Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN METODE PENUGASAN PRAKTIKUM UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA


PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KELAS X
MAN 3 CIREBON

Windi Arofah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon,
Jawa Barat 45132 Telp. (0231) 481264 Faks: (0231) 489926, Website: sc.iaincirebon.ac.id/tarbiyah,
E-mail: fitk@iaincirebon.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa, menganalisis dan
membangun konsep dari hasil pengalamannya sendiri, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam terhadap konsep yang dipelajarinya. Dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis,
peneliti menerapkan metode penugasan Mini Riset dengan berdasarkan metode ilmiah. Metode penugasan
Mini-Riset ini dilakukan agar siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari penelitian adalah (1) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa yang
menerapkan metode penugasan mini-riset pada pembelajaran biologi, (2) untuk mengetahui perbedaan
keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol, dan (3) untuk mengetahui respon
siswa terhadap penerapan metode penugasan Mini-Riset.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada bulan Agustus.
Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang memiliki kemampuan setara (purposive
sampling), sampelnya yaitu kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol.
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest, Posttest Control Group Design dengan teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan angket. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen yang
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, (2) terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau <0,050 yang artinya berbeda
signifikan, (3) 93% siswa memberikan respon kuat dan sisanya 6,67% siswa memberikan respon sangat kuat.

Kata Kunci: Metode Penugasan, Mini-Riset, Keterampilan Berpikir Kritis.


a. Pendahuluan pendidikan sains belum banyak yang
Pembelajaran merupakan proses berorientasi ke arah pembiasaan dan
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan peningkatan kecakapan keterampilan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan berpikir tingkat tinggi, tetapi masih menitik
belajar dilakukan oleh peserta didik atau beratkan pada hasil belajar kognitif tingkat
siswa. Dalam hal ini, peranan guru bukan rendah. Siswa diharapkan menyerap
semata-mata memberikan informasi, informasi secara pasif dan kemudian
melainkan juga mengarahkan dan memberi mengingatnya pada saat mengikuti tes.
fasilitas belajar agar proses belajar lebih Pembelajaran yang seperti ini
memadai (fasilisator). Pembelajaran sebagai mengakibatkan siswa tidak memperoleh
proses belajar yang dibangun guru untuk pengalaman untuk mengembangkan
mengembangkan kreativitas berpikir yang kemampuan berpikir kritisnya.
dapat meningkatkan kemampuan berpikir Selama ini, proses pembelajaran IPA
siswa, serta dapat meningkatkan khususnya biologi di kelas kebanyakan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan masih menggunakan paradigma yang lama,
baru sebagai upaya meningkatkan dimana guru memberikan pengetahuan
penguasaan yang baik terhadap materi kepada siswa secara pasif. Guru mengajar
pelajaran (Syamsudin, 2007). dengan metode konvensional, yaitu metode
Pendidikan yang berkualitas, memiliki ceramah dan mengharapkan siswa duduk,
karakteristik yang lebih menitikberatkan diam, dengar, catat dan hafal (3DCH),
pada kemampuan berpikir siswa tidak hanya sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM)
sekedar pencapaian kurikulum yang menjadi monoton dan kurang menarik
diterapkan. Hal serupa dikemukakan pula perhatian siswa.
oleh Kuswana (2013:23) bahwa Berdasarkan observasi yang dilakukan
keterampilan berpikir sejalan dengan di MAN 3 Cirebon, pembelajaran materi
wacana meningkatkan mutu pendidikan Biologi di kelas kebanyakan masih
melalui proses pembelajaran yang sesuai menggunakan paradigma yang lama dimana
dengan tuntutan tujuan atau hasil belajar. guru memberikan pengetahuan kepada siswa
Memiliki banyak pengetahuan tidak lagi secara pasif, guru mengajar dengan metode
menjadi hal yang begitu penting bagi masa ceramah dan mengharapkan siswa duduk,
depan para siswa yang kini semakin mudah diam, dengar, catat dan hafal dan masih
untuk belajar dengan mengakses informasi banyak siswa yang belum terlatih dalam
terbaru, lain halnya dengan kemampuan mengasah kemampuan berpikir mereka
berpikir. terhadap pengetahuan yang mereka miliki.
Kemampuan berpikir ini, perlu adanya Salah satu metode yang dapat
pengetahuan yang lebih banyak lagi bagi digunakan yaitu metode Penugasan
para pendidik atau para pejabat yang Praktikum pada dasarnya merupakan
berwenang. Karena pendidikan tidak hanya kegiatan penelitian yang harus
menyampaikan informasi melalui kurikulum menggunakan proses metode ilmiah. Hanya
saja, melainkan lebih kepada tujuan yang saja Praktikum ini memerlukan waktu dan
memiliki manfaat jangka panjang. Hal ini biaya yang relative singkat dan murah serta
dikemukakan pula oleh Kuswana (2013:24) aplikasi yang sedehana. Selain itu, dalam
mengenai kemampuan berpikir Praktikum ini pendidik diharapkan dapat
mengisyaratkan bahwa terdapat situasi memperkenalkan proses ilmiah sekaligus
belajar yang dapat mendorong proses-proses melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang menghasilkan mental yang diinginkan siswa.
dari kegiatan. Hal ini diperkuat dengan Berdasarkan latar belakang di atas,
penilaian bahwa pemikiran dapat penulis tertarik untuk mengadakan
ditingkatkan melalui campur tangan seorang penelitian tentang “Penerapan Metode
guru dan mensyaratkan kepada penggunaan Penugasan Praktikum Untuk
proses mental untuk merencanakan, Meningkatkan Keterampilan Berpikir
mendeskripsikan, dan mengevaluasi proses Kritis Siswa Pada Konsep
berpikir dan belajar. Keanekaragaman Hayati”.
