Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERISTIWA

MALAPETAKA 15 JANUARI (MALARI) 1974

Aas Lailah, Iskandar Syah, Syaiful M


FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624
e-mail: aaslailah81@yahoo.com
Hp. 085768365174

Abstract : Alaysis of Contributing to Disastrous Events in January 15, 1974. Based on the
formulation, so that this study aimed for determining the all factors that cause the catastrophe
event (Malari) in January 15, 1974 at terms of the political aspect. This study used the historical
method with the literature’s and the documentation’s data collection techniques, while the data
analysis is the qualitative data analysis. Based on the data that has been obtained, the results
showed that the factors contributing to the catastrophe events (Malari) in January 15, 1974 for
the political aspect is because 1) the existence competition of the government between
Soemitro’s group and Ali Murtopo’s group. At the time of the Riots on January 15, 1974, the
group Murtopo intentionally sent some people who are not being the students, while the
Soemitro’s deliberately let the riots occurred and did not take a firm action. 2) The disclaimer
for the foreign factories domination. The disclaimer is realized in a wide variety of
exclamations. As in the form of criticism from some economists, several articles on the
newspaper, discussions, and demonstrations which is undertaken by various groups, especially
students.

Keywords : Malari event, students, causes

Abstrak : Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Peristiwa Malapetaka 15 Januari


(Malari) 1974. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari)
1974 ditinjau dari aspek politik. Metode yang digunakan adalah metode historis. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk
menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor penyebab terjadinya peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 di tinjau dari aspek
politik disebabkan karena 1) adanya persaingan di dalam tubuh pemerintahan yakni antara
kelompok Soemitro dan Ali Moertopo. Pada saat terjadinya peristiwa kerusuhan pada tanggal
15 Januari tersebut, kelompok Ali Moertopo sengaja mengirimkan beberapa oknum yang bukan
berstatus mashasiswa di dalam peristiwa tersebut. Sedangkan kelompok Soemitro sengaja
membiarkan peristiwa kerusuhan tersebut dengan tidak melakukan penindakan-penindakan
tegas, seperti penangkapan. 2) Adanya penolakkan terhadap dominasi perusahaan asing.
Penolakkan tersebut diwujudkan dalam aneka macam seruan. Seperti dalam bentuk kritikan atau
masukan dari beberapa ahli ekonom, tulisan-tulisan beberapa surat kabar, diskusi-diskusi serta
aksi demosntrasi yang di lakukan oleh berbagai kalangan terutama mahasiswa.

Kata Kunci : peristiwa Malari, mahasiswa, penyebab

PENDAHULUAN sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia


pada tanggal 12 Maret 1967. Orde Baru
Masa kekuasaan Orde Lama secara merupakan sebuah istilah yang digunakan
legal dan formal berakhir dan digantikan oleh untuk memisahkan antara kekuasaan masa
masa kekuasaan Orde Baru, yakni sejak Soekarno (Orde Lama) dengan masa
dilantik dan disumpahnya Jenderal Soeharto Soeharto. Orde Baru lahir dari tekad untuk
melakukan koreksi total atas kekurangan mencatat nilai US $ 534 juta (A. Yogaswara,
sistem politik yang telah dijalankan 2009 : 23).
sebelumnya. Dengan kebulatan tekad atau Dana investasi terbanyak dari Jepang
komitmen dari segala kekurangan pada masa pun mengalir ke Indonesia. Dengan adanya
sebelumnya, Orde Baru merumuskan sokongan dana melimpah yang diperoleh dari
tujuannya secara jelas yakni melaksanakan pinjaman dana asing, Presiden Soeharto mulai
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan menggulirkan program Rencana
konsekuen. Sebagaimana diungkapkan oleh Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang
Soeharto dalam salah satu pidatonya “Koreksi sebelumnya dengan tegas dicanangkan dalam
secara mendasar terhadap kekeliruan masa Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang
lampau itulah yang melahirkan Orde Baru. (25-30 tahun) yang dilakukan secara periodik
Ialah, tatanan kehidupan rakyat, bangsa dan lima tahunan yang disebut Pelita
negara yang kita letakkan kembali pada (Pembangunan Lima Tahun).
pelaksanaan kemurnian Pancasila dan UUD Pelaksanaan Pelita I yang diharapkan
1945. Sejarah lahirnya Orde Baru ini harus dapat berjalan dengan baik ternyata diciderai
kita camkan sedalam-dalamnya dalam lubuk dengan terjadinya peristiwa Malari yang
hati dan kesadaran kita semua tanpa kecuali” terjadi pada tanggal 15 Januari 1974.
(Departemen Pertanian, 1994 : 6). Peristiwa tersebut terjadi bertepatan dengan
Menurut A. Yogaswara, Soeharto kunjungan Perdana Menteri Jepang, Kakuei
mencatat, inflasi di tahun 1965 mencapai Tanaka ke Indonesia. Peristiwa tersebut
500% dan harga beras naik 900%. Sementara merupakan kelanjutan demonstrasi para
defisit anggaran belanja tahun itu mencapai mahasiswa yang dipimpin oleh Ketua Dewan
300% dari pemasukan. Hal ini belum Mahasiswa Universitas Indonesia (DM UI),
ditambah lagi utang luar negeri yang Hariman Siregar.
menumpuk dan harus dibayarkan pada tahun Menjadi sebuah kewajaran ketika para
1966 (A. Yogaswara, 2009 : 22). Menangani mahasiswa menyuarakan tuntutan dan
keadaan demikian, maka menurut Soeharto aspirasinya kepada pemerintah demi sebuah
solusi (atau satu-satunya solusi) adalah “harus perubahan lebih baik kearah yang diinginkan.
