Berbentuk oval, ujung kanan membulat dan ujung kiri meruncing. Letak
retroperitoneal setinggi vertebra L 2 – L 3. Panjang ± 20 – 25 cm, berat ± 60 –
65 g. Lunak dan berlobus, Berjalan miring menyilang dinding posterior
abdomen pada regio epigastrium.
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Insulin pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membrane sel.
A. Sintesis Terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi
Insulin merupakan hormone yang terdiri dari rangkaian asam amino, membrane sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel.
dihasilkan oleh beta kelenjar pancreas. Dalam keadaan normal, bila ada Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga meningkatkan
rangsangan pada sel beta, insulin disintetis kemudian diekskresikan ke dalam kadar ion Ca intrasek, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin
darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan.
Insulin disintesis sebagai suatu preprohormon (berat molekul sekitar 11.500) Aktivasi penutupan K channel terjadi tidak hanya disebabkan oleh ransangan
dan merupakan prototype untuk peptide yang diproses dari molekul prekusor ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, teteapi juga dapat oleh pengaruh
yang lebih besar. Angkaian pemandu yang bersifat hidrofobik dengan 23 asam beberapa factor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan
amino mengarahkan molekul tersebut ke dalam sisterna reticulum tersebut (biasanya tergolong obat diabetes), bekerja mengaktivasi K channel
endoplasma dan kemudian dikeluarkan. Proses ini menghasilkan proinsulin tidak pada reseptor yang sama dengan glukosa, tapi pada reseptor tersendiri
dengan berat molekul 9000 yang menyediakan bentuk yang diperlukan bagi yang disebut sulphonilurea eceptor (SUR), yang juga terdapat pada membrane
pembentukan jembatan disulfide yang sempurna. Penyusunan proinsulin, sel beta.
yang dimulai dari bagian terminal amino, adalah rantai B – peptide C
penghubung rantai A. molekul proinsulin menjalani serangkaian pemecahan C. Aksi insulin
peptide tapak- spesifik sehingga terbentuk insulin yang matur dan peptide C Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam
dalam jumlah yang seimbang dan disekresikan dari granul sekretorik pada sel tubuh terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial
beta pancreas. perannya dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh,
terutama pada otot, lemak, dan hepar.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan
sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada
membran sel tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan
semacam sinyal yang berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa
didalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya
belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam
meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan selanjutnya juga
pada mendorong penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan
translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke
intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolism (Gb. 3). Untuk
mendapatkan proses metabolisme glukosa normal, selain diperlukan
mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin
yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi
jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah satu faktor etiologi
terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan
metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana
GLUT-2 berfungsi sebagai kendaraan pengangkut glukosa melewati
membrana sel kedalam sel. Dalam hal inilah jaringan hepar ikut berperan
dalam mengatur homeostasis glukosa tubuh. Peninggian kadar glukosa darah
puasa, lebih ditentukan oleh peningkatan produksi glukosa secara endogen
yang berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar.
Kedua proses ini berlangsung secara normal pada orang sehat karena dikontrol
oleh hormon insulin. Manakala jaringan ( hepar ) resisten terhadap insulin,
maka efek inhibisi hormon tersebut terhadap mekanisme produksi glukosa
endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal. Semakin tinggi tingkat
resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap proses
Glucose Ca2+ glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkat produksi
Insulin
GLUT-2
K+ channel Channel
Release glukosa dari hepar
shut Opens
B. Sekresi
Gb.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi
Glukosa ( Kramer,95 )
Glukosa merupakan kunci regulator sekresi insulin oleh sel beta pancreas,
walaupun asam amino, keton dan nutrient lainnya juga mempengaruhi sekresi
insulin. Kadar glukosa > 3,9 mmol/L (70 mg/dl) merangsang sintesis insulin.
Glukosa merangsang sekresi insulin dengan masuk ke dalam sel beta melalui
transporter GLUT-2. Selanjutnya dalam sel, glukosa mengalami proses
fosforilasi oleh enzim glukokinase dan glikolisis yang akan membebaskan
molekul ATP.
F. Biokimia insulin
Insulin adalah hormone yang disekresi oleh sel-sel beta pancreas dan
merupakan polipeptida yang terdiri atas dua rantai, yaitu rantai A dan B., yang
saling dihubungkan oleh dua jembatan disulfide antar-rantai yang
menghubungkan A7 ke B7 dan A20 ke B19. Jembatan disulfide intra-rantai
yang ketiga menghubungkan residu 6 dan 11 pada rantai A. Lokasi ketiga
jembatan disulfide ini selalu tetap dan rantai A serta B masinbg-masing
mempunyai 21 dan 30 asam amino pada sebagian besar spesies.
