Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu progam yang dengan sengaja memasukan

antigen lemah agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten

terhadap penyakit tertentu.

Cakupan data dari Puskesmas Sukamaju tahun 2018 jumlah ibu yang

mempunyai bayi 515 orang sedangkan jumlah ibu yang mempunyai bayi

mendapat imunisasi HB 0 berjumlah 387 orang, dan data tahun 2019 dari

bulan januari – april jumlah ibu yang mempunyai bayi 197 orang sedangkan

jumlah ibu yang mempunyai bayi mendapat imunisasi HB 0 berjumlah 124

orang. (Rekam medik, Puskesmas Sukamaju 2019).

Cakupun data di Kab. Luwu Utara pada tahun 2016 imunisasi DPT-HB-

HIB 28,3 % dan imunisasi campak 31,1 % sedangkan tahun 2017 imunisasi

DPT-HB-HIB 78,3 % dan imunisasi campak 63,8 %. (Dinkes Kab. Luwu

Utara, 2018).

Cakupan imunisasi diProvinsi SUL-SEL Untuk tahun 2013 tercatat

imunisasi BCG 101,13%, Polio4 99,28%, DPT1+HB1 103,58%, DPT3+HB3

101,72%, dan Campak 99,90%sedankan menujukkan tahun 2014 tercatat

imunisasi DPT1-HB3/ DPT-HB-HiB3 sebanyak 8,94%. Terdapat enam

Kabupaten yang tidak memenuhi standar provinsi, yaitu Kabupaten Jeneponto,

Kabupaten Gowa, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Sinjai, Kabupaten

1
2

Barru dan Kota Makassar. (Dinkes Prov. Sul-Sel, 2015).

Hasil survei Riskesdas tahun 2013 didapatkan data cakupan imunisasi HB-

0 (79,1%), BCG (87,6%), DPT-HB-3 (75,6%), Polio-4 (77,0%), dan imunisasi

campak (82,1%). Survei ini dilakukan pada anak usia 12–23 bulan. Cakupan

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia per September 2014 sebesar

48,4% dengan provinsi tertinggi Bali (62,0%) dan terendah Maluku Utara

(17,7%).Cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi Provinsi Sumatera Utara

per September 2014 sebesar 36,5% dengan kabupaten/kota tertinggi yaitu

Samosir 57,3%) dan terendah Nias Utara (8,7%). Untuk kota Medan sebesar

49,6% Dari cakupan diatas, berarti belum mencapai target yang ditetapkan

WHO yaitu >90% (KEMENKESRI, 2014).

Menurut Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ,

Kesehatan RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, cakupan imunisasi dasar

lengkap diindonesia pada tahun 2018 baru mencapai 87,8%. Artinya masih

ada 12% Indonesia belum mendapatakan imunisasi dasar lengkap.

Vaksinasi mencegah sekitar dua hingga tiga juta kematian pertahun yang

disebabkan difteri, tetanus, pert usis dan penyakit cacar. Bagaimanapun,

seharusnya 1,5 juta kematian dapat dicegah bila cakupan vaksinasi global

ditingkatkan. Proporsi anak yang mendapatkan vaksinasi tersendat beberapa

tahun ini. Selama tahun 2016, sekitar 86% bayi di seluruh dunia (116,5 juta

bayi) menerima 3 dosis vaksin difteri-tetanus-pertussis (DTP3), Cakupan

global dengan 3 dosis vaksin hepatitis B diperkirakan mencapai 84% dan

setinggi 92% di Pasifik Barat. Selain itu, 101 negara memperkenalkan satu
3

dosis vaksin hepatitis B kepada bayi baru lahir dalam 24 jam pertama

kehidupan, dan cakupan global adalah 39%.Pada akhir tahun 2016, 85% anak-

anak telah menerima satu dosis vaksin campak pada ulang tahun kedua

mereka, dan 164 negara telah memasukkan dosis kedua sebagai bagian dari

imunisasi rutin dan 64% anak-anak menerima dua dosis vaksin campak

menurut imunisasi nasional. (WHO, 2016).

Menurut WHO sekitar 1,5 juta anak mengalami kematian tiap tahunnya

karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada tahun 2018,

terdapat kurang lebih 20 juta anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap dan

bahkan ada anak yang todak mendapatkan imunisasi sama sekali.

Berdasarkan latar belakang di atas ,diketahui bahwa masih rendahnya

tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B

tahap pertama pada bayi,maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Hepatitis B

Tahap Pertama pada Bayi di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju Kab. Luwu

Utara Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat

Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B tahap pertama pada bayi

di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju Kab. Luwu Utara Tahun 2019?”


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis

B tahap pertama pada bayi di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju Kab.

Luwu Utara Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis

B tahap pertama pada bayi di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju

Kab. Luwu Utara Tahun 2019 dengan kategori baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis

B tahap pertama pada bayi di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju

Kab. Luwu Utara Tahun 2019 dengan kategori cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis

B tahap pertama pada bayi di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju

Kab. Luwu Utara tahun 2019 dengan kategori kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B.

2. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman yang nyata di masyarakat untuk

mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B.


5

3. Bagi Institusi

a. Pendidikan
Untuk menambah referensi bacaan serta meningkatkan

pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa dan pembaca pada

umumnya tentang imunisasi hepatitis B.

b. Puskesmas
Untuk meningkatkan pendidikan kesehatan terhadap

masyarakat. Khususnya pendidikan kesehatan tentang imunisasi pada

bayi.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keinginan melalui proses

sensoris , terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya

perilaku terbuka open behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan atau

knowladge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan

tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui pendengaran

indra pendengaran (Notoatmodjo, 2014)

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurt Notoatdmojo (dalam Wawan dan Dewi, 2010), pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau tingkatan

yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat

pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah

6
7

diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah.

Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang

apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi,menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap

objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang

tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek

yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik

kesimpulan,meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain.

Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus,

metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan

atau memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen dalam suatu objek atau masalah yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada

tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan


8

memisahkan mengelompokkan membuat bagan (diagram) pengetahuan

objek tersebut

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum

atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata

lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang sudah ada sebelumnya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku dimasyarakat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain yaitu:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan

semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang

berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan umumnya dapat

diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru,

dan media masa. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan

pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar


9

manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan

semakin mudah untuk menerima, serta mengembangkan

pengetahuan dan teknologi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses

mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

c. Pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,

semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan

semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden.

d. Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat

secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih

dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

e. Sosial budaya

Kebudayaan berserta kebudayaan keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


10

B. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit

tersebut tidak menjadi sakit (Ranuh, 2011). Imunisasi merupakan suatu

upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit (Proverawati, 2010).

2. Jenis Imunisasi

Menurut Marimbi (2010), jenis imunisasi yaitu :

a. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang

sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang tubuh

memproduksi antibodi sendiri.

b. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga

kadar antibodi dalam tubuh meningkat.

3. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi

agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati, 2010).

4. Manfaat Imunisasi

Menurut Marimbi (2010), manfaat imunisasi adalah :

a. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,


11

dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi

pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-

kanak yang nyaman

c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

5. Macam – macam imunisasi pada bayi :

a. BCG yaitu imunisasi yang bertujuan untuk menimbulkan kekebalan

aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak (Proverati dan

Andhini, 2010)

b. Hepatitis B yaitu imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B, yaitu penyakit infeksi

yang dapat merusak hati (Maryunani, 2010)

c. DPT yaitu imunisasi yang bertujuan untuk pemberian kekebalan

secara simultan penyakit difteri, pertusis dan tetanus. (Atikah,2010)

d. Polio yaitu Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk

mencegah penyakit poliomyelitis yang bisa menyebakan kelumpuhan

pada anak.Kandungan vaksin ini ialah virus yang dilemahkan (Fida

dan Maya, 2012).

e. Campak yaitu imunisasi campak ditujukan untuk memberikan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak. pemberian vaksin campak

diberikan 1 kali pada umur 9 bulan secara subkutan walaupun


12

demikian dapat diberikan secara intramuskuler dengan dosis sebanyak

0,5 ml. Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada

program school based catch-up campaign, yaitu secara rutin pada anak

sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS (Ranuh et.al, 2011).

C. Tinjauan Umum Imunisasi Hepatitis B

1. Pengertian

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang ditujukan untuk

memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang

menyerang organ hati (Proverawati, 2010). (Marimbi, 2010).

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang untuk diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B, yaitu

penyakit infeksi yang dapat merusak hati (Muryunani, 2010). Hepatitis B

disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota family

Hepadnavirus, suatu virus DNA yang berlapis ganda, berbentuk bulat dan

dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada sebagian

kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengeras dan

mengecil) atau kanker hati (Cahyono, 2010).

2. Penularan Hepatitis B

Virus Hepatitis B disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh

(darah, air liur, air mani) penderita ini, atau dari ibu ke anak pada saat

melahirkan (Proverawati, 2010).

Semua orang yang mengandung HbsAg positif potensial

infeksius. Transmisi terjadi melalui kontak parenteral, hubungan


13

seksual dan transmisi antar anak merupakan modus yang sering terjadi.

VHB dapat melekat dan bertahan di permukaan suatu benda selama

kurang lebih 1 minggu tanpa kehilangan daya tular. Darah bersifat

infeksius beberapa minggu sebelum awitan, menetap selama fase akut

berlangsung. Daya tular pasien VHB kronis bervariasi, sangat infeksius

bila HbsAg positif (Ranuh, 2011).

3. Gejala Hepatitis B

Gejala yang ditimbulkan yaitu hilangnya nafsu makan, mual,

muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam, urine

menjadi kuning dan sakit perut (Proverawati, 2010).

Gejala hepatitis B bisa berkisar dari tidak ada, ringan, atau parah.

Selama dua sampai empat minggu sebelum hati terlibat, seseorang yang

terkena hepatitis B bisa mengalami hilangnya selera makan, mual,

muntah, demam, keletihan, dan gejala-gejala seperti flu. Ini bisa

dilanjutkan dengan tanda-tanda bahwa hati sedang terinfeksi, termasuk air

kemih berwarna gelap, kulit tampak kuning, demam, tinja pucat,

gatal, dan hati yang membesar serta nyeri tekan. Gejala dan tanda

infeksi VHB tergantung pada perjalanan klinisnya, apakah dalam

keadaan akut, kronis, atau sudah dalam keadaan sirosis atau kanker hati.

Pada keadaan akut, keluhan yang dirasakan pasien adalah berupa

lemas,mual, mata kuning, demam, kencing seperti air teh. Sementara

pada hepatitis B kronis, biasanya pasien hanya mengeluh mudah lelah

dan lesu. Sementara pada keadaan sirosis, pasien mengeluh perut


14

bengkak (rongga perut terisi air), mata kuning, lesu dan sebagainya.

Bila hepatitis B kronis telah menjadi kanker hati, keluhan yang

dirasakan pasien adalah perut sebelah kanan atas membesar dan

mengeras. Jika demikian keadaannya, biasanya pasien yang menderita

kanker hati tidak akan bertahan sampai satu tahun (Cahyono, 2010).

4. Pemberian vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu kurang dari 24 jam

sejak bayi lahir untuk mencegah timbulnya penyakit Hepatitis B pada bayi

sehat. Vaksin Hepatitis B diberikan secara intramuskular yaitu pada

otot paha.

Imunisasi Hepatitis B tahap pertama diberikan sedini mungkin

dalam waktu 12 jam setelah lahir sebelum bayi berumur 7 hari.

Diberikan 1 jam setelah pemberian vit. K pada bayi (Sunarti, 2012).

Pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan status HbsAg ibu

pada saat melahirkan, adalah sebagai berikut :

a. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya

mendapatkan 0,5ml vaksin rekombinan atau 0,5ml vaksin asal

plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan

pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau

kemudian diketahui ibu mengidap HbsAg positif maka segera

berikan 0,5 ml HBIG (sebelum anak berusia satu minggu).

b. Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5ml

imunoglobulin hepatitis B (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir


15

dan 0,5 ml vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin yang berasal

dari plasma, diberikan 0,5ml intramuskular dan disuntikkan pada

sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan

dosis ketiga pada umur 6 bulan.

c. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberi dosis minimal

0,25 vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal

dari plasma, berikan dosis 0,5ml intramuskular pada saat lahir

sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan,

dan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan. Ulangan imunisasi hepatitis B

diberikan pada umur 10-12 tahun.

5. Efektifitas

Efektifitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90%-

95%. Memori sistem imun menetap minimal sampai 15 tahun

pasca imunisasi namun secara teoritis menetap seumur hidup sehingga

pada anak normal, tidak dianjurkan untuk imunisasi booster (Ranuh,

2011).

6. Kontra Indikasi

Imunisasi tidak dapat diberikan kepada bayi yang menderita sakit

batuk pilek, sedang mendapatkan pengobatan radioterapi

atau kemoterapi, menderita sakit yang menurunkan imunitas

(leukimia, kanker, HIV/AIDS), apabila bayi sedang mengkonsumsi

obat prednisone 2 mg/kgbb/hari maka dianjurkan untuk menunda

imunisasi 1 bulan setelah selesai pengobatan (IDAI, 2009) Menurut


16

Wiradharma (2012), pada umumnya tidak ada kontra indikasi yang

mutlak untuk pemberian vaksin, akan tetapi ada beberapa keadaan di

mana seseorang sebaiknya tidak diimunisasi atau

imunisasinya ditunda, yaitu :

a. Sedang sakit dalam keadaan stadium akut, seperti infeksi

saluran nafas atas dan atau diare. Dalam keadaan ini

sebaiknya imunisasi ditunda.

b. Sebelumnya pernah mengalami reaksi lokal yang hebat

seperti kemerahan pada tempat suntikan.