cepat mendapatkan bantuan luar negeri” Diungkapkan oleh Henry A. Landsberger
(Ramadhan K.H, 1989 : 182). bahwa gerakan protes muncul atas reaksi
Untuk mendukung hal tersebut, terhadap kondisi sosial, ekonomi dan politik
menurut Muhaimin, dikutip dari buku yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Indonesia Raya di Bredel “munculah Undang- Faktor ketidakadilan sosial, ekonomi dan
undang Penanaman Modal Asing nomor 1 politik dalam sepanjang sejarah melahirkan
tahun 1967 dan juga Undang-undang pemberontakan dan kekerasan massa radikal
Penanaman Modal Dalam Negeri nomor 6 yang merupakan reaksi spontan, kefrustasian
tahun 1968 yang dimaksudkan untuk dalam kehidupan rakyat (Daliso
membuka perekonomian dan menggiatkan Mangunkusumo, 1999 : 85).
kembali dunia usaha swasta” (Ignatius Terjadinya krisis ekonomi, sosial dan
Haryanto, 2006 : 150). politik mendorong para mahasiswa untuk
Selanjutnya, Indonesia memberikan melakukan suatu gerakan politik yang
peluang kepada negara-negara asing yang diwujudkan dalam suatu gerakan mahasiswa.
ingin bekerjasama menanamkan investasi Dalam usahanya menyelesaikan krisis yang
perusahaannya di Indonesia. Amerika dan terjadi, kekuatan politik mahasiswa yang
Jepang merupakan dua negara yang memiliki terwujud dalam suatu gerakan mahasiswa
nilai investasi terbesar saat itu. Sebagaimana melakukan berbagai aksi sosial maupun politik
diungkapkan oleh Harold Crouch dalam yang tidak jarang agenda aksinya adalah
artikel The 15 Januari Affair in Indonesia, bentuk protes terhadap pemerintah yang
bahwa nilai proyek Amerika di Indonesia dianggap belum mampu menyelesaikan krisis
pada tahun 1973 mencapai US $ 935 juta karena berbagai penyimpangan yang
untuk 115 proyek, sementara Jepang dengan dilakukannya (Rum Aly, 2004 : 3). Peristiwa
jumlah proyek terbanyak 135 proyek yang dikenal sebagai Malapetaka 15 Januari 1974
ini telah mengakibatkan banyak kerugian baik banyaknya argumentasi tentang
materil maupun non-materil. Dari data resmi penggambaran mengenai terjadinya peristiwa
pemerintah tercatat 11 orang meninggal dunia, 17 Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 tersebut,
orang luka berat, 120 orang luka ringan, penulis tertarik untuk meninjau lebih jauh
kendaraan yang dibakar atau dirusak berjumlah mengenai peristiwa tersebut dari faktor
807 mobil dan 187 motor, serta bangunan yang
penyebab terjadinya peristiwa Malari 1974 di
rusak atau dibakar berjumlah 145 gedung. Dari
situ ditahanlah sejumlah 775 orang (Marzuki tinjau dari aspek politik.
Arifin, 1974 : 338-339). Belum lagi dibredelnya
sejumlah surat kabar dan dialih fungsikannya METODE PENELITIAN
beberapa pejabat pemerintahan seperti Jenderal
Soemitro, Ali Moertopo, Soedjono Hoemardhani Dalam melakukan sebuah penelitian,
dan Yoga Soegama serta dihapuskannya lembaga metode merupakan faktor penting dalam
Aspri presiden akibat peristiwa tersebut. memecahkan suatu masalah yang turut
Hingga sampai berakhirnya peristiwa menentukan keberhasilan suatu penelitian.
ini telah menyisakan banyak pertanyaan Metode merupakan cara kerja untuk dapat
mengenai apa sebenarnya yang terjadi dan memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
siapakah orang yang seharusnya yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1989 : 32).
bertanggungjawab dibalik terjadinya peristiwa Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
tersebut. Sejumlah tulisan pernah membahas penelitian historis mengingat objek dalam
tentang peristiwa tersebut dari masing-masing penelitian ini merupakan peristiwa-peristiwa
perspektif. Ada yang melihatnya bahwa yang terjadi pada masa lampau. “Metode
terjadinya peristiwa tersebut yaitu akses dari penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-
penggunaan modal asing di negara prinsip aturan yang sistematis yang
berkembang seperti Indonesia yang baru dimaksudkan untuk memberikan bantuan
memulai pembangunan ekonominya sejak secara efektif dalam usaha mengumpulkan
Orde Baru, dan masuknya UU Penanaman bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara
Modal Asing tahun 1967 (Yahya Muhaimin, kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa
1991 : 134). Francois Raillon memandang daripada hasil-hasilnya (biasanya dalam
bahwa peristiwa Malari 1974 adalah hal bentuk tertulis)” (Nugroho Notosusanto, 1984
tentang peranan yang dilakukan oleh : 11). Adapun langkah-langkah yang
mahasiswa sepanjang tahun 1970-an. digunakan dalam pelaksanaan metode historis
Malapetaka 15 Januari adalah tentang antara lain yakni heuristic, kritik, interpretasi
aktivitas mahasiswa dalam menyambut dan historiografi (Nugroho Notosusanto, 1984
kedatangan Perdana Menteri Jepang yang : 84).
berakhir dengan terjadinya kerusuhan di Untuk lebih mempermudah cara kerja
beberapa wilayah Ibukota. Serta ada pula dalam suatu penelitian, maka variabel
yang menyebutkan seperti Harold Crouch, merupakan sesuatu yang tidak dapat
bahwa peristiwa Malapetaka 15 Januari ditinggalkan begitu saja karena dengan
(Malari) 1974 adalah karena adanya konflik variabel kita lebih dapat memfokuskan pada
elite tentang pengelompokan kekuasaan saat apa yang menjadi objek penelitian kita.
