Pendahuluan
PojokSehat. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang kita kenal sebagai penyakit
kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative. DM merupakan salah satu
penyakit degenerative dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di Jakarta baru sebesar ,7%;
pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7% dan pada tahun 2001
melonjak menjadi 12,8%.
Sejarah
Penyakit kencing manis telah dikenal ribuan tahun sebelum masehi. Dalam
manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir sekitar tahun 1550 sM- kemudian
dikenal sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan beberapa pengobatan terhadap
suatu penyakit dengan gejala sering kencing yang member kesan diabetes.
Demikian pula dalam buku India Aryuveda 600 sM penyakit ini telah dikenal.
Dikatakan bahwa penyakit ini dapat bersifat ganas dan berakhir dengan kematian
penderita dalam waktu singkat. Dua ribu tahun yang lalu Aretaeus sudah
memberikan adanya suatu penyakit yang ditandai dengan kencing yang banyak
dan dianggapnya sebagai penyakit yang penuh rahasia dan menamai penyakit itu
diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung untuk mengalirkan
cairan dari satu tempat ke tempat lain. Ia berpendapat bahwa penyakit itu
demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah dihancurkan dan dibuang melalui
air seni. Cendekiawan Cina dan India pada abad 3 s/d 6 juga menemukan penyakit
ini, dan mengatakan bahwa urin pasien-pasien itu rasanya manis. Willis pada
tahun 1674 melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula. Sejak itu
penyakit itu ditambah dengan kata mellitus yang artinya madu. Ibnu Sina pertama
kali melukiskan gangrene diabetic pada tahun 1000. Pada tahun Von Mehring dan
Minkowski mendapatkan gejala diabetes pada anjing yang diambil pancreasnya.
Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin oleh
seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan asistennya yang masih
mahasiswa Charles Herbert Best di Toronto. Tahun 1954-1956 ditemukan tablet
jenis sulfonylurea generasi pertama yang dapat meningkatkan produksi insulin.
Sejak itu banyak ditemukan obat seperti sulfonylurea generasi kedua dan ketiga
serta golongan lain seperti biguanid dan penghambat glukosidase alfa.
Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel
beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur
kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di
dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak
ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan akibat kadar
glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes
mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM
tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping
penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism
energy.
Faktor Pencetus
Beberapa factor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan factor perncetus
diabetes mellitus adalah :
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian ialah :
1. keluhan klasik
1. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
1. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
1. Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
1. Banyak makan
1. keluhan lain
1. gangguan saraf tepi/ kesemutan
penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
1. gangguan penglihatan
pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap
dapat melihat dengan baik.
1. gatal/bisul
kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul akibat hal
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
1. gangguan ereksi
gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus
terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang
masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan
atau kejantanan seseorang.
1. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan
kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
Diagnosis
Apabila ditemukan gejala dan tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya segera pergi
ke dokter untuk berkonsultasi. Diagnosis diabetes mellitus hanya bisa ditegakkan
setelah terbukti dengan pemeriksaan glukosa darag. Pemeriksaan dengan air seni
sering kurang dapat dipercaya karena beberapa keadaan dapat menyebabkan
negative maupun positif palsu.
Pengobatan
Tujuan utama pengobatan diabetes mellitus yaitu :
Pokok-pokok pengobatan :
Edukasi penyandang DM
Mengatur makanan
Latihan jasmani
Obat-obatan
Pemantauan
Mengingat sifat diabetes mellitus yang menahun, tak dapat dipungkiri bahwa
edukasi yang terus menerus dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Pada
akhirnya tujuan pengobatan diabetes mellitus harus ditetapkan bersama antara
penyandang DM dengan tim yang mengelola.
Komplikasi
Jantung diabetes
Ginjal diabetes
Mata diabetes
Saraf diabetes
Kaki diabetes
Pencegahan
Penutup
A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi
akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing, Brunner and
Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan
heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam
keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).
B. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang
dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan
hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena
keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM),
yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua
yaitu :
- Non obesitas
- Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang
tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas
c. Diabetes mellitus type lain
- Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
- Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain : Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
d. diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
C. Etiologi
DM Tipe I :
- Faktor genetic
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit Antigen) yang
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas transplantasi dan proses
imun.
- Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian).
- Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
DM Tipe II :
- Faktor genetik: memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
- Faktor usia: resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
- Obesitas: berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar terjadi
gangguan toleransi glukosa.
D. Patofisiologi
a. Diabetes Melitus Tipe I
E. Manifestasi Klinis
a. DM Tipe I :
- Poliuria, polidipsia terjadi akibat konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut diuresis osmotik.
- Polifagia : akibat menurunnya simpanan kalori dan defisiensi insulin
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat
badan.
- Kelelahan dan kelemahan.
- Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian yaitu akibat dari ketoasidosis, yang merupakan
asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh bila jumlahnya
berlebihan.
b. DM Tipe II
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lama dan progresif maka DM Tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi dengan gejala ringan seperti :
- Kelelahan
- Iritabilitas
- Poliuria
- Polidipsia
- Luka pada kulit yang lama sembuh
- Infeksi vagina
- Pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi sekali).
F. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan Kadar Glukosa
a. Gula darah puasa di atas 140 mg/dl.
b. Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dl
c. Gula darah 2 jam PP lebih dari 200 mg/dl
- Tes toleransi glukosa lebih dari 200 mg/dl
- HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa
dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
- Urinalisa : glukosuria dan keton uria.
Normal Hasil Pemeriksaan KGD
- Gula darah puasa (8 jam tidak makan) = 70 – 110 mg/dL
- Gula darah 2 jam PP (sesudah makan) = 100 – 140 mg/dL
- Gula darah acak = 70 - 125 mg/dL
G. Komplikasi
a. DM Tipe I
DKA (Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolik yang berat, ditandai dengan
adanya hiperglikemia, hiperosmolaritas dan asidosis metabolik terjadi akibat
lipolisis yang hasil metabolisme akhirnya adalah badan keton.
b. DM Tipe II
- HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)
Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi, memungkinkan resiko terjadinya
koma. Dehidrasi terjadi akibat hiperglikemia, sehingga cairan intrasel berpindah
dan ke ekstrasel. Juga karena diuresis osmotik (konsentrasi glukosa darah
melebihi ambang ginjal) dapat terjadi kehilangan cairan dan elektrolit dalam
jumlah yang besar.
- Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-
arteri besar. Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering
daripada penderita IDDM. Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme
lemak dan lipid. Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan sebagai faktor
dalam timbulnya hipertensi yang dapat mempercepat aterosklerosis. Pengecilan
lumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan-
jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul
berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri renalis
dan penyakit-penyakit vascular perifer.
- Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler,
sering terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya
neuropati, retinopati diabetik.
Nefropati
Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktur dan
fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi
glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya
proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula
spinalis atau sistim saraf pusat. Neuropati sensorik/neuropati perifer. Lebih sering
mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari, penurunan
fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan terhadap
posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan
sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang
terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita
neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
Retinopati diabetic
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain
retinopati, penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang
diakibatkan hiperglikemi[` yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
H. Penatalaksanaan
a. Diet
Ditujukan pada pengaturan jumlah kalori dan KH yang dimakan setiap hari.
Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan
mengurangi atau mencegah obesitas.
b. Latihan, berfungsi :
- Menurunkan kadar gula dalam darah dengan meningkatkan metabolisme.
- Mempermudah transportasi glukosa untuk masuk ke dalam sel.
Yang perlu diperhatikan pada terapi aktifitas :
- Jangan mulai olahraga jika kadar gula darah rendah.
- Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena luka sekecil apapun
menimbulkan komplikasi yang parah.
c. Obat
- Obat hipoglikemia oral.
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan yang tersimpan.
- Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
Membedakan bahan lain dengan insulin kemudian mengikatnya dengan cepat.
Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang rangkaian kejadian
intraseluler yang kemudian mengarah terjadinya efek insulin yang karakteristik.
Diposkan oleh Ade Irwan Suryaman Hura di 05.18
≈ Leave a comment
Tags
asma, belan, biomedik, biomedik IV, kabelan, kabelan kunia, kunia, patologi,
patologi sistem pernafasan, penyakit pada sistem pernafasan
Etiologi Asma
Gejala Asma
Pengobatan
Pencegahan Asma
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Misalkan serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan meminum
obat sebelum melakukan olah raga.
2. PNEUMONIA
Etiologi Pneumonia
Gejala Pneumonia
Pengobatan Pneumonia
Kebanyakan kasus pneumonia dapat diobati tanpa rawat inap. Biasanya, antibiotik
oral, istirahat, cairan, dan perawatan di rumah yang cukup untuk resolusi lengkap.
Namun, orang dengan pneumonia yang mengalami kesulitan bernapas, orang
dengan masalah medis lainnya, dan orang tua mungkin memerlukan pengobatan
lebih maju. Jika gejala memburuk, pneumonia tidak membaik dengan pengobatan
rumah, atau komplikasi terjadi, seseorang akan sering harus dirawat di rumah
sakit.
Pencegahan Pneumonia
Seringlah mencuci tangan, terutama setelah menggunakan toilet,
mengganti popok, menyiapkan atau makan makanan, atau membuang
lendir dan kotoran dari hidung.
Jangan merokok.
Dapatkan vaksinasi untuk pneumonia dan flu.
Anak-anak juga harus mendapatkan vaksin Hib.
Pada beberapa anak yang berusia kurang dari 24 bulan, obat palivizumab
dapat diresepkan untuk membantu mencegah pneumonia sebagai
komplikasi dari masalah pernapasan lainnya.
3. DIFTERI
Difteri termasuk penyakit saluran pernafasan bagian atas. Anak yang terinfeksi
kuman Difteri setelah 2-4 hari akan mengalami gejala-gejala infeksi saluran
pernafasan bagian atas, diantaranya:
Demam tinggi + 38 oC
Nyeri telan
Pusing
Tampak selaput berwarna putih keabu-abuan (Pseudo membran).
Bengkak pada leher.
Pencegahan Difteri
4. EMFISEMA
Emfisema adalah menggelembungnya paru-paru akibat perluasan alveolus
berlebihan.
Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema paru yaitu rokok,
polusi, infeksi, faktor genetik, obstruksi jalan napas.
Gejala Emfisema
PengobatanEmfisema
Pencegahan Emfisema
Berhenti merokok.
Hindari polutan udara, seperti asap kendaraan, bau dari dapur, parfum
yang terlalu keras, bahkan asap lilin dan aromaterapi. Ganti filter AC
secara teratur untuk membuat udara lebih bersih.
Berolahraga teratur.
Lindungi diri dari udara dingin.
Hindari terjangkit infeksi pernapasan
5. TUBERKOLOSIS (TBC)
Etiologi Tuberkolosis
Apa yang menyebabkan penyakit ini adalah karena adanya bakteri yang
menyerang kepada penderitanya dan bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh
penderitanya melalui udara. Dan jenis bakteri ini adalah bakteri Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Bakteri-
bakteri tersebut apabila tidak ditangani dengan cepat, maka dapat berakibat fatal
bagi penderita dan tentunya bukan hal yang tidak mungkin apabila penderita
mengalami kematian apabila penyakit ini bertambah parah.
Gejala Tuberkulosis
6. BRONKHITIS
Etiologi Bronkitis
Gejala Bronkitis
Pengobatan Bronkitis
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa
bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya
diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak
cairan.
Pencegahan Bronkitis
Ada beberapa langkah penting untuk menekan risiko terserang bronkitis dan
melindungi paru Anda:
Jangan merokok dan jauhi para perokok. Asap rokok meningkatkan risiko
terjadinya bronkitis kronis dan emphysema.
Hindari mereka yang terserang pilek atau flu.
Lakukan vaksinasi secara berkala. Banyak kasus bronkitis akut berasal
dari influenza, yang bermula dari serangan virus. Dengan melakukan
vaksinasi flu setahun sekali dapat mencegah Anda terserang flu.
Suntik vaksin pneumonia. Jika Anda berusia di atas 60 tahun atau Anda
memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan emphysema,
pertimbangkan untuk melakukan vaksinasi pneumonia. Vaksin yang
dikenal sebagai Prevnar ini dapat membantu melindungi anak-anak Anda
dari serangan pneumonia. Vaksin ini direkomendasikan untuk semua anak
di bawah usia 2 tahun atau mereka yang berada di kisaran usia 2 hingga 5
tahun.
Selalu cuci tangan dengan sabun. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi
virus, seringlah mencuci tangan dan biasakan menggunakan sabun khusus
untuk cuci tangan.
Jika perlu pakai masker. Jika Anda banyak berhubungan dengan orang-
orang yang sakit batuk atau flu, ada baiknya untuk memakai masker untuk
menutup mulut dan hidung untuk mengurangi tertular
7. LARYNGITIS
Penyebab Laryngitis
Gejala Laryngitis
Pada bayi-bayi dan anak-anak muda, tanda-tanda dan gejala-gejala klasik dari
peradangan larynx termasuk:
8. FARINGITIS
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri
tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu
yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu
yang mengganjal di tenggorok.
Penyebab Faringitis
Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring
mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang
berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.
Demam
Pembesaran kelenjar getah bening di leher
Peningkatan jumlah sel darah putih.
Pengobatan
Pencegahan Faringitis
Cukup beristirahat
Berkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari
Bagi perokok harus berhenti merokok
Banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi
Minum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik.
Tindakan pencegahan dilakukan dengan menghindari pemakaian
pelembab udara yang berlebihan.
1. Rhinitis alergi
2. Rhinitis non alergi
Etiologi Rhinitis
Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah rhinovirus.
Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackie, dan virus ECHO.
Rhinovirus, dikenal ada lebih dari 100 serotipe, adalah penyebab commond
cold pada orang dewasa; sekitar 20 – 40 % kasus commond cold disebabkan virus
ini, terutama pada musim gugur. SedangkanCoronavirus, seperti 229E, OC43 dan
B814 merupakan penyebab sekitar 10 – 15 % dari commond colddan influenza
sebagai penyebab sekitar 10 – 15 % dari commond cold pada orang dewasa; virus
ini menonjol pada musim dingin dan awal musim semi, pada saat prevalensi
rhinovirus rendah. Virus saluran pernafasan lain juga diketahui dapat
menyebabkan commond cold pada orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak,
virus parainfluenza, Respiratory syncytial viruses (RSV), influenza, adenovirus,
enterovirus tertentu dan coronavirus menyebabkan penyakit seperti commond
cold.
Patofisiologi Rhinitis
Selama langkah awal, selaput lendir ialah kering, merah, dan bengkak, yang
menyebabkan sumbatan pada hidung dan mewujudkan sulit bernafas; kondisi ini
segera diikuti oleh serous atau pengeluaran mucus serous, yang pada akhirnya
mungkin menjadi bernanah. Pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan hidung
dan nasofaring menunjukkan edema dan hipersekresi dengan sedikit infiltrasi sel.
Dapat ditemukan deskuamasi epitel, khususnya epitel bersilia, seperti yang terjadi
pada infeksi influenza.
Pengobatnan Rhinitis
10. SINUSITIS
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau
infeksi virus, bakteri maupun jamur.
Etiologi Sinusitis
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun
kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun).
Infeksi virus.
Bakteri.
Infeksi jamur
Peradangan menahun pada saluran hidung.
Penyakit tertentu (misalnya fibrosis kistik).
Asma
Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan
lendir.
GEJALA SINUSITIS
Gejala khas dari sinusitis yaitu sakit kepala yang dirasakan ketika
penderita bangun pada pagi hari.
Gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Gejala lainnya adalah:
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit
gigi dan sakit kepala.
Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata
serta sakit kepala di dahi, nyeri bila pinggiran hidung di tekan,
berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun
belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Tidak enak badan
Demam
Letih, lesu
Batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
Hidung meler atau hidung tersumbat.
Pengobatan
Advertisements
≈ Leave a comment
Tags
asma, belan, biomedik, biomedik IV, kabelan, kabelan kunia, kunia, patologi,
patologi sistem pernafasan, penyakit pada sistem pernafasan
Etiologi Asma
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon
terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi
saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai
rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin
dan olah raga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan
jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena
adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran
udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernapas.
Gejala Asma
Pengobatan
Pencegahan Asma
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Misalkan serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan meminum
obat sebelum melakukan olah raga.
2. PNEUMONIA
Etiologi Pneumonia
Beberapa kasus-kasus dari pneumonia didapatkan dengan menghirup
rintik-rintik kecil (droplets) yang mengandung organisme-organisme yang
dapat menyebabkan pneumonia. Rintik-rintik ini masuk kedalam udara
ketika seorang yang terinfeksi dengan kuman-kuman ini batuk atau bersin.
Pada kasus-kasus lain, pneumonia disebabkan ketika bakteri-bakteri atau
virus-virus yang secara normal hadir didalam mulut, tenggorokan, atau
hidung tanpa sengaja memasuki paru. Sewaktu tidur, adalah sama sekali
umum untuk orang-orang untuk menyedot sekresi-sekresi (pengeluaran)
dari mulut, tenggorokan, atau hidung. Secara normal, respon refleks tubuh
(membatuk keluar sekresi-sekresi) dan sistim imun akan mencegah
organisme-organisme yang tersedot menyebabkan pneumonia.
Gejala Pneumonia
Pengobatan Pneumonia
Kebanyakan kasus pneumonia dapat diobati tanpa rawat inap. Biasanya, antibiotik
oral, istirahat, cairan, dan perawatan di rumah yang cukup untuk resolusi lengkap.
Namun, orang dengan pneumonia yang mengalami kesulitan bernapas, orang
dengan masalah medis lainnya, dan orang tua mungkin memerlukan pengobatan
lebih maju. Jika gejala memburuk, pneumonia tidak membaik dengan pengobatan
rumah, atau komplikasi terjadi, seseorang akan sering harus dirawat di rumah
sakit.
Pencegahan Pneumonia
3. DIFTERI
Demam tinggi + 38 oC
Nyeri telan
Pusing
Tampak selaput berwarna putih keabu-abuan (Pseudo membran).
Bengkak pada leher.
Pencegahan Difteri
4. EMFISEMA
Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya emfisema paru yaitu rokok,
polusi, infeksi, faktor genetik, obstruksi jalan napas.
Gejala Emfisema
PengobatanEmfisema
Pencegahan Emfisema
Berhenti merokok.
Hindari polutan udara, seperti asap kendaraan, bau dari dapur, parfum
yang terlalu keras, bahkan asap lilin dan aromaterapi. Ganti filter AC
secara teratur untuk membuat udara lebih bersih.
Berolahraga teratur.
Lindungi diri dari udara dingin.
Hindari terjangkit infeksi pernapasan
5. TUBERKOLOSIS (TBC)
Etiologi Tuberkolosis
Apa yang menyebabkan penyakit ini adalah karena adanya bakteri yang
menyerang kepada penderitanya dan bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh
penderitanya melalui udara. Dan jenis bakteri ini adalah bakteri Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Bakteri-
bakteri tersebut apabila tidak ditangani dengan cepat, maka dapat berakibat fatal
bagi penderita dan tentunya bukan hal yang tidak mungkin apabila penderita
mengalami kematian apabila penyakit ini bertambah parah.
Gejala Tuberkulosis
6. BRONKHITIS
Etiologi Bronkitis
1. Sinusitis kronis
2. Bronkiektasis
3. Alergi
4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
5. Berbagai jenis debu
6. Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen
sulfida, sulfur dioksida dan bromin
7. Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
8. Tembakau dan rokok.
Gejala Bronkitis
Pengobatan Bronkitis
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa
bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya
diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak
cairan.