Prayoga (2013), dalam skripsinya Pertanyaan dalam penelitian ini dapat
menjelaskan bahwa kenyataan di sekolah, dirumuskan, yaitu Bagaimana perbedaan
aktivitas belajar siswa yang menerapkan Desain penelitian ini merupakan
metode penugasan praktikum dengan siswa penelitian eksperimen yaitu untuk
yang tidak menerapkan metode penugasan mengetahui perbedaan aktivitas belajar
mini-Praktikum pada konsep siswa dan peningkatan keterampilan berpikir
Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN 3 kritis siswa yang menerapkan metode
Cirebon? Bagaimana perbedaan peningkatan penugasan praktikum dengan penugasan
keterampilan berpikir kritis siswa yang makalah, serta respon siswa terhadap
menerapkan metode penugasan praktikum metode penugasan praktikum. Rancangan
dengan siswa yang tidak menerapkan penelitian yang digunakan adalah Pretest-
metode penugasan praktikum pada konsep Posttest Control Group Design.
Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN 3 Variable bebas dalam penelitian ini
Cirebon? Bagaimana respon siswa terhadap adalah metode penugasan praktikum dan
metode penugasan mini-Praktikum pada variable terikatnya yaitu berpikir kritis
konsep Keanekaragaman Hayati di kelas X siswa. Penelitian ini menggunakan tiga
MAN 3 Cirebon? metode pengumpulan data, yakni observasi,
Pembatasan masalah dalam penelitian tes dan angket. Teknik observasi digunakan
ini, yakni keterampilan berpikir kritis siswa untuk mengetahui keterampilan siswa dalam
dengan menerapkan metode penugasan proses pembelajaran dengan menggunakan
praktikum, keterampilan berpikir kritis siswa metode penugasan praktikum. Teknik tes
yang diukur adalah ranah kognitif melalui digunakan untuk mengukur keterampilan
tes hasil belajar berupa pretest dan posttest, berpikir kritis siswa. Metode angket
materi yang dipelajari adalah materi digunakan untuk mengetahui tanggapan dari
Keanekaragaman Hayati dan objek dalam siswa perihal pembelajaran penugasan
penelitian ini adalah siswa kelas X di MAN praktikum.
3Cirebon. Instrumen penelitian berupa tes yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji telah diujicobakan untuk diketahui validitas,
perbedaan aktivitas belajar siswa dan daya pembeda, tingkat kesukaran, dan
keterampilan berpikir kritis siswa yang reliabilitasnya. Analisis data pada penelitian
menerapkan metode penugasan praktikum ini menggunakan uji prasyarat normalitas,
dengan siswa yang tidak menerapkan homogenitas dan uji hipotesis dengan uji T
metode penugasan praktikum pada konsep (Independent Sample T test) dan uji Mann
Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN 3 Whitney (2 Independent sample Test). Uji
Cirebon, serta respon siswa terhadap metode N-gain juga digunakan untuk menghitung
penugasan praktikum pada konsep normalisasi gain antara nilai tes awal
Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN 3 (Pretest) dan tes akhir (Posttest). Adapun
Cirebon. analisis angket yang digunakan yaitu dalam
bentuk skala Likert.
b. Metode Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada c. Hasil dan Pembahasan
semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. 1) Aktivitas Belajar Siswa dengan
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus Penerapan Metode Penugasan
sanpai September. Populasi dalam penelitian Praktikum Pada Konsep
ini adalah seluruh siswa kelas X IPA Keanekaragaman Hayati.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN 3) Cirebon, Hasil observasi yang telah dilakukan
sebanyak 2 kelas, dengan jumlah 90 siswa. pada proses pembelajaran dengan
Pengambilan sample dilakukan dengan menerapkan metode penugasan
teknik Purpose Sampling, yakni memilih Praktikum pada konsep keanekaragaman
dua kelas yang memiliki kemampuan setara hayati, diperoleh hasil yang bervariasi.