itu dan bagaimana kelompok tersebut saling Variabel adalah himpunan sejumlah gejala
berebut pengaruh (Ignatius Haryanto, 2006 : yang memiliki beberapa aspek atau unsur di
47). ndalamnya yang bersumber dari kondisi objek
Banyaknya versi tentang peristiwa penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan
yang mengkibatkan kerusuhan tersebut berpengaruh pada objek penelitian (Nugroho
menyisakan pertanyaan yang tidak berujung Notosusanto, 1984 : 55). Adapun variabel
tentang penyebab utuh dari persitiwa tersebut. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bukan pekerjaan mudah bagi penulis untuk variabel tunggal dengan fokus penelitian pada
langsung menjelaskan secara utuh bagian- faktor-faktor penyebab terjadinya peristiwa
bagian cerita tentang terjadinya peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 ditinjau
yang dikenal sebagai Malapetaka 15 Januari dari aspek politik. Pengumpulan data selalu
(Malari) 1974 tersebut. Untuk itu, dari sekian memiliki hubungan dengan dengan masalah
yang hendak dipecahkan atau diteliti. Dan Pemerintahan Orde Baru adalah suatu
dalam penelitian ini, penulis menggunakan penataan kembali seluruh kehidupan bangsa
beberapa teknik, hal ini dilakukan untuk dan negara serta menjadi titik awal koreksi
memperoleh data yang diinginkan agar lebih terhadap penyelewengan pada masa yang lalu.
akurat. Dalam penelitian ini, penulis Orde Baru bisa diartikan sebagai orde yang
menggunakan beberapa teknik, hal ini mempunyai sikap dan tekad mendalam untuk
dilakukan untuk memperoleh data yang mengabdi kepada rakyat serta mengabdi
diinginkan agar lebih akurat yakni dengan kepada kepentingan nasional yang didasari
menggunakan teknik kepustakaan dan oleh falsafah Pancasila dan menjunjung tinggi
dokumentasi. Teknik kepustakaan merupakan asas serta sendi Undang-undang Dasar 1945.
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan “Orde Baru juga bisa diartikan sebagai
metode pengumpulan data pustaka, membaca masyarakat yang tertib dan negara yang
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian berdasarkan hukum, dimana terdapat
(Mestika Zed, 2004 : 24). Sedangkan teknik keseimbangan antara kepentingan individu
dokumentasi merupakan suatu cara dan masyarakat serta warga negara
pengumpulan data yang menghasilkan mempunyai pemimpin atau penguasa yang
catatan-catatan penting yang berhubungan tunduk kepada ketentuan yang berlaku”
dengan masalah yang diteliti, sehingga akan (Jenderal Soeharto, 1967 : 7).
memperoleh data yang lengkap, sah dan Maka langkah-langkah yang diambil
bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan kemudian lebih difokuskan pada penguatan
Suwandi, 2008 : 158). faktor politik dan militer pemerintah. Lalu
Langkah yang harus ditempuh setelah didirikanlah berbagai lembaga-lembaga
pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis pemerintah untuk tujuan stabilitas
data merupakan bagian penting dalam metode pemerintahan. Salah satunya adalah Lembaga
ilmiah, karena analisis data digunakan untuk Pemerintah Non-Departemen (LPND),
memecahkan masalah penelitian. “Analisis dimana A. Yogaswara menyebutnya sebagai
data yaitu proses mengorganisasikan dan lembaga “tidak resmi” berbentuk seperti
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan Kopkamtib, Opsus dan Aspri yang
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan sepenuhnya bersifat loyal pada dirinya.
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja Lembaga-lembaga tidak resmi ini memiliki
seperti yang disarankan oleh data” akses langsung terhadap Soeharto. Aspri dan
(Moeleong, 2004 : 280). Dalam hal ini, Opsus bahkan memiliki kekuasaan yang tidak
analisis data yang penulis gunakan dalam terbatas, termasuk pengaruhnya terhadap
penelitian ini adalah analisis data kualitatif presiden melebihi pengaruh kabinet serta
mengingat data tersebut berupa fenomena- lembaga-lembaga resmi pemerintahan (A.
fenomena yang terjadi yang dikumpulkan Yogaswara, 2007 : 183).
dalam bentuk laporan dari karangan para Mengenai keberadaan lembaga-
sajarawan sehingga memerlukan pemikiran lembaga pemerintah ini di dalam
yang tepat dalam menyelesaikan masalah pemerintahan Orde Baru, Soemitro mengakui
penelitian tersebut. Analisis data kualitatif perannya sangat besar dalam mengembangkan
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan Orde Baru dengan segala manuvernya (Heru
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, Cahyono, 1998 : 47). Sepak terjang Ali
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat Moertopo dan teman-temannya telah
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menimbulkan kecurigaan di benak jenderal-
menemukan pola, menemukan apa yang jenderal lain, termasuk Soemitro. Soemitro
penting dan apa yang dipelajari, dan ketika itu menjabat sebagai Pangkopkamtib
memutuskan apa yang dapat diceritakan merasa tidak suka dengan manuver-manuver
kepada orang lain (Bodgan dan Biklen, 1982 vulgar dari kelompok Ali Moertopo (A.
dalam Moeleong, 2004 : 248). Yogaswara, 2009 : 39). Meskipun terkadang
terlalu vulgar dalam mencapai tujuannya. Tak
jarang kebijakan yang mereka rumuskan
HASIL DAN PEMBAHASAN berlawanan dengan kebijakan yang dihasilkan
oleh lembaga-lembaga resmi milik Simandjuntak. Saya mendapat cerita yang
pemerintah. Dualisme di tubuh pemerintahan betul-betul saya sangat terkejut mendengar
pun tak dapat dihindarkan (A. Yogaswara, bahwa mereka itu ikut terlibat di dalam
2009 : 21). gerakan pembakaran tanggal 15 Januari itu.
Rivalitas keduanya pun meruncing Waktu mendengar pengakuan Saudara Roy
dan melahirkan dua kubu di tahun 1971. Simandjuntak ini baru saya tahu bahwa
Sementara Soemitro, Pangkopkamtib mereka memakai hari yang sama untuk
merangkap sebagai Wakil Panglima ABRI melakukan gerakan pembakaran ini sekaligus
dekat dengan Kepala Bakin Sutopo Juwono, untuk memberitahukan kepada media massa
sedangkan Ali Moertopo (Aspri/Opsus) dan ternyata mahasiswa itu anarkis bukan
Soedjono Hoemardhani (Aspri) sejalan melakukan apel di Trisakti seperti yang
dengan Menhankam/Panglima ABRI, M. dikatakan tapi melakukan pembakaran.
Panggabean. Tarik menarik antar dua kubu “Kalau Simandjuntak ini Ketua KAPBI
pun terjadi setiap saat. Perang intelijen tak (Kesatuan Pengemudi Becak Indonesiaa).
dapat dihindarkan (A. Yogaswara, 2009 : Jadi, mengerahkan seluruh tukang-tukang
40). becak untuk melakukan pembakaran-
Persaingan yang terjadi antara pembakaran pada tanggal 15. Kalau Pak Kyai
kelompok Soemitro dan Ali Moertopo turut Nur ini adalah seorang kyai di pondok
menyebabkan terjadinya peristiwa pesantren yang ada di Banten, Tangerang.
Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974. Ali Jadi, mereka juga pada waktu hari yang sama
Moertopo sengaja mengirim anak-anak itu menggerakkan massanya untuk membantu
gelandangan, preman Ibu Kota dan bekas mendukung gerakan Simandjuntak ini karena
simpatisan DI/TII untuk melakukan huru-hara saya tahu mereka memang kenal. Mereka
dan kerusuhan pada aksi demonstrasi istilahnya bosnya lah. Apa yang saya tangkap
mahasiswa yang menyambut kedatangan PM dari seluruh pemerikasaan dan omongan-
Jepang Tanaka. Aksi huru-hara dan kerusuhan omongan di dalam tahanan jelas pada saat itu
itu sengaja dirancang oleh Ali Moertopo keterlibatan (maaf ya kalau saya bilang) Ali
untuk menyingkirkan lawan-lawannya. Moertopo dan Soejdono Hoemardhani
Sementara itu, Soemitro justru membuat jelaslah pada waktu itu mereka betul-betul
kesan “memberi angin” pada gerakan terancam dengan gerakan mahasiswa ini.
mahasiswa. Menjelang kedatangan PM Karena kan kami mahasiswa mengingkan
Jepang Tanaka, Soemitro justru mengurangi membubarkan Aspri dan mereka merasa tidak
pembatasan-pembatasan terhadap demonstrasi senang lah gitu” (Hasil wawancara dalam
mahasiswa. Bahkan ketika terjadi huru-hara http://www.youtube.com/watch?Diakses pada
dan kerusuhan, pasukan kemanan dibawah 28 Desember 2012).
komando Soemitro tidak langsung bersikap Selain adanya persaingan yang terjadi
tegas. Pangkopkamtib menunjukkan nada di dalam tubuh pemerintahan, pada masa awal
persahabatan ketika berbicara dengan para Orde Baru terjadi pula penolakkan terhadap
demonstran. Dua hari setelah peristiwa itu, dominasi perusahaan-perusahaan asing akibat
pasukan kemanan baru melakukan pemberlakuan Undang-undang Penanaman
penangkapan-penangkapan. Sebenarnya Modal Asing (UU PMA). Menurut Prof.
dibalik aksi demonstrasi mahasiswa pada 15 Sarbini Sumawinata dan Dr. Soedjatmoko
Januari 1974, Soemitro berharap agar protes berpendapat bahwa strategi ekonomi yang
mahasiswa tersebut dapat memaksa Presiden dibawa Orde Baru akan menghancurkan
Soeharto untuk membubarkan Aspri sekaligus industri golongan pribumi di dalam negeri,
menyingkirkan rivalnya itu (Iin Farinda dan akan menciptakan suatu daerah kantong
Astutik dalam M. Aref Rahmat, 2011 : 50- dengan pola konsumsi yang asing bagi
51). masyarakat, sementara golongan pribumi
Dipaparkan oleh Salim Hutadjulu, mendapat proteksi atau kesempatan untuk
bahwa “Jadi memang pada waktu saya bekerja dan menanamkan modalnya (Ignatius
dipindahkan ke LP budi Utomo, di sebelah Haryanto, 2006 : 153). Disebutkan pula
kanan ini Kyai Nur dan sebelah saya lagi Roy bahwa industri minimum dari luar negeri
mematikan industri serupa di dalam negeri terhadap kebijakan pembangunan yang
seperti Limonade, Markisa, Sirsak dan lain- dianggap tidak adil dan hanya
lain (Yahya Muhaimin, 1991 : 196). Serta menguntungkan kelompok yang kaya
dalam setiap join venture, pihak Indonesia (Budiman Sudjatmika, 20 Desember 2000).
selalu lebih kecil modalnya dan hanya satu Lalu kemudian demonstrasi yang dilakukan
perusahaan dimana Indonesia memegang atas penyambutan Menteri Kerjasama
tampuk pimpinan perusahaan. Selebihnya Pembangunan Belanda sekaligus Ketua IGGI
dikuasai pemilik modal asing (Ignatius (Inter-Goverment Group on Indonesia), J.P.
Haryanto, 2006 : 119). Pronk ke Jakarta pada bulan November 1973.
Diantara para penginvestasi, Jepang Dan semakin memuncak dengan adanya
merupakan salah satu negara dominan yang diskusi-diskusi mengenai modal asing dan
menginvestasikan modalnya di Indonesia. korupsi semakin memuncak diakhir tahun
“Kesepahaman dan saling mengerti diantara 1973 (A. Yogaswara, 2009 : 50).
kedua negara kemudian diikuti dengan Dan protes-protes menentang modal
derasnya aliran modal Jepang (dan modal asing semakin terus kencang di lakukan pada
asing lainnya) masuk ke Indonesia. Menurut awal-awal di bulan Januari 1974. Aksi
Harold Crouch, sampai tahun 1973, mahasiswa pun semakin meluas diberbagai
persetujuan telah diberikan kepada 135 kota seperti Yogyakarta, Bandung, Makassar
proyek Jepang dengan nilai US $ 534 juta” dan Medan. Banyak poster-poster
(Ignatius Haryanto, 2006 : 209). Dan Salah dibentangkan dalam beraneka ragam seruan
satu proyek besar yang menjadi indikator seperti : “Bubarkan Aspri”, “Sudjono
hubungan ekonomi Indonesia-Jepang dalam Hoemardhani Dalang Makelar Jepang”, “Ali
jumlah yang begitu besar adalah proyek Moertopo Calo Politik”, “Jepang Merusak
Asahan di Sumatera Utara. Proyek ini sendiri Indonesia” dan lain sebagainya. Bahkan
dimaksudkan untuk membangun potensi terdapat sekelompok mahasiswa yang
industri di Indonesia bekerja sama dengan mendatangi Kejaksaan Agung, menyerahkan
konsorsium modal swasta di Jepang yang daftar nama cukong-cukong Cina yang
pada akhirnya merupakan kerja sama antara dianggap menjadi biang keladi korupsi (A.
dua pemerintah negara (Ignatius Haryanto, Yogaswara, 2009 : 80).
2006 : 122). Dikemukakan oleh Nindarsari Maka, akumulasi sikap anti pun
bahwa ada tiga permasalahan yang berkaitan Jepang kemudian mencapai klimaks pada saat
dengan penanaman modal Jepang di kunjungan Perdana Menteri Jepang, Kakuei
Indonesia, yakni ; Tanaka pada tanggal 15 Januari 1974.
a. Lumpuhnya industri tekstil pribumi Kunjungan Tanaka disambut mahasiswa
akibat penanaman modal asing tersebut. dengan demonstrasi. Mahasiswa bergerak
b. Hubungan bisnis dari kelompok Jepang dengan isu utama anti modal asing karena
inilah yang mengambil partner dari WNI dinilai merugikan ekonomi Indonesia.
keturunan Cina. Disamping anti modal asing, mahasiswa
c. Reaksi masyarakat terhadap peristiwa 15 berdemonstrasi dengan isu-isu lain sebagai
Januari 1974, yang terlihat lebih pada tuntutan mereka, diantaranya ; “Ganyang
konflik elite antara kelompok loby korupsi/Stop pemborosan pembangunan”,
Jepang dengan grup Hankam. “Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan
(Nindarsari. Implikasi Politik Penanaman Harga, Jepang merusak Indonesia” (Adi
Modal Jepang di Indonesia 1970-1979, Skripsi Suryadi Culla, 1999 : 82-85).
Sarjana Ilmu Politik. FISIP UI, 1984, Hal. Berdasarkan data pada hasil,
119). pembentukkan ketiga Lembaga Pemerintah
Fokus kritik gerakan mahasiswa Non-Departemen (LPND) yakni Kopkamtib,
ditujukan terhadap strategi pembangunan Opsus dan Aspri pada awal kepemimpinan
yang diambil. Misalnya pada tahun 1973, para Orde Baru telah menuai banyak protes di
mahasiswa mengadakan aksi ke gedung beberapa kalangan terutama mahasiswa. Pada
MPR/DPR untuk menyampaikan “Petisi 24 dasarnya, pembentukkan ketiga Lembaga
Oktober”. Isi petisi tersebut adalah kritik Pemerintah Non-Departemen (LPND) pada
masa awal Orde Baru bertujuan untuk pada peristiwa Malapetaka 15 Januari
mengawal kelancaran dari pada proses (Malari) 1974. Aspri presiden pada masa awal
pembangunan pemerintahan di segala bidang kepemimpinan Orde Baru di jadikan sebagai
demi mencapai stabilitas yang diharapkan. tumpuan utama presiden di bandingkan
Namun pada proses perkembangannya, kabinet lainnya dalam sebuah proses
hadirnya kelembagaan tersebut justru pembuatan keputusan. Hal ini di nilai, bahwa
membuat jurang pertikaian di tubuh presiden menaruh kepercayaan lebih banyak
pemerintahan. Hal ini di karenakan terjadinya terhadap Aspri-nya di bandingkan pada
pergeseran fungsi dari ketiga kelembagaan kabinetnya. Tentu saja hal tersebut
tersebut yang berubah dari fungsi awal tujuan menimbulkan ketidaksenangan di kalangan
pembentukkannya. kabinet pemerintahan lainnya. Sehingga
Sebagaimana lembaga Komando melahirkan sikap saling bersaing untuk
Pemulihan Operasi Keamanan dan berebut pengaruh di kalangan elite
Kertertiban (Kopkamtib) yang semula di pemerintahan.
bentuk atas dasar memulihkan keamanan dan Dan persaingan yang paling terlihat di
ketertiban akibat Gerakan 30 September 1965 tubuh pemerintahan pada masa awal Orde
sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Baru adalah persaingan yang terjadi antara
Presiden (Keppres)/Panglima Tertinggi Kelompok Jenderal Soemitro dan Ali
ABRI/Panglima Besar Komando Operasi Moertopo. Jenderal Soemitro yang berada
Tertinggi No. 179/KOTI/1965, berubah pada posisi sebagai Panglima Komando
kewenangannya menjadi lembaga yang Operasi Keamanan dan Ketertiban
mengawasi pemberitaan, pengamanan proses (Pangkopkamtib) merangkap Wakil Panglima
Pemilihan Umum (Pemilu), di berikan ABRI lebih dekat dengan Mayjen Sutopo
kewenangan untuk menangkap, Juwono yang berada di Bakin sebagai Ka
menginterogasi, menahan dan lain Bakin (Kepala Bakin) serta Sajiman, Wakil
sebagainya. Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD).
Demikian pula halnya dengan Sehingga dapat dikatakan mereka berada
lembaga Opsus, yang pada hakikatnya dalam kelompok Jenderal Soemitro.
merupakan lembaga intelijen. Sebagaimana Sedangkan untuk kelompok Ali Moertopo
yang kita pahami bahwa lembaga intelijen sendiri di dukung oleh Soedjono
merupakan personifikasi dari sebuah dinas Hoemardhani yang berada di lembaga Aspri
rahasia yang tugasnya dirahasiakan untuk dan Opsus seperti halnya Ali Moertopo yang
umum, kecuali pelaksana dan pemberi tugas merangkap sebagai Deputi Bakin serta
tersebut yang mengetahui. Operasi Khusus Panglima ABRI, Jenderal Maraden
(Opsus) dibentuk pada tahun 1963 yang Panggabean. Dalam hal menjalankan tugas
semula di gunakan untuk membangun kontak dan wewenangnya, ketiga lembaga tersebut
rahasia dengan pemerintahan Malaysia selama saling tumpang-tindih. Dalam artian, tugas
konfrontasi. Dan seiring berjalannya waktu, dan wewenang ketiga lembaga seringkali
Opsus pun di fungsikan sebagai lembaga yang berbenturan dengan lembaga-lembaga
membantu untuk memastikan suara pro- pemerintahan lainnya. Bahkan kelompok Ali
pemerintah pada Pepera Papua tahun 1969, Moertopo di nilai terlalu mendominasi dan
pada Pemilihan Umum (Pemili) 1971 dalam berlebihan dalam sistem hierarki militer
merestrukturisasi partai-partai politik, maupun pemerintahan.
memperkuat Sekber Golkar dengan fungsi Persaingan atau pun rivalitas yang
penggalangannya mendirikan surat-surat terjadi di antara kedua kelompok sepanjang
kabar guna propaganda stabilitas dan masa awal Orde baru merupakan sebuah hal
pembangunan pemerintahan, serta melakukan yang hampir semua orang mengetahuinya,
intervensi dan filtrasi dalam rapat-rapat yang terutama di kalangan pemerintahan pada saat
dilakukan partai maupun organisasi politik. itu. Dan rivalitas atau persaingan ke dua
Dan terakhir, lembaga Asisten Pribadi kelompok antara Jenderal Soemitro dan Ali
(Aspri) presiden yang juga di tuntut Moertopo terhadap peristiwa kerusuhan bulan
pembubarannya oleh kalangan mahasiswa Januari 1974 yang disebut sebagai
Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 tentu simpati dan dukungan dari kalangan kampus.
memiliki sebuah garis lurus yang harus di Setidaknya agar dirinya di nilai sebagai sosok
ketahui. Sebagaimana banyak tulisan yang bijak dan memperoleh banyak
menyatakan bahwa peristiwa Malari 1974 dukungan. Dan juga sebuah kesengajaan yang
adalah sebuah peristiwa kerusuhan yang di di lakukan oleh pasukan keamanan dalam hal
lakukan oleh mahasiswa yang disebabkan penanganan terhadap kerusuhan yang di nilai
karena tuntutan terhadap pemerintah dalam sengaja dibiarkan tanpa lekas segera di tindak
hal penanaman modal asing. tegas. Sehingga kerusuhan pun semakin
Disebutkan oleh beberapa saksi bahwa meluas di berbagai penjuru ibukota saat itu.
di dalam kerusuhan tanggal 15 Januari 1974 Barulah, setelah kerusuhan terjadi dan
banyak terdapat golongan yang bukan berkobar Pangkopkamtib Jenderal Soemitro
termasuk mahasiswa, seperti adanya para datang dan berdiri di atas sebuah panser di
preman, tukang-tukang becak bahkan juga tengah kerumunan massa meneriakkan massa
seorang kyai yang berada di luar daerah untuk segera membubarkan diri. Dan
ibukota yang sengaja di datangkan. Mereka penangkapan-penangkapan terhadap para
sengaja menyusup dan di susupkan ke dalam pelaku baru di lakukan setelah dua hari
gerakan mahasiswa saat itu. Dan tak hanya kerusuhan tersebut terjadi. Diungkapkan pula
itu, menurut penuturan dari para pelaku oleh Iin Farinda Astutik bahwa sebenarnya
(mahasiswa) yang justru melakukan dibalik aksi demosntrasi mahasiswa pada 15
perbuatan kerusuhan seperti penjarahan, Januari 1974, Soemitro berharap agar protes
pengerusakan dan pembakaran gedung- mahasiswa tersebut dapat memaksa Presiden
gedung adalah bukan mahasiswa melainkan Soeharto untuk membubarkan Aspri presiden
oknum-oknum tertentu, yang kemudian sekaligus menyingkirkan rivalnya itu. Karena
diketahui bahwa beberapa oknum yang di dalam lembaga Aspri presiden terdapat
terlibat di dalam kerusuhan tersebut sengaja rivalnya yakni Ali Moertopo dan Soedjono
di gerakkan dan di perintah oleh kelompok Hoemardhani.
Ali Moertopo. Di sisi lain, hadirnya UU PMA pada
Seperti keterlibatan Roy masa awal Orde Baru turut pula memicu
Simandjuntak, seorang ketua persatuan reaksi dari masyarakat terhadap penolakkan
pengemudi becak Indonesia yang sengaja kebijakan tersebut. Pada tahun 1970-an salah
mengerahkan seluruh tukang-tukang becak satu negara penginvestasi terbesar di
untuk melakukan pembakaran-pembakaran Indonesia selain negara Amerika ialah Negara
pada tanggal 15 serta seorang Kyai Nur dari Jepang yang merupakan negara dengan
pondok pesantren di Banten, Tangerang yang jumlah proyek terbanyak mengalahkan
mengaku terlibat di dalam kerusuhan Malari Amerika Serikat. Hal ini menimbulkan kesan
1974. Menurut pengakuan keduanya kepada bahwa negara-negara Barat saling bersaing
Salim Hutadjulu, mereka di perintah oleh dengan negara Jepang untuk kepentingan
seseorang yang bernama Ramadi. ekonomi mereka dengan memanfaatkan
Sebagaimana diketahui bahwa Ramadi adalah kekayaan alam yang di miliki Negera
bekas kolonel Bidang Hukum Militer dan Indonesia. Terlebih dengan pemberlakuan
juga salah satu anggota MPR dari Partai Undang-undang No. 1 tahun 1967 yang
Golkar sejak tahun 1971 serta salah satu memberikan kelonggaran-kelonggaran bagi
pimpinan Gabungan Usaha Perbaikan pengusaha asing untuk dengan mudah dapat
Pendidikan Islam (GUPPI). Dan menurut menguasai perekonomian Indonesia.
