemet 10/100
(carbidopa 10 mg + L-dopa 100mg) atau 25/100 tiga kali sehari.
• Dopamin agonis dapat dipakai sebagai monoterapi maupun dikombinasikan
dengan L-dopa. Contoh: bromocriptine, pergolide, piribedil, pramipexole.
• Bromocriptine: dosis minggu pertama 4x 1,25mg/hari ditingkatkan 1,25
mg/minggu sampai dosis 7,7-45 mg/hari.
• Pergolide: dosis minggu pertama 4x 0,25mg/hari ditingkatkan 0,125 mg/minggu
sampai dosis 0,75-4,5 mg/hari.
• Piribedil: dosis minggu pertama 1x 50mg/hari ditingkatkan 50 mg/minggu sampai
4 tablet kemudian 50 mg/2minggu sampai dosis 150-250 mg/hari.
• Pramipexole: dosis minggu pertama 3x 0,125mg/hari, dosis minggu kedua 3x
0,25mg/hari, dosis minggu ketiga 0,5mg/hari, kemudian ditingkatkan 0,5
mg/minggu sampai dosis 1,5-4,5 mg/hari.
• MAO-B-inhibitor juga dapat dipakai sebagai monoterapi maupun
dikombinasikan dengan L-dopa. Contoh: selegiline 5 mg dua kali sehari.
• Treatment non-dopaminergik: antikolinergik (THP/trihexiphenidyl 6-20 mg/hari,
benztropine mesylate 1-6 mg/hari), amantadine 2x 100 mg/hari. Antikolinergik
dapat diberikan pada pasien dengan tremor predominan.
• Sebagian besar pasien yang diobati dengan L-dopa + carbidopa akhirnya akan
berkembang gejala fluktuasi. Dopamin agonis menurunkan gejala fluktuasi,
236
Art
Of
Therapy
Neurologi
2. Non-farmakoterapi
• Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan
stimlasi otak
• Rehabilitasi gerak, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa, meminimalkan
penurunan berat badan dan evaluasi gejala psikiatri untuk memperbaiki kualitas
hidup
• Pskoterapi
Penyulit :
- Fluktuasi obat (fenomena off on)
- Hipotensi postural
- Perubahan Tingkah laku : demensa, depresi, sleep disorder, psikosis
Daftar Pustaka
Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology, 3rd. 1996.
ed Connecticut: Appleton
and Lange.
Gilroy J. Basic Neurology, 3rd
. 2000.
ed New York: McGraw-Hill.
Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor's Principles of Neurology, . 2005.
8thNew
ed York:
McGraw-Hill
Subagya. Parkinson's Disease: Kuliah Ilmu Penyakit . 2006. Yogyakarta: Fakultas
Saraf
Kedokteran UGM.
Was'an M. Movement Disorder: Kuliah Ilmu Penyakit . 2006. Yogyakarta: Fakultas
Saraf
Kedokteran UGM.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006: Perdossi
MENINGITIS
DEFINISI
Meningitis adalah suatu reaksi atau sindroma inflamasi yang melibatkan sebagian
atau semua bagian dari piameter dan arachnoid serta cairan serebrospinal yang
mengelilingi otak dan medula spinalis
237
Art
Of
Therapy
Neurologi
Kausa
Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit
KRITERIA DIAGNOSIS :
• Anamnesis : gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara
1 – 7 hari. Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit keala, fotofobia, mialgia,
mual, muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran
• Pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan neurologis :
o Tanda-tanda rangsang meningeal
o Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
o Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
o Gejala-gejala lainnya : infeksi ekstrakranial misal : sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, artritis (N. Meningitidis)
• Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
o Lumbal pungsi
o Pemeriksaan cairan serebrospinal
o Pemeriksaan kultur cairan serebrospinal dan darah
o Pemeriksaan darah rutin
o Pemeriksaan kimia darah
Radiologis :
o Foto polos paru
o CT-scan kepala
DIAGNOSIS BANDING
• Subarachnoid hemorrhagi
• Tumor fossa posterior
• Sindroma maligna neuroleptik
PENGOBATAN
• Choloquine peroral 600mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya, kemudian 150mg
tiap 12 jam selam 1 hari, akhirnya 150mg/hai selama 2 hari
• Kebanyakan pasien meningitis bakteri diobati selama 10-14 hari, kecuali ada fokal
infeksi yang tetap, dapat lebih lama.
