Chapter II Puru Akr
Chapter II Puru Akr
Botani Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut
yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu
dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun
dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi
untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta benih tomat yang
Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah,
dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
(Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi
besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus).
Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna
dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.
Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.
Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan
membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat
(Wiryanta, 2004).
Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan
berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning,
cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong,
oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm,
tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang
hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua
seperti tomat marmade yang beruang delapan. Pada buah masih terdapat tangkai
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan
atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat,
diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah.
Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan,
maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji digunakan untuk bahan perbanyakan
Syarat tumbuh
Iklim
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.
Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah
hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh
benih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat
berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor
air dapat dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan
terjamin baik hasilnya. iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun,
tetapi bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun
yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan
tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh
25-300C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24 -
280C. Jika suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan terhambat. Demikian
juga pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yang kurang sempurna.
terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi. Karena itu, jarak tanamnya
perlu diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari segala jenis
produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai.
Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap
awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan
busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi
Tanah
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,
latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis
lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran
sekitar akar bisa juga meningkatkan penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,
dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).
Meloidogyne spp
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Thylenchina
Famili : Heteroderidae
Genus : Meloidogyne
tanaman dan hewan, serta spesies nematoda yang hidup bebas. Nematoda parasit
tanaman merupakan parasit obligat, mengambil nutrisi hanya dari sitoplasma sel
inangnya. Spesies jenis ini menyebabkan kerusakan berat pada akar dan dapat
menjadi vektor virus yang penting. Spesies lain, ada yang hidup di dalam akar,
akar dan menyebabkan nekrosis, sedangkan yang endoparasit sedentari dari famili
Larva stadium kedua akan ke luar dari telur, berbentuk cacing dengan ukuran
panjang 0,3-0,5 mm. Larva tersebut bergerak aktif melalui selaput air di antara
epidermis ujung akar dengan stilet (alat penusuk dan pengisap pada mulutnya)
lalu masuk ke dalam jaringan sampai ke jaringan tengah. Larva tersebut mengisap
cairan sel akar. Cairan pencernaan yang dikeluarkan oleh nematoda ini
seperti buah per dengan ukuran panjang 0,5 - 1,2 mm. Nematoda jantan berbentuk
cacing memanjang dengan ukuran 1,0 - 2,0 mm. Saat ini telah banyak nematisida
penyakit ini dengan sterilisasi media tanam, penggunaan benih yang sehat, serta
Timbulnya puru pada sistem akar merupakan gejala awal yang berasosiasi dengan
infeksi Meloidogyne. Pada puru yang terjadi oleh seekor nematoda betina terdapat
dikelilingi oleh parenkim dan mudah diamati dengan mikroskop perbesaran lemah
Terdapat suhu optimum untuk stadium yang berbeda pada daur hidup
M. javanica. Kisaran suhu optimum untuk populasi Australia antara 25–30 °C dan
menjamin terjadinya infeksi nematoda puru akar secara serius (Luc et al, 1995).
air dan aerasi serta pengaruhnya terhadap kehidupan nematoda, penetasan dan
nematoda, larva di tanah pasiran mampu bergerak horizontal dan vertikal sejauh
Meloidogyne dapat hidup bereproduksi pada pH berkisar 4.0-8,0 (Luc et al, 1995).
Gejala serangan
dekat tudung akar. Nematoda ini mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan
dinding sel tumbuhan terutama terdiri dari protein, polisakarida seperti pektin
sellulase dan hemisellulase serta patin sukrosa dan glikosid menjadi bahan-bahan
Dengan terurainya bahan-bahan penyusun dinding sel ini maka dinding sel akan
rusak dan terjadilah luka. Selanjutnya nematode ini bergerak diantara sel-sel atau
( Lamberti, 1979)
dengan besar bervariasi. Di dalam bisul ini terdapat nematoda betina, telur dan
juvenil. Bisul akar yang membusuk akan membebaskan nematoda dan telurnya ke
dalam tanah kemudian masuk kedalam akar tanaman lain. Ukuran dan bentuk
puru tergantung pada spesies, jumlah nematoda didalam jaringan, inang dan umur
kehadiran Meloidogyne dengan membentuk puru besar dan lunak sedangkan pada
kebanyakan tanamam sayuran lainnya purunya besar dan keras. Apabila tanaman
terinfeksi berat oleh Meloidogyne sistem akar yang normal berkurang sampai pada
batas jumlah akar yang berpuru berat dan menyebabkan sistem pengangkutan
terhambat dalam menyerap dan menyalurkan air maupun unsur hara. Tanaman
mudah layu, khususnya dalam keadaan kering dan tanaman sering menjadi kerdil
normal pada xilem dan phloem terganggu. Sel-sel periskel mengganti beberapa
pembuluh kayu dan tapis didalam puru akar dan fungsi akar berkurang, oleh
karena akar yang terinfeksi mengalami pertumbuhan baru dan pengangkutan dari
Gejala serangan lainnya yang terjadi di bawah tanah antara lain adalah
bintil-bintil akar, luka pada akar, nekrosis pada permukaan akar, percabangan
yang berlebihan, dan ujung akar yang tidak tumbuh. Setelah Meloidogyne makan
pada ujung akar tersebut sering kali berhenti tumbuh, namun demikian akar belum
kasar atau berpasir. Disamping memperlemah tanaman, nematoda ini dapat juga
pada akarnya. Ukuran dan bentuk gall tergantung pada spesies nematoda, jumlah
nematoda di dalam akar, dan umur tanaman. Serangan berat pada akar
menyebabkan pengangkutan air dan unsur hara terhambat, tanaman mudah layu,
khususnya dalam keadaan panas dan kering, pertumbuhan tanaman terhambat atau
kerdil, dan daun mengalami klorosis akibat defisiensi unsur hara. Infeksi pada
akar oleh nematoda pada tanaman stadia generatif menyebabkan produksi bunga
menjadi kerdil, daunnya pucat dan layu, Pada musim panas tanaman yang
akar ini bunga dan buah akan berkurang atau mutunya menjadi rendah. Tingkat
translokasi air dan hara terhambat. Serangan nematoda juga dapat mempengaruhi
daun kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu serangan nematoda
dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lainnya
seperti jamur, bakteri dan virus. Akibat serangan nematoda dapat menghambat
meloidogyne yaitu nekrosis sel yang terdapat disekitar tempat serangan larva
dapat merusak akar-akar tanaman inang dan nematoda mati tanpa menimbulkan
fenol, quinon, alkaloid dan substansi nitrogen lain, asam-asam, dan terpena.
Senyawa yang diyakini sebagai bahan bioaktif pestisida nabati adalah nimbin
senyawa kimia dari kelompok terpena. Bungkil atau limbah tanaman nimba
mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas
diketahui. Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat
menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam
terutama pada biji dan daun. Kandungan biji lebih banyak dibandingkan daun, ada
oleh bakteri yang mampu menghasilkan senyawa yang beracun bagi nematoda
parasit tanaman. Daun nimba adalah kaya akan tanin yang dapat meracuni
nematoda dimana secara biologis bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak daun
nimba ini memiliki potensi nematisida, yang mudah aktif oleh panas atau
Kitin
Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya.
Fungsi kulit udang tersebut pada hewan golongan invertebrata yaitu sebagai
(45 % - 50 %), dan kitin (15 % - 20 %), tetapi besarnya kandungan komponen
protein (15,60 % - 23,90 %), kalsium karbonat (53,70 % - 78,40 %), dan khitin
limbah dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Kitin
terhadap Meloidogyne spp dan Heterodera sp. Kitin bersifat nematisida erat
Hasil proses dekomposisi kitin di dalam tanah menghasilkan zat amonia (NH3).
Amonia dan mikroorganisme penghasil enzim kitinase dapat membunuh larva dan
Sementara protein dan isazofos yang terkandung dalam kitin efektif dalam
mengurangi kerusakan akar. Kitin adalah agen pengendali biologis yang efektif
panjangnya 1 m x lebar 1,5 cm, tepi kasar dan tajam, tulang daun sejajar,
permukaan atas dan bawah berambut serta berwarna hijau muda. Serai
serta aman bagi manusia dan hewan. Serai dapur bersifat nematisida terhadap
(Bahtiar,1991).
Komposisi bahan kimia tanaman jarak yang bersifat toksik telah dievaluasi
oleh beberapa peneliti. Selain minyak jarak pagar terdapat pula bahan kimia yang
lipid. Bahan yang diketahui bersifat toksik terhadap serangga adalah yang bersifat
lemak yang memiliki berat molekul yang tinggi, seperti triaglycerols dan
(toxalbumin) yang terdapat pada biji dan buah, seperti halnya pada jarak kepyar
menunjukkan bahwa dari setiap satu ton biji terdapat 34% minyak, 48% pupuk
Daun, batang, dan biji mengandung ricin yang merupakan bahan aktif
jarak tidak bisa dipakai langsung untuk pakan ternak karena masih mengandung
racun. Sebaliknya, ampas biji jarak akan lebih lebih bermanfaat jika digunakan
Ampas biji jarak juga mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan kalium yang cukup
(http://farmakognocy.blogspot.com/2009/03/jarak-pagar.html).
dengan BHC (Butane Hexane Chlor) sebesar 0,005 ppm. Senyawa BHC atau
insektisida dari buah mahoni dengan jalan merendam 150 gram biji mahoni dalam
ini lepas satu sama lain, bentuknya seperti sendok, dan warnanya hijau. Mahkota
silindris, kuning kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota. Kepala sari putih
atau kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun. Bentuk
buahnya bulat telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya coklat
lingkungan, serta menurunkan sumber inokulum dan laju infeksi. Langkah awal
mengatur asetilkolin, yaitu sebagai penyalur syaraf. Hal itu menyebabkan paralisis
tahan dan cara-cara yang lain, pengendalian secara fisik dan pengendalian dengan
(Agrios, 2005).
untuk menemukan pergiliran tanaman yang baik. Serasah plastik digunakan untuk
(Dropkin, 1992).
tanah baik fisik, kimia, maupun biologi tanah, disamping sebagai sumber energin
bagi sebagian besar organisme tanah Sebagai sumber bahan organik, bagian-
bagian tanaman dapat langsung diaplikasikan ke dalam tanah dalam bentuk segar
dari bahan organik yaitu terbentuknya asam lemak seperti asam asetat, asam
butirat, dan asam propionat. Asam-asam ini pada konsentrasi tinggi berbaya bagi
nematoda, hal ini diduga akibat dekomposisi bahan organik secara langsung