1102017214
FK B12
Menurut Kemkes Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
2) Stadium 1B
Pada stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi kanker masih hanya
dalam jaringan serviks dan belum menyebar. Biasanya dapat dilihat tanpa
mikroskop, tetapi tidak selalu terlihat. Pada stadium 1B1 kanker tidak lebih
besar dari 4 cm. Pada tahap 1B2 kanker lebih besar dari 4 cm.
c. Stadium 2
Pada kanker serviks stadium 2, kanker telah mulai menyebar di luar leher
rahim ke dalam jaringan sekitarnya. Namun belum tumbuh ke dalam otot atau
ligamen yang melapisi pelvis (dinding panggul) maupun bagian bawah vagina.
Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu:
1) Stadium 2A
Pada tahap 2A kanker telah menyebar ke dalam bagian atas vagina.
d. Stadium 3
Kanker serviks stadium 3 telah menyebar keluar rahim tapi masih berada didalam
rongga panggul dan belum masuk sampai kandung kemih atau rektum. Namun
kelenjar getah bening sudah bisa mengandung sel kanker. Kanker pada stadium ini
adalah kanker yang tingkat dan gejalanya sudah semakin parah. Stadium 3 ini
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Stadium 3A
Stadium 3A apabila sel kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah
vagina namun belum sampai ke dinding panggul.
2) Stadium 3B
Sedangkan stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke dinding panggul bahkan
sudah bisa memblokir ureter karena ukurannya yang sudah membesar.
Sumbatan ini bisa menyebabkan ginjal berhenti bekerja.
e. Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung kemih, rektum atau yang
lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi dua, yaitu 4A dan 4B.
1) Stadium 4A Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum serta
kelenjar getah bening.
2) Stadium 4B
Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar panggul dan kelenjar getah bening
lain selain panggul seperti hati, perut, paru-paru, saluran pencernaan, tulang.
1.5 Patofisiologi Kanker Serviks
Penyebab utama dari kanker serviks adalah infeksi HPV, kebanyakan subtype 16 dan
18. Protein yang dihasilkan oleh HPV16, yaitu protein E7, berikatan dengan gen supresor
tumor Rb sehingga menyebabkan inaktivasi dari gen tsb. Sedangkan, HPV18 menghasilkan
protein E6 yang dapat menginaktivasi gen supresor p53. Akibat pengikatan protein itu
menyebabkan efek karsinogenik. Transmisi HPV biasanya terjadi akibat kontak seksual dan
organ yang paling berisiko untuk mengalami infeksi virus ini ialah zona transformasi
(Squamous columnar junction) pada serviks dan garis pectineal dari anal. Letak SCJ
dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di
luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks. Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium
uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan memicu displasia
dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium
eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Perkembangan kanker invasif
berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada lapisan epitel serviks, dimulai dari neoplasia
intraepitel serviks (NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah
menembus membran basalis akan berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasive.
Pemeriksaan Fisik
1) Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbaubusuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2) Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahantimbul
akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin seringterjadi diluar
senggama.
3) Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4) Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.
5) Pemeriksaan tanda vital seperti tensi, nadi, respirasi, suhu badan.
6) Status pasien :
Ada atau tidaknya anemia.
Tanda-tanda metastase di paru seperti: sesak napas, batuk darah.
Status lokalis abdomen: umumnya tak khas, jarang menimbulkan kelainan berupa
benjolan, kecuali bila sudah ada penyebaran ke rektum menimbulkan obstipasi
ileusobstruktif.
Palpasi hepar, supraklavikula, dan diantara kedua paha untuk melihat ada tidaknya
benjolan untuk meyakinkan ada tidaknya metastase.
c. Pemeriksaan Ginekologi
Pada pemeriksaan makroskopis/inspekulo
o Prekanker: tidak ada kelainan porsio gambaran khas leukoplakia,erosi,ektropion atau
servisitis
o Tetapi tidak demikian halnya pada tingkat lanjut dimana porsio terlihat benjol-benjol
menyerupai bunga kol (pertumbuhan eksofitik) atau mungkin juga ditemukan fistula
rektovaginal ataupun vesikovagina. Pada keadaan ini porsio mudah sekali berdarah
karena kerapuhan sel sehingga pada pemeriksaan ginekologi dianjurkan mulai dengan
pemeriksaan inspekulo yang dilanjutkan dengan pemeriksaan vagina bimanual untuk
eksplorasi vagina.
d. Pemeriksaan Penunjang
Alur diagnosis ada 2
Screening : pemeriksaan sitologi,inspeksi visual,HPV DNA
Diagnosis definitif harus didasarkan pada konfirmasi histopatologi dari hasil biopsi
lesi sebelum pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut dilakukan. Tindakan penunjang
diagnostik dapat berupa kolposkopi, biopsi terarah, dan kuretase endoservikal
a. Tes Pap Smear
Tes Pap Smear dilakukan secara teratur agar dapat mengurangi resiko kanker serviks.
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel sel leher rahim. Kemudian sampel tersebut
dianalisis lebih lanjut di laboratorium. Tes ini dapat menemukan sel-sel abnormal (kanker)
yang kemungkinan dapat menjadi kanker serviks. Hasil Pap Smear
a. Hasil pap smear normal menunjukkan hasil negatif, yaitu tidak adanya sel-sel
serviks yang abnormal,
b. Interpretasi hasil (menurut Papanicolaou)
- Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
- Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
o Kuman atau virus tertentu.
o Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah
pengobatan.
- Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat.
Periksa ulang 1 bulan sesudah pengobatan
- Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal
demikian dapat ditempuh 3 jalan, yaitu:
o Dilakukan biopsi.
o Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3
sediaan
o Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
- Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan
seperti pada hasil kelas IV untuk konfirmasi.
b. Tes IVA
Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) merupakan metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati ada
tidaknya kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka
dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Tes ini dapat dilakukan hanya ntuk
deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya
yang lebih lanjut harus dilakukan. Interpretasi IVA:
Jika hasil tes Pap Smear atau IVA tidak normal, maka dianjurkan melakukan tes lain
untuk membuat diagnosis. Tes lain yang dapat dilakukan antara lain:
1) Kolposkopi
Dalam tes ini, dokter menggunakan sebuah alat yang disebut kolposkopi untuk
memeriksa leher rahim. Kolposkopi menggabungkan suatu cahaya yang terang
dengan lensa pembesar untuk membuat jaringan rahim mudah dilihat. Alat ini
tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat
praktek dokter atau klinik.
2) Biopsi Metode
biospi dilakukan dengan pengangkatan jaringan untuk mencari selsel sebelum
bersifat kanker atau sel-sel kanker. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan
di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
3) USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan.
DIAGNOSIS BANDING
1. Adenokarsinoma Endometrial
2. Polip Endoservikal
3. Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular seksual lainnya pada wanita dengan:
Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa, nyeri pelvis
Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama setelah berhubungan
seksual).
Islam mensyariatkan, jika seseorang tertimpa penyakit maka ia diperintahkan untuk berusaha
mengobatinya. Al-Qur`ân dan as-Sunnah telah menetapkan syariat tersebut. Dan pada
pelayanan dokter memang terdapat faedah, yaitu memelihara jiwa. Satu hal yang termasuk
ditekankan dalam syariat Islam
Dalam hadits di bawah ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan
kaum lelaki untuk lebih berhati-hati dalam masalah wanita.
"Berhati-hatilah kalian dari menjumpai para wanita,” maka seorang sahabat dari Anshar
bertanya,"Bagaimana pendapat engkau tentang saudara ipar, wahai Rasulullah?” Rasulullah
menjawab,"Saudara ipar adalah maut (petaka).” [HR Bukhari dan Muslim
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل اَل يَ ْنظُ ُر ال َّر ُج ُل إِلَى عَوْ َر ِة ال َّرج ُِل َواَل َ ي ع َْن أَبِي ِه أَ َّن َرس
َ ِ ُول هَّللا ِّ د ْال ُخ ْد ِرQٍ ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن أَبِي َس ِعي
َال َمرْ أَةُ ِإلَى عَوْ َر ِة ْال َمرْ أ ِة
ْ
"Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain),
dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". [HR Muslim]