238
Art
Of
Therapy
• Kortikosteroid masih banyak digunakan terutama jika jumlah bakteri di cairan s.s
tinggi dengan minimal pleositosis dan infusiensi adrenal akut (Adams, et al 1997)
• Antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang: Diazepam,
dosis 0,25-0,4 mg/kg, rata-rata 1-2 mg/menit
• Pada anak-anak dicegah terjadinya hiponatremi dan intoksikasi air.
• Untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat diberikan : Mannitol i.v dengan
bolus 1 gr/kg tiap 2-3 jam
• Meninggikan kepala di tempat tidur dengan sudut 30°
Kloramfenikol
Virus
• Acyclovir diberikan i.v, dengan dosis 10 mg/kgBB tiap 8 jam. Jika membaik dalam 1
minggu dilanjutkan hingga 14 hari
• Untuk kasus rekuren, diberikan acyclovir 15 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 21 hari
dan vidaribine 15 mg/kgBB perhari
• Fase akut bisa diberikan dexamehasone 0,15 mg/kgBB 6 jam dilanjutkan 0,25
mg/kgBB tiap 6 jam
• Untuk herpes zooster dosis per oral 5x800 mg acylovir
Cryptococcosis
• Amphotericin B mulai 0,4-0,6 mg/kg sekali sehari, bisa dinaikan 1 mg/kg sekali
sehari, dapat dinaikan pada hari kedua, total 2-3 gr
• Ditambah flucytosine: 150 mg/kg sekali sehari, obat diteruskan sampai 6 minggu
239
Art
Of
Therapy
Neurologi
Toxoplasma
• Sulfadiazine tab : hari pertama 4 g, diikuti 2-6 g/kg ditambah pirimetamine tab
pada hari pertama 100-200 mg, diikuti 25 mg/hr/kgBB, selama 4-6 minggu
• Fansidar Tab : hari pertama 4 tab, berikutnya 1 tab, selama 4-6 minggu
• Spiramisin Tab untuk :
a. Wanita hamil : 3 g/hari sampai 3 minggu (6 x 500 mg/hari sampai 3 mg)
b. Dewasa : 100 g/kg sampai 30 hari, berhenti 2 minggu, untuk dilanjutkan
sampai 45 hari
Tuberculosis
• Isoniazide 300 mg tiap hari selama 6 bulan ditambah dengan Rifampin 600 mg
tiap hari selama 6 bulan ditambah Pyrazinamide 15-30 mg/ kg tiap-tiap hari
selama 2 bulan, atau:
• Isoniazide 300 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah
o Rifampin 600 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah
o Etambutol 25 mg/kg tiap hari selama 2 bulan
o Etambutol bisa diganti dengan streptomisin 1 g tiap hari selama 2 bulan,
atau
• Isoniazide 300 mg tiap hari selama 1 bulan, diteruskan dengan Isoniazide 900 mg
yang diberikan 2 x/minggu selama 8 bulan, ditambah Rifampin 600 mgr tiap hari
selama 1 bulan. Diteruskan dengan 600 mg 2x/ minggu selama 8 bulan.
Spirochaeta (Sifilis)
• Awal sifilis : Penicillin G, benzatine injeksi 2,4 mil unit i,m, single dose
• Sesudah terjadinya Neurosyfilis:
a. Penicillin G (dalam aqua) 24 mil unit i.v selama 3 minggu atau
b. Penicillin G (dalam aqua) 2 mil unit perhari dengan 2 g probenecid per oral
tiap hari, bagi yang alergi penisillin bisa dengan :
c. Doxycyllin 300 mg peroral dosis terbagi selama 30 hari
d. Tetracyclin 500 mg 4 kali sehari, selama 14 hari
Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006 : Perdossi
240
Art
Of
Therapy
Neurologi
ENSEFALITIS
DEFINISI
Penyakit peradangan jaringan otak
Kausa
Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit
KRITERIA DIAGNOSIS
• Adanya gejala klinis
• Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya
• Gejala dan Tanda Klinis
• Fotofobia
• Panas
• Perubahan tingkah laku
• Diplopia
• Disfasia
• Disorientasi
• Amnesia
• Hemiplegi (defisit neurologis fokal)
• Kesadaran menurun
• Kejang
Diagnosis Banding
• Pasien alkoholik
• Pasien intosikasi
• Hepatik ensefalopati
• Psikosis
• Karsinomatosis
Pemeriksaan Penunjang
• Analisis cairan serebrospinalis, kultur, dan sensitivitas tes
• Analisis darah, kultur, dan sensitivitas tes
• Head CT-scan
241
Art
Of
Therapy
Neurologi
Pengobatan
a. Bakteri, Virus, Cryptococcosis, Toxoplasma, Tuberculosis, Spirochaeta (Sifilis)
pengobatan sama dengan pada meningitis
b. Malaria
• Chloroquine
a. Chloroquine per oral 600 mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya,
kemudian 150 mg tiap 12 jam selama 1 hari, akhirnya 150mg/hr selama 2
hari
b. Chloroquine injeksi i.v : 10 mg/kg sampai 8 jam, diikuti 15 mg/kg sampai
24 jam berikutnya
• Quine/Quinidine
a. Peroral : 15 mg/kg dan dosis maintenance 7,5 mg/kg tiap 8 jam selama 7
hari
b. Injeksi i.v 20 mg/kg sampai 4 jam diikuti maintenance terapi 10 mg/kg
selama 2 jam tiap jam selama 9 hari
Daftar pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006 : Perdossi
EPILEPSI
DEFINISI
Keadaan dengan ciri-ciri munculnya bangkitan berulang. Istilah epilepsi digunakan
untuk mengkarakteristikan serangan berulang bersifat relatif stereotipik dari suatu
pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter)
DIAGNOSIS
o Penegakan diagnosis untuk epilepsi terutama berdasarkan riwayat adanya
serangan berulang sedikitnya 2 kali dalam setahun. Bersifat stereotipik dari
suatu pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter) yang dilaporkan oleh
saksi mata.
o Pendekatan diagnostik lain yang banyak dimanfaatkan adalah dengan
elektroensefalografi (EEG). Pencairan etiologi sesuai dengan tipe bangkitan
yang ditemukan, misalnya anamnesis untuk tipe fokalitas bangkitan, dan ada
242
Art
Of
Therapy
Neurologi
Kausa
• Beberapa penyebab epilepsi pada orang dewasa:
Lesi struktural (tumor, AVM), penyakit serebrovaskuler (infark, hipertensi,
perdarahan). Epilepsi umum primer/idiopatik, trauma infeksi SSP (ensefalitis,
meningitis, abses), penyakit sistemik (kelainan ginjal, hati, hematologis),
penyakit degeneratif otak, keracunan/iatrogenik (drug abuse, psikotropik,
alkohol).
• Beberapa penyebab epilepsi pada anak-anak:
Kejang demam, serebral palsy, sindrom epilepsi spesifik (spasma infantil,
epilepsi rolandik, epilepsi umum primer), infeksi SSP, lesi struktural (AVM,
hidrosefalus), penyakit metabolik, keracunan, penyakit sistemik, penyakit
keturunan (Sturge Weber, sklerosis tuberosa).
243
Art
Of
Therapy
Neurologi
Diagnosis Banding
Serangan anoksia, sinkope, breath holding spell, hyperventilasi syndrome, histeri,
migren, vertigo berkala, abdominal pain, narkolepsi, kataplexy, tic doloreux
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan EEG
• Pemeriksaan neuroradiologik
a. Tanpa kontras : foto thorax, foto tengkorak, CT-scan
b. Dengan kontras : arteriografi, pneumoensefalografi, ventikulografis, CT-
scan
• Pemeriksaan Laborat misalnya elektrolit, gula darah dll
244
Art
Of
Therapy
Neurologi
Tabel 45. DOC u/ Masing2 serangan
Tipe serangan First-line Second-line/add on Third line/add on
Parsial simpel Karbamazepine Asam valproat Tiagabin
dan kompleks dengan atau tanpa Fenitoin Levetiracetam Vigabatrin
general sekunder Fenobarbital Zonisamid Felbamat
Okskarbazepin Pregabalin Pirimidon
Lamotrigin
Topiramat
Gabapentin
Tonik klonik Asam valproat Lamotrigin Topiramat
Karbamazepine Okskarbazepin Levetiracetam
Fenitoin Zonisamid
Fenobarbital Pirimidon
Mioklonik Asam valproat Topiramat Lamotrigin
Levetiracetam Clobazam
Zonisamid Clonaze pam
Fenobarbital
Absence (tipikal dan atipikal) Asam valproat Etosuksimid Levetiracetam
Lamotrigin Zonisamid
2. karakteristik pasien
Dalam pengobatan dengan obat antiepilepsi karakteristik pasien harus
dipertimbangkan secara individu. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
efek buruk obat, dosis yang tepat, harga, pola hidup dan usia pasien. Suatu obat
antiepilepsi mungkin efektif pada pasien tertentu namun jika ada kontra indikasi
atau terjadi reaksi yang tidak bisa ditoleransi maka sebaiknya penggantian obat
dilakukan. Sebagai contoh asam valproat pada wanita, khususnya wanita yang
masih dalam usia subur.
DAFTAR PUSTAKA :
Wibowo, S & Gofir, A. 2006. Obat Antiepilepsi. Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta.
TETANUS
DEFINISI
Tetanus adalah gangguan neurologiss yang ditandai dengan meningkatnya tonus
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin (toksin dari C Tetani).
Tetanospasmin memblokade pelepasan neuroteransmiter inhibitori (GABA dan
glisin) sehingga dapat terjadi spasme yang tak terkontrol pada otot serta
peningkatan reflek-reflek. Spora C. Tetani
banyak terdapat pada tanah serta kotoran
245
Art
Of
Therapy
Neurologi
hewan.
KRITERIA DIAGNOSIS
- Hipertoni dan spasme otot
• Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik
• Lain-lain : kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka
- Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
- Umumnya ada luka/riwayat luka
- Retensi urine dan hiperpireksia
- Tetanus lokal
Diagnosis banding
§ Kejang karena hipokalsemia
§ Reaksi distonia
§ Rabies
§ Meningitis
§ Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
§ Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
§ Epilepsi/kejang tonik klonik umum
TERAPI
- IVFD dekstrose 5% : RL = 1:1/6 jam
- Kausal :
• Serum anti tetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama
3-5 hari. Skin test sebelumnya. Atau
• Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M,
tergantung berat penyakit. Single dose.
• Antibiotik:
o Metronidazol 500 mg tiap 6 jam atau 1 gram i.v tiap 12 jam; dosis anak
15-30 mg/kgBB/hari i.v terbagi tiap 8-12 jam. Metronidazol lebih aman
dibandingkan penisilin karena tidak mengantagonis GABA. KI : TM 1
kehamilan, hipersensitivitas.
246
Art
Of
Therapy
Neurologi
o Penisillin (10-12 juta unit i.v terbagi dalam 4 dosis selama 10 hari)
o Alternatif : Eritromisin (4 x 500 mg), Tetrasiklin (4 x 500 mg)
- Penanganan luka : dilakukancross incision
dan irigasi menggunakan H2 O2
- Anti spasme
• Diazepam : Spasme ringan: 5-10 mg p.o tiap 4-6 jam; spasme sedang: 5-10
mg i.v; spasme berat: 50-100 dalam 500 D5, diinfuskan 40 mg tiap jam. Dosis
anak 0.1-0.8 mg/kgBB/hari 3-4 kali sehari, pada spasme sedang hingga berat
0.1-0.3 mg/kgBB/hari tiap 4-8 jam.KI: Glaukom sudut sempit
• Fenobarbital : 1 mg/kg i.m tiap 4-6 jam, pada anak: 5 mg/kgBB i.m dosis
terbagi 3 atau 4 kali/hari
- Tempatkan pasien pada tempat yang tenang
- Pasang NGT serta kateter bila diperlukaan
- Oksigen diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernafasan,
sianosis. Bila terdapat spasme glotis dapat dilakukan trakeostomi, ventilator
mekanik digunakan bila terdapat kelumpuhan otot-otot pernapasan
- Nutrisi yang diberikan TKTP, bentuk lunak, saring, atau cair
- Menghindari tindakan yang bersifat merangsang, termasuk suara atau cahaya
yang intensitasnya bersifat intermiten
Pencegahan
1. Pada anak anak dapat diberi vaksin DPT
2. Pada orang dewasa sebaiknya menerima booster terutama pada individu yang
memiliki faktor resiko (bekerja di daerah persawahan maupun perkebunan).
Pada individu yang memiliki luka jika:
ý Telah menerima booster tetanus dalam 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksinasi lebih lanjut.
ý Belum pernah menerima booster dalam jangka waktu 5 tahun terakhir,
segera berikan vaksinasi.
ý Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasi tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus (TIG) dan suntikan pertama dari vaksinasi
tiga bulanan.
Daftar Pustaka
PAPDI. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
. Jakarta
CMDT 2006. Attygalle D et al: New trends in the management of .tetanus
Expert Rev
247
Art
Of
Therapy
Neurologi
DIAGNOSIS
Gejala-gejala
• Nyeri di pinggang setempat atau difus ( sifat hilang timbul atau terus menerus
dan meningkat jika disertai dengan perubahan sikap)
• di pinggang ( biasanya berasal dari proses patologi di daerah
Referred pain
abdominal, pelvis)
• Nyeri radikuler ; nyeri yang menjalar sesuai daerah dermatomnya, batuk dan
nafas dapat menimbukan rasa nyari)
• Nyeri spasme otot : pegal-pegal akibat sikap duduk terus menerus, berdiri yang
salah dan hilang jika dipijat
• Nyeri yang terus-menerus di waktu malam hari ( sering berhubungan dengan
tumor maligna di tulang belakang)
248
Art
Of
Therapy
Neurologi
Selain data anamnesis seperti tersebut diatas, masih diperlukan data yang diperoleh
dari pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan Klinis
a) Inspeksi : gaya berjalan, sikap duduk, bentuk tulang belakang :lordosis,
skoliosis)
b) Pada posisi telentang :
1. Tes untuk merenggangkan saraf iskhiadikus
a. Tes LASEGUE ( Straight Leg Raising : SLR)
Cara : Dengan dijaga agar tungkai yang sakit tetap lurus, dilakukan
fleksi pada sendi panggul
Hasil : Normal, tungkai dapat di fleksikan hingga 80°-90°
b. Tes LASEGUE MENYILANG
Cara : Sama dengan tes Lasegue seperti di atas, hanya saja yang
diangkat adalah tungkai yang SEHAT.
Hasil : Tes dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang saraf
iskhiadikus tungkai yang SAKIT.
c. Tes PATRICK
Cara : Tumit atau maleolus tungkai yang SAKIT kita tempatkan
pada lutut tungkai kakinya, tekan lutut yang fleksi/ SAKIT
ke bawah
Hasil :Positif bila ada rasa nyeri di sendi panggul (mis :koksitis)
d. Tes KONTRA PATRICK
Cara : Lipat/fleksikan tungkai yang sakit ke sisi luar dan
endorotasikan serta adduksikan kemudian adakan
penekanan sejenak pada lutut tersebut
Hasil : positif jika ada rasa nyeri di sendi sakroiliaka
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal
a. Tes NAFFZIGER
Cara: kedua vena jugularis di tekan selama 2 menit
Hasil : dengan penekanan kedua vena tersebut, tekanan
intrakranial akan meningkat, yang akan diteruskan ke ruang
intratekal dengan akibat akan memperhebat nyeri
b. Tes VALSALVA
249
Art
Of
Therapy
Neurologi
2. Pemeriksaan Neurologis
a. Pemeriksaan Motorik
Pada pemeriksaaan motorik dicari apakah ada tanda-tanda kelemahan otot
atau mungkin ada atropi dan fasikulasi, sehingga akan diketahui myotom
mana yang terganggu.
Contoh : atropi otot gastroknimus dan gluteus maksimus menunjukkan
bahwa radiks S1 terganggu.
b. Pemeriksaan sensorik
Untuk mengetahui dermatom mana yang terkena
3. Pemeriksaan refleks
Bila ada kelainan pada suatu refleks tendon, ini berarti ada gangguan pada
lengkung refleksnya
Contoh : Bila refleks tumit menurun atau menghilang, menunjukkan bahwa saraf
spinal S1 terganggu
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen lumbosakral AP, lateral, oblik kanan dan kiri
b. Foto Rontgen poos pelvis
c. Pemeriksaan EMG :
Atas indikasi, terutama pada kasus LBP dengan sindrom radikuler dan
mungkin LBP dengan tanda bahaya(red flags)
d. pemeriksaan Mielogram
e. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi) :
- laju enap darah
- darah tepi lengkap
- C-reaktif protein (CRP)
- Factor rematoid
- Fosfatase alkali/asam
- Kalsium, fosfor serum
- Urinalisa
250
Art
Of
Therapy
Neurologi
- Cairan serebrospinal
Gold Standard : -
Patologi Anatomi
Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya
TERAPI
1. Tindakan noninvasive
a. Tirah baring
Pasien tidur selama 2-3 minggu di tempat alas yang datar dan tempat tidur
dibuat Semi Flowersetengah
: duduk dengan sedikit fleksi pada sendi utut
dan panggul
Cara : tidur setengah duduk dengan diganjal bantalpada lipat lututnya
Tujuan : untuk memulihkan kemampuan menahan berat badan kembali
seperti semula
b. Latihan fisik untuk mengurangi spasme
Tujuan untuk mencegah terjadinya kontraktur dan atropi otot-otot, serta
mempelancar aliran darah
c. Posisi yang nyaman
d. Fisioterapi
2. Terapi Farmakologi
a. Anagetik non-opiod :
• Derivat aniline : parasetamol (asetaminofen)
• Obat anti infamasi non-steroid
Meloxicam, tramadol, aspirin, diklofenak
b. Analgetik opiod : Morfin, Diamorfin, Buprenorfin, Kodein.
c. Antidepresan : Tricycic antidpresant, MOA, Drivat Benzodiazepin
d. Psikotropika
§ Mayor Tranquiizer : prometazine, trimoperazine, methotrimoperazin
§ Minor tranquilizer : benzodiazepin,diazepam
e. Vitamin
3. Operasi
Penyulit : Terutama pada LBP dengan tanda bahaya dan LBP dengan
sindrom radikuler
251
Art
Of
Therapy
Neurologi
Konsultasi : Bagian Saraf, Bagian Bedah Saraf, Bagian Orthopedi, Unit Rehabilitasi
Medis, Psikologi
Daftar Pustaka
Priguna Sidharta. 2004. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian
Rakyat. Jakarta
`Sukman, dkk. 2000. Kapita Selekta. Media Aesculapis. Jakarta
Perdossi, 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis & Standar
Prosedur Operasional Neurologi. Jakarta
Cervical Syndrome
DEFINISI
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang
menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna
vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, pada
ligamentum flavum, “facet joints”.
KRITERIA DIGANOSIS
- Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
- Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang berlangsung
sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh rotasi
lateral leher secara bersamaan (spurling manuver
)
- Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan
intradiskal sepeerti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava
TATALAKSANA
- Konservatif 3-6 minggu, berupa :
• istirahat servikal :collar neck
bila perlu
252
Art
Of
Therapy
Neurologi
• NSAID
• Suntikan lokal
• fisioterapis
- Operatif bila ada penyulit (nyeri neuropatik, kelumpuhan anggota gerak).
BELL'S PALSY
DEFINISI
Bell's palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-
supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer namun mungkin sekali akibat
edema jinak dan iskemia pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau
sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Mungkin sekali edema tersebut merupakan gejala reaksi
yang disebut 'masuk angin' oleh karena pada kebanyakan penderita dapat diperoleh
data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk di mobil dengan jendela terbuka,
tidur di lantai, atau setelah 'begadang'. Studi terbaru menyebutkan ada hubungan
Bell's palsy dengan infeksi Herpes Simplex Virus (HSV).
DIAGNOSIS
TANDA DAN GEJALA:
- Bell's Palsy hampir selalu unilateral.
- Kelumpuhan otot-otot fasial atas dan bawah sesisi.
- Lagoftalmos ipsilateral
- Bell's sign (patognomonis untuk Bell's palsy), fenomena dimana bila penderita
disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada mata yang tidak dapat
menutup (lagoftalmos) dapat disaksikan bola mata berputar ke atas.
- Pengeluaran air mata berlebihan karena mata yang terpapar debu, angin,
cahaya, dan lain-lain.
- Kadang-kadang ada gangguan pengecapan, jika chorda tympani ikut terlibat.
MANAJEMEN
- Dalam 5 hari sampai 2 bulan 95 % kasus Bell's palsy bisa sembuh tanpa
pengobatan.
- Pada tahap akut kortikosteroid dapat digunakan. Yang direkoomendasikan
251
Art
Of
Therapy
Neurologi
adalah Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama 6 hari diikuti dosis taper
selama total 10 hari.
- Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatansia per os dengan ACTH
i.m. 40 sampai 60 satuan/hari selama 2 minggu dapat mempercepat
penyembuhan.
- Acyclovir 400 mg 5 kali sehari.
- Perawatan mata. Pakai kacamata dan artifial tear saat siang hari. Lubricant mata
saat tidur malam hari.
Referensi
Monnell, Kim. 2006. Bell's Palsy
. Emedicine.
Sidharta, Priguna. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek .Umum
Jakarta: Dian Rakyat.
254