Kontraindikasi imunisasi hepatitis B atau harus menundanya

adalah bayi yang sakit tingkat menengah atau parah pada saat vaksin

dijadwalkan, dan harus menunda suntikan sampai mereka sudah

sembuh. Menurut Proverawati (2010), kontraindikas imunisasi

hepatitis B ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

yang disertai kejang. Menurut Ranuh (2011), kontraindikasi

imunisasi hepatitis B ini tidak boleh diberikan kepada bayi dengan

berat lahir rendah atau berat badan bayi sangat kecil (<1000

gram), maka imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat

badan sudah mencapai 2000 gram.

7. Efek Samping

Efek samping yang terjadi pada umumnya berupa reaksi local

yang ringan dan bersifat sementara. Kadang-kadang dapat

menimbulkan demam ringan selama 1-2 hari (Sunarti, 2012). Efek


17

samping berupa reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan

pembekakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi

bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Proverawati, 2010).

8. Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis

vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak (Marimbi, 2010).

Adapun jadwal imunisasi dapat dilihat pada :

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Hepatitis B

No Vaksin Pemberian imunisasi Umur


1 Hepatitis B HB 0 0 bulan
HB 1 2 bulan
HB 2 3 bulan
HB 3 4 bulan
Sumber : Depkes (2011)

9. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Hepatitis B

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan reaksi yang

terjadi setelah imunisasi. Apabila terjadi demam dan timbul

kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi

sebaiknya bekas suntikan diberi kompres, diberi minum lebih

banyak (ASI atau air putih) (Sunarti, 2012)


18

D. Kerangka Teori

Kerangka teoritis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bayi usia 0-12 bulan

Tingkat pengetahuan ibu


tentang imunisasi hepatitis B
tahap pertama pada bayi Imunisasi hepatitis B tahap
pertama pada bayi meliputi:
1. Pengertian
2. Penularan hepatitis B
3. Gejala hepatitis B
4. Pemberian vaksin
Faktor yang mempengaruhi hepatitis B
pengetahuan : 5. Efektivitas
1. Pendidikan 6. Kontra indikasi
2. Pengalaman 7. Efek samping
3. Informasi 8. Jadwal imunisasi
4. Lingkungan budaya 9. Kejadian ikutan
5. Sosial ekonomi paska imunisasi
hepatitis B

Gambar 2.1.
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo ( 2014), Proverawati (2010)

E. Penelitian Terdahulu

1. Suzana Indragiri dan Ika Sri Hayati, 2010 : hasil penelitian didapatkan

proporsi terbesar yaitu bayi yang tidak di imunisasikan (59,5%), umur

responden > 35 tahun (37,8%), tingkat pendidikan rendah (64,9 %),

responden yang tidak bekerja (62,2%), paritasnya grademulti (40,5%),

tingkat pengetahuan yang kurang (67,6%), sikapnya negatif (62,2%),

tidak terjangkau (59,5%) dan keluarga (67,6%) di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Cingambul Kabupaten Majalengka Tahun 2010.


19

2. Rianty Worang, Sisfiani Sarimin, Amatus Yudi Ismanto : Hasil

penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan

dan sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar. Saran

3. bagi ibu balita, yaitu lebih meningkatkan perilaku positif dalam

memberikan imunisasi pada balita sesuai usianya agar terhindar dari

berbagai penyakit berbahaya.

4. Atika Putri Dewi, Eryati Darwin, Edison Edison : Didapatkan 57,1%,

responden memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya dan

63,5%. responden yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

imunisasi dasar lengkap. Didapatkan adanya hubungan bermakna antara

kedua variabel tersebut.Kesimpulan: terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi di kelurahan Parupuk Tabing wilayah kerja puskesmas Lubuk

Buaya.

5. Sari, Dewi Nur Intan : Hasil penelitian ini dilakukan dengan Chi-square
antara variabel pengetahuan ibu dan kelengkapan imunisasi bayi dasar,

dengan skor hasil p <0,001. Kesimpulan: Ada hubungan antara

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dan kelengkapan imunisasi

dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

6. Vivi Triana: Hasil analisis univariat diperoleh 47,50% imunisasi tidak

lengkap, berpendidikan rendah 5%, bekerja 30%, berpengetahuan rendah

48,75%, sikap negatif 50%, pelayanan kesehatan kurang 10%, hambatan

18,75% dan motivasi kurang 40%. Hasil analisis bivariat diperoleh p-


20

value pengetahuan (0,007), sikap (0,014), motivasi (0,001), informasi

(0,04), pendidikan (0,34), pekerjaan (0,66), pelayanan kesehatan (0,47),

hambatan (0,43) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

pemberian imunisasi.
BAB III

KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

variabel indenpenden variabel dependen


Tingkat pengetahuan ibu : Imunisasi Hepatitis
1. Tahu (know) B : KMS ( Kartu
2. Memahami Menuju Sehat)
(Comprehention)
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Gambar 3.1
Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional, Variable dan Kriteria Objektif

1. Defininsi Operasional

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang

imunisasi Hepatitis B yang meliputi pengertian, penularan B, gelaja,

pemberian vaksin, efektifitas, kontra indikasi, efek samping jadwal

imunisasi, KIPI.

1) Tahu (Know)

Tahu yang di maksud disini sebagai mengingat suatu materi

tentang imunisasi Hepatitis B oleh ibu.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan ibu untuk mampu

menjelaskan materi tentang imunisasi Hepatitis B.

21
22

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan ibu untuk

menggunakan materi tentang imunisasi Hepatitis B.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan ibu untuk menjabarkan materi

tentang imunsasi Heptitis B

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis yang diartikan yaitu kemampuan ibu dalam

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang

logis dari materi imunisasi Hepatitis B. Misalnya dapat

meringkas terhadap suatu materi atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yang diartikan yaitu kemampuan ibu untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap meteri tentang

imunisasi Hepatitis B. Penilaian-penilaian itu didasarkanpada suatu

kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteri yang

sudah ada.

b. Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang ditujukan untuk

memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang

menyerang organ hati.

1) KMS (kartu menuju sehat)

Kartu menuju sehat (KMS) yang diartikan kemampuan ibu


23

untuk mengetahui kelengkapan imunisasi hepatitis B.

2. Variabel penelitian

Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat

pengetahuan tentang imunisasi hepatitis B tahap pertama pada bayi.

3. Kriteria Objektif

a. Kategori kurang : apabila informan mampu menjawab 0 - 2 pertanyaan

b. Kategori cukup : apabila informan mampu menjawab 3 atau 4

pertanyaan

c. Kategori baik : apabila informan mampu menjawab 5 atau 6

pertanyaan
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Denzin dan liccoln (1987) dalam moleong (2010)

menjelasakan bahwa penelitian kualitatif menggunakan latar belakang

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk

menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau

keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, ukur, atau

digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2011).

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini direncanakan di Puskesmas Sukamaju Kec.

Sukamaju Kab. Luwu Utara.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Juni s/d Agustus Tahun

2019.

C. Informan

Menurut sugiyono tahun 2011, informan adalah orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia

sebagai pengambil subjek sehingga akan memudahkan peneliti. Dalam hal

24
25

ini informan akan ditentukan peneliti berdasarkan tujua penelitian yang

dilakukan.

Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok (utama) yang diperlukan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini informan kuncinya yaitu kepala ruangan persalinan di

UPTD Puskesmas Sukamaju.

2. Informan biasa, yaitu merekan yang terkibat secara langsung dalam

interkasi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini informan biasa

adalah ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan

D. Teknik Penetuan Informan

Penentuan informan dengan teknik Snowball Sampling. Penetuan

informan penelitian berdasarkan bebrapa pertimbangan, yang pertama karena

penelitian ini berbentuk kasus maka informan penelitian yang tidak terlalu

besar akan sangat mendukung kedalaman hasil penelitian, disamping

pertimbangan keterbatasan kemampuan, waktu dan dana. Kedua, informan

dipilih secara Purposif sesuai dengan latar, pelaku, peristiwa dan proses.

Ketiga penentuan jumlah sampel dianggap telah memadai pada saat informan

yang didapat telah mencapai saturasi (Sugiyono,2011).

Karateristik informan sebagai berikut:

1. Ibu yang bekerja di UPTD Puskesmas Sukamaju.

2. Ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan yang bertempat tinggal di Kec.

Sukamaju yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Sukamaju.


26

3. Bersedia menjadi informan.

4. Dapat berbahasa Indonesia agar dapat memudahkan proses wawancara

sehingga tidak ada penafsiran yang bias pada penjesalan informan.

5. Berada dilokasi penelitian saat penelitian dilaksanakan.

6. Kooperatif tau dapat di wawancarai secara verbal ( tidak bisu dan tuli).

E. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu :

1. Data primer

Data primer akan dikumpulkan oleh peneliti dengan metode

wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan. Wawancara

mendalam adalah cara pengumpulan data melalui wawancara,

menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, dan

sebagian besar berbasis pada interaksi 1 pewawancara dengan 1 responden

( Saryono, 2011)

2. Data sekunder

Data sekunder akan diperoleh dari hasil observasi tempat, pelaku,

kegiatan, objek, perbuatan, peristiwa, waktu dan perasaan serta data-data

lain yang mendukung penelitian.

F. Pengolahan Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yag dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yag penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
27

yang dapat diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan

data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil

penelitiannya kepada orang lain.

Tahapan penyajian data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Membaca/mempelajari data, memandai kata-kata kunci dan gagasan

yang ada dalam data.

b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema

yang berasa dari data.

c. Menuliskan `model` yang ditemukan.

d. Koding yang telah dilakukan.

e. Reduksi data.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan

informan kunci , yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan

mengetahui situasi objek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis

data dimulai dengan membuat transkip hasil wawancara, dengan cara memutar

kembali rekaman hasil wawancara, mengdengarkan dengan seksama,

kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada

direkaman tersebut.

Setelah penelitian meulis hasil wawancara tersebut kedalam transkip,

selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat utnuk kemudian dilakukan

reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi,

yaitu mengambil sengan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai


28

dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu

sehingga didapatkan inti yang kalimatnya saja, tapi bahasanya sesuai dengan

bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang kemudian

dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian.

Analisis Dominan menurut Sugiyono (2009), adalah memperoleh gambaran

yang umum dan menyeluruh dari objek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti

memperoleh domain ini dengan cara memlakukan pertanyaan grand dan

minitour. Sementara itu, domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai

pijakan untuk penelitian selanjutnya. Mengenai analisis taksonomi yaitu

dengan memilih domain kemudian dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga

dapat diketahui struktur internalnya.

G. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi

dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil

observasi dan data-data pendukung lainnya.


BAB V

PERSIAPAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

Persiapan merupakan faktor penting penelitian yang dilakukan sebelum

penelitian ini dilakukan. Persiapan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

tahap yaitu: (1) orientasi kancah, dan (2) persiapan penelitian.

1. Orientasi kancah

Orientasi kancah penelitian meliputi kondisi populasi dan lokasi

penelitian populasi. Populasi penelitian ini adalah kepala ruangan dikamar

bersalin di Puskesmas Sukamaju dan ibu yang memiliki bayi berusia 0 –

12 bulan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak enam orang sebagai

informan penelitian dengan pertimbangan keenam informan melalui

pengamatan yang dilakukan sebelum dilakukan penelitian untuk

mendapatkan keberagaman informasi. Dari fenomena tersebut maka

peneliti mencari informan untuk penelitian ini yang bertempat tinggal di

Kec. Sukamaju yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Sukamaju.

Penelitian pada informan kunci dilakukan di Puskesmas Sukamaju ruang

nifas, untuk informan biasa pertama dilaksanakan di Puskesmas Sukamaju

ruang nifas, informan biasa kedua dilaksakan di rumah ibu saat

melakukan kunjungan ibu nifas di Desa Kaluku, informan biasa tiga

dilaksanakan saat Posyandu di Desa Tulung Sari, informan biasa ke empat

dilaksnakan di rumah ibu saat melakukan kunjungan ibu nifas di Desa

29
30

Sukamaju, dan informan biasa ke lima dilaksanakan di taman Puskesmas

Sukamaju.

2. Persiapan penelitian

a. Penentuan informan penelitian

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti meliputi

penentuan informan penelitian. Pada tahap penentuan informan ini,

peneliti menentukan informan yang sesuai dengan karakteristik

penelitian kemudian melakukan pendekatan terhadap informan dan

kepercayaan informan kepada peneliti.

b. Persiapan alat dan pengumpulan data.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan yaitu

metode wawancara dan observasi Penyusunan pedoman wawancara

dilakukan peneliti berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah

ditetapkan sebelumnya, yaitu: untuk mengetahui tingkat pengetahuan

ibu tentang imunisasi hepatitis b tahap pertama pada bayi. Pedoman

wawancara tersebut berisi daftar pertanyaan yang masih dikembangkan

lagi tergantung situasi dan kondisi penelitian dan diharapkan akan

terkumpul data yang diantaranya menjawab pertanyaan penelitian

tersebut. Selanjtunya, observasi dilakukan untuk lebih memfokuskan

pada hal- hal yang harus di observasi. Pedoman observasi di buat

dengan menggunakan observasi diri yang berisi pernyataan-pernyataan

seputar tingkat pengetahuan ibu di bidang imunisasi

c. Perizinan
31

Dalam penelitian ini perizinan diawal dengan membuat surat ijin

penelitian dari fakultas , kemudian melakukan pendekatan terlebih

dahulu kepada calon informan untuk membangun hubungan baik dan

meminta kesediaan untuk menjadi informan dalam penelitian ini.

B. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan mulai 17 juli - 17 agustus 2019 dengan informan

penelitian berjumlah enam orang yaitu satu orang informan kunci yang

merupakan kepala ruangan kamar bersalin dan lima orang informan biasa

yang merupakan ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan. Penelitian

dilakukan dengan cara wawancara secara langsung terhadap informan

penelitian. Selama wawancara berlangsung percakapan direkam dengan

menggunakan hand record untuk mendapatkan data penelitian yang sama

persis dengan perkataan informan penelitian, selain itu agar data hasil

wawancara tidak mudah hilang.

Peneliti melakukan wawancara di tempat-tempat yang telah disepakati

oleh peneliti dan informan. Peneliti melakukan wawancara dengan informan

kunci sebanyak satu kali di Puskesmas Sukamaju diruang nifas, untuk

informan biasa pertama diwawancarai sebanyak satu kali dilaksanakan di

Puskesmas Sukamaju ruang nifas, informan biasa kedua diwawancarai

sebanyak satu kali yang berlangsung di rumah ibu saat melakukan kunjungan

ibu nifas di Desa Kaluku, informan biasa ketiga diwawancarai sebanyak satu

kali yang berlangsung Posyandu di Desa Tulung Sari, informan biasa keempat

diwawancarai sebanyak satu kali yang dilaksnakan di rumah ibu saat


32

melakukan kunjungan ibu nifas di Desa Sukamaju, dan informan biasa kelima

diwawancarai sebanyak satu kali di taman Puskesmas Sukamaju. Antara

informan yang satu dengan yang lain memiliki hari-hari yang berbeda untuk

diwawancarai, hal ini dikarenakan menyesuaikan kesepakatan antara informan

dengan peneliti. Saat wawancara berlangsung peneliti juga melakukan

observasi terhadap tingkah laku informan. Observasi dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan observasi diri untuk mengetahui tingkat

pengetahuan ibu dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang disusun

berdasarkan pertanyaan penelitian.

Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan analisis data dengan

memberikan koding pada hasil wawancara, mencari kata kunci dan

selanjutnya membuat matriks. Sedangkan data hasil observasi dibuat deskripsi

dan selanjutnya pembahasan hasil penelitian.

C. Analisa data

1. Karakteristik Informan Penelitian

Karakteristik informan penelitian ini mengacu pada kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya melalui pengamatan yang dilakukahn oleh peneliti

untuk mendapatkan keanekaragaman data. Pemilihan ditinjau dari

penampilan dan keseharian informan, dalam penelitian ini peneliti

sebelumnya tidak mengenal informan.


33

Table 5.1 Karakteristik Informan Penelitian

Informan Informan Informan Informan Informan Informan


No Identitas
kunci biasa ke 1 biasa ke 2 biasa ke 3 biasa ke 4 biasa ke 5

1 Nama SS P S H T K

2 Umur 43 thn 28 thn 22 thn 33 thn 25 thn 31 thn

3 Pendidikan DIV S1 SMA SMP SMA SMA

4 Alamat Sukamaju Kaluku Ketulungan Tulung sari Sukamaju Mulyasari


34

2. Data hasil penelitian

Table 5.2 MATRIKS PENELITIAN

(INFORMAN KUNCI, KEPALA RUAGAN BERSALIN )

Kode
No Pertanyaan Emik Konsep emik Etik Preposisi
informan
1 Bagaimana SS Oke terima kasih, e.. Hepatitis B itu Penyakit Hepatitis Informan kunci telah
pendapat menurut saya e… merupakan infeksi B, yaitu penyakit mengetahui tentang
ibu tentang Hepatitis B itu virus yang dapat infeksi yang dapat penyakit Hepatitis
penyakit merupakan infeksi menyebabkan merusak hati B,dimana penyakit
Hepatitis B virus yang dapat infeksi hati (Muryunani, 2010). Hepatitis B merupakan
dan menyebabkan kronis.Penyakit ini Hepatitis B infeksi virus yang dapat
imunisasi infeksi hati kronis, sangat menular disebabkan oleh menyebabkan infeksi hati
Hepatitis B kronis itu itu sama banyak terinfeksi Virus Hepatitis B kronis dan yang menjadi
0? dengan menahun saat masih kanak- (VHB), suatu salah satu pencegahan
ya…? kemudian kanak ditularkan anggota family yang diterapkan di
penyakit ini sangat melalui darah dan Hepadnavirus,suatu Puskesmas Sukamaju
menular banyak cairan tubuh lainnya. virus DNA yang adalah pemberian
terinfeksi saat masih Bayi baru lahir berlapis ganda, imunisasi Hepatitis B 0
35

kanak-kanak sangat beresiko berbentuk bulat dan pada bayi baru lahir, baik
ditularkan melalui tinggi terkena dapat menyebabkan yang status HbSAg ibunya
darah dan cairan Hepatitis B dari ibu peradangan hati diketahui atau tidak.
tubuh lainnya. Ee… yang sudah akut atau kronis
bayi baru lahir itu terinfeksi virus yang pada sebagian
sangat beresiko Hepatitis B melalui kecil kasus dapat
tinggi terkena persalinan normal berlanjut menjadi
Hepatitis B dari ibu ataupun section sirosis hati (hati
yang sudah secaria. Kemudian mengeras dan
terinfeksi virus ibu Hepatitis B, mengecil) atau
Hepatitis B melalui seringkali tidak kanker hati
persalinan normal sadar bahwa dirinya (Cahyono, 2010).
ee… ataupun dia die sudah terkena Virus Hepatitis B
e.. section secaria. penyakit tersebut.
disebarkan melalui
Kemudian ibu Memberikan vaksin
kontak dengan
Hepatitis B itu saat kelahiran
seringkali tidak menjadi cara yang cairan tubuh (darah,
sadar bahwa dirinya terbaik yang dapat
air liur, air mani)
sudah terkena diambil, kemudian
36

penyakit tersebut. vaksin ini juga penderita ini, atau


Karena ee.. dilakukan tanpa
dari ibu ke anak
memberikan vaksin pengcualian
pada saat
saat kelahiran termasuk pada ibu
menjadi cara yang yang negative melahirkan
terbaik yang dapat terinfeksi Hepatitis
(Proverawati,
diambil, kemudian B, Vaksin Hepatitis
2010).
vaksin ini juga B menlindungi anak
dilakukan tanpa dari virus Hepatitis Imunisasi Hepatitis
pengecu pengcualian B yang dapat
B adalah
termasuk pada ibu menybabkan
imunisasi yang
yang negative kerusakan hati
terinfeksi Hepatitis hingga kematian, ditujukan untuk
B, ee…. Vaksin pemberian vaksin
memberi kekebalan
Hepatitis B itu pada saat lahir juga
terhadap penyakit
sendiri menlindungi membantu
anak dari virus mengurangi resiko hepatitis B yaitu
Hepatitis B yang anak terkena
penyakit yang
dapat menyebabkan Hepatitis B dimasa
37

kerusakan hati kecil yang mungkin menyerang organ


hingga kematian, dapat ditularkan oleh
hati (Proverawati,
tidak hanya itu orang-orang
2010). (Marimbi,
pemberian vaksin disekitarnya.
pada saat lahir juga Pemberian imunisasi 2010). Vaksin
membantu Hepatitis B 0 saat
Hepatitis B
mengurangi resiko lahir, untuk
diberikan dalam
anak terkena dipuskesmas
Hepatitis B dimasa sukamaju ataupun waktu kurang dari
kecil yng mungkin dipuskesmas
24 jam sejak bayi
dapat ditularkan oleh manapun itu. Untuk
lahir untuk
orang-orang pemberian vaksin
disekitarnya. Hepatitis B 0 itu mencegah
Kemudian yang diberikan sejak lahir
timbulnya penyakit
pertanyaan kedua saat proses inisiasi
Hepatitis B pada
ee.. pemberian menyusui dini
imunisasi ya dilakukan atau 1 jam bayi sehat. Vaksin
Hepatitis B 0 saat setelah proses
Hepatitis B
lahir, untuk ee.. inisiasi menyusui
38

kami dipuskesmas dini. Paling baik diberikan secara


sukamaju ataupun diberikan sebelum
intramuskular yaitu
dipuskesmas 12 jam setelah lahir.
pada otot paha.
manapun itu untuk Biasanya vaksin
pemberian vaksin habis tetapi Imunisasi Hepatitis
Hepatitis B 0 itu diusahakan
B tahap pertama
diberikan sejak lahir diberikan sebelum
diberikan sedini
saat proses inisiasi bayi berumur 7 hari.
menyusui dini Sampai sekarang mungkin dalam
dilakukan atau belum ada obat
waktu 12 jam
paling tidak ee… 1 untuk Hepatitis B
setelah lahir
jam ya 1 jam setelah karena hanya sedikit
proses inisiasi perawatan yang sebelum bayi
menyusui dini. dapat diandalkan.
berumur 7 hari.
Pailing baik Oleh karena itu
Diberikan 1 jam
diberikan itu ee… memberikan vaksin
sebelum 12 jam Hepatitis B pada setelah pemberian
setelah lahir. anak sejak lahir itu
vit. K pada bayi
Kemudian ee.. atau merupakan cara
39

kadang kala, terbaik untuk (Sunarti, 2012).


mungkin karena mencegahnya..
keterbatasan biasa
ada juga ee..
mungkin vaksin
habis atau apa itu
biasanya paling
tidak ee.. sebelum
bayi itu berumur 7
hari ya! Kemudian
hingga kini belum
ada obat untuk
Hepatitis B karena
ee… hanya sedikit
perawatan yang
dapat diandalkan.
Oleh karena itu
memberikan vaksin
Hepatitis B pada
40

anak sejak lahir itu


merupakan cara
terbaik untuk
mencegahnya.
Demikian barangkali
yang sedikit bisa
saya jelaskan.
2 Apakah SS Selama ini untuk Selama tahun Puskesmas Sukamaju
ada ibu tahun 2019 itu ee.. 2018/2019 tidak ada pada tahun 2018-2019
yang seingat saya ibu yang menolak tidak ada ibu yang
menolak 2018/2019 tidak ada pemberian Hepatitis menolak pemberian
pemberian ibu yang menolak B baik itu didesa imunisasi Hepatitis B 0
imunisasi pemberian Hepatitis maupun kami yang karena petugas kesehatan
Hepatitis B B di…di baik itu diruang bersalin, mampu menjelaskan
0 pada didesa maupun kami karena kami juga tentang fungsi, manfaat,
bayinya? yang diruang petugas sebelum cara pemberian dan efek
bersalin, karena memberikan samping.
kenapa mungkin imunisasi , kita
karena kami juga jelaskkan fungsi,
41

petugas itu. Ee… manfaat, cara


sebelum pemberian, dan efek
memberikan ee… sampingnya.
pemberian imunisasi Misalnya mungkin
itu betul-betul kita bengkak diarea
jelaskkan ya, mulai suntikkan atau ada
dari fungsi dan infeksi,
manfaatnya. Alhamdulillah
Kemudian dengan sampai saat ini tidak
cara pemberiannya. ada yang menolak.
Kemudian ee.. Saya lupa tahun
karena mungkin efek berapa pernah ada 1
samping juga dari orang ibu yang
pemberian itu menolak, hanya
mungkin ada, karena persoalan
misalnya mungkin keyakinan.
bengkak diarea
suntikkan atau ada
infeksi,
42

Alhamdulillah
sampai saat ini tidak
ada yang menolak ,
tapi seingat saya!
Saya lupa tahun
berapa pernah ada 1
orang ibu yang
menolak ee.. hanya
karena persoalan
mungkin ee…
dengan keyakinan
itu saja.
43

Table 5.3 MATRIKS PENELITIAN

(INFORMAN BIASA,IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-12 BULAN)

No Kode
Pertanyaan Emik Konsep emik Etik Preposisi
informan

1 Apakah ibu P Penyakit Saya tidak tahu Penyakit Dari keseluruhan jawaban

tahu Hepatitis B hm… penyakit Hepatitis Hepatitis B yaitu informan mengatakan tidak

artinya saya tidak tahu B penyakit infeksi mengetahui tentang

penyakit dek yang dapat merusak penyakit Hepatitis B yang

Hepatitis S Hepatitis? .. tidak Saya tidak tahu hati. Imunisasi merupakan penyakit infeksi

B? tahu dek penyakit Hepatitis Hepatitis B adalah yang dapat merusak hati.

B imunisasi yang Hal ini dikarenakan ibu

H Hehehe nda Saya tidak tahu diberikan untuk kurang memperthtikan

hehehe penyakit Hepatitis menimbulkan ketika dijelasakan tentang

B kekebalan aktif Hepatitis B.


44

T Nda tahu dek Saya tidak tahu terhadap penyakit

heheh penyakit Hepatitis Hepatitis B

B (Muryunani, 2010).

K Apa ya? Hehe Saya tidak tahu

nda tahu hehe penyakit Hepatitis

2 Apakah ibu P Hm… kalau Imunisasi Hepatits Imunisasi Hepatitis Dari keseluruhan jawaban

tahu imunisasi B adalah suntikkan B adalah imunisasi informan ada 3 ibu yang

artinya Hepatitis B, e… untuk mencegah yang ditujukan tidak tahu Imunisasi

imunisasi yaitu suntikan penyakit Hepatitis untuk memberi Hepatitis B sementara

Hepatitis B untuk mencegah B kekebalan terhadap hanya 2 informan yang

0? penyakit Hepatitis penyakit hepatitis B dapat menjawab secara

S Imunisasi? Lupa Saya lupa apa itu yaitu penyakit yang singkat ada yang menjawab

hehehe imunisasi menyerang organ “Imunisasi Hepatits B


45

H Nda tahu juga, Saya tidak tahu hati (Proverawati, adalah suntikkan untuk

karena nda pernah imunisasi Hepatitis 2010). Vaksin mencegah penyakit

dijelaskan disini B0 Hepatitis B Hepatitis B” dan

T Hmm ya…ng Imunisasi Hepatitis diberikan dalam “Imunisasi Hepatitis B

diberikan pada B adalah imunisasi waktu kurang dari adalah imunisasi yang

saat lahir itu? yang diberikan saat 24 jam sejak bayi diberikan saat lahir.”

lahir. lahir untuk Sedangkan yang

K Apa.... lupa hehe Saya tidak tahu mencegah timbulnya sesungguhnya imunisasi

untuk anak-anak imunisasi Hepatitis penyakit Hepatitis B yang ditujukan untuk

to? Iya hehe B0 pada bayi sehat. memberi kekebalan

banyak yang di Vaksin Hepatitis B terhadap penyakit hepatitis

tahu, nda ditahu diberikan secara B yang diberikan dalam

mi ini intramuskular yaitu waktu kurang dari 24 jam

pada otot paha. sejak bayi lahir.


46

Imunisasi Hepatitis

B tahap pertama

diberikan sedini

mungkin dalam

waktu 12 jam

setelah lahir

sebelum bayi

berumur 7 hari.

Diberikan 1 jam

setelah pemberian

vit. K pada bayi

(Sunarti, 2012).

3 Coba ibu P Hm… pada awal Saya mengetahui Dari jawaban para informan

sampaikan kehamilan hm.. penyakit Hepatitis terdapat empat informan


47

kepada saya periksa di B pada saat saya yang mengetahui Hepatitis

saya dari ibu bidan memeriksakan B dari bidan dan satu

mana kehamilan saya informan yang tidak pernah

awalnya dibidan mengetahui Hepatitis B.

ibu tahu S Hmm.. saya Saya mendengar

tentang pernah dengar penyakit Hepatitis

penyakit dibidan tapi pas B di bidan waktu

Hepatitis waktu control control kehamilan

B, kehamilan

pernahkah H Nda pernah Saya tidak pernah

ibu mengetahui tentang

melihatnya, penyakit Hepatitis

mendengar B

kan atau T Hmm saya hanya Saya mendengar


48

bahkan pernah dengar penyakit Hepatitis

membacan dibidan saat B dari bidan saat

ya? lahiran saya melahirkan.

K Kalau mendengar, Saya sering

mungkin mendengar tentang

Hepatitis B sering penyakit Hepatitis

mendengar.. B tetapi saya tidak

cuman tahunya mengetahui tentang

itu belum, belum penyakit Hepatitis

tahu to.. belum B

pernah tahu.

Kalau istilah

Hepatitis B sering

di dengarlah
49

setiap hari. Biasa

diposyandu

begitukan, cuman

kurang

dimengerti..

begitu….

4 Apa yang P Ehmm… datang Dengan cara datang Pemberian imunisasi Dari jawaban informan
Hepatitis B : tidak ada yang sesuai
ibu lakukan ke posyandu ke posyandu, 1. HB 0 : 0 bulan dengan pertanyaan yang
2. HB 1 : 2 bulan diajukan hanya saja terdapat
agar bayi dengan cara eh… kemudian diberikan 3. HB 2 : 3 bulan empat informan yang
4. HB 3 : 4 bulan menjawab pergi ke bidan
ibu tidak suntikan ehh… 1 1 kali suntikkan jika terkena penyakit
Hepatits B dan satu dari
terkena kali Sumber : Depkes keempat menjawab
diberikan satu kali suntikan
penyakit S Hm.. pergi Dengan cara pergi (2011) imunisasi Hepatitis B yang
seharusnya Pemberian
Hepatitis kebidan, ke petugas imunisasi Hepatitis B :
1. HB 0 : 0 bulan
B, kemana kepetugas kesehatan dan saya 2. HB 1 : 2 bulan
3. HB 2 : 3 bulan
50

harus pergi kesehatan, lupa lupa berapa kali 4. HB 3 : 4 bulan

dan berapa dek hehehe imunisasi Hepatiitis sedangkan satu informan

kali? B diberikan tidak tahu pergi kemana.

H Dimana ya? Nda Saya tidak tahu

tau juga hehe.., karena anak saya

masalahnya nda tidak pernah sakit

sakit juga ni anak.

T E... pergi ke Dengan cara pergi

bidan, …. Nda ke bidan dan saya

tahu dek lupa berapa kali

imunisasi Hepatiitis

B diberikan

K Iya diposyandu, Dengan cara datang

iya rutin ke posyandu secara


51

pokoknya mulai rutin mulai awal

awal kehamilan kehamilan sampai

sampai 5 tahun anak berusia 5

anak-anak kita tahun

rutin., nda tahu

mi itu apa yang

dianu to.. yang

kita, kitakan

orang biasa nda

apa namanya,

istilah kedokteran

apa itu yang

dianjurkan, ini

terbaik ya kita
52

percaya itu yang

terbaik begitu saja

hehe

5 Bagaimana P Hmm.. hmm… Saya tidak tahu Gejala yang Gejala yang ditimbulkan

gejala- tidak tahu dek. tentang gejala- ditimbulkan yaitu yaitu hilangnya nafsu

gejala gejala penyakit hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa

penyakit Hepatitis B makan, mual, lelah, mata kuning dan

Hepatitis S Nda tahu dek Saya tidak tahu muntah, rasa lelah, muntah serta demam,

B? tentang gejala- mata kuning dan urine menjadi kuning dan

gejala penyakit muntah serta sakit perut akan tetapi dari

Hepatitis B demam, urine jawaban informan tidak ada

H Hehe nda tahu Saya tidak tahu menjadi kuning dan yang mengetahui gejala-

hehe tentang gejala- sakit perut gejala penyakit Hepatitis B.

gejala penyakit (Proverawati, 2010).


53

Hepatitis B

T Nda tahu juga Saya tidak tahu

hehehe tentang gejala-

gejala penyakit

Hepatitis B

K Kurang tahu Saya tidak tahu

hehe… ya karena tentang gejala-

2 anak saya sehat gejala penyakit

semua kan? Hepatitis B karena

Begitu belum kedua anak saya

pernah dibilang tidak penah terkena

ini kena ini, penyakit Hepatitis

belum pernah. B

6 Apakah ibu P Hmm.. tidak tahu Saya tidak tahu Menurut Sunarti a. Bayi yang lahir dari
54

tahu jenis juga jenis vaksin (2012) ada 3 jenis ibu yang tidak

vaksin Hepatits B pemberian imunisasi diketahui status

Hepatits B? S Lupa hehehe Saya tidak tahu hepatitis B HbsAg nya

jenis vaksin berdasarkan status mendapatkan 0,5ml

Hepatits B HbsAg ibu pada vaksin rekombinan

H Nda.. nda.. tahu Saya tidak tahu saat melahirkan, atau 0,5ml vaksin

jenis vaksin adalah sebagai asal plasma dalam

Hepatits B berikut : waktu 12 jam setelah

T Nda tahu Saya tidak tahu d. Bayi yang lahir. Dosis kedua

jenis vaksin lahir dari ibu diberikan pada umur

Hepatits B yang tidak 1-2 bulan dan dosis

K Hehehe nda tahu Saya tidak tahu diketahui status ketiga pada umur 6

hehehe jenis vaksin HbsAg nya bulan. Kalau

Hepatits B mendapatkan kemudian diketahui


55

0,5ml vaksin ibu mengidap

rekombinan HbsAg positif maka

atau 0,5ml segera berikan 0,5 ml

vaksin asal HBIG (sebelum anak

plasma dalam berusia satu minggu).

waktu 12 jam b. Bayi yang lahir

setelah lahir. dari ibu HbsAg

Dosis kedua positif mendapatkan

diberikan pada 0,5ml imunoglobulin

umur 1-2 hepatitis B (HBIG)

bulan dan dalam waktu 12 jam

dosis ketiga setelah lahir dan 0,5 ml

pada umur 6 vaksin rekombinan.

bulan. Kalau Bila digunakan vaksin


56

kemudian yang berasal dari

diketahui ibu plasma, diberikan

mengidap 0,5ml intramuskular

HbsAg positif dan disuntikkan pada

maka segera sisi yang berlainan.

berikan 0,5 ml Dosis kedua diberikan

HBIG (sebelum pada umur 1-2 bulan

anak berusia dan dosis ketiga pada

satu minggu). umur 6 bulan.

e. Bayi yang c. Bayi yang lahir dari ibu

lahir dari ibu dengan HbsAg negatif

HbsAg positif diberi dosis minimal

mendapatkan 0,25 vaksin

0,5ml rekombinan, sedangkan


57

imunoglobulin kalau digunakan vaksin

hepatitis B berasal dari plasma,

(HBIG) dalam berikan dosis 0,5ml

waktu 12 jam intramuskular pada

setelah lahir saat lahir sampai usia

dan 0,5 ml 2 bulan. Dosis kedua

vaksin diberikan pada umur

rekombinan. 1-4 bulan, dan dosis

Bila digunakan ketiga pada umur 6-18

vaksin yang bulan. Ulangan

berasal dari imunisasi hepatitis B

plasma, diberikan pada umur

diberikan 10-12 tahun.

0,5ml Sementara jawaban dari


58

intramuskular informan tidak ada yang

dan mengetahui jenis imunisasi

disuntikkan Hepatits B.

pada sisi yang

berlainan. Dosis

kedua diberikan

pada umur 1-2

bulan dan dosis

ketiga pada

umur 6 bulan.

f. Bayi yang lahir

dari ibu dengan

HbsAg negatif

diberi dosis
59

minimal 0,25

vaksin

rekombinan,

sedangkan kalau

digunakan

vaksin berasal

dari plasma,

berikan dosis

0,5ml

intramuskular

pada saat lahir

sampai usia 2

bulan. Dosis

kedua diberikan
60

pada umur 1-4

bulan, dan dosis

ketiga pada

umur 6-18

bulan. Ulangan

imunisasi

hepatitis B

diberikan pada

umur 10-12

tahun.
61

D. Pembahasan

Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang, diantaranya satu

informan kunci yang sebagai kepala Ruangan dikamar bersalin di Puskesmas

Sukamaju dan lima informan biasa yaitu ibu yang memiliki bayi berusia 0-12

bulan.

Dari data diatas menujukkan bahwa informan biasa pertama bisa yang

berpendidikan terakhir S1 menjawab 3 pertanyaan, informan biasa kedua bisa

yang berpendidikan terakhir SMA menjawab 2 pertanyaan, informan biasa

ketiga yang berpendidikan terakhir SMP tidak bisa menjawab pertanyaan,

informan biasa keempat yang berpendidikan terakhir SMA bisa menjawab 3

pertanyaan, informan biasa kelima yang berpendidikan terakhir SMA bisa

menjawab 2 pertanyaan. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa tentang Tingkat

Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B tahap pertama pada bayi

di Puskesmas Sukamaju Kec. Sukamaju Kab. Luwu Utara Tahun 2019 adalah

“CUKUP”. Ini disebabkn karena kurangnya pemahaman dan perhatian saat

penjelasan diberikan oleh petugas kesehatan tentang imunisasi Hepatitis B.

Hal ini sejalan dengan pendapa Notoadmodjo bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuanya. Sebagian besar

informan pendidikannya tinggi sehingga memudahkan dalam menerima

informasi dan menafsirkan informasi. Sebaliknya tingkat pendidikan rendah

akan menghambat dalam pemberian informasi sehingga pengetahuan

informan tentang imunisasi hanya sampai pada tingkat tahu saja dan masih

kurang dipahami.
62

Informan yang memiliki pengetahuan baik yang diperoleh dari pendidikan

formal dan informal akan menunjukkan perilaku yang baik pula. Oleh karena

itu informan dengan pengetahuan rendah akan sulit untuk berespon atau

mencoba sesuatu yang baru karena dibayangi oleh rasa takut salah dan

pengetahuan yang rendah juga merupakan factor penhambat menerima suatu

motivasi dalam bidang kesehatan.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa informan biasa pertama bisa

menjawab 3 pertanyaan, informan biasa kedua bisa menjawab 2 pertanyaan,

informan biasa ketiga tidak bisa menjawab pertanyaan, informan biasa

keempat bisa menjawab 3 pertanyaan, informan biasa kelima bisa menjawab 2

pertanyaan jadi peneliti menyimpulkan bahwa tentang Tingkat Pengetahuan

ibu tentang imunisasi hepatitis B tahap pertama pada bayi di Puskesmas

Sukamaju Kec. Sukamaju Kab. Luwu Utara Tahun 2019 adalah “CUKUP”.

B. Saran

1. Bagi Penulis Selanjutnya

Dapat mengembangkan variabel penelitian sehingga didapatkan hasil

yang lebih baik, mengembangkan karakteristik reponden penelitian agar

lebih dapat menggambarkan hasil penelitian, pengumpulan datanya

menggunakan kuesioner terbuka supaya hasilnya lebih baik lagi dan

bahasa ilmiah dalam kesehatan lebih baik tidak digunakan supaya hasilnya

lebih valid.

2. Bagi responden

Diharapkan responden yang mempunyai bayi lebih memahami

tentang imunisasi dan mengikuti promosi kesehatan atau penyuluhan-

penyuluhan tentang imunisasi yang diadakan oleh petugas kesehatan

setempat..

63

Anda mungkin juga menyukai