dimana dalam penelitian ini diambil dua Hasil persentase setiap indikator pada
kelas yaitu kelas X IPA 1 sebagai kelas setiap pertemuan menunjukkan adanya
eksperimen menggunakan metode peningkatan juga penurunan. Perolehan
penugasan praktikum dengan jumlah siswa nilai aktivitas belajar siswa pada setiap
45 orang dan X IPA 2 sebagai kelas kontrol pertemuanya disajikan dalam gambar
menggunakan metode penugasan makalah berikutnya. Perbedaan aktivitas belajar
dengan jumlah siswa 45 orang. siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdapat pada data yang diperoleh eksperimen ini sudah mencapai kriteria yang
dari pertemuan pertama yang dapat baik, sedangkan pada kelas kontrol memiliki
dilihat pada gambar 4.2. kriteria yang cukup. Adapun presentase
paling tinggi terdapat pada indikator ke-2
100 yakni menganalisis argument atau pendapat
73 77
80 59 62 siswa lain, yang mana pada kelas
55 59
60 48 45 Kelas Kontrol eksperimen mencapai kriteria yang sangat
40 baik, sedangkan pada kelas kontrol
20 Kelas
mencapai kriteria yang baik. sehingga, pada
0 Eksperimen
pertemuan kedua ini masih sama sperti pada
pertemuan pertama dimana presentase
tertinggi terdapat pada indikator ke-2,
sedangkan presentasi paling rendah terdapat
Gambar 4.1 Persentase Perbedaan Aktivitas
pada indikator ke-3. Data aktivitas belajar
Belajar Siswa antara Kelas Eksperimen dan siswa pada pertemuan ketiga selanjutnya
Kontrol pada Pertemuan Pertama. dapat dilihat pada gambar 4.3.
Keterangan: 100 90 90 84 87
82 76
Indikator 1 = Merumuskan pertanyaan 80 68.5 67.6
Indikator 2 = Menganalisis argument atau pendapat 60
siswa lain Kelas Kontrol
Indikator 3 = Memecahkan masalah 40
Indikator 4 = Menarik kesimpulan sesuai fakta 20
Kelas
0 Eksperimen
Berdasarkan grafik tersebut dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
pada pertemuan pertama menghasilkan nilai Gambar 4.3. Persentase Perbedaan Aktivitas
persentase yang bervariasi untuk setiap Belajar Siswa antara Kelas Eksperimen dan
indikatornya yang diamati. Kriteria pada Kontrol pada Pertemuan Ketiga.
setiap indikator yang diamati baik pada Keterangan
kelas eskperimen maupun kelas kontrol Indikator 1 = Merumuskan pertanyaan
termasuk dalam kategori cukup baik. Data Indikator 2 = Menganalisis argument atau pendapat
aktivitas belajar siswa pada pertemuan siswalain
kedua selanjutnya dapat dilihat pada gambar Indikator 3 = Memecahkan masalah
Indikator 4 = Menarik kesimpulan sesuai fakta
4.2.
100 Berdasarkan grafik aktivitas belajar
81 8085 79 80
80 62 57
siswa pada pertemuan ketiga (gambar 4.3)
51
60 rata-rata nilai paling tinggi ditunjukkan pada
40 Kelas Kontrol indicator ke-1 yakni merumuskan
20 Kelas Eksperimen pertanyaan dan indicator ke-2 yakni
0 menganalisis argument atau pendapat siswa
lain pada kelas eksperimen. Kedua indikator
tersebut yakni 90% dengan kriteria sangat
baik. Adapun rata-rata nilai paling tinggi di
Gambar 4.2 Persentase Perbedaan Aktivitas kelas kontrol terdapat pada indicator ke-2
Belajar Siswa antara Kelas Eksperimen dan yakni menganalisis argument atau pendapat
Kontrol pada Pertemuan Kedua.
siswa lain mencapai 82% dengan kriteria
Keterangan sangat baik. Rata-rata nilai aktivitas siswa
Indikator 1 = Merumuskan pertanyaan
Indikator 2 = Menganalisis argument atau pendapat paling rendah pada pertemuan keempat ini
siswalain masih sama seperti pada pertemuan
Indikator 3 = Memecahkan masalah sebelumnya yakni pada indikator ke-3 yang
Indikator 4 = Menarik kesimpulan sesuai fakta merupakan indikator memecahkan masalah.
Berdasarkan grafik aktivitas belajar Pada indikator ke-3 ini, kelas eksperimen
siswa pada pertemuan kedua (gambar 4.2) memiliki kriteria sangat baik sedangkan
menunjukkan presentase paling rendah kelas kontrol memiliki kriteria baik.
terdapat pada indikator ke-3 yakni
memecahkan masalah, namun pada kelas
Data yang diperoleh pada gambar 4.4 kelas mengalami pembelajaran yang paling
sama dengan data sebelumnya yang aktif ketika dilakukannya diskusi pada saat
mengalami peningkatan seperti yang presentasi hasil tugas masing-masing
diperoleh pada pertemuan sebelumnya. kelompok siswa. Sehinggga kondisi yang
Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen interaktif terjadi pada saat aktivitas diskusi
pada pertemua ketiga mengalami berjalan, meskipun adanya perbedaan
peningkatan dari kriteria baik menjadi persentase yang lebih tinggi terjadi di kelas
sangat baik sedangkan aktivitas belajar eksperimen.
siswa kelas kontrol masih termasuk dalam Adapun penjelasan dari setiap
kriteria baik. Aktivitas siswa pada kelas indikatornya dapat disimpulkan bahwa pada
kontrol dan kelas eksperimen cenderung Indikator 1, 2, 3 dan 4 pada kelas kontrol
mengalami peningkatan. Peningkatan ini ataupun kelas eksperimen selalu mengalami
dapat dilihat pada gambar 4.4. peningkatan. Peningkatan paling tinggi
didapat pada indikator ke-1 dan ke2 baik
100 76.7 78.384 76.3
72.7 68.7
80 56.5
pada kelas eksperimen ataupun pada kelas
59.5
60 kontrol.