Pencegahan Bronkitis
Ada beberapa langkah penting untuk menekan risiko terserang bronkitis dan
melindungi paru Anda:
Jangan merokok dan jauhi para perokok. Asap rokok meningkatkan risiko
terjadinya bronkitis kronis dan emphysema.
Hindari mereka yang terserang pilek atau flu.
Lakukan vaksinasi secara berkala. Banyak kasus bronkitis akut berasal
dari influenza, yang bermula dari serangan virus. Dengan melakukan
vaksinasi flu setahun sekali dapat mencegah Anda terserang flu.
Suntik vaksin pneumonia. Jika Anda berusia di atas 60 tahun atau Anda
memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan emphysema,
pertimbangkan untuk melakukan vaksinasi pneumonia. Vaksin yang
dikenal sebagai Prevnar ini dapat membantu melindungi anak-anak Anda
dari serangan pneumonia. Vaksin ini direkomendasikan untuk semua anak
di bawah usia 2 tahun atau mereka yang berada di kisaran usia 2 hingga 5
tahun.
Selalu cuci tangan dengan sabun. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi
virus, seringlah mencuci tangan dan biasakan menggunakan sabun khusus
untuk cuci tangan.
Jika perlu pakai masker. Jika Anda banyak berhubungan dengan orang-
orang yang sakit batuk atau flu, ada baiknya untuk memakai masker untuk
menutup mulut dan hidung untuk mengurangi tertular
7. LARYNGITIS
Gejala Laryngitis
Pada bayi-bayi dan anak-anak muda, tanda-tanda dan gejala-gejala klasik dari
peradangan larynx termasuk:
8. FARINGITIS
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri
tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu
yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu
yang mengganjal di tenggorok.
Penyebab Faringitis
Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring
mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang
berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.
Demam
Pembesaran kelenjar getah bening di leher
Peningkatan jumlah sel darah putih.
Pengobatan
Cukup beristirahat
Berkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari
Bagi perokok harus berhenti merokok
Banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi
Minum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik.
Tindakan pencegahan dilakukan dengan menghindari pemakaian
pelembab udara yang berlebihan.
1. Rhinitis alergi
2. Rhinitis non alergi
Etiologi Rhinitis
Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah rhinovirus.
Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackie, dan virus ECHO.
Rhinovirus, dikenal ada lebih dari 100 serotipe, adalah penyebab commond
cold pada orang dewasa; sekitar 20 – 40 % kasus commond cold disebabkan virus
ini, terutama pada musim gugur. SedangkanCoronavirus, seperti 229E, OC43 dan
B814 merupakan penyebab sekitar 10 – 15 % dari commond colddan influenza
sebagai penyebab sekitar 10 – 15 % dari commond cold pada orang dewasa; virus
ini menonjol pada musim dingin dan awal musim semi, pada saat prevalensi
rhinovirus rendah. Virus saluran pernafasan lain juga diketahui dapat
menyebabkan commond cold pada orang dewasa. Pada bayi dan anak-anak,
virus parainfluenza, Respiratory syncytial viruses (RSV), influenza, adenovirus,
enterovirus tertentu dan coronavirus menyebabkan penyakit seperti commond
cold.
Patofisiologi Rhinitis
Selama langkah awal, selaput lendir ialah kering, merah, dan bengkak, yang
menyebabkan sumbatan pada hidung dan mewujudkan sulit bernafas; kondisi ini
segera diikuti oleh serous atau pengeluaran mucus serous, yang pada akhirnya
mungkin menjadi bernanah. Pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan hidung
dan nasofaring menunjukkan edema dan hipersekresi dengan sedikit infiltrasi sel.
Dapat ditemukan deskuamasi epitel, khususnya epitel bersilia, seperti yang terjadi
pada infeksi influenza.
Pengobatnan Rhinitis
Pencegahan Rhinistis
10. SINUSITIS
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau
infeksi virus, bakteri maupun jamur.
Etiologi Sinusitis
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun
kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun).
Infeksi virus.
Bakteri.
Infeksi jamur
Peradangan menahun pada saluran hidung.
Penyakit tertentu (misalnya fibrosis kistik).
Asma
Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan
lendir.
GEJALA SINUSITIS
Gejala khas dari sinusitis yaitu sakit kepala yang dirasakan ketika
penderita bangun pada pagi hari.
Gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:
Gejala lainnya adalah:
Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit
gigi dan sakit kepala.
Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.
Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata
serta sakit kepala di dahi, nyeri bila pinggiran hidung di tekan,
berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.
Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat
dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun
belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Tidak enak badan
Demam
Letih, lesu
Batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari
Hidung meler atau hidung tersumbat.
Pengobatan
Advertisements
SISTEM PERNAPASAN
KEMORESEPTOR PERIFER
Kemoreseptor perifer terdapat diarteri karotis dan aorta dan memantau
konsentrasi oksigen didalam darah arteri.Reseptor-reseptor ini,yang disebut
badankarotis dan aorta,mengirim impuls mereka kepusat pernapasan dimedula
dan pons terutama untuk meningkatkan kecepatanventilasi sewaktu kadar oksigen
rendah.Kemoreseptor ini kurang sensitiv daripada kemoreseptor sentral.
RESPIRASI
Respirasi mengacu kepada difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler yang
memperfusinya.Respirasi berlangsung melalui difusi,yaitu perpindahan suatu gas
sesuai penurunan gradien konsentrasinya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPIRASI
Kecepatan difusi gas,misalnya oksigen dan karbon dioksida,ditentukn oleh
persamaan12.2
D = ( Xa – Xc ) x SA x T
Dxk
Di mana
D adalah kecepatan difusi
Xa adalah konsntrasi gas dalam alveolus
Xc adalah konsentrasi gas dalam kapiler
SA adalah luas daerah yang tersedia untuk difusi
T adalah suhu larutan
d adalah jarak yang harus ditempuh difusi
k adalah konstanta fisika yang memperhitungkan karakteristik-karakteristik
nonvariabel gas, misalnya berat molekul dan koefesien kelarutan spesifiknya.
KONSENTRASI OKSIGEN DAN KARBONDIOKSIDA DALAM
ALVEOLUS DALAM KAPILER
Dalam keadaan normal konsentrasi oksigen didalam alveolus lebih tinggi
daripada didalam kapiler paru.Konsentrasi oksigen alveolus mencerminkan
oksigen atmosfir,sedangkan konsentrasi oksigen kapiler paru mencerminkan
konsentrasi oksigen darah vena sistemik.Darah vena sistemik memiliki
konsentrasi oksigen yang rendah karena merupakan darah yang kembali dari
sirkulasi perifer dimana sebagian besar oksigen telah digunakan oleh sel-sel.Besar
konsentrasi oksigen berbanding lurus dengan tekanan parsial dan biasanya
dinyatakan dalam mmhg.
Dalam keadaan normal, tekanan parsial oksigen adalah sekitar 100mmHg
didalam alveolus dan 40 mmHg di dalam kapiler paru pada ketinggian permukaan
laut.Karena konsentrasi oksigen alveolus lebih besar daripada kapiler.Inilah cara
bagaimana darah deoksigenasi mengalami oksigenasi mengalami oksigenasi
melalui respirasi.
Karbon dioksida secara normal berdifusi dengan arah
berlawanan.Diatmosfir konsentrasi karbon dioksida rendah sehingga
konsentrasinya dialveolus juga rendah (40mmHg).Darah kapiler paru
mencerminkan darah vena sistemik.Karena karbondioksida adalah produk sisa
metabolisme sel,maka konsentrasi karbondioksida dikapiler paru tinggi(46
mmHg).Dengan demikian,di paru karbon dioksida akan berdifusi sesuai arah
penurunan gradien konsentrasi,dari arah ke dalam alveolus tempat gas tersebut
kemudian dikeluarkan.