Salim Hutadjulu, sosok Ramadi dekat dengan Para ahli ekonom banyak menilai
dua Aspri presiden yaitu Ali Moertopo dan bahwa strategi ekonomi yang di terapkan
Soedjono Hoemardhani. pada masa awal Orde Baru hanya akan
Gerakan kelompok Soemitro sendiri menghancurkan industri golongan pribumi di
pada peristiwa Malari 1974 menempatkan dalam negeri sehingga keluhan yang di
mereka pada posisinya. Aktivitas Jenderal ungkapkan dari pengusaha domestik
Soemitro yang sering berada di kampus- mengenai industri asing yang mematikan
kampus diindikasikan untuk menggalang industri mereka semakin menyeruak ke
permukaan. Seperti keluhan yang terjadi pada Selama dua hari, peristiwa kerusuhan tersebut
perusahaan industri minuman domestik telah menelan banyak kerugian baik materi
semacam Limonade, Markisa, Sirsak yang maupun non-materi. Aksi demonstrasi yang
terpuruk akibat hadirnya industri luar negeri. semula hanya sebagai agenda penyampaian
Di tambah dengan pola kerjasama yang di aspirasi terhadap pemerintah dalam mengawal
lakukan antara pengusaha domestik dan asing proses pembangunan Orde Baru, berubah
yang menempatkan pengusaha domestik menjadi aksi huru-hara massa yang berakhir
selalu lebih sedikit memegang tampuk dengan kejadian yang mencoreng kemurnian
pimpinan perusahaan di bandingkan dengan gerakan mahasiswa itu sendiri. Peristiwa
pengusaha asing. Terlebih berdasarkan data kelam ini disebut sebagai peristiwa
yang di peroleh, Negara Jepang merupakan Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974.
negara penginvestasi terbesar mengalahkan Peristiwa Malapetaka 15 Januari
Negara Amerika Serikat. (Malari) 1974 merupakan sebuah kajian yang
Berbagai bentuk reaksi atas dominasi membahas tentang gerakan mahasiswa.
negara Jepang menimbulkan sikap anti Jepang Sepanjang yang penulis ketahui tentang
di kalangan masyarakat. Negara Jepang bahasan penelitian-penelitian mengenai
bahkan di sebut sebagai “economic animal”. gerakan mahasiswa terutama yang fokus pada
Dalam artian bahwa Jepang bekerjasama peristiwa Malari 1974 yang telah diteliti,
hanya sebatas masalah ekonomi, yaitu maka dalam hal ini penulis menyampaikan
masalah untung dan rugi. Sebagaimana bahwa penelitian “Analisis Faktor Penyebab
masyarakat Bandung yang melaporkan sikap Terjadinya Peristiwa Malapetaka 15 Januari
dan perlakuan orang-orang Jepang dalam hal (Malari) 1974” adalah penelitian yang
terdapatnya kepincangan perlakuan dan juga berbeda dari penelitian-penelitian yang telah
pengupahan. Kalangan mahasiswa pun dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian
semakin gencar melakukan upaya-upaya yang membahas mengenai Malari 1974
dalam mengkritisi kebijakan strategi lainnya dapat kita lihat misalnya pada
pembangunan pemerintah. Maka di sepanjang penelitian dari Marzuki Arifin “Peristiwa 15
tahun 1970-1973 reaksi kritik dalam bentuk Januari 1974”, A. Yogaswara “Dalang
tulisan, seminar dan juga diskusi-diskusi Peristiwa 15 Januari 1974 (MALARI)”, dan
sering mereka lakukan. Heru Cahyono, “Pangkopkamtib Jenderal
Akumulasi sikap anti Jepang semakin Soemitro dan Peristiwa 15 Januari ’74”.
menyeruak dengan adanya momentum Semua penelitian tersebut menjelaskan
kedatangan Perdana Menteri Jepang, Kakuei tentang kejadian mengenai Malapetaka 15
Tanaka ke Indonesia pada tanggal 14 Januari Januari (Malari) 1974. Namun perbedaannya
1974. Momentum tersebut dimanfaatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebagai bentuk protes terhadap pemerintah di sini adalah bahwa penelitian mengenai
dalam menolak dominasi asing. Maka “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya
gagasan terhadap penyambutan Tanaka di Peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari)
rancang sedemikian rupa oleh mahasiswa 1974” lebih spesifikasi pada pokok bahasan
yang di pelopori oleh kalangan Dewan untuk menganalisis faktor penyebab
Mahasiswa (DM) dari masing-masing terjadinya Malari 1974 yang terfokus pada
Perguruan Tinggi di Jakarta. aspek politik meliputi kekuasaan dan
Dan puncaknya, setelah gagal kebijakan. Sehingga akhirnya diperoleh
merencanakan aksi demonstrasi pada tanggal kesimpulan tentang faktor penyebab Malari
14 Januari 1974 dalam menyambut Tanaka di 1974 di tinjau dari aspek politik. Sedangkan
Halim Perdanakusumah, para mahasiswa penelitian-penelitian lain yang telah
kembali berdemonstrasi turun ke jalan pada disebutkan, semuanya hanya menggambarkan
tanggal 15-16 Januari 1974. Aksi yang meluas tentang terjadinya peristiwa tersebut dari
sampai di beberapa sudut ibukota ini sudut pandang masing-masing. Seperti
menimbulkan kerusuhan, perusakan serta “Peristiwa 15 Januari 1974” karangan
pembakaran gedung-gedung dan perusahaan Marzuki Arifin yang membahas Malari 1974
terutama perusahaan asing yakni Jepang. dari sudut pandang pemerintah yang
menyimpulkan bahwa Malari 1974 terjadi lakukan setelah dua hari kerusuhan tersebut
dikarenakan adanya campur tangan PSI dan terjadi.
Masyumi, lalu “Dalang Peristiwa 15 Januari Selain itu, adanya penolakkan
1974 (MALARI)” dari A. Yogaswara lebih terhadap dominasi perusahan asing yang
umum menggambarkan kronologis kejadian diwujudkan dalam aneka macam seruan.
tersebut dengan tidak memaparkan secara Seperti dalam bentuk kritikan atau masukan
tegas mengenai tokoh atau dalang dari dari beberapa ahli ekonom, tulisan-tulisan
kejadian tersebut, dan Heru Cahyono, beberapa surat kabar, diskusi-diskusi serta
“Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan aksi demonstrasi yang di lakukan oleh
Peristiwa 15 Januari ’74” lebih banyak berbagai kalangan terutama mahasiswa.
memaparkan Malari 1974 dari pengetahuan Reaksi penolakkan terhadap dominasi
dan pengalamannya sebagai seorang perusahaan asing sudah gencar di lakukan
Pangkopkamtib pada masa itu. Dengan semenjak tahun 1970 hingga 1973. Aksi
demikian jelas di sini bahwa penelitian pengeluaran Petisi Oktober 1973, aksi
mengenai “Analisis Faktor Penyebab penyambutan Ketua IGGI, aksi diskusi
Terjadinya Peristiwa Malapetaka 15 Januari untung-rugi modal asing yang menghasilkan
(Malari) 1974” yang penulis lakukan, itu “Ikrar Warganegara” serta puncak dari
berbeda dan lebih luas kajiannya karena akumulasi reaksi tersebut semakin meningkat
penulis berusaha untuk mengkombinasikan dengan adanya momentum kedatangan
semua data-data sebagai bahan kajian untuk Perdana Menteri Jepang ke Indonesia pada
memperoleh kesimpulan yang jelas mengenai tanggal 14-17 Januari 1974. Dan puncak
penyebab terjadinya Malari 1974 dari aspek kejadian kerusuhan tersebut terjadi pada
politik. tanggal 15 Januari yang di kenal sebagai
peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari)
SIMPULAN 1974.

Berdasarkan dari penelitian yang telah DAFTAR PUSTAKA


di lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor penyebab terjadinya peristiwa Aly, Rum. 2004. Menyilang Jalan Kekuasaan
Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974 ditinjau Militer Otoriter, Gerakan Kritis
dari aspek politik yakni adanya persaingan Mahasiswa Bandung di Panggung
atau rivalitas di dalam tubuh pemerintahan. Politik Indonesia 1970-1974. Kompas :
Persaingan tersebut terjadi di antara kelompok Jakarta.
Jenderal Soemitro dan Ali Moertopo.
Persaingan atau rivalitas kedua kelompok Arifin, Marzuki. 1974. Peristiwa 15 Januari
turut ambil bagian di dalam terjadinya 1974. Publishing House Indonesia :
peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) Jakarta.
1974. Pada saat terjadinya peristiwa
kerusuhan pada tanggal 15 Januari tersebut, A. Yogaswara. 2009. Dalang Peristiwa 15
kelompok Ali Moertopo sengaja mengirimkan Januari 1974 (MALARI). Media
beberapa oknum yang bukan berstatus Pressindo : Yogyakarta.
mahasiswa di dalam peristiwa tersebut.
Diantaranya Roy Simandjuntak yang . 2007. Biografi Daripada
mengaku mengerahkan para tukang becak Soeharto, Dari Kemusuk Hingga
serta seorang kyai Nur dari Banten yang “Kudeta Camdessus”. Media Pressindo :
sengaja di datangkan untuk menarik massa Yogyakarta.
pada peristiwa yang berujung kerusuhan itu.
Sedangkan kelompok Soemitro sengaja Basrowi dan Suwandi. 2008. Penelitian
membiarkan peristiwa kerusuhan tersebut Kualitatif. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
dengan tidak melakukan penindakan-
penindakan tegas, seperti penangkapan. Cahyono, Heru. 1998. Pangkopkamtib
Meskipun akhirnya penangkapan baru di Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15
Januari ’74. Pustaka Sinar Harapan : Moeleong, Lexy J. 2004. Metodologi
Jakarta. Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
Culla, Adi Suryadi. 1999. Patah Tumbuh
Hilang Berganti : Sketsa Pegolakan Muhaimin, Yahya. 1991. Bisnis dan Politik
Mahasiswa Dalam Politik dan Sejarah Kebijaksanaan Ekonomi Idonesia 1950-
Indonesia (1908-1998). Raja Grafindo 1980. LP3ES : Jakarta.
Persada : Jakarta.
Nindarsari. 1984. Implikasi Politik Penanaman
Departemen Pertanian. 1994. Presiden Modal Jepang di Indonesia 1970-1979.
Soeharto dan Pembangunan Pertanian. FISIP Universitas Indonesia.
PT. Citra Media Persada : Jakarta.
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah
Dwipayana, G. dan Ramadhan K.H. 1989. Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti
Soeharto : Pikiran, Ucapan dan Indayu : Jakarta.
Tindakan Saya. Persada : Jakarta.
Rahmat, M. Aref. 2011. Ali Moertopo dan
Haryanto, Ignatius. 2006. Indonesia Raya Dunia Intelijen Indonesia. Narasi :
Dibredel. PT.LKIS Pelangi Aksara : Yogyakarta.
Yogyakarta.
Sayuti, Husin.1989. Pengantar Metodologi
Jenderal Soeharto. 1967. Orde baru (Kutipan Riset. CV. Fajar Agung : Jakarta.
dari Pidato Pejabat Presiden Soeharto
pada Sidang Paripurna Kabinet Ampera Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian
tanggal 19 April 1967). Grip : Surabaya. Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia :
Jakarta.
Mangunkusumo, Daliso dkk. 1999. Penjara-
penjara Politik Indonesia. Prospek : peristiwamalari-1974-blogspot.com - youtube
Yogyakarta. Diakses pada 28 Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai