Anda di halaman 1dari 6

Perseroan senantiasa berupaya meningkatkan penerapan GCG

yang sistematis dan berkesinambungan.


Di dalam dunia usaha yang semakin kompetitif dan penuh tantangan, Perseroan menyadari
pentingnya arti membangun dan menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan. Oleh
karenanya, Perseroan memiliki komitmen tinggi dalam penerapan tata kelola perusahaan yang
baik (“GCG”) untuk melaksanakan usaha secara sehat dan beretika dengan terus meningkatkan
kinerja, transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab di mata para pemangku kepentingan.

Dengan memegang teguh nilai-nilai tersebut, Perseroan terus berupaya untuk mencapai visi dan
misi Perseroan sekaligus memaksimalkan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham
sekaligus memberikan manfaat dan kesejahteraan berkesinambungan bagi negara, khususnya
masyarakat di tempat Perseroan beroperasi, termasuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Sebagai suatu badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang didirikan dan diatur sesuai
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, struktur tata kelola Perseroan
terdiri atas tiga organ utama yakni RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi. Masing-masing memiliki
peran penting dalam penerapan GCG sesuai dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab masing-
masing.
Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris didukung oleh
Komite Audit, Komite Tata Kelola, Nominasi dan Remunerasi dan Komite Mitigasi Risiko. Direksi
didukung oleh Unit Audit Internal, Sekretaris Perusahaan dan Unit Manajemen Risiko.

Klik disini dan ketahui lebih jauh tentang Dewan dan Komite kami

Telusuri lebih lanjut


Periksa Kebijakan Tata Kelola kamiLihat bagaimana Manajemen Risiko diterapkan di PT
ValeKetahui Sistem Whistleblower yang ada di PT Vale
Kebijakan tata kelola
Keberadaan kebijakan serta praktik tata kelola perusahaan mendukung komitmen kami untuk melakukan hal
yang benar, dengan memberikan kerangka bagi pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
yaitu: transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab, independensi dan kewajaran dalam seluruh kegiatan kami.

Perseroan didukung oleh berbagai kebijakan internal yang menjadi pedoman dalam menerapkan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik. Beberapa kebijakan internal tersebut, antara lain, Kode Etik dan Perilaku
(Code of Ethics and Conduct), Norma Pengadaan (Procurement Norm), Piagam Dewan Komisaris, Piagam
Direksi, Piagam Komite Tata Kelola, Piagam Komite Audit, Piagam Internal Audit, Piagam Sekretaris Perusahaan
dan berbagai kebijakan serta prosedur lainnya.

Sebagai gambaran, maka hubungan di antara masing-masing di atas adalah sebagai berikut:

As an illustration, the relationship between each of the above is as follows:


 Kebijakan (POL): Menetapkan, secara umum, pedoman serta prinsip-prinsip dan nilai-nilai Perusahaan.
 Norma (NOR): Menentukan otoritas, ketentuan umum dan batasan kewenangan terkait dengan proses
pengambilan keputusan makro maupun hal-hal yang memiliki relevansi bagi PT Vale secara keseluruhan,
termasuk melengkapi dan merinci kebijakan sebagaimana diperlukan.
 Instruksi (INS): Menjabarkan aturan bagi proses yang saling terkait (atau berhubungan satu dengan lainnya)
dan tanggung jawab yang melibatkan unit-unit organisasi yang berbeda, sesuai dengan Kebijakan dan
Norma. Terdapat kajian secara kolegial oleh Direksi dan ditandatangani oleh Presiden Direktur bersama
Pemilik Proses yang bertanggung jawab untuk proses dan/atau aturan yang saling terkait sebagaimana
dimuat dalam dokumen tersebut.
 Prosedur: Merujuk pada rincian suatu proses.

Manajemen risiko
Kami memiliki standar dan sistem manajemen risiko, serta proses dan sumber daya manajemen
risiko yang memungkinkan pencegahan dan mitigasi risiko secara proaktif dan sistematis.

Esensi suatu pengelolaan bisnis adalah serangkaian kegiatan pengelolaan risiko yang terstruktur
dan terintegrasi untuk mencapai tujuan bisnis, kekuatan dan fleksibilitas keuangan serta
keberlanjutan usaha. Memahami pentingnya hal tersebut, Direksi Perseroan memulai inisiatif
peningkatan implementasi fungsi-fungsi manajemen risiko, audit internal dan kepatuhan yang
terintegrasi. Direksi kemudian menunjuk Risk Management Unit (RMU) sebagai pelaksana inisiatif
tersebut.

Tanggung jawab RMU antara lain:

 Mengusulkan risk appetite statement dan revisinya kepada RMC dan Direksi;
 Memfasilitasi penilaian risiko secara berkala dan memformulasikan matriks risiko
beserta rencana mitigasinya;
 Secara proaktif memastikan kepatuhan ERM di semua tingkatan Perseroan bersama-
sama dengan fungsi-fungsi kepatuhan dan manajemen lini;
 Secara berkala mengkaji aktivitas manajemen risiko beserta rencana mitigasinya.

Dari serangkaian diskusi dan workshop yang melibatkan Direksi, Komisaris dan berbagai pihak
yang terkait, ditetapkan bahwa Risk Mitigation Committee (RMC) Perseroan diperlukan di struktur
tata kelola risiko. RMC merupakan organ yang membantu Dewan Komisaris mengawasi
manajemen risiko secara keseluruhan termasuk kerangka kerja, serta menyampaikan laporan
periodik mengenai hasil penilaian risiko dan rekomendasi terkait kepada Dewan Komisaris.
Panduan Enterprise Risk Management (“ERM”) berupa Risk Management Policy dan Risk
Management Manual mengatur kerangka kerja pengelolaan risiko sebagai berikut:

 RMU memfasilitasi penilaian risiko secara berkala berdasarkan masukan dari


Manajemen Lini, menghasilkan register risiko yang dikaji bersama Komite Audit dan
Direksi.
 RMU bertanggung jawab proaktif meminta dan mengumpulkan informasi dari
Manajemen Lini mengenai permasalahan operasional dan non-operasional yang dapat
berdampak pada risiko-risiko yang ada hingga menurunkan taraf risiko ke tingkat
yang dapat dikendalikan secara memadai oleh mekanisme pengendalian saat ini.
 Manajemen Lini bertanggung jawab memantau dan mengetahui jika ada peningkatan
dari permasalahan yang belum diselesaikan maupun permasalahan baru dari
lingkungan internal dan eksternal, kemudian menyampaikan data tersebut kepada
RMU untuk penelaahan risiko lebih jauh. Manajemen Lini juga bertanggung jawab
secara proaktif berkonsultasi dengan RMU mengenai kepatuhan risiko sesuai dengan
peraturan/ketentuan internal maupun eksternal.
 RMU secara proaktif memberikan masukan pada Audit Internal sebagai rujukan dalam
menyusun Rencana Audit.

Panduan ERM juga mengatur alur proses yang harus dilalui Perseroan dalam mengelola risiko yang
meliputi tujuh tahapan. Proses yang berlangsung memungkinkan Perseroan mengidentifikasi risiko
usaha, tingkat risiko, upaya pengendalian, rencana tindakan yang diperlukan dan menyusun
rekomendasi untuk menurunkan tingkat risiko. Secara keseluruhan proses melibatkan kerja sama
antara fungsi organisasi, namun sebagian besar tahapan berada di bawah RMU dan Manajemen
Lini.

Anda mungkin juga menyukai