Anda di halaman 1dari 28

Art

Of
Neurologi Therapy

9. Ilmu Penyakit Saraf


NYERI KEPALA
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Nyeri Kepala Tegang Otot
• Terasa berat, seperti diikat, pegal, tegangan seperti dibebani biasanya di
daerah kuduk (oksipital) kadang-kadang dapat menyeluruh atau bilateral
• Sering mengenai penderita dengan mental yang labil, umumnya dicetuskan
oleh stres
• Rasa nyeri karena kontraksi berlebihan otot-otot di daerah kepala tersebut
4 •Ceftazidim
dapat berlangsung selama630 menit hingga 7 hari
gram 8
5 Ceftriaxon 4 gram 12-24
6 4-6 gram 6
7 b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren) 3-5 gram
Gentamisin 8
• Rasa nyeri berdenyut-denyut, timbul dalam serangan yang berulang dan
menghebat kalau mengadakan aktifitas
• Biasanya unilateral, kadang-kadang menjalar ke sisi lain (bilateral), sering
mual, kadang-kadang sampai muntah
• Kalau nyeri di daerah orbita dapat menyebabkan pengeluaran air mata
• Pada migren klasik didahului dengan aura, biasanya aura penglihatan :
berkunang-kunang, skotoma, dan lain-lain yang berlangsung sebentar
• Pada migren komplikata dapat disertai kelumpuhan otot bola mata (migren
oftalmolplegis) ataupun migren hemiplegis yang sifatnya hanya sementara
• Nyeri dapat kambuh karena dicetus oleh : stres mental, kelelahan,
kepanasan, haid (hormonal), terlambat makan, makanan tertentu dan lain-
lain

c. Nyeri Kepala Pasca Trauma


• Nyeri atau pusing (dizzy) sesudah trauma kepala, trauma kalau kepala
digerakan

d. Neuralgia Trigeminal
• Nyeri hebat yang timbul mendadak, hilang dalam beberapa menit, terjadi
pada daerah muka pada cabang n.trigeminus

227
Art
Of
Therapy

Neurologi

• Dapat dicetuskan oleh perangsangan ringan daerah tersebut : meraba,


mengupas, berbicara, mengunyah, menyikat gigi,dsb

e. Nyeri Kepala Tumor Otak


• Nyeri dapat berupa berat, seperti ditusuk, berdenyut yang frekuensi
serangan dan intensitasnya makin lama makin hebat di otak, gejala
neurologis dapat timbul atau tidak. Gejala neurologis: kejang fokal,
monoparese, gangguan sensibilitas, gangguan penglihatan, gangguan
mental, pelupa, dll

TERAPI
a. Nyeri Kepala Tegang Otot
• Analgetik dan pelemas otot (penenang) : diazepam, meprobamat
• Analgetik ajuvan : cafein 65 mg
• Kombinasi : 325 mg aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
• Antidepresan : amitriptipilin, antianxietas : benzodiazepin, butalbutal
• Psikoterapi suportif kalau diperlukan
• Fisioterapi : pemanasan, dan massase otot kuduk (kepala) kalau diperlukan

b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren)


• Istirahat, analgetik, penenang
• Vasokontriksi : kafergot 3 x ½ - 1 tablet (tidak boleh pada wanita hamil dan
penderita penyakit jantung)
• Sumatriptan 1 tablet
• Flunarizin 1 x 5 – 20 mg
• Kalau serangan sering : siproheptadin, propanolol atau pizotifen untuk
pencegahan
• Hindari faktor pencetus

c. Nyeri Kepala Pasca Trauma


• Analgetik
• Minor tranquilizer
• Anti vertigo (Proklorperazin, difenhidramin, betahistin) bila ada vertigo
• Psikoterapi (kalau perlu)

228
Art
Of
Therapy

Neurologi

d. Neuralgia Trigeminal
• Analgetik dan penenang
• Difenildantion 3 x 100 mg
• Karbamaszepin 3 x ½ - 1 tablet / @200 mg (obat pilihan)
• Penyuntikan lokal alkohol, gliserol, radiofarmaka atau kalau terpaksa
operasi.

Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006 : Perdossi
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Harsono (editor). Buku Ajar Neurologi Klinis
.
2005. Yogyakarta : Gadjah Mada Universuty Press

VERTIGO
DEFINISI
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh dari berbagai keadaan atau
penyakit.

Klasifikasi
1. Vestibulogenik
a. Primer : motion sickness, benign paroxixmal positional vertigo, meniere
disease, neuronitis vestibuler, drug induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisisensi vertebrobasiler, neuroma
akustik
2. NonVestibuler : gangguan serebelar, hiperventilasi, psikogenik, dll

KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subyektif (symptoms) dan
objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh
1. Gejala subyektif
a. pusing, rasa kepala ringan

229
Art
Of
Therapy

Neurologi

b. rasa terapung, terayun


c. mual
2. Gejala obyektif
a. keringat dingin
b. pucat
c. muntah
d. sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
e. nistagmus
3. Dapat disertai gejala berikut
a. kelainan THT (gangguan pendengaran)
b. kelainan mata
c. kelainan saraf (kelemahan anggota gerak, nyeri kepala)
d. kelainan hipertensi, sakit jantung)
e. kelainan (penyakit paru, anemia)
f. kelainan psikis
g. konsumsi obat-obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, salisilat)

TATA LAKSANA
• Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
• Terapi simptomatik
1. pengobatan simptomatik vertigo
- Ca-entry blocker : Flunarizin (Sibelium) 3X5-10 mg/hr
- Antihistamin : Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine
3x50 mg/hr
- Histaminik : Betahistine (Merislon) 3x8 mg
- Fenotiazine : Chlorpromazine (Largaktil) 3x25 mg/hr
- Benzodiazepine (Diazepam) 3x25 mg/hr
- Antiepileptik : (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG) :
Carbamazepine (Tegretol) 3x200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3x100 mg
- Campuran obat-obat di atas
2. pengobatan simptomatik otonom
- Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3x10 mg/hr
• terapi rehabilitasi : latihan visual-vestibular

230
Art
Of
Therapy

Neurologi
Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi.. Jakarta
2006 : Perdossi

CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)


DEFINISI
Cedera kepala adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara
langsung (kerusakan primer) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder). Cedera
otak yang terjadi sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat kekerasan,
karena kecelakaan lalulintas, dan sebagian besar (84%) menjalani terapi konservatif
dan sisanya membutuhkan tindakan operatif

KRITERIA DIAGNOSIS KLINIS


Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :
1. Minimal = simple head injury
• Nilai GCS 15 (normal)
• Kesadaran baik
• Tidak ada amnesia
2. Cedera kepala ringan
• Vital sign dalam batas normal
• Nilai GCS 14 atau
• Nilai GCS 15 dengan :
o Amnesia paska cedera < 24 jam, atau
o Hilang kesadaran < 10 menit
• Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah, sakit kepala
atau vertigo
3. Cedera Kepala Sedang
• Nilai GCS 9-13
• Hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
• Dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis
• Amnesia paska cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negatif)
4. Cedera Kepala Berat
• Nilai GCS 5-8

231
Art
Of
Therapy

Neurologi

• Hilang kesadaran > 6 jam


• Ditemukan defisit neurologis
• Amnesia paska cedera > 7 haris
5. Kondisi Kritis
• Nilai GCS 3-4
• Hilang kesadaran > 6 jam
• Ditemukan deficit neurologis

• Evaluasi :
- Tanda-tanda post concassion syndrome
- Tanda-tanda post traumatic syndrome
- Tanda-tanda post traumatic amnesia
- Tanda-tanda gangguan kognitif pasca cedera kepala

Tatalaksana :
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- istirahat di rumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada atanda-tanda
perdarahan epidural, seperti mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai
turun-gejala lucid interval)
2. Cedera Kepala Ringan
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- observasi di RS 2 hari
- keluhan hilang, mobilisasi
- simtomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
- antibiotik (atas indikasi)
3. Cedera Kepala Sedang dan Berat
a. terapi umum
untuk kesadaran menurun
• lakukan resusitasi
• bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing),
circulation (tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau

232
Art
Of
Therapy

Neurologi

lebih dari 90 mmHg) nadi, suhu (tidak boleh terjadi pireksia)


• keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi cukup, dengan kalori
50% dari lebih dari normal
• jaga keseimbangan gas darah
• jaga kebersihan kandung kemih, jika perlu pasang kateter
• jaga kebersohan dan kelancaran jalur intravena
• rubah-rubah posisi untuk mencegah decubitus
• posisi kepala ditinggukan 30 derajat
• pasang NGT pada hari kedua, kecuali kontraindikasi yaitu pada fraktur
basis kranii
• infus cairan isotonis
• berikan oksigen sesuai indikasi
b. terapi khusus
medikamentosa
• mengatasi tekanan darah tinggi intrakranial : manitol 20%
• simtomatis : analgetik, antiemetik, antiepileptik
• antiepilepsi diberikan jika terjadi bangkitan epilepsi paska cedera
• antibiotika atas indikasi
• anti stres ulcer jika ada perdarahan lambung
• operasi jika ada indikasi
c. rehabilitasi
• mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
• neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,A., dkk. 2007. Kapitas Selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta edisi 3: Media
Aesculapius.
Saanin, S. Ilmu Bedah Saraf : Cedera Kepala. [serial on line] [cited 2007 Nov 24]
Available from URL :
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kelola.html
Soertidewi, L., dkk. 2006.
Konsensus Nasional : Penanganan Trauma Kapitis dan
Trauma Spinal. Jakarta : PERDOSSI.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan
Medis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta : Perdossi
2006

233
Art
Of
Therapy

Neurologi

PARKINSON'S DISEASE
PENGERTIAN
• Parkinsonism adalah gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan tremor,
hipokinesia, rigiditas, dan abnormal gait and posture. Parkinsonism dengan
etiologi idiopatik disebut Parkinson's Disease (PD) atau paralysis agitans. PD
adalah tipe parkinsonism yang paling banyak. Kira-kira 80% parkinsonism akibat
PD. Parkinsonism jenis lain: postencephalitic parkinsonism, arteriosklerotik
parkinsonism, drug-induced parkinsonism, toxic parkinsonism, post-traumatic
parkinsonism, dll.
• PD terjadi akibat degenerasi sel saraf di substansia nigra. Sel tersebut normalnya
menghasilkan dopamin yang bertanggung jawab terhadap fungsi koordinasi
otot-otot tubuh dan gerakan halus. Gejala PD tampak jika kerusakan sel sudah
mencapai sekitar 80%.
• Insidensi biasanya pada usia 40-70 tahun dengan puncak usia 60-an.
• Laki-laki : wanita = 3 : 2

DIAGNOSIS
• Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Tanda dan Gejala:
a. Tremor --> resting tremor (getaran terus-menerus saat ekstremitas
relaksasi). Tremor pada satu lengan saja (asimetris) yang dijumpai pada
awal perjalanan penyakit merupakan gejala khas dari Parkinson's Disease
sehingga dapat digunakan untuk menyingkirkan Parkinsonism jenis
lainnya. Pada perjalanan setelahnya dapat dijumpai tremor pada kedua
lengan, atau bahkan melibatkan organ selain lengan seperti rahang, lidah,
kelopak mata dan tungkai.
b. Pill-rolling tremor (tremor pada jempol dan telunjuk tangan) merupakan
karakteristik yang banyak dijumpai pada pasien dengan Parkinson's
Disease.
c. Rigiditas --> cogwheel rigidity (tahanan lengan terhadap gerakan pasif saat
ekstremitas relaksasi)
d. Akinesia --> bradikinesia (gerakan yang melambat dan hilangnya gerakan
otomatis dan spontan)
e. Postural instability --> stooped posture (miring ke depan atau ke belakang,

234
Art
Of
Therapy

Neurologi

kepala menunduk dan bahu turun)


f. Parkinson's gait --> jalan diseret (shuffling gait) dengan lambaian tangan
minimal
g. Masklike facies --> ekspresi wajah seperti topeng (hypomimia)
h. Stellwag sign --> fissura palpebra yang sedikit melebar
i. Perubahan suara --> bicara pelan, volume rendah, suara monoton
j. Kesulitan menulis, tulisan menjadi kecil dan sulit dibaca
k. Myerson sign (+)
l. RF tidak meningkat, RP (-)

• Kriteria Diagnosis Klinis


Tanda kardinal: resting tremor, rigiditas, bradikinesia, gangguan refleks postural
a. possible PD: salah satu dari empat tanda kardinal
b. probable PD: kombinasi dua dari empat tanda kardinal termasuk gangguan
refleks postural
c. definite PD: kombinasi tiga dari empat tanda kardinal

• Penilaian klinis (The Hoehn and Yahr Stages)


0: tidak nampak adanya gejala PD
1: gejala hanya satu sisi tubuh
2: gejala pada kedua sisi tubuh; tidak ada kesulitan berjalan
3: gejala pada kedua sisi tubuh dan kesulitan berjalan ringan
4: gejala pada kedua sisi tubuh dan kesulitan berjalan sedang
5: gejala pada kedua sisi tubuh dan tidak dapat berjalan

• Radiologis : CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain,

• Diagnosis Banding :
- Progresif Supranuclear palsy
- Multiple System Atrophy
- Corticobasal degeneration
- Huntington Disease
- Primary Palidal Atrophy
- Diffuse Lewy Body isease

235
Art
Of
Therapy

Neurologi

- Parkinson Sekunder : Toksik, infeksi susunan saraf pusat, drug induced,


vascular

TERAPI
1. Farmakoterapi
• Secara umum terapi dimulai jika sudah mengganggu pekerjaan atau aktivitas.
• Levodopa dan carbidopa adalah terapi baku pada PD. Kegagalan respon
terhadap L-dopa mengarahkan bahwa gangguan bukan PD, tetapi PD-like.
• Dosis awal L-dopa: 200-300 mg/hari. Dosis naik pelan-pelan untuk menemukan
dosis efektif minimal. Dosis harian maksimal: 800 mg L-dopa.
• Ada dua enzim yang terlibat dalam pemecahan L-dopa yang bisa dihambat, yaitu
dopa-dekarboksilase (DDC) dan katekol-O-metiltransferase (COMT). Contoh
DDC inhibitor: carbidopa, benserazide. Contoh COMT inhibitor : entecapone.
Contoh produk: Sinemet (L-dopa + carbidopa), Madopar (L-dopa + benserazide),
Stalevo (L-dopa + carbidopa + entecapone). Dosis awal Sinemet 10/100
(carbidopa 10 mg + L-dopa 100mg) atau 25/100 tiga kali sehari.
• Dopamin agonis dapat dipakai sebagai monoterapi maupun dikombinasikan
dengan L-dopa. Contoh: bromocriptine, pergolide, piribedil, pramipexole.
• Bromocriptine: dosis minggu pertama 4x 1,25mg/hari ditingkatkan 1,25
mg/minggu sampai dosis 7,7-45 mg/hari.
• Pergolide: dosis minggu pertama 4x 0,25mg/hari ditingkatkan 0,125 mg/minggu
sampai dosis 0,75-4,5 mg/hari.
• Piribedil: dosis minggu pertama 1x 50mg/hari ditingkatkan 50 mg/minggu sampai
4 tablet kemudian 50 mg/2minggu sampai dosis 150-250 mg/hari.
• Pramipexole: dosis minggu pertama 3x 0,125mg/hari, dosis minggu kedua 3x
0,25mg/hari, dosis minggu ketiga 0,5mg/hari, kemudian ditingkatkan 0,5
mg/minggu sampai dosis 1,5-4,5 mg/hari.
• MAO-B-inhibitor juga dapat dipakai sebagai monoterapi maupun
dikombinasikan dengan L-dopa. Contoh: selegiline 5 mg dua kali sehari.
• Treatment non-dopaminergik: antikolinergik (THP/trihexiphenidyl 6-20 mg/hari,
benztropine mesylate 1-6 mg/hari), amantadine 2x 100 mg/hari. Antikolinergik
dapat diberikan pada pasien dengan tremor predominan.
• Sebagian besar pasien yang diobati dengan L-dopa + carbidopa akhirnya akan
berkembang gejala fluktuasi. Dopamin agonis menurunkan gejala fluktuasi,

236
Art
Of
Therapy

Neurologi

tetapi dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri.


• L-dopa tidak dianjurkan sebagai awal terapi pada pasien usia muda (<60 tahun).
Untuk itu dapat dipertimbangkan penggunaan pramipexole (dopamin agonis).
• Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam ascorbat, betacaroten

2. Non-farmakoterapi
• Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan
stimlasi otak
• Rehabilitasi gerak, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa, meminimalkan
penurunan berat badan dan evaluasi gejala psikiatri untuk memperbaiki kualitas
hidup
• Pskoterapi

Penyulit :
- Fluktuasi obat (fenomena off on)
- Hipotensi postural
- Perubahan Tingkah laku : demensa, depresi, sleep disorder, psikosis

Daftar Pustaka
Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology, 3rd. 1996.
ed Connecticut: Appleton
and Lange.
Gilroy J. Basic Neurology, 3rd
. 2000.
ed New York: McGraw-Hill.
Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor's Principles of Neurology, . 2005.
8thNew
ed York:
McGraw-Hill
Subagya. Parkinson's Disease: Kuliah Ilmu Penyakit . 2006. Yogyakarta: Fakultas
Saraf
Kedokteran UGM.
Was'an M. Movement Disorder: Kuliah Ilmu Penyakit . 2006. Yogyakarta: Fakultas
Saraf
Kedokteran UGM.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006: Perdossi

MENINGITIS
DEFINISI
Meningitis adalah suatu reaksi atau sindroma inflamasi yang melibatkan sebagian
atau semua bagian dari piameter dan arachnoid serta cairan serebrospinal yang
mengelilingi otak dan medula spinalis

237
Art
Of
Therapy

Neurologi

Kausa
Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit

KRITERIA DIAGNOSIS :
• Anamnesis : gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara
1 – 7 hari. Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit keala, fotofobia, mialgia,
mual, muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran
• Pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan neurologis :
o Tanda-tanda rangsang meningeal
o Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
o Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
o Gejala-gejala lainnya : infeksi ekstrakranial misal : sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, artritis (N. Meningitidis)
• Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
o Lumbal pungsi
o Pemeriksaan cairan serebrospinal
o Pemeriksaan kultur cairan serebrospinal dan darah
o Pemeriksaan darah rutin
o Pemeriksaan kimia darah
Radiologis :
o Foto polos paru
o CT-scan kepala

DIAGNOSIS BANDING
• Subarachnoid hemorrhagi
• Tumor fossa posterior
• Sindroma maligna neuroleptik

PENGOBATAN
• Choloquine peroral 600mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya, kemudian 150mg
tiap 12 jam selam 1 hari, akhirnya 150mg/hai selama 2 hari
• Kebanyakan pasien meningitis bakteri diobati selama 10-14 hari, kecuali ada fokal
infeksi yang tetap, dapat lebih lama.

238
Art
Of
Therapy

• Kortikosteroid masih banyak digunakan terutama jika jumlah bakteri di cairan s.s
tinggi dengan minimal pleositosis dan infusiensi adrenal akut (Adams, et al 1997)
• Antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang: Diazepam,
dosis 0,25-0,4 mg/kg, rata-rata 1-2 mg/menit
• Pada anak-anak dicegah terjadinya hiponatremi dan intoksikasi air.
• Untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat diberikan : Mannitol i.v dengan
bolus 1 gr/kg tiap 2-3 jam
• Meninggikan kepala di tempat tidur dengan sudut 30°

Tabel 44. Dosis dan sediaan antibiotik u/ Meningitis


No Antibiotik Dosis Total/Hari Interval dosis dalam jam
1 Amikasin 15-30 mg/kg 8
2 Ampisilin 12 gram 4
3 Cefotaxim 8-12 gram 4-6

Kloramfenikol

8 Nafsilin 9-12 gram 4


9 Oxasilin 9-12 gram 4
10 Penisilin G 24 mil unit 4
11 Rifampin 600 mgr 24
12 Tobramysin 3-5 mg/kg 8
13 Trimetoprim/sulfametoxaze 20 mg/kg 6-12
14 Vancomisin 2-3 gram 8-12

Virus
• Acyclovir diberikan i.v, dengan dosis 10 mg/kgBB tiap 8 jam. Jika membaik dalam 1
minggu dilanjutkan hingga 14 hari
• Untuk kasus rekuren, diberikan acyclovir 15 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 21 hari
dan vidaribine 15 mg/kgBB perhari
• Fase akut bisa diberikan dexamehasone 0,15 mg/kgBB 6 jam dilanjutkan 0,25
mg/kgBB tiap 6 jam
• Untuk herpes zooster dosis per oral 5x800 mg acylovir

Cryptococcosis
• Amphotericin B mulai 0,4-0,6 mg/kg sekali sehari, bisa dinaikan 1 mg/kg sekali
sehari, dapat dinaikan pada hari kedua, total 2-3 gr
• Ditambah flucytosine: 150 mg/kg sekali sehari, obat diteruskan sampai 6 minggu

239
Art
Of
Therapy

Neurologi

Toxoplasma
• Sulfadiazine tab : hari pertama 4 g, diikuti 2-6 g/kg ditambah pirimetamine tab
pada hari pertama 100-200 mg, diikuti 25 mg/hr/kgBB, selama 4-6 minggu
• Fansidar Tab : hari pertama 4 tab, berikutnya 1 tab, selama 4-6 minggu
• Spiramisin Tab untuk :
a. Wanita hamil : 3 g/hari sampai 3 minggu (6 x 500 mg/hari sampai 3 mg)
b. Dewasa : 100 g/kg sampai 30 hari, berhenti 2 minggu, untuk dilanjutkan
sampai 45 hari
Tuberculosis
• Isoniazide 300 mg tiap hari selama 6 bulan ditambah dengan Rifampin 600 mg
tiap hari selama 6 bulan ditambah Pyrazinamide 15-30 mg/ kg tiap-tiap hari
selama 2 bulan, atau:
• Isoniazide 300 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah
o Rifampin 600 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah
o Etambutol 25 mg/kg tiap hari selama 2 bulan
o Etambutol bisa diganti dengan streptomisin 1 g tiap hari selama 2 bulan,
atau
• Isoniazide 300 mg tiap hari selama 1 bulan, diteruskan dengan Isoniazide 900 mg
yang diberikan 2 x/minggu selama 8 bulan, ditambah Rifampin 600 mgr tiap hari
selama 1 bulan. Diteruskan dengan 600 mg 2x/ minggu selama 8 bulan.

Spirochaeta (Sifilis)
• Awal sifilis : Penicillin G, benzatine injeksi 2,4 mil unit i,m, single dose
• Sesudah terjadinya Neurosyfilis:
a. Penicillin G (dalam aqua) 24 mil unit i.v selama 3 minggu atau
b. Penicillin G (dalam aqua) 2 mil unit perhari dengan 2 g probenecid per oral
tiap hari, bagi yang alergi penisillin bisa dengan :
c. Doxycyllin 300 mg peroral dosis terbagi selama 30 hari
d. Tetracyclin 500 mg 4 kali sehari, selama 14 hari

Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006 : Perdossi

240
Art
Of
Therapy

Neurologi

ENSEFALITIS
DEFINISI
Penyakit peradangan jaringan otak

Kausa
Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit

KRITERIA DIAGNOSIS
• Adanya gejala klinis
• Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya
• Gejala dan Tanda Klinis
• Fotofobia
• Panas
• Perubahan tingkah laku
• Diplopia
• Disfasia
• Disorientasi
• Amnesia
• Hemiplegi (defisit neurologis fokal)
• Kesadaran menurun
• Kejang

Diagnosis Banding
• Pasien alkoholik
• Pasien intosikasi
• Hepatik ensefalopati
• Psikosis
• Karsinomatosis

Pemeriksaan Penunjang
• Analisis cairan serebrospinalis, kultur, dan sensitivitas tes
• Analisis darah, kultur, dan sensitivitas tes
• Head CT-scan

241
Art
Of
Therapy

Neurologi

Pengobatan
a. Bakteri, Virus, Cryptococcosis, Toxoplasma, Tuberculosis, Spirochaeta (Sifilis)
pengobatan sama dengan pada meningitis
b. Malaria
• Chloroquine
a. Chloroquine per oral 600 mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya,
kemudian 150 mg tiap 12 jam selama 1 hari, akhirnya 150mg/hr selama 2
hari
b. Chloroquine injeksi i.v : 10 mg/kg sampai 8 jam, diikuti 15 mg/kg sampai
24 jam berikutnya
• Quine/Quinidine
a. Peroral : 15 mg/kg dan dosis maintenance 7,5 mg/kg tiap 8 jam selama 7
hari
b. Injeksi i.v 20 mg/kg sampai 4 jam diikuti maintenance terapi 10 mg/kg
selama 2 jam tiap jam selama 9 hari

Daftar pustaka
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta
2006 : Perdossi

EPILEPSI
DEFINISI
Keadaan dengan ciri-ciri munculnya bangkitan berulang. Istilah epilepsi digunakan
untuk mengkarakteristikan serangan berulang bersifat relatif stereotipik dari suatu
pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter)

DIAGNOSIS
o Penegakan diagnosis untuk epilepsi terutama berdasarkan riwayat adanya
serangan berulang sedikitnya 2 kali dalam setahun. Bersifat stereotipik dari
suatu pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter) yang dilaporkan oleh
saksi mata.
o Pendekatan diagnostik lain yang banyak dimanfaatkan adalah dengan
elektroensefalografi (EEG). Pencairan etiologi sesuai dengan tipe bangkitan
yang ditemukan, misalnya anamnesis untuk tipe fokalitas bangkitan, dan ada

242
Art
Of
Therapy

Neurologi

tidaknya gangguan kesadaran yang menyertai (partial atau umum), anamnesis


riwayat keluarga, anamnesis riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kelahiran,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologik.

Kausa
• Beberapa penyebab epilepsi pada orang dewasa:
Lesi struktural (tumor, AVM), penyakit serebrovaskuler (infark, hipertensi,
perdarahan). Epilepsi umum primer/idiopatik, trauma infeksi SSP (ensefalitis,
meningitis, abses), penyakit sistemik (kelainan ginjal, hati, hematologis),
penyakit degeneratif otak, keracunan/iatrogenik (drug abuse, psikotropik,
alkohol).
• Beberapa penyebab epilepsi pada anak-anak:
Kejang demam, serebral palsy, sindrom epilepsi spesifik (spasma infantil,
epilepsi rolandik, epilepsi umum primer), infeksi SSP, lesi struktural (AVM,
hidrosefalus), penyakit metabolik, keracunan, penyakit sistemik, penyakit
keturunan (Sturge Weber, sklerosis tuberosa).

Gejala dan Tanda Klinis


• Epilepsi umum
a. Epilepsi Tonik Klonik (Grand Mal)
Dimulai dengan fase tonik selama ½ menit, diikuti fase klonik ½ menit,
kemudian terjadi fase koma selama 5 menit, selanjutnya penderita tertidur
½ s/d 6 jam.
b. Epilepsi Absen (Petit Mal)
Kehilangan kesadaran beberapa detik. Pada waktu serangan, anak berhenti
bergerak, kedua mata menatap ke depan, benda yang sedang dipegang
terjatuh.
c. Epilepsi Mioklonik
Bangkitan berupa kehilangan kesadaran sejenak dan disertai mioklonus
pada otot proksimal.
d. Epilepsi Atonik
e. Penderita secara mendadak kehilangan tonus otot dan pada umumnya
kesadaran tidak terganggu.

243
Art
Of
Therapy

Neurologi

• Epilepsi Partial Sederhana


a. Dengan gejala motorik
b. Dengan gejala somato-sensorik
c. Dengan gejala autonom
d. Dengan gejala gangguan fungsi luhur, psikis

• Epilepsi Partial Kompleks


Gejala kompleks adalah gejala motorik, sensoris atau autonom yang
memperlihatkan dari yang tampaknya bertujuan dan terintegrasi. Gejala
kompleks tersebut ialah halusinasi.

Diagnosis Banding
Serangan anoksia, sinkope, breath holding spell, hyperventilasi syndrome, histeri,
migren, vertigo berkala, abdominal pain, narkolepsi, kataplexy, tic doloreux

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan EEG
• Pemeriksaan neuroradiologik
a. Tanpa kontras : foto thorax, foto tengkorak, CT-scan
b. Dengan kontras : arteriografi, pneumoensefalografi, ventikulografis, CT-
scan
• Pemeriksaan Laborat misalnya elektrolit, gula darah dll

Memilih obat yang paling sesuai


Pemilihan obat antiepilepsi menurut Wibowo & Gofir (2006) didasarkan pada dua hal,
tipe serangan dan karakteristik pasien:
Tipe serangan

244
Art
Of
Therapy

Neurologi
Tabel 45. DOC u/ Masing2 serangan
Tipe serangan First-line Second-line/add on Third line/add on
Parsial simpel Karbamazepine Asam valproat Tiagabin
dan kompleks dengan atau tanpa Fenitoin Levetiracetam Vigabatrin
general sekunder Fenobarbital Zonisamid Felbamat
Okskarbazepin Pregabalin Pirimidon
Lamotrigin
Topiramat
Gabapentin
Tonik klonik Asam valproat Lamotrigin Topiramat
Karbamazepine Okskarbazepin Levetiracetam
Fenitoin Zonisamid
Fenobarbital Pirimidon
Mioklonik Asam valproat Topiramat Lamotrigin
Levetiracetam Clobazam
Zonisamid Clonaze pam
Fenobarbital
Absence (tipikal dan atipikal) Asam valproat Etosuksimid Levetiracetam
Lamotrigin Zonisamid

Atonik Asam valproat Lamotrigin Felbamat


Topiramat

Tonik Asam valproat Clonaze pam


Fenitoin Clobazam
Fenobarbital
Epilepsy absence juvenil Asam valproat Clonaze pam
Etosuksimid

Epilepsy mioklonik juvenile Asam valproat Clonaze pam


Fenobarbital Etosuksimid

2. karakteristik pasien
Dalam pengobatan dengan obat antiepilepsi karakteristik pasien harus
dipertimbangkan secara individu. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
efek buruk obat, dosis yang tepat, harga, pola hidup dan usia pasien. Suatu obat
antiepilepsi mungkin efektif pada pasien tertentu namun jika ada kontra indikasi
atau terjadi reaksi yang tidak bisa ditoleransi maka sebaiknya penggantian obat
dilakukan. Sebagai contoh asam valproat pada wanita, khususnya wanita yang
masih dalam usia subur.

DAFTAR PUSTAKA :
Wibowo, S & Gofir, A. 2006. Obat Antiepilepsi. Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta.

TETANUS
DEFINISI
Tetanus adalah gangguan neurologiss yang ditandai dengan meningkatnya tonus
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin (toksin dari C Tetani).
Tetanospasmin memblokade pelepasan neuroteransmiter inhibitori (GABA dan
glisin) sehingga dapat terjadi spasme yang tak terkontrol pada otot serta
peningkatan reflek-reflek. Spora C. Tetani
banyak terdapat pada tanah serta kotoran

245
Art
Of
Therapy

Neurologi

hewan.

KRITERIA DIAGNOSIS
- Hipertoni dan spasme otot
• Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik
• Lain-lain : kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka
- Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
- Umumnya ada luka/riwayat luka
- Retensi urine dan hiperpireksia
- Tetanus lokal

Diagnosis banding
§ Kejang karena hipokalsemia
§ Reaksi distonia
§ Rabies
§ Meningitis
§ Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
§ Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
§ Epilepsi/kejang tonik klonik umum

TERAPI
- IVFD dekstrose 5% : RL = 1:1/6 jam
- Kausal :
• Serum anti tetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama
3-5 hari. Skin test sebelumnya. Atau
• Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M,
tergantung berat penyakit. Single dose.
• Antibiotik:
o Metronidazol 500 mg tiap 6 jam atau 1 gram i.v tiap 12 jam; dosis anak
15-30 mg/kgBB/hari i.v terbagi tiap 8-12 jam. Metronidazol lebih aman
dibandingkan penisilin karena tidak mengantagonis GABA. KI : TM 1
kehamilan, hipersensitivitas.

246
Art
Of
Therapy

Neurologi

o Penisillin (10-12 juta unit i.v terbagi dalam 4 dosis selama 10 hari)
o Alternatif : Eritromisin (4 x 500 mg), Tetrasiklin (4 x 500 mg)
- Penanganan luka : dilakukancross incision
dan irigasi menggunakan H2 O2
- Anti spasme
• Diazepam : Spasme ringan: 5-10 mg p.o tiap 4-6 jam; spasme sedang: 5-10
mg i.v; spasme berat: 50-100 dalam 500 D5, diinfuskan 40 mg tiap jam. Dosis
anak 0.1-0.8 mg/kgBB/hari 3-4 kali sehari, pada spasme sedang hingga berat
0.1-0.3 mg/kgBB/hari tiap 4-8 jam.KI: Glaukom sudut sempit
• Fenobarbital : 1 mg/kg i.m tiap 4-6 jam, pada anak: 5 mg/kgBB i.m dosis
terbagi 3 atau 4 kali/hari
- Tempatkan pasien pada tempat yang tenang
- Pasang NGT serta kateter bila diperlukaan
- Oksigen diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernafasan,
sianosis. Bila terdapat spasme glotis dapat dilakukan trakeostomi, ventilator
mekanik digunakan bila terdapat kelumpuhan otot-otot pernapasan
- Nutrisi yang diberikan TKTP, bentuk lunak, saring, atau cair
- Menghindari tindakan yang bersifat merangsang, termasuk suara atau cahaya
yang intensitasnya bersifat intermiten

Pencegahan
1. Pada anak anak dapat diberi vaksin DPT
2. Pada orang dewasa sebaiknya menerima booster terutama pada individu yang
memiliki faktor resiko (bekerja di daerah persawahan maupun perkebunan).
Pada individu yang memiliki luka jika:
ý Telah menerima booster tetanus dalam 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksinasi lebih lanjut.
ý Belum pernah menerima booster dalam jangka waktu 5 tahun terakhir,
segera berikan vaksinasi.
ý Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasi tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus (TIG) dan suntikan pertama dari vaksinasi
tiga bulanan.

Daftar Pustaka
PAPDI. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam
. Jakarta
CMDT 2006. Attygalle D et al: New trends in the management of .tetanus
Expert Rev

247
Art
Of
Therapy

Neurologi

Anti Infect Ther 2004;2:73


Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan
Medis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. . Jakarta : Perdossi
2006

Low Back Pain


DEFINISI
Adalah nyeri pada region Lumbal dan Sakral yang banyak dijumpai pada usia lanjut
sebagai bentuk dari gangguan neuromuskulosketal, penyebabnya tidak dapat
dipisahkan dari proses degenerasi dari diskus intervetebralis.

Penyebab dari LBP


• Proses patologi pada organ region renal atau visceral dan tumor retroperitoneal
(viscerogenic low back pain)
• Aneurysm
• Kondisi patologi neuron
• Kekejangan otot, spasme otot, dan hipersensitivitas otot
• Infeksi, trauma, kanker, penyakit-penyakit congenital dan gangguan
metabolisme pada osteogeni LBP
• Spondiolisis, Hernia Nukleosus pulposus dan ankylosing spondylisis

DIAGNOSIS
Gejala-gejala
• Nyeri di pinggang setempat atau difus ( sifat hilang timbul atau terus menerus
dan meningkat jika disertai dengan perubahan sikap)
• di pinggang ( biasanya berasal dari proses patologi di daerah
Referred pain
abdominal, pelvis)
• Nyeri radikuler ; nyeri yang menjalar sesuai daerah dermatomnya, batuk dan
nafas dapat menimbukan rasa nyari)
• Nyeri spasme otot : pegal-pegal akibat sikap duduk terus menerus, berdiri yang
salah dan hilang jika dipijat
• Nyeri yang terus-menerus di waktu malam hari ( sering berhubungan dengan
tumor maligna di tulang belakang)

248
Art
Of
Therapy

Neurologi

Selain data anamnesis seperti tersebut diatas, masih diperlukan data yang diperoleh
dari pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan Klinis
a) Inspeksi : gaya berjalan, sikap duduk, bentuk tulang belakang :lordosis,
skoliosis)
b) Pada posisi telentang :
1. Tes untuk merenggangkan saraf iskhiadikus
a. Tes LASEGUE ( Straight Leg Raising : SLR)
Cara : Dengan dijaga agar tungkai yang sakit tetap lurus, dilakukan
fleksi pada sendi panggul
Hasil : Normal, tungkai dapat di fleksikan hingga 80°-90°
b. Tes LASEGUE MENYILANG
Cara : Sama dengan tes Lasegue seperti di atas, hanya saja yang
diangkat adalah tungkai yang SEHAT.
Hasil : Tes dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang saraf
iskhiadikus tungkai yang SAKIT.
c. Tes PATRICK
Cara : Tumit atau maleolus tungkai yang SAKIT kita tempatkan
pada lutut tungkai kakinya, tekan lutut yang fleksi/ SAKIT
ke bawah
Hasil :Positif bila ada rasa nyeri di sendi panggul (mis :koksitis)
d. Tes KONTRA PATRICK
Cara : Lipat/fleksikan tungkai yang sakit ke sisi luar dan
endorotasikan serta adduksikan kemudian adakan
penekanan sejenak pada lutut tersebut
Hasil : positif jika ada rasa nyeri di sendi sakroiliaka
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal
a. Tes NAFFZIGER
Cara: kedua vena jugularis di tekan selama 2 menit
Hasil : dengan penekanan kedua vena tersebut, tekanan
intrakranial akan meningkat, yang akan diteruskan ke ruang
intratekal dengan akibat akan memperhebat nyeri
b. Tes VALSALVA

249
Art
Of
Therapy

Neurologi

Cara : Pasien disuruh mengejan


Hasil : Tes Valsava dikatakan positif bila timbul rasa nyeri di tempat
lesi yang menekan radiks.

2. Pemeriksaan Neurologis
a. Pemeriksaan Motorik
Pada pemeriksaaan motorik dicari apakah ada tanda-tanda kelemahan otot
atau mungkin ada atropi dan fasikulasi, sehingga akan diketahui myotom
mana yang terganggu.
Contoh : atropi otot gastroknimus dan gluteus maksimus menunjukkan
bahwa radiks S1 terganggu.
b. Pemeriksaan sensorik
Untuk mengetahui dermatom mana yang terkena
3. Pemeriksaan refleks
Bila ada kelainan pada suatu refleks tendon, ini berarti ada gangguan pada
lengkung refleksnya
Contoh : Bila refleks tumit menurun atau menghilang, menunjukkan bahwa saraf
spinal S1 terganggu

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen lumbosakral AP, lateral, oblik kanan dan kiri
b. Foto Rontgen poos pelvis
c. Pemeriksaan EMG :
Atas indikasi, terutama pada kasus LBP dengan sindrom radikuler dan
mungkin LBP dengan tanda bahaya(red flags)
d. pemeriksaan Mielogram
e. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi) :
- laju enap darah
- darah tepi lengkap
- C-reaktif protein (CRP)
- Factor rematoid
- Fosfatase alkali/asam
- Kalsium, fosfor serum
- Urinalisa

250
Art
Of
Therapy

Neurologi

- Cairan serebrospinal
Gold Standard : -
Patologi Anatomi
Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya

TERAPI
1. Tindakan noninvasive
a. Tirah baring
Pasien tidur selama 2-3 minggu di tempat alas yang datar dan tempat tidur
dibuat Semi Flowersetengah
: duduk dengan sedikit fleksi pada sendi utut
dan panggul
Cara : tidur setengah duduk dengan diganjal bantalpada lipat lututnya
Tujuan : untuk memulihkan kemampuan menahan berat badan kembali
seperti semula
b. Latihan fisik untuk mengurangi spasme
Tujuan untuk mencegah terjadinya kontraktur dan atropi otot-otot, serta
mempelancar aliran darah
c. Posisi yang nyaman
d. Fisioterapi
2. Terapi Farmakologi
a. Anagetik non-opiod :
• Derivat aniline : parasetamol (asetaminofen)
• Obat anti infamasi non-steroid
Meloxicam, tramadol, aspirin, diklofenak
b. Analgetik opiod : Morfin, Diamorfin, Buprenorfin, Kodein.
c. Antidepresan : Tricycic antidpresant, MOA, Drivat Benzodiazepin
d. Psikotropika
§ Mayor Tranquiizer : prometazine, trimoperazine, methotrimoperazin
§ Minor tranquilizer : benzodiazepin,diazepam
e. Vitamin
3. Operasi

Penyulit : Terutama pada LBP dengan tanda bahaya dan LBP dengan
sindrom radikuler

251
Art
Of
Therapy

Neurologi

Konsultasi : Bagian Saraf, Bagian Bedah Saraf, Bagian Orthopedi, Unit Rehabilitasi
Medis, Psikologi

Daftar Pustaka
Priguna Sidharta. 2004. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian
Rakyat. Jakarta
`Sukman, dkk. 2000. Kapita Selekta. Media Aesculapis. Jakarta
Perdossi, 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis & Standar
Prosedur Operasional Neurologi. Jakarta

Cervical Syndrome
DEFINISI
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang
menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna
vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, pada
ligamentum flavum, “facet joints”.

Penyebab antara lain : myelopati, neck strain, herniasi diskus, osteomyelitis,


meningitis , pancoast tumor, reumathoid arthritis,fibromyalgia, multiple myeloma.

KRITERIA DIGANOSIS
- Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
- Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang berlangsung
sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh rotasi
lateral leher secara bersamaan (spurling manuver
)
- Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan
intradiskal sepeerti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava

Diagnosis banding : HNP, Meningitis TBC Cervikal

TATALAKSANA
- Konservatif 3-6 minggu, berupa :
• istirahat servikal :collar neck
bila perlu

252
Art
Of
Therapy

Neurologi

• NSAID
• Suntikan lokal
• fisioterapis
- Operatif bila ada penyulit (nyeri neuropatik, kelumpuhan anggota gerak).

BELL'S PALSY
DEFINISI
Bell's palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-
supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer namun mungkin sekali akibat
edema jinak dan iskemia pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau
sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Mungkin sekali edema tersebut merupakan gejala reaksi
yang disebut 'masuk angin' oleh karena pada kebanyakan penderita dapat diperoleh
data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk di mobil dengan jendela terbuka,
tidur di lantai, atau setelah 'begadang'. Studi terbaru menyebutkan ada hubungan
Bell's palsy dengan infeksi Herpes Simplex Virus (HSV).

DIAGNOSIS
TANDA DAN GEJALA:
- Bell's Palsy hampir selalu unilateral.
- Kelumpuhan otot-otot fasial atas dan bawah sesisi.
- Lagoftalmos ipsilateral
- Bell's sign (patognomonis untuk Bell's palsy), fenomena dimana bila penderita
disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada mata yang tidak dapat
menutup (lagoftalmos) dapat disaksikan bola mata berputar ke atas.
- Pengeluaran air mata berlebihan karena mata yang terpapar debu, angin,
cahaya, dan lain-lain.
- Kadang-kadang ada gangguan pengecapan, jika chorda tympani ikut terlibat.

MANAJEMEN
- Dalam 5 hari sampai 2 bulan 95 % kasus Bell's palsy bisa sembuh tanpa
pengobatan.
- Pada tahap akut kortikosteroid dapat digunakan. Yang direkoomendasikan

251
Art
Of
Therapy

Neurologi

adalah Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama 6 hari diikuti dosis taper
selama total 10 hari.
- Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatansia per os dengan ACTH
i.m. 40 sampai 60 satuan/hari selama 2 minggu dapat mempercepat
penyembuhan.
- Acyclovir 400 mg 5 kali sehari.
- Perawatan mata. Pakai kacamata dan artifial tear saat siang hari. Lubricant mata
saat tidur malam hari.

Referensi
Monnell, Kim. 2006. Bell's Palsy
. Emedicine.
Sidharta, Priguna. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek .Umum
Jakarta: Dian Rakyat.

254

Anda mungkin juga menyukai