40 Kriteria aktivitas belajar siswa pada
Kontrol
20 kelas kontrol mengalami perubahan dengan
0 Eksperimen
rata-rata sampai pada kriteria baik, dan
hanya ada satu indikator saja yang mencapai
kriteria sangat baik yakni pada indikator ke-
2. Sedangkan kriteria aktivitas belajar siswa
pada kelas eksperimen mengalami
Gambar 4.4. Persentase Rata-Rata Aktivitas perubahan tertinggi pada pertemuan ketiga
Belajar Siswa Untuk Setiap Indikator Kelas dengan kriteria sangat baik pada indikator
Eksperimen dan Kontrol ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4.
Keterangan
Indikator 1 = Merumuskan pertanyaan
Berdasarkan hasil penelitian, secara
Indikator 2 = Menganalisis argument atau pendapat keseluruhan diketahui bahwa mulai dari
siswalain pertemuan pertama, kedua dan ketiga, kelas
Indikator 3 = Memecahkan masalah eksperiment selalu mengalami peningkatan
Indikator 4 = Menarik kesimpulan sesuai fakta yang lebih tinggi dibandingkan pada kelas
Berdasarkan grafik aktivitas belajar kontrol. Berikut grafik prosentase rata-rata
siswa (gambar 4.4) rata-rata aktivitas belajar aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol
siswa untuk setiap indikatornya pada dan kelas eksperimen secara umum dapat
pertemuan pertama sampai pertemuan dilihat pada gambar 4.6.
ketiga, terdapat perbedaan kenaikan
100 88
persentase di kelas eksperimen dan kelas 81
74
kontrol. Hai ini ditunjukkan adanya 80
63
68
perbedaan persentase yang lebih tinggi pada 60
55
indicator 1, 2, 3 dan 4 di kelas eksperimen Kelas Kontrol
40
dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas
Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan 20 Eksperimen
adanya selisih yang cukup tinggi antara 0
kelas eksperimen dan kontrol. Indicator 1 Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Pertemuan Ketiga
memiliki selisih 17%, indikatro 2 memiliki
selisih 5,7%, indicator 3 memiliki selisih Gambar 4.6. Presentase Perbedaan Aktivitas
16,2%, dan indicator 4 memiliki selisih Siswa antara Kelas Eksperimen dan Kontrol
7,6%. Secara Umum.
Dengan demikian, rata-rata aktivitas
belajar siswa pada indicator 2 yakni Data (Gambar 4.6) menunjukan grafik
menganalisis argument atau pendapat siswa dari persentase rata-rata antara kelas kontrol
lain memiliki persentase tertinggi baik dan kelas eksperimen pada pertemuan
dikelas kontrol ataupun di kelas eksperimen pertama, kedua dan ketiga. Hasil yang
pada tiga pertemuan berturut-turut. Hal didapatkan dari observasi pada pertemuan
tersebut terjadi dikarenakan pada kedua pertama menunjukan bahwa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen sudah
memiliki perbedaan aktivitas belajar yang Gambar 4.7. menunjukkan adanya
cukup baik. Perbedaan persentase aktivitas perolehan rata-rata nilai pretest dan
siswa antara kelas kontrol dengan kelas posttest keterampilan berpikir kritis siswa
eksperimen, pada pertemuan pertama hingga antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
pertemuan ketiga selalu mengalami Rata-rata nilai pretest kelas eskperimen
perubahan peningkatan aktivitas belajarnya. dan kelas kontrol menunjukkan adanya
Aktivitas belajar tertinggi terdapat pada perbedaan. Pada kelas kontrol dan kelas
kelas eksperimen yang memiliki kriteria eksperimen memiliki rata-rata nilai pretest
sangat baik sedangkan pada kelas kontrol yang sama, yakni sebesar 53. Sehingga
memiliki kriteria baik. Berdasarkan data dalam hal ini kedua kelas memiliki tingkat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas kemampuan yang sama rata.
eksperimen memiliki peningkatan aktivitas Rata-rata nilai posttest keterampilan
belajar siswa yang lebih besar dibandingkan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan
dengan kelas kontrol. Rata-rata presentase kontrol ini mengalami peningkatan. Rata-
nilai aktivitas belajar siswa kelas eksperimen rata nilai posttest kelas eksperimen
lebih besar dari pada rata-rata nilai aktivitas sebesar 63, sedangkan hasil rata-rata nilai
belajar siswa kelas kontrol. Nilai aktivitas posttest kelas kontrol sebesar 69.
belajar tersebut selalu meningkat dari Peningkatan keterampilan berpikir kritis
pertemuan satu sampai pertemuan ketiga, siswa kelas eksperimen lebih tinggi
namun aktivitas belajar siswa pada kelas dibandingkan dengan peningkatan
eksperimen cenderung meningkat lebih keterampiilan berpikir kritis siswa kelas
tinggi dibandingkan aktivitas belajar siswa kontrol. Selisih peningkatan keterampilan
pada kelas kontrol. berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
yakni sebesar 16. Sedangkan selisih
2) Deskripsi Perbedaan Peningkatan peningkatan keterampilan berpikir kritis
Keterampilan Berpikir Kritis antara siswa kelas kontrol sebesar 10. Data rata-
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. rata nilai N-gain keterampilan berpikir
a) Peningkatan Keterampilan kritis siswa kelas eksperimen dan kelas
Berpikir Kritis kontrol dapat dilihat pada gambar 4.8
Perbedaan peningkatan berikut.
keterampilan berpikir kritis siswa yang N-gain
diteliti ini memiliki acuan pada indikator 0.2 0.18
keterampilan berpikir kritis yang
0.15 0.11
diungkapkan oleh R.H. Ennis. Dalam Kelas Kontrol
penelitian ini terdapat 4 indikator yang 0.1
digunakan, yaitu 1) Bertanya dan Kelas
0.05
menjawab pertanyaan, 2) Menganalisis Eksperimen
argument, 3) Mengidentifikasi asumsi- 0
asumsi, dan 4) Melakukan dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

mempertimbangkan induksi. Data nilai


rata-rata keterampilan berpikir kritis Gambar 4.8. Rata-rata nilai N-Gain
siswa yang diperoleh dari hasil pretest keterampilan berpikir kritis (KBK) siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dilihat pada grafik 4.7.
Dilihat dari grafik N-gain (gambar
80 69 4.7) diketahui bahwa kelas eksperimen
63
60 53 53 mengalami peningkatan keterampilan
berpikir kritis yang lebih tinggi
40 Kelas Kontrol
dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas
20 eksperimen memperoleh nilai N-gain
0 sebesar 0,18 sedangkan nilai N-gain kelas
Pretest Posttest kontrol hanya 0,11. Perbandingan kedua
N-gain tersebut merupakan N-gain rata-
Gambar 4.7. Rata-rata nilai pretest-posttest
keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas
rata dari setiap kelas.
eksperimen dan kelas kontrol.
Perbedaan nilai rata-rata posttest pada setiap indikator keterampilan
keterampilan berpikir kritis siswa antara berpikir kritis. Berikut grafik nilai rata-rata
kelas kontrol dengan kelas eksperimen ini pretest-posttest setiap indikator KBK.
dapat diuraikan dan diamati lebih rinci
melalui grafik nilai rata-rata pretest-
90.0 83.3
80.0 74.2 74.0
63.5 66.8
70.0 60.5 60.3 62.2
57.8 59.5 56.3
60.0
48.7
52.8 50.5 52.8
50.0 46.8
40.0 Kels Kontrol
30.0
20.0
10.0 Kelas
Eksperimen
0.0
KBK 1 KBK 2 KBK 3 KBK 4 KBK 1 KBK 2 KBK 3 KBK 4
Pretest Postest

Gambar 4.9. Grafik Rata-Rata Nilai Pretest-Posttest Setiap Indikator


Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Keterangan:
Indikator KBK 1: Bertanya dan menjawab pertanyaan.
Indikator KBK 2: Menganalisis argument.
Indikator KBK 3: Mengidentifikasi asumsi-asumsi.
Indikator KBK 4: Melakukan dan mempertimbangkan induksi.
Nilai rata-rata posttest pada kelas KBK-1 dan nilai rata-rata posttest terendah
kontrol dan kelas eksperimen mengalami pada indikator KBK-3. Secara lebih rinci
peningkatan dibandingkan dengan nilai peningkatan keterampilan berpikir kritis
rata-rata pretest. Berdasarkan hasil pretest siswa yang dicapai oleh kelas kontrol dan
kelas kontrol, indikator KBK-2 kelas eksperimen untuk setiap indikator
memperoleh nilai rata-rata tertinggi, KBK dapat dilihat pada gambar 4.10.
sedangkan nilai rata-rata KBK-1 0.7 0.62
merupakan nilai pretest yang terendah. 0.6 0.51
Dengan demikian nilai rata-rata pretest 0.5
0.4 0.35 0.31
kelas kontrol dapat dituliskan dengan 0.3 0.25 0.24
KBK-2>KBK-3>KBK-4>KBK-1. Adapun 0.2 0.1 Kelas
0.07 Kontrol
pada kelas eksperimen nilai rata-rata 0.1
pretest tertinggi terletak pada indikator 0 Kelas
KBK 1 KBK 2 KBK 3 KBK 4 Eksperimen
KBK-2 seperti pada kelas kontrol,
sedangkan nilai rata-rata pretest terendah N gain
terdapat pada indikator KBK 3. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
Gambar 4.10. Grafik rata-rata N-Gain setiap
pretest kelas eksperimen untuk setiap indikator keterampilan berpikir kritis (KBK)
indikator KBK yaitu KBK-2>KBK- siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1>KBK-4>KBK-3. Keterangan:
Berdasarkan grafik nilai rata-rata Indikator KBK 1: Bertanya dan menjawab pertanyaan.
pretest-posttest kelas kontrol dan kelas Indikator KBK 2: Menganalisis argument.
Indikator KBK 3: Mengidentifikasi asumsi-asumsi.
eksperimen untuk setiap indikator KBK Indikator KBK 4: Melakukan dan mempertimbangkan
(Gambar 4.9) terlihat bahwa nilai rata-rata induksi.
posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen Gambar 4.9 menunjukkan grafik rata-
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata rata N-gain setiap indikator keterampilan
posttest tertinggi untuk kelas kontrol berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan
terletak pada indikator KBK-1, sedangkan kontrol. Berdasarkan grafik tersebut, dapat
nilai rata-rata posttest terendah terjadi pada diketahui bahwa rata-rata N-gain kelas
indikator KBK-3. Hasil ini sama dengan eksperimen lebih besar dari rata-rata N-
kelas eksperimen yang memperoleh nilai gain kelas kontrol. Rata-rata N-gain kelas
rata-rata posttest tertinggi pada indikator eksperimen pada setiap indikatornya
menunjukkan selisih yang cukup besar. c) Uji Statistik Keterampilan Berpikir
Indikator KBK-1 (bertanya dan menjawab Kritis (KBK)
pertanyaan) pada kelas eksperimen 1) Uji Prasyarat
memiliki nilai paling tinggi, yaitu 0.62 Tabel 4.1. Hasil Uji Homogenitas dan
dengan kategori sedang. Nilai N-gain Normalitas untuk Pretest, Posttest dan N
paling rendah ditunjukkan pada indikator gain secara Umum
KBK-3 (mengklarifikasi asumsi-asumsi)
dengan nilai 0,25 dan termasuk dalam
kategori rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa N-gain pada kelas
eksperimen memiliki rata rata KBK-
1>KBK-2>KBK-4>KBK-3.
Adapun peningkatan keterampilan
berpikir kritis tertinggi yang ditandai oleh
skor N-gain pada kelas kontrol terjadi pada
indikator KBK-1 yakni 0,51 yang termasuk
kategori sedang dan N-gain terendah
terdapat pada indikator KBK-3 yakni 0,07
dengan kategori rendah. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa N-gain pada
kelas kontrol memiliki rata-rata KBK-
1>KBK-4>KBK-2>KBK-3.
Uji prasarat untuk data N-gain kelas
b) Analisis Perbedaan Peningkatan eksperimen diperoleh data yang tidak
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa normal untuk uji normalitas dan data
Kelas Eksperimen dan Kelas homogen pada uji homogentias. Nilai
Kontrol. siginfikansi kelas eksperimen dibawah
Perbedaan keterampilan berpikir kritis 0,050 pada uji normalitas, sehingga data
siswa pada kelas eksperimen dan kelas tersebut tidak berdistribusi normal.
kontrol dapat diketahui dengan melakukan Sedangkan data N-gain kelas kontrol
uji statistik. Analisis uji statistik dilakukan diperoleh data yang normal untuk uji
dua tahap, yaitu uji prasarat (uji normalitas normalitas dan data yang homogen pada
dan uji homogenitas) yang dilakukan uji homogenitas. Adapun pada uji
dengan uji Kolmogorov s dan uji hipotesis. homogenitas data N-gain memperoleh nilai
Dalam uji hipotesis data dianalisis dengan signifikansi 0,314 sehingga data
menggunakan dua cara yaitu dengan uji merupakan data yang homogen.
Independen sample T tes untuk sampel Berdasarkan uji prasyarat diatas, maka data
yang berdistribusi normal atau dengan uji yang tidak homogen dan tidak normal ini
Mann-Withney U untuk sampel yang tidak bersifat non parametrik. Sehingga, untuk
berdistribusi normal. Tingkat kepercayaan uji hipotesis selanjutnya digunakan uji
yang digunakan 95% dengan 𝛼= 0,050. Uji Mann Whitney U.
statistik dilakukan dengan tujuan untuk 2) Uji Hipotesis
mengetahui perbedaan peningkatan Tabel 4.2. Hasil Uji Hipotesis Data Pretest,
keterampilan berpikir kritis siswa kelas Posttest, dan N-gain secara Umum
eksperimen dan kelas kontrol. Rangkaian
uji statistik dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan software SPSS 16.0.
Dari pengolahan data tersebut diperoleh
hasil sebagai berikut.