Insulin disintesis sebagai preprohormon (berat molekul sekitar 11.500) dan
merupakan prototype untuk peptide yang diproses dari molekul precursor
yang lebih besar. Rangkaian pre- yang bersifat hidrofobik dengan 23 asam
amino mengarahkan molekul tersebut ke dalam sisterna reticulum
endoplasma dan kemudian dikeluarkan. Proses ini menghasilkan molekul
proinsulin dengan berat molekul 9000 yang menyediakan bentuk yang
diperlukan bagi pembentukan jembatan disulfide yang sempurna. Molekul
proinsulin menjalani serangkaian pemecahan peptide yang tapak-spesifik
sehingga terbentuk insulin yang matur dan peptide C dengan jumlah
ekuimolar.
LO.3.2. Etiologi
Faktor resiko Diabetes Melitus dari emedicine health :
1. Usia diatas 45 tahun
Pada orang-orang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun,
hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan
insulin menjadi berkurang dan sensifisitas sel-sel jaringan menurun
sehinga tidak menerima insulin.
2. Obesitas atau kegemukan
E. Faktor Pempengaruhi Pembentukan Insulin Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun
sehingga dapat memicu DM. selain itu, asam-asam lemak pada
obesitas dapat menumpuk abnormal di otot dan mengganggu kerja
insulin di otot, asam lemak berlebih juga dapat memicu apoptosis
sel beta pankreas.
3. Pola makan
Pola makan yang serba instan saat ini memang sangat digemari
oleh sebagian masyarakat perkotaan.Pola makan yang tidak sesuai
kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab DM, misalnya makanan
gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.
4. Riwayat Diabetes Melitus pada keluarga
15-20% penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes
Melitus) atau DM tipe 2 mempunya riwayat keluarga DM,
sedangkan IDDM (Insulin Dependen Diabetes Melitus) tipe 1
sebanyak 57% keluarga DM.
5. Kurang berolahraga atau beraktivitas
Dapat menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga
mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat
menyebabkan DM.
6. Infeksi
Pengangkut Glukosa (Glucose Transporter) Virus : Rubella, mumps, human coxsackievirus B4. Melalui infeksi
Disingkat menjadi GLUT, dan memiliki 6 bentuk, yaitu GLUT 1, GLUT 2, GLUT 3 sitolitik dalam sel beta pankreas virus ini menyebabkan kerusakan
dst. Melaksanakan difusi pasif terfasilitasi glukosa melewati membrane dan destruksi sel. Dapa tjuga menyarang melalui reaksi
plasma. Fungsi tiap GLUT berbeda-beda autoimunitas sehingga hilangnya autoimun dalam sel beta
pankreas. DM akibat bakteri masih belum bias di deteksi.
a. GLUT 1 : memindahkan glukosa menembus sawar darah dan otak
b. GLUT 2 : memindahkan glukosa yang masuk ke ginjal dan usus ke aliran
darah sekitar melalui kotranspor LO.3.3. Epidemiologi
c. GLUT 3 : pengangkut utama glukosa ke dalan neuron Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di
d. GLUT 4 : bertanggung jawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total
mayoritas sel tubuh, yang bekerja hanya setelah berikatan dengan insulin populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada
e. GLUT 4 sangat banyak terdapat di jaringan yang paling banyak menyerap
tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari
glukosa dan darah, yaitu otot rangka dan sel jaringan lemak.
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama dengan HLA , virus atau auto-imunitas dan biasanya sel Beta masih
tipe 2) terjadi di negara berkembang. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil berfungsi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia
>15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140- LO.3.5. Patofisiologi
200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi
Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
LO.3.4. Klasifikasi reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
Menurut American Diabetes Association ( ADA ) tahun 2010 diabetes melitus menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
kedua-duanya terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun, jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes
tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe
II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak
sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, tetapi ada yang berpendapat bahwa
diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin :
1. Juvenile Onset/Insulin Dependent/Ketosis Prone (IDDM/ Diabetes tipe 1) Diabetes Melitues mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagan
Suatu individu mengalami kekurang insulin secara total atau hampir miningkat sehingga menyebabkan terjadinya pemecahan gula baru
(Glukoneogenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak miningkat
total. Tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang
kemudian terjadi proses pembentukan keton (Ketogenesis). Terjadinya
disebabkan ketoasidosis. peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton
didalam urine) dan kadar natrium menurun serta PH serum menurun yang
Pada diabetes tipe ini , terdapat hubungan HLA tertentu pada kromosom menyebabkan asidosis.
6 dan beberapa auto-imunitas serologik dan cell mediated.
2. Stable/Maturity Onset/Non-Insulin Dependent (NIDDM / Diabetestipe 2) Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
Individu dengan tipe ini meninjukkan defisiensi Insulin yang relatif , menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia).
Jika hiperglikemia parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glukosuria.
banyak yang memerlukan suplementasi insulin, namun tidak akan
menimbulkan kematian akibat ketoasidosis bila pemakaian insulin Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis osmotic yang meningkatkan
dihentikan. Kenaikan jumlah insulin secara absolut dapat terjadi pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi
dibandingkandengan orang normal (berhubungan dengan dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negative sehingga
obesitas/inaktivitas fisik). Diabetes tipe ini tidak memiliki hubungan menimbulkan rasa lapar (polifagi).Penggunaan glukosa oleh sel menurun
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga Pemeriksaan ABI (ankle brachial index)
tubuh menjadi lemah.
PLeg adalah systolic blood pressure dari dorsalis pedis atau posterior tibial
Hipergikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri kecil) arteries dan
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan PArm adalah nilai tertinggi dari tangan kiri dan kanan brachial systolic blood
menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Karena suplai makanan dan pressure
oksigen tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi
gangren atau ulkus. Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran darah menurunsehingga Pemeriksaan jantung
supliai makanan dan oksigen berkurang, akibatnya terjadi kerusakan Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
mata.Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
perubahan pada struktur dan fungsi ginjal sehingga menjadi o Arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior pulsasi harus diraba. Hal
nefropati.Diabetes mempengaruhi saraf-saraf perifer, system saraf otonom ini sangat penting pada pasien yang memiliki infeksi pada kaki,
dan system saraf pusat sehingga menyebabkan neuropati karena tungkai yang tidak baik aliran darahnya dapat
memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko amputasi.
LO.3.6. Manifestasi Klinis o Pemeriksaan ekstremitas bawah neuropati sensorik berguna pada
Gejala Klasik pasien dengan ulkus pada kaki karena adanya penurunan sensasi
Poliuria yang membatasi kemampuan pasien untuk melindungi kaki dan
Merupakan gejala yang ditandai dengan banyaknya volume urine yang pergelangan kaki. Hal ini dapat dinilai dengan monofilamen
dikeluarkan. Terjadi karena diuresis osmotik Weinstein Semmes atau dengan pemeriksaan refleks, posisi, dan /
Polidipsi atau sensasi getaran
Ditandai dengan rasa haus yang meningkat dan banyak minum. Terjadi Jika neuropathy perifer ditemukan, pasien harus dibuat sadar bahwa
karena volume urine yang dikeluarkan meningkat (poliuria) sehingga perawatan kaki (temasuk pemeriksaan kaki harian) sangat penting
menyebabkan dehidrasi (hiperosmolaritas) untuk mencegah ulkus kaki dan menghindari amputasi tungkai bawah.
Polifagia Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan
Hal ini dapat dilihat dari rasa lapar yang terus menerus, namun tetap insulin) dan pemeriksaan neurologis
terjadi penurunan berat badan. Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
Gejala lainnya yang sering dialami oleh penderita Diabetes mellitus adalah Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut:
Kesemutan. Darah
Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
1. Kadar glukosa darah : puasa, sewaktu, 2 jam post prandial.
Rasa tebal di kulit.
2. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
Kram.
3. Kurva Harian glukosa
Capai.
4. Kadar keton darah
Mudah mengantuk.
5. Kadar Hb A1c
Mata kabur biasanya sering ganti kacamata. 6. Kadar fruktosamin
Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita. 7. Kadar insulin
Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, 8. Kadar C-peptide
bahkan impotensi. 9. Pemeriksaan lain: tes fungsi ginjal, analaisa gas darah, kadar lipid,
Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam imunoserologis
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
Urin :
LO.3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Anamnesis 1. Reduksi/glukosa urin
Gejala apa yang dirasakan 2. Protein, mikroalbumin
Riwayat penyakit dahulu 3. Benda Keton
Riwayat penyakit keluarga 4. Sedimen Urin
puasa terganggu (GDPT). puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160
1. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT): mg /100 ml darah, hyperglikemia reaktif ini diartikan sebagai peningkatan
Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan kadar glukosa darahpuasa lebih dari 110 mg/dl, reaksi ini adalah fenomena
pemeriksaan TTGO yangtidak berdiri sendiri dan merupakan salah satu aspek perubahan
glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl biokimiawi multipleyang berhubungan dengan stroke akut
2. Toleransi glukosa terganggu (TGT):
Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl C. Glucose intolerance
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan dengan pemeriksaan TTGO setelah
HbA1c 5,7-6,4%. puasa 8 jam. Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan apabila hasil tes glukosa
darah menunjukkan salah satu dari tersebut dibawah ini :
Nilai hasil pemeriksaan gula darah 1. Toleransi glukosa terganggu (TGT = IGT)
Bukan DM Belum pasti DM Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah istilah yang dipakai
DM untuk menyatakan adanya disglikemi yaitu kenaikan glukosa
Kadar glukosa Plasma <110 110-199 ≥200 plasma 2 jam setelah beban 75 gram glukosa pada pemeriksaan tes
darah sewaktu vena toleransi glukosa oral (TTGO) yaitu antara 140 mg/dl sampai
Darah <90 90-199 ≥200 dengan 199 mg/dl. Keadaan ini disebut juga sebagai prediabetes
kapiler oleh karena risiko untuk mendapat Diabetes Melitus tipe 2 dan
Kadar glukosa Plasma <110 110-125 ≥126 penyakit kardiovaskuler sangat besar. Disebut TGT jika gula darah
darah puasa vena setelah makan tidak normal, atau berkisar antara 140-199 mg/dL.
Darah <90 90-109 ≥110 Sedangkan gula darah puasa normal.
kapiler 2. Gula darah puasa terganggu (GDPT = IFG)
Kadar gula darah yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk
Alur diagnostik DM menjadi diabetes. Disebut GPT jika kadar gula darah puasa (8-10
jam tidak mendapat asupan kalori) tidak normal, atau berkisar 100-
125 mg/dL.
LO.3.8. Penatalaksanaan
NON FARMAKOLOGIS
1. Edukasi
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:
Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
terjadinya kecemasan
Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal
yang sederhana
Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan
simulasi
Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan
keinginan pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan
lengkap tentang program pengobatan yang diperlukan oleh pasien
dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium
Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat
diterima
Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan
Libatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi
Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan
pasien dan keluarganya
Gunakan alat bantu audio visual
- ES: peningkatan BB, edem, menambah volum plasma dan seperti Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan perlu
memperburuk gagal jantung kongestif, hipoglikemi. memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan
- KI : gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat dan pendidikan kesehatan.Sejak masa prasekolah hendaknya telah
edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Perlu ditanamkan pengertian mengenai pentingnya kegiatan jasmani teratur,
pemantauan faal hati secara berkala. pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu
- Interaksi : dengan insulin dapat menyebabkan edem. gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
f) Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas Hipertensi yang kadang-kadang mengiringi diabetes.
fisik yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan
tubuh yang berulang untuk mencapai kebugaran. LO.4.3. Klasifikasi
g) Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu
Retinopati Diabetik dibagi dalam:
lama, karena hali ini yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang
Retinopati Diabetes non proliferatif
atau minim.
NPDR (Non proliferative diabetik retinopathy) adalah suatu
h) Jangan mengonsumsi permen, coklat, atau snack dengan
mirkoangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan
kandungan. garam yang tinggi. Hindari makanan siap saji dengan
pembuluh-pembuluh halus. Kebanyakan orang dengan NPDR tidak
kandungan kadar karbohidrat dan lemak tinggi.
mengalami gejala atau dengan gejala yang minimal pada fase
i) Konsumsi sayuran dan buah-buahan.
sebelum masa dimana telah tampak lesi vaskuler melalui
ophtalmoskopi.
3. Pencegahan Tersier
Retinopati Proliferatif
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes
Penyulit mata yang paling parah pada diabetes melitus adalah
yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya
retinopati diabetes proliferatif, karena retina yang sudah iskemik atau
kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini
pucat tersebut bereaksi dengan membentuk pembuluh darah baru
mungkin, sebelum kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis
yang abnormal (neovaskuler). Neovaskuler atau pembuluh darah liar
rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penyandang
ini merupakan ciri PDR dan bersifat rapuh serta mudah pecah
diabetes yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada upaya
sehingga sewaktu-waktu dapat berdarah kedalam badan kaca yang
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga.
mengisi rongga mata, menyebabkan pasien mengeluh melihat
Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
floaters (bayangan benda-benda hitam melayang mengikuti
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal . Pencegahan tersier
penggerakan mata) atau mengeluh mendadak penglihatannya
memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin
terhalang
yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar
para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi,
Sistem Klasifikasi Retinopati DM Berdasarkan ETDRS13 :
bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll.) sangat
1. Derajat 1 : tidak terdapat retinopati
diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier .
2. Derajat 2 : hanya terdapat mikroaneurisma
3. Derajat 3 : Retinopati DM non-proliferatif derajat ringan-sedang yang
LI.4. Memahami dan Menjelaskan Retinopati ditandai oleh mikroaneurisma dan satu atau lebih tanda : Venous loops,
LO.4.1. Definisi Perdarahan, Hard exudates, Soft exudates, Intraretinal Microvascular
Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progressif yang ditandai Abnormalities (IRMA)
dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil. Perubahan patologis 4. Derajat 4 : Retinopati DM non-proliferatif derajat sedang-berat yang
paling awal adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan ditandai oleh : Perdarahan derajat sedang-berat, Mikroaneurisma, IRMA
berkurangnya jumlah perisit, yang kemudian berkembang membentuk 5. Derajat 5 : Retinopati DM proliferatif yang
mikroaneurisma, perdarahan, dilatasi pembuluh darah, hard exudate, soft ditandai oleh neovaskularisasi dan perdarahan
exudate, pembentukan pembuluh darah baru, edema retina, terbentuk parut
akhirnya menyebabkan kebutaan.
LO.4.2. Etiologi
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah :
1. Terjadi karena adanya perubahan dinding arteri.
2. Adanya komposisi darah abnormal.
3. Meningkatnya agregasi platelet dari plasma menyebabkan
LO.4.4. Patofisiologi
terbentuknya mikrothrombi.
1. Retinopati Diabetik Non Proliferative
4. Gangguan endothelium kapiler menyebabkan terjadinya kebocoran
Merupakan cerminan klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens
kapiler, selanjutnya terjadi insudasi dinding kapiler dan penebalan
pembuluh yang terkena. Disebabkan oleh penyumbatan dan kebocoran
membran dasar dan diikuti dengan eksudasi dinding haemorhagic
kapiler, mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi telah diteliti adanya
dengan udem perikapiler.
perubahan endotel vaskular (penebalan membrane basalis dan hilangnya
5. Perdarahan kapiler dapat terjadi di retina dalam sybhyaloid dimana
perisit) dan gangguang hemodinamik. Disini perubahan mikrovaskular pada
letaknya di depan jaringan retina. Hemoraghi tidak terjadi intravitreal
retina terbatas pada lapisan retina, terikat ke kutub posterior dan tidak
tetapi terdapat dalam ruang vitreoretinal yang tersisa karena vitreus
melebihi membrane internal.
mengalami retraksi.
Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multiple yang
6. Aliran darah yang kurang lancar dalam kapiler-kapiler, sehingga
dibentuk oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung kecil
terjadi hipoksia relatif di retina yang merangsang pertumbuhan
menonjol seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok,
pembuluh-pembuluh darah yang baru.
bercak perdarahan intraretinal.
7. Perubahan arteriosklerotik dan insufisiensi koroidal.
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
LO.4.6. Pemeriksaan
Deteksi dini retinopati DM di pelayanan kesehatan primer dilakukan melalui
pemeriksaan funduskopi direk dan indirek. Dengan fundus photography dapat
dilakukan dokumentasi kelainan retina. Metode diagnostik terkini yang
disetujui oleh American Academy of Ophthalmology (AAO) adalah fundus
photography. Keunggulan pemeriksaan tersebut adalah mudah dilaksanakan,
interpretasi dapat di- lakukan oleh dokter umum terlatih sehingga mampu
laksana di pelayanan kesehatan primer. Di pelayanan primer pemeriksaan
fundus photography berperanan sebagai pemeriksaan penapis. Apabila pada
pemeriksaan ditemukan edema makula, retinopati DM non-proliferatif derajat
berat dan retinopati DM proliferatif maka harus dilanjutkan dengan
pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata.
LO.4.5. Manifestasi Klinis Pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata terdiri dari pemeriksaan
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan : visus, tekanan bola mata, slit-lamp biomicroscopy, gonioskop, funduskopi dan
Kesulitan membaca stereoscopic fundus photography dengan pemberian midriatikum sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan opti- cal coherence
Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula
tomography (OCT) dan ocular ultrasonography bila perlu.
Penglihatan ganda
OCT memberikan gambaran penampang aksial untuk menemukan kelainan
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
yang sulit terdeteksi oleh pemeriksaan lain dan menilai edema makula serta
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
responsnya terhadap terapi. Ocular ultrasonography bermanfaat untuk
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip evaluasi retina bila visualisasinya terhalang oleh perdarahan vitreous atau
kekeruhan media refraksi.
Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :
a) Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler, Pemeriksaan Funduskopi Direk pada Retinopati DM
terutama daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil Pemeriksaan funduskopi direk bermanfaat untuk menilai saraf optik, retina,
yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior. makula dan pembuluh darah di kutub posterior mata. Sebelum pemeriksaan
Mikroaneurismata merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada dilakukan, pasien diminta untuk melepaskan kaca mata atau lensa kontak,
mata kemudian mata yang akan diperiksa ditetesi midriatikum. Pemeriksa harus
b) Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang menyampaikan kepada pasien bahwa ia akan merasa silau dan kurang nyaman
setelah ditetesi obat tersebut. Risiko glaukoma akut sudut tertutup
biasanya terletak dekat mikroaneurismata di polus posterior.
merupakan kontraindikasi pemberian midriatikum.
Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas pada Pemeriksaan funduskopi direk dilakukan di ruangan yang cukup gelap. Pasien
mikroaneurismata, atau karena pecahnya kapiler. duduk berhadapan sama tinggi dengan pemeriksa dan diminta untuk
c) Dilatasi pembuluh darah balik (vena) dengan lumennya irregular memakukan (fiksasi) pandangannya pada satu titik jauh. Pemeriksa kemudian
dan berkelok-kelok, bentuk ini seakan-akan dapat memberikan mengatur oftalmoskop pada 0 dioptri dan ukuran apertur yang sesuai. Mata
perdarahan tapi hal ini tidaklah demikian. Hal ini terjadi akibat kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa dan oftalmoskop
dipegang di tangan kanan.
kelainan sirkulasi dan kadang-kadang disertai kelainan endotel dan
Mula-mula pemeriksaan dilakukan pada jarak 50 cm untuk menilai refleks
eksudasi plasma. retina yang berwarna merah jingga dan koroid. Selanjutnya, pemeriksaan
d) Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. dilakukan pada jarak 2-3 cm dengan mengikuti pembuluh darah ke arah medial
Gambarannya khusus yaitu irregular, kekuning-kuningan. Pada untuk menilai tampilan tepi dan warna diskus optik, dan melihat cupdisc ratio.
permukaan eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat Diskus optik yang normal berbatas tegas, disc berwarna merah muda dengan
ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Kelainan ini cup berwarna kuning, sedangkan cup-disc ratio <0,3. Pasien lalu diminta
terutama terdiri atas bahan-bahan lipid dan terutama banyak melihat ke delapan arah mata angin untuk menilai retina. Mikroaneurisma,
eksudat, perdarahan, dan neovaskularisasi merupakan tanda utama retinopati
ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.
DM.
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
Terakhir, pasien diminta melihat langsung ke cahaya oftalmoskop agar LO.4.9. Prognosis
pemeriksa dapat menilai makula. Edema makula dan eksudat adalah tanda Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan
khas makulopati diabetikum. memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada
mata dengan edema dan perfusi yang relatif baik.
LO.4.7. Penatalaksanaan
Tata laksana retinopati DM dilakukan berdasarkan tingkat keparahan LO.4.10. Pencegahan
penyakit. Pencegahan retinopati diabetik merupakan upaya yang harus dilakukan
Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi bersama untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan juga untuk
setahun sekali. memperlambat perburukan retinopati. Metode pencegahan dan pengobatan
Penderita retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang tanpa retinopati diabetic saat ini meliputi :
edema makula yang nyata harus menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12
bulan.
a. Control glukosa darah, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
pengontrolan kadar glukosa darah yang baik secara signifikan
Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema
menurunkan resiko perkembangan retinopati diabetic dan juga
makula signifikan merupakan indikasi laser photocoagulation untuk
progesifitasnya.
mencegah perburukan. Setelah dilakukan laser photocoagulation,
penderita perlu dievaluasi setiap 2-4 bulan. b. Control tekanan darah
Penderita retinopati DM nonproliferatif derajat berat dianjurkan untuk c. Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi (jarang
menjalani panretinal laser photocoagulation, terutama apabila kelainan dilakukan)
berisiko tinggi untuk berkembang menjadi retinopati DM proliferatif.
Penderita harus dievaluasi setiap 3-4 bulan pascatindakan.
d. Laser koagulasi
Perkembangan laser fotokoagulasi retina secara dramatis telah
Panretinal laser photocoagulation harus segera dilakukan pada penderita
mengubah penanganan
retinopati DM proliferatif.
retinopati diabetik. Penggunaan cahaya yang terfokus untuk men
Apabila terjadi retinopati DM proliferatif disertai edema makula
gkauter retina telah dipraktiskan sejak beberapa tahun dan
signifikan, maka kombinasi focal dan panretinal laser photocoagulation
hasilnya telah dikonfirmasi melalui percobaan klinikal yang
menjadi terapi pilihan
ekstensif untuk kedua penyakit NPDR (Non-proliferatife Diabetic
Retinopathy) dan PDR ( Proliferative Diabetic Retinopathy ) dan
LO.4.8. Komplikasi juga untuk beberapa tipe makulopati. Mekanisme kerja yang jelas
Retinopati diabetika Proliferatif dapat menyebabkan hilangnya penglihatan tidak diketahui tapi telah dicadangkan bahwa foto koagulasi lokasi
dengan berbagai cara seperti berikut : sistemik mencegah pembebasan sesuatu yang belum diidentifikasi,
1. Vitreous Hemorrhage faktor vasoformatif pada penyakit proliverative. Penanganan ini
Pembuluh darah baru yang rapuh dapat mengalami kebocoran sehingga harus dilakukan pada stadium awal. Foto koagulasi untuk NPDR
dengan macula udem yang signifikan secara klinis disebut
darah masuk ke dalam vitreous, zat seperti gel bening yang mengisi pusat
fotokoagulasi macula, mana kalo fto koagulasi luas untu NPDR
mata, jika vitreous hemmorhage yang terjadi tidak besar maka seseorang disebut foto koagulasi panretinal.
dapat melihat beberapa floater hitam pada pandangannya. Jika Vitreous
Hemmorhage besar maka dapat menutupi seluruh penglihatan.Hal
tersebut membutuhkan waktu harian, bulanan atau bahkan tahunan LI.5. Memahami dan Menjelaskan Pengaturan Kalori Makan
untuk dapat menyerap kembali darah yang berada pada vitreous, Jenis bahan makanan:
tergantung dari banyaknya darah yang ada.Jika mata tidak dapat Karbohidrat.
membersihkan darah tersebut pada waktunya, maka operasi vitrectomy Rekomendasi pemberian karbohidrat :
Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung KH, lebih
harus dilakukan.Vitreous Hemmorhage sendiri tidak dapat
ditentukan oleh jumlahnya dibandungkan dengan jenis KH itu sendiri.
menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. Ketika sudah
Dari total kebutuhan kalori perhari, 60-70% diantaranya berasal dari
tidak ada darah yang menutupi maka penglihatan akan kembali seperti sumber KH.
sebelumnya kecuali bila macula telah rusak. Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka jumlah KH
2. Traction Retinal Detachment maksimal 70% dari total kebutuhan kalori perhari.
Ketika PDR muncul jaringan bekas luka yang berhubungan dengan Julah serat 25-50 gram per hari.
neovascularization dapat mengecil, mengkerut dan menarik retina dari Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu dibatasi, namun
posisi normal.Pengerutan macula dapat menyebabkan distorsi jangan sampai lebih dari total kebutuhan kalori perhari.
Sebagai pemanis dapat digunakan pmanis non kalori seperti sakarin,
visual.Kehilangan penglihatan yang parah dapat terjadi bila macula atau
aspartame, acesulfame, dan sukralosa.
bagian besar retina terlepas.
Penggunaan alkohol harus dibatasi tidak boleh lebih dar10 gram/hari.
3. Glaukoma Neovaskular Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari.
Terkadang, penutupan yang berlebihan pada pembuluh darah retina Makanan yang mengandung sukrosa tidak perlu dibatasi.
dapat menyebabkan munculnya pembuluh darah abnormal baru pada Protein.
iris (bagian berwarna pada mata) dan menghalangi keluarnya cairan dari Rekomendasi pemberian protein :
mata.Tekanan pada mata akan meningkat, menyebabkan glaucoma, Kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energi perhari.
penyakit mata yang berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan Pada keadaan kadar glukosa yang terkontrol, asupan protein tidak
pada optik mata. akan mempengaruhi konsentrasi glukosa darah.
Pada keadaan glukosa tidak terkontrol, pemberian protein sekitar
4. Ablasio retina
0,8-1,0 mg/kg BB/hari.
Merupakan keadaan dimana terlepasnya lapisan neurosensori retina
Pada gangguan fungsi ginjal, asupan protein diturunkan sampai 0,85
dari lapisan pigmen epithelium.Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, gram/KgBB/hari dan tidak kurang dari 40gram.
tetapi bisa menyebabkan gambaran bentuk-bentuk ireguler yang Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati
melayang-layang atau kilatan cahaya, serta menyebabkan penglihatan lebih dianjurkan dibanding protein hewani.
menjadi kabur.
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
Lemak. Perhitungan jumlah kalori: Ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidaknya
Rekomendasi Pemberian Lemak: stress akut dan kegiatan jasmani.
Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah
maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari. Kalori/kg BB ideal
Jika kadar kolestrol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh
diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori perhari.
Status Gizi Kerja Sedang berat
Konsumsi kolestrol maksimal 300mg/hari, jika ada kolestrol LDL ≥ 100
mg/dl, maka maksimal kolestrol yang dapat dikonsumsi 200 mg per santai
hari.
Batasi asam lemak bentuk trans. Gemuk 25 30 35
Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam
lemak tidak jenuh rantai panjang. Normal 30 35 40
Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari
asupan kalori perhari.
Kurus 35 40 40-50
Penghitungan Jumlah Kalori
Perhitungan julah kalori ditentukan oleh stasus gizi, umur, ada tidaknya stress
akut, dan kegiatan jasmani. Penetuan stasus gizi dapat dipakai indeks massa Contoh: Pasien seorang laki-laki 48thn, tinggi 160cm dan bb 63kg, pekerjaan
tubuh (IMT) atau rumus Brocca. sbg penjaga toko.
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan
siang (25%), serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan besar.
Pengaturan makan ini tidak berbeda dengan orang normal, kecuali dengan
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
pengaturan jadwal makan dan jumlah kalori. Usahakan untuk merubah pola
makan ini secara bertahap sesuai kondisi dan kebiasaan penderita.
Halal artinya boleh, jadi makanan yang halal ialah makanan yang dibolehkan
untuk dimakan menurut ketentuan syari’at Islam. segala sesuatu baik berupa
LI.6. Memahami dan Menjelaskan Makanan yang Sesuai Ajaran Islam
tumbuhan, buah-buahan ataupun binatang pada dasarnya adalah hahal
Prinsip umum : dimakan, kecuali apabila ada nash Al-Quran atau Al-Hadits yang
“Semua jenis makanan/minuman adalah halal dimakan/diminum kecuali yg menghatamkannya. Ada kemungkinan sesuatu itu menjadi haram karena
dilarang tegas dlm nash” memberi mudharat bagi kehidupan manusia seperti racun, barang-barang
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik / yang menjijikan dan sebagainya.
Halalan Thoyyiban
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena
sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu”
Halal itu bukan sekedar halal makanannya, tapi juga dari sumber bagaimana
mendapatkannya pun harus halal.Kalau sumbernya haram seperti korupsi,
mencuri, merampok, menggusur tanah rakyat dengan harga yang rendah,
maka makanan yang dimakan pun meski sebetulnya halal, tetap haram. Dan
akan membuat si pemakannya disiksa di api neraka. Nabi berkata:
Tiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram maka api neraka lebih
utama membakarnya. (HR. Ath-Thabrani)
Selain halal, makanan juga harus baik.Meski halal tapi jika tidak baik,
hendaknya tidak kita makan. Di antara kriteria makanan yang baik adalah:
Bergizi tinggi
Makanan lengkap dan berimbang. Waktu SD kita belajar makanan 4
sehat 5 sempurna seperti nasi/jagung, lauk/pauk, sayuran, buah-buahan,
dan terakhir susu. Semua makanan tersebut mengandung karbohidrat,
protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Ada
baiknya ditambah dengan herbal seperti madu, pasak bumi, habbatus
saudah, minyak zaitun, dan sebagainya agar tubuh kita sehat.
Tidak mengandung zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan kita,
misalnya kolesterol tinggi atau bisa memicu asam urat kita.
Alami. Tidak mengandung berbagai zat kimia seperti pupuk kimia,
pestisida kimia, pengawet kimia (misalnya formalin), pewarna kimia,
perasa kimia (misalnya biang gula/aspartame, MSG, dsb)
Masih segar. Tidak membusuk atau basi sehingga warna, bau, dan
rasanya berubah
Tidak berlebihan. Makanan sebaik apa pun jika berlebihan, tidak baik.
ل َوا ْش َربُوا َو ُكلُوا ْال ُمس ِْرفِينَا ي ُِحبا َا
ل إِنَّ اهُ تُس ِْرفُوا َو َا
Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan (boros) karena
Allah tidak mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Al-A’raf:31).
PENGLIHATAN TERGANGGU – SK 1 BLOK ENDOKRIN - 1102017231
DAFTAR PUSTAKA
1. ADA. Clinical Practice Recommendations : Report of the Expert
Commite on the Diagnosis and Classifications of Diabetes
Mellitus Diabetes Care, USA, 2007. p.S4-S24.
2. FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007.
Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru
3. Guyton dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11.Jakarta: EGC.
4. Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta:
EGC
5. Murray, Robert K.,dkk. 2006. BIOKIMIA HARPER, EDISI 27.
Jakarta : EGC
6. PERKENI.2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Type
2 Di Indonesia.
7. Sherwood, Laurale. 2009. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke
Sistem, Edisi 6. Jakarta: EGC
8. Snell,Richard S, . 2011. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa
Kedokteran; alih bahasa Liliana Sugiharto; EGC : Jakarta.
9. Robbins, S. et al. (2007). Buku Ajar Patologi Robbins ed. 7 vol.
2. Jakarta : EGC
10. Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik. Dalam : Aru W, dkk,
editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit
FK UI, Jakarta, 2006.
11. Sudoyo AW, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV jilid I .
Jakarta:Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia.
12. Tjokroprawiro A. Angiopati Diabetik : Makroangiopati-
Mikroangipati. Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta,1999.
13. Waspadji S. Komplikasi kronik Diabetes : Mekanisme
Terjadinya, Diagnosis dan Strategi pengelolaan. Dalam : Aru
W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat,
Penerbit FK UI, Jakarta, 2006.
14. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta. 2015
15. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Petunjuk Praktis:
Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus, PB. PERKENI.
Jakarta. 2015