Peningkatan keterampilan berpikir Uji homogenitas yang ditunjukan
kritis siswa dapat dilihat dari uji hipotesis tabel 4.3 menghasilkan data yang homogen
pada N-gain. Berdasarkan tabel diatas pada indikator KBK-1 dan KBK-3,
(tabel 4.2) uji hipotesis pada data N-gain sedangkan pada indikator KBK-2 dan
diuji dengan uji Mann-Withney U karena KBK-4 menghasilkan data yang tidak
sampel tidak berdistribusi normal. Hasil homogen. Nilai signifikansi yang diperoleh
yang diperoleh menunjukan nilai dari uji homogenitas data N-gain untuk
signifikasi 0,000 atau <0,050 yang berarti setiap indikator KBK yaitu indikator KBK-
H0 ditolak. Dengan demikian dapat 1 0,265 indikator KBK-2 0,006, indikator
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan KBK-3 0,175 dan indikator KBK-4 0,049.
peningkatan keterampilan berpikir kritis Oleh krena itu, pada indicator KBK-2 dan
siswa pada pembelajaran dengan KBK-4 menunjukkan nilai <0,050 yang
penerapan metode penugasan Praktikum artinya data bersifat tidak homogeny,
dengan pembelajaran tanpa penerapan sedangkan pada indicator KBK-1 dan
metode penugasan Praktikum. KBK-3 menunjukan nilai signifikansi yang
d) Uji Statistik Keterampilan Berpikir lebih besar dari nilai 𝛼 atau >0,050 yang
Kritis (KBK) untuk Setiap artinya data bersifat homogen.
Indikatornya. b) Uji Hipotesis
a) Uji Prasyarat Uji hipotesis data N-gain untuk setiap
Setiap indikator KBK dari data Ngain indikator KBK (tabel 4.4), indikator yang
diuji statistik dengan tujuan mengehatui berdistribusi tidak normal diuji hipotesis
perbedaan peningkatan keterampilan dengan menggunakan uji Mann-Withney U
berpikir kritis untuk setiap indikator KBK. sedangkan data yang berdistribusi normal
N-gain yang diperoleh dari kedua kelas diuji hipotesis dengan menggunakan
diolah dengan uji prasarat dan uji Independen sample T tes.
hipotesis. Berikut adalah tabel hasil uji Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis data N-gain
prasarat untuk data N-gain perindikator untuk Setiap Indikator KBK
KBK.
Table 4.3. Hasil Uji Prasarat data N-gain
untuk Setiap Indikator KBK

Berdasarkan tabel uji hipotesis data


N-gain untuk setiap indikator KBK (tabel
4.4), diketahui bahwa nilai signifikansi
KBK-1 sebesar 0,008. Nilai signifikansi
KBK-2 dan KBK-3 sebesar 0,000 dan nilai
signifikansi KBK-4 sebesar 0,049.
Sehingga, semua indicator KBK ini
menunjukkan nilai signifikansi dibawah 𝛼
atau <0,050 yang berarti bahwa H0 ditolak
dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan keterampilan berpikir kritis
Keterangan: siswa yang signifikan pada indikator KBK-
IndikatorKBK1:Bertanya dan menjawab pertanyaan. 1, KBK-2, KBK-3 dan KBK-4.
Indikator KBK 2: Menganalisis argument.
Indikator KBK 3: Mengidentifikasi asumsi-asumsi.
Indikator KBK 4: Melakukan dan
mempertimbangkan induksi.
c) Respon Siswa Terhadap Pembelajaran tidak menerapkan metode penugasan
Biologi dengan Menerapkan Metode Praktikum dalam pembelajaran biologi.
Penugasan Praktikum. 2) Terdapat perbedaan peningkatan
Respon siswa terhadap penerapan keterampilan berpikir kritis siswa yang
metode penugasan Praktikum dalam signifikan antara kelas eksperimen yang
pembelajaran biologi dapat diukur menerapkan metode penugasan
menggunakan angket. Angket respon ini Praktikum dengan kelas kontrol yang
hanya ditujukan pada kelas eksperimen. tidak menerapkan metode penugasan
Ukuran yang digunakan dalam angket Praktikum pada konsep keanekaragaman
menggunakan skala likert. Skala ini disusun hayati dengan nlai signifikansi sebesar
dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh 4 0,000.
respon yang menunjukan tingkatan respon. 3) Siswa memberikan respon yang kuat
Adapun hasil analisis angket ditunjukkan terhadap penerapan metode penugasan
pada gambar 4.10. Praktikum pada konsep keanekaragaman
hayati dengan presentase pencapai
6,67% 93,3%, sedangkan respon siswa yang
sangat kuat presentasenya hanya
mencapai 6,67%.
Kuat
Sangat Kuat
93,33%
DAFTAR PUSTAKA
Amprasto, Drs, dkk. (2003). Pembelajaran
Praktukum Ekologi Tumbuhan dengan
Metode Riset Mini dengan Memanfaatkan
Gambar 4.10. Diagram persentase angket respon Tutor Sebaya. Proyek Hibah dan
siswa terhadap penerapan metode penugasan Pembelajaran Due-Like. Fakultas
Praktikum. Pendidikan MIPA: Universitas Pendidikan
Gambar 4.10 menunjukan diagram Indonesia.
presentase angket respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menerapkan metode Arikunto, Prof.Dr. Suharsimi. (2010). Dasar-
penugasan Mini-Praktikum. Diagram Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Kedua.
tersebut tidak dicantumkan kriteria “sangat Jakarta: PT. Bumi Aksara.
lemah, lemah dan cukup”. Hal ini
dikarenakan ketiga kriteria tersebut memiliki Budiati, Herni. (2006). Biologi Jilid 1 Untuk
prosentase 0%. Berdasarkan hasil analisis SMA dan MA Kelas X. Depdiknas: CV.
data diatas, penerapan metode penugasan Gema Ilmu.
Praktikum dalam pembelajaran biologi
mendapat respon kuat dengan persentase Dewi, Rina Anggraeni. 2014. “Penggunaan
93,33% sedangkan hanya sedikit siswa yang Modul Berbasis Inkuiri Untuk
merespon sangat kuat dengan persentase Meningkatkan Keterampilan Berpikir
6,67%. Hasil rata-rata angket respon siswa Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Ekskresi
adalah 57%, dengan demikian dapat di SMAN 1 Beber” (Skripsi). IAIN Syekh
disimpulkan bahwa respon siswa terhadap Nurjati Cirebon.
penerapan metode penugasan praktikum
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.
dalam pembelajaran biologi adalah kuat.
(2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
c. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan Djulia, Ely. (2012). Pengembangan Penilaian
pembahasan yang telah dipaparkan, dapat Otentik dalam Pembelajaran Ekologi
ditarik kesimpulan bahwa: Tumbuhan di Perguruan Tinggi.
1) Terdapat perbedaan aktivitas belajar Bioedukasi. Vol.5. No.2. ISSN 1693-2654.
siswa antara kelas eksperimen yang
menerapkan metode penugasan Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis. Sebuah
Praktikum dengan kelas kontrol yang Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Hassoubah, Dr. Zaleha Izhab. (2002). Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian.
Developing Creative and Critical Thinking Bandung: Alfabeta.
Skills. Jakarta: Nuansa. Saifuddin. (2014). Pengelolaan Pembelajaran.
Teori dan Praktis. Cirebon: IAIN Syekh
Khaerani, Zuliah. (2011). Penggunaan Metode Nurjati Press.
Resitasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Siswa. Skripsi. Jakarta: Santoso, Handoko. (2009). Pengaruh
Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Pembelajaran Inkuiri dan Kooperatif
Jakarta. Terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi
Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan
Kuswana, Wowo Sunaryo. (2013). Taksonomi Biologi. Vol 1, Nomor 1.
Berpikir. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Saputro, Mohammad Nuzulul. (2014). Analisis
Pengambilan Keputusan. Makalah.
Lulindayati. (2012). Pengaruh Penerapan Jakarta: STMIK Perindustrian.
Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Edisi
Reproduksi dikelas XI SMAN 7 Cirebon. Keenam. Bandung: Tarsito.
Skripsi. Cirebon: Fakultas Ilmu Tarbiah
dan Keguruan. Institut Agama Islam Sukmadinata, Prof. DR. Nana Syaodah. (2011).
Negeri Syekh Nurjati. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Oktaviana, Reny. (2013). Studi Perbandingan
Metode Resitasi Dengan Metode Sumaryanta. (2015). Pedoman Penskoran.
Pembelajaran Konvensional Siswa Kelas Indonesia Digital Journal Of Mathematics
XII IPA. Artikel Penelitian. Pontianak: and Education. Vol.2, Nomor 3.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
PendidikanUniversitas Tanjungpura. Susanti, E dan Qomariyah, N. (2013).
Implementasi Metode Penugasan Analisis
Pratiwi. (2012). Problem Solving Dalam VideoPada Materi Perkembangan
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kognitif, Sosial dan Moral. Jurnal
Tingkat Tinggi. Makalah. Yogyakarta: FIP Pendidikan IPA Indonesia. Surabaya:
UNY. Uiversitas Negeri Surabaya.

Prayoga, Zumisa Nudia. (2013). Kemampuan Syamsudin, Abidin., Budiman, Nandang.


Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran (2007). Profesi Keguruan 2. Jakarta:
Materi Pengelolaan Lingkungan Dengan Penerbit Universitas Terbuka.
Pendekatan Keterampilan Proses Sains.
Skripsi. Semarang: FMIPA UNS. Trianto.(2010).Model Pembalajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi aksara.
Pritasari, Ade C, dkk. (2016). Pendekatan
Kemampuan Argumentasi melalui Bahriah, Evi Sapinatul. (2011). Indikator
Penerapan Metode Problem Based berpikir Kritis. [Online]. Tersedia:
Learning Pada Siswa Kelas X MIA 1 SMA https://evisapinatulbahriah.wordpress.com.
2 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi. (diakses pada tanggal 30 Desember 2015).
Vol.8, Nomor 1. Miyla. (2013). Hakikat Pembelajaran IPA.
Pujiyanto, Sri. (2014). Menjelajahi Dunia [Online]. Tersedia:
Biologi 1. Solo: PT. Tiga Serangkai https://kajianipa.wordpress.com. (diakses
Pustaka Mandiri. pada tanggal 14 Oktober 2015).

Rahmi, Qanita. (2016). Analisis Keterampilan Rofiah, Fikrotur. (2015).


Bertanya Siswa Pada Konsep Gerak http://www.eurekapendidikan.com/2015/1
dengan Strategi Pembelajaran Question 0/metode-pembelajaran-praktikum.html
Student Have. Skripsi. Jakarta: Fakultas [Diakses, 01 Maret 2017]
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai