Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan
kuasa-Nya saya telah diberi kemudahan, kelancaran dan kekuatan serta petunjuk
dan bimbingan kepada saya, karena atas petunjuk-Nyalah kami dapat
menyelesaikan Laporan ini dengan baik. Banyak pihak yang telah membantu
menyelesaikan secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian Laporan
ini maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga
dapat menjalankan tugas besar dan peyusunan laporan dengan baik.
2. Orang tua, yang telah mendukung dan memberikan doa.
3. Dr.Ir. Sri Legowo Wignyo Darsono., selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah “Rekayasa Irigasi”.
4. Mashuri, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing mata kuliah “Rekayasa
Irigasi”.
5. Ayudia Hardiyani Kiranaratri, S.T., M.T., selaku dosen pengajar mata kuliah
“Rekayasa Irigasi”.
6. Anggi Ade Pratama, selaku asisten dalam melaksanakan laporan tugas besar
“Rekayasa Irigasi”.
7. Seluruh mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2015 yang telah memberikan
semangat dalam mengerjakan laporan dan melaksanakan praktikum.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan tugas besar ini
masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis, semoga laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya dalam ilmu irigasi.

Bandar Lampung, Maret 2019

Penulis
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti sebagian besar penduduk


Indonesia bekerja di sektor pertanian. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan
pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya.

Ketahanan pangan merupakan hal paling utama dari pentingnya pertanian.


Jumlah penduduk yang semakin meningkat dari hari ke hari mengakibatkan
kebutuhan akan bahan pangan juga terus menerus bertambah. Untuk itu
diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian yang ada. Salah
satu cara adalah dengan pemenuhan kebutuhan pengairan yang merupakan
hal terpenting dalam pertanian, hal ini disebabkan karena tidak semua daerah
mendapatkan pengairan yang mencukupi.

Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam pertanian, salah satunya dalam budidaya padi pada lahan
persawahan. Produksi suatu tanaman akan menurun jika terjadi cekaman air,
khusus pada tanaman padi sawah dibutuhkan konsentrasi yang berbeda pada
fase pertumbuhan tanaman. Dengan demikian pemberian air harus
disesuaikan dengan umur tanaman (Subagiyono, 2004).

Pada musim kemarau lahan pertanian sangat kering sehingga tanaman tidak
dapat hidup, begitupun sebaliknya pada musim hujan lahan penuh dengan air
dan tidak terdapat saluran pembuangan air. Untuk itu perlu dikembangkan
sitem irigasi pada lahan di indonesia kususnya pada lahan persawahan.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan tugas besar ini adalah :


1. Mengerti dan memahami bagaimana metode pemilihan lahan pertanian
dan pengairannya.
2. Merencanakan saluran irigasi yang akan di bangun di daerah yang telah
ditentukan.
3. Dapat menangani masalah yang ada dalam pegerjaan perencanaan saluran
irigasi.
4. Merencanakan saluran irigasi yang paling sesuai dengan daerah yang telah
di tentukan

1.3.Ruang lingkup

Ruang lingkup yang saya buat dalam tugas besar ini adalah perencanan
bendungan an sistem irigasi di wilayah yang telah di tentukan yaitu daerah
Bantimurung. teori-teori yang berkaitan dengan meteri yang di berikan adalah
sebagai berikut:
1. Teori Irigasi
Teori irigasi digunakan untuk menganalisis sistem irigasi yang cocok
untuk daerah wilayah yang telah di tentukan.
2. Teori Hidrologi
Teori hidrologi di gunakan untuk menganalisis data hidrologi dan
klimatologi di wilayah yang telah di tentukan
3. Teori Bangunan Air
Teori bangunan air di gunakan untuk menentukan jaringan irigasi secara
keseluruhan pada wilayah study
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

1.4.Metodologi Penyusunan Tugas

Metodologi yang di gunakan dalam pengerjaan tugas besar saya ini agar dapat
mencapai tujuan yang tertulis di atas adalah sebagai berikut:

1. Study literatur
Study yang di lakukan pada konsep-konsep pembangunan sumber daya air
yang merupakan bagian dari jurusan Teknik Sipil. Konsep utama yang di
gunakan adalah Hidrologi, Irigasi, Banguanan Air.
2. Study mengumpulkan data wilayah, Hidrologi dan Klimatologi.
Data yang di kumpulkan merupakan data yang mempersentasikan keadaan
wilayah study, yatu daerah irigasi daerah Bantimurung, data yang di
kumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data curah hujan utuk mengetahui curah hujan efektif yang di dapat
drari sekitar daerah irigasi
b. Peta topografi di daerah yang telah di tentukan
c. Data klimatologi yang mencakup kecepatan angin rata-rata, penyinaran
matahari, kelembapan, dan temperatur udara.
3. Analisis Hidrologi dan Klimatologi
Data yang sudah di di dapat kemudian di analisis menggunakan konsep
hidrologi dan klimatologi untuk selanjutnya di gunakan untuk analisis
irigasi dan bangunan air.
4. Analisis Irigasi dan Bangunan Air
Hasil dari analisis hirologi dan klimatologi lalu di gunakan untuk
melakukan analisis irigasi dan bangunan air. Tahap ini meupakan tahap
pegolahan data terakhir yang akan di gunakan untuk menentukan seluruh
bagian dari sistem irigasi pada daerah pertanian wilayah yang tela di
tentukan.
5. Kesimpulan dan Saran
Di bagian akhir ini kesluruhan metode yang telah di gunakan kemudia di
evaluasi, evaluasi yang di lakukan sesuai dengan tujuan yang telah di
tentukan
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

1.5. Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan laporan ini adalah:

1. Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
1.3.Ruang Lingkup
1.4.Metodologi Penyusunan Tugas
2. Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.Sistem Irigasi
2.2.Teori Perencanaan Petak,Saluran, dan Bangunan Air
2.2.1. Teori Perencanaan Petak
2.2.2. Teori Perencanaan Saluran
2.2.3. Teori Perencanaan Bangunan Air
2.3.Teori Perhitungan Ketersediaan Air
2.4.Teori Perhitungan Ketersediaan Air
2.5.Teori Keseimbangan Air
2.6.Sistem Tata Nama (Nomenklatur)
3. Bab III Data Perencanaan
3.1.Data Hidrologi
3.2.Data Klimatologi
3.3.Data Topografi
3.4.Perencanaan Perhitungan Ketersediaan Air
3.5.Perencanaan Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi
3.6.Perencanaan Petak dan Saluran
4. Bab IV Pembahasan
4.1.Analisa Hidrologi
4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi
4.1.2. Perhitungan Hujan Efektif
4.2.Perhitungan Kebutuhan Air
4.3.Perhitungan Dimensi Saluran
4.4.Skema Jaringan dan Nomenklatur
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

4.5.Perhitungan Tinggi Muka Air


4.6.Gambar Penampang Melintang dan Memanjang
4.6.1. Potongan Melintang
4.6.2. Potongan Memanjang
5. Bab VI kesimpulan dan Saran
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Irigasi

irigasi adalah usaha teknis yang di lakukan untuk mengontrol kandungan air
pada tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh
secara baik. Dimana usaha teknis yang di maksud adalah penyediaan sarana
dan prasarana irigasi untuk membawa, membagi air secara teratur dengan
jumlah yang cukup, waktu yang tepat ke petak rigasi untuk selanjutnya di
berikan dan di pergunakan oleh tanaman.
Dalam perkembangannya sampai saat ini terbagi atas 4 jenis irigasi yang
biasa digunakan, sistem irigasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Irigasi Bawah Tanah
Tanah akan di aliri di bawah permukaannya. Saluran yang di sisi petak
sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah, sehingga air akan
sampai ke akar tanaman.
2. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air. Entuk
rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk mengalirkan air
sampai ke petak sawah.
3. Irigasi Siraman
Air akan di semprotkan ke petak sawah melalui jaringa pipa dengan
bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena
dapat di kontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan sistem irigasi siraman, hanya saja di irigasi tetesan
ini air akan langsung di teteskan atau di seprotkan ke bagian akarnya
langsung. Pompa air sangat di butuhkan untuk mengalirkan air.Selain itu
irigasi memiliki klasifikasi yang di dasarkan pada hal-hal seperti di
jelaskan pada tabel berikut:
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan


Klasifikasi jaringan irigsai
Teknis Semiteknis Sederhana
1 Bangunan utama Bangunan Bangunan Bangunan
permanen permnen atau sementara
semi permanen
2 Kemampuan
bangunan dalam
megukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
3 Jaringan saluran Saluran irigasi Saluran irigasi Saluran irigasi
dan pembuangan dan pembuangan dan pembuangan
terpisah tidak sepenuhnya jadi satu
terpisah
4 Petak tersier Di kembangkan Belum Belum ada
sepenuhnya dikembangkan jaringan terpisah
atau densitas yang di
bangunan tersier kembangkan
jarang
5 Efisiensi secara Tinggi 50-60% Sedang 40-50% Kurang < 40%
keseluruhan ( ancar-ancar) ( ancar-ancar) ( ancar-ancar)
6 Ukuran Tidak ada batasan Sampai 2000 ha Tidak lebih dari
50 ha
7 Jalan usaha tani Ada ke seluruhan Hanya sebagia Cenderung tidak
areal areal ad
8 Kondisi o & p  Ada instansi
yang Belum teratur Tidak ada o&p
menangani
 Dilaksanakan
teratur
(Sumber: TP 1 Irigasi)

1. Jaringan Irigasi Sederhana

Pada dasarnya prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau
pembagi sama sekali tidak ada.terjadi karena sumber air sangat berlimpah
sehingga hampir sama sekali tidak di perlukan rekayasa irogasi. Jaringan
utama air hanya perlu di sadap sesuai denan keinginan sehingga petak-
petak sawah dapat tergenang dengan air. Selain itu idak ada pembagi
antara saluran pembuangan air dan irigasi.Jaringan irigasi yang masih
sederhana itu mudah di organisir tetapi memiliki kelemahan-kelemahan
yang serius. Pertama-tama, memang ada pemborosan air, dan kerena
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu
selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari


penduduk karena setiap desa membuat Jaringan dan pengambilan sendiri-
sendiri . karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap atau
permanen, maka umurnya mungkin pendek.

Gambar 2.1 Jaringan Saluran Irigasi Sederhana


(Sumber: Kp Irigasi 01)

2. Jaringan Irgasi Teknis


Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi
sederhana dan jaringan semi teknis adalah bahwa jaringan semi teknis ini
bendungnya terletak di sungai legkap dengan angunan pengambilan dan
bangunan pengukur di bagia hilirnya. Mungkin juga di bangun beberapa
bangunan permanen di jaringan saluran. Pembagian air biasanya serupa
dengan jaringan sederhana hanya bedanya mungkin pengambilan air di
pakai untuk melayani atau mengairi daerah yang lebih luas. Oleh karena
itu biaya yang di tanggung juga lebih banyak karena daerah pelayanannya
lebih luas. Organisasinya juga akan lebih rumit karena jika bangunan
tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena di perlukan
lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah yang
dilibatkan adalah Dinas Pekerjaan Umum.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Gambar 2.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis


Sumber : (KP 1 Irigasi)

3. Jaringan irigasi teknis


Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal
rekayasa irigasi.Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini.
Sepenuhnya saluran irigasi danpembuang bekerja secara terpisah.
Sehingga pembagian air dan pembuangan airoptimum. Selain itu ada petak
tersier yang menjadi ciri khas jaringan teknis. Petaktersier kebutuhannya
diserahkan petani dan hanya perlu di sesuaikan dengan saluran primer dan
sekunder yang ada. Keuntungan dari jaringan ini adalah pemakaian air
yang efektif dan efisien, menekan biaya perawatan, dan dibuat sesuai
kondisi dan kebutuhan. Kelemahannya adalah biayapembuatan yang mahal
dan pegoperasian yang tidak mudah
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Gambar 2.3. Jaringan Irigsi Teknis


(Sumber: KP 1 Irigasi)

2.2 . Teori Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air

2.2.1 Teori Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilanbebas. Petak irigasi dibagi 3(tiga) jenis, yaitu
sebagai berikut :
1. Petak Tersier
Petak ini menerima air yang di sadap dari saluran tersier. Karena luasnya
yang tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab individu
untuk eksploitasinya. Idealnya daerah ini berkisar 50-100 Ha. Jika luas
petak lebih dari itu di khawatirkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Petak tersier dapat di bagi menjadi petak kuarter, yang masing-masing
memiliki luas 8-15 Ha. Di manabentuk dari tiap petak kuarter adalah
bujur sangkar atau segi empat
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Petak tersier haruslah juga berbatasan dengan petak sekunder. Yang


harus di hindari adalah petak tersier yang berbatesan langsung dengan
saluran irigasi primer. Selain itu di sarankan panjang saluran tersier tidak
lebih dari 1500 Ha.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier yang
berhubungan langsung dengan saluran primer yang airnya di bagi oleh
bangunan bagi dan di lanjutkan oleh saluran sekunder. Batas saluran
sekunder pada umumnya berupa saluran drainase.luas petak sekunder
berbeda-beda tergantung dengan kondisi topografisnya.
3. Petak Tersier
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak sekunder yang
dialiri oleh satusaluran primer. Dimana saluran primer menyadap air dari
sumber air utama. Apabilasaluran primer melewati daerah garis tinggi
maka seluruh daerah yang berdekatanlangsung dilayani saluran primer

2.2.2 Teori Perencanaan Saluran

Dalam pengaliran dan pengeluaran air ke dan dari petak sawah di butuhkan
suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu di bagi menjadi 2(dua) bagian
berdasarkan dengan fungsinya, saluran pembuang akan mengalirkan
kelebihan air ke petak-petak sawah.
1. Saluran Pembawa
Saluran ini memiliki fungsi sebagai sarana pengairan sawah dengan
mangallirkan air dari daerah yang di sadap. Berdasarkan hierarki saluran
pembawa di bagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Saluran primer
Berfungsi untuk menyadap air dari sumbernya kemudian di
bagikan ke saluran sekunder yang ada. Saluran ini langsung
mengambil dari sungai, waduk maupun sumber lainnya
b. Saluran sekunder
Saluran ini berfungsi sebagai penyadap air dari bangunan primer.
Saluran ini sendiri nantinya akan memberikan airnya ke saluran
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

tersier. Saluran sekunder sebaiknya dibuat melintang terhadap garis


tinggi tanah, sehingga air dapat di bagikan ke kedua sisinya.
c. Saluran tersier
Saluran tersier merupakan saluran terendah yang memiliki fungsi
mengalirkan air yang di sadap dari saluran sekunder ke petak-petak
sawah yang ada, ukuran untuk saluran ini sebaiknya adalah 75-125
Ha
2. Saluran Pembuang
Saluran pembuang sendiri memiliki fungsi khusus yaitu untuk
membuang air yang telah di pakai ataupun kelebihan air yang terjadi
pada petak-petak sawah. Saluran ini biasanya menggunakan saluran
lembah, saluran lembah ini akan memotong garis tinggi sampai ke titik
terendah di sekitar daerah yang di aliri.
3. Dimensi Saluran
Pada saluran terbukan biasanya di kenal dengan berbagai bentuk
saluran seperti persegi, setengah lingkaran, elips, bahkan segitiga.
Untuk pengairan irigasi sendiri penampang untuk salurannya itu haru di
perhitungkan, saluran irigasi sendiri yang paling banyak di pakai adalah
trapesium ini di pilih karena umum di pakai dan relatif murah. Untuk
perhitungannya sendiri menggunakan perhitungan sebagai berikut:
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Tabel 2.2. Nilai n dan m dari Fungsi Q


Talud
Q (m3/dt) b/h (n) V(m/dt)
(m)
0,00 - 0,15 1 0,25 - 0,30 01.01
0,15 - 0,20 1 0,30 - 0,35 01.01
0,30 - 0,40 1,5 0,35 - 0,40 01.01
0,40 - 0,50 1,5 0,40 - 0,45 01.01
0,50 - 0,75 2 0,45 - 0,50 01.01
0,75 - 1,50 2 0,55 - 0,60 01.01
1,50 - 3,00 2,5 0,60 - 0,65 01.01,5
3,00 - 4,50 3 0,65 - 0,70 01.01,5
4,50 - 6,00 3,5 0,7 01.01,5
6,00 - 7,50 4 0,7 01.01,5
7,50 - 9,00 4,5 0,7 01.01,5
9,00 - 11,0 5 0,7 01.01,5
11,0 - 15,0 6 0,7 01.01,5
15,0 - 25,0 8 0,7 01.01,5
(Sumber: KP1 Irigasi)

Tabel 2.3. Kekasaran Saluran

Debit Rencana
Koefisien Kekasaran untuk Saluran Tanah
(m3/detik)
Q>10 45
s<Q<10 42,5
s<Q<5 40
Q<1 35
(Sumber: KP1 Irigasi)
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Tabel 2.4. Nilai w

Debit Rencana (m3/detik) W (m)

0,0<Q<0,5 0,4
0,5<Q<1,5 0,5
1,5<Q<5,0 0,6
5,0<Q<10 0,75
10<Q<15 0,85
Q>15 1
(Sumber : KP1 Irigasi)

Dalam perencanaan debit rencana efisiensi yang di gunakan untuk saluran


tersier adalah 80%, sekunder 70%, dan primer adalah 70%. Dalam
penggunaannya a (kebutuhan air) di hitung berrdasarkan pada perhitungan
yang sudah di bahas pada pembahasan sebelumnya. Dalam merencanakan
lebar saluran yang dipergunakan di lapangan, b (b perhitungan), di bulatkan
5 cm terdekat. Perhitungan dimensi saluran di maksudkan untuk
memperoleh dimensi dari saluran yang dipergunakan dalam jaringan irigasi
serta untuk menentukan tinggi muka air yang harus ada pada bendung agar
kebutuhan air untuk seluruh wilayah irigasi dapat terpenuhi.

Perhitungan di mensi saluran ini terbagi atas dua tahap yaitu tahap
penentuan dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahap perhitungan
ketinggian muka air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut
lebih efisiensi di tampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan
sudah di urutkan perkolom

2.2.3 Teori Perencanaan Bangunan Air

1. Bangunan Utama
a. Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak di salura utama
yang membagi air ke saluran sekunder atau tersier dan juga dari
saluran sekunder ke tersier. Bangunan ini dengan akurat menghiung
dan mengatur air yang akan di bagi ke saluran-saluran lainnya
b. Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer
ataupun sekunder yang memberi ir ke seluruh saluran tersier.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

c. Bangunan bagi sadap adalah bangunan bagi yang juga bangunan


sadap, bangunan ini merupakan abungan dari dua salura tersebut.
2. Bangunan Pelengkap

a. Bangunan Pengatur merupakan bangunan yang mengatur taraf


muka air yang melaluinya di tempat-tempatdi mana terletak
bangunan sadap dan bangunan bagi, khususnya di saluran-saluran
yang kehilangan tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur
harus direncanakan sedemikian rupa agar sehingga tidak banyak
rintangan energi dan sekaligus mencegah pengerusan, disarankan
membatasi kecepatan bangunan pengatur sampai +/_ 1,5 m/dt.
Bangunan pengatur tinggi muka air terdiri dari jeis bangunan
dengan sifat sebagai berikut:
1) Bangunan dapat mengintrol dan mengendalikan tinggi muka air
di saluran.
2) Bangunan yang hanya mempengaruhi tinggi muka air.

3. Bangunan pembawa

Bangunan pembawa merupakan bangunan yang digunakan untuk


membawa air melalui bawah saluran lain, jalan, sungai, ataupun dari
suatu ruas ke ruas lainnya. Bangunan ini terbagi menjadi dua kelompok:
1. Bangunan aliran subkritis.
2. Bangunan aliran superkritis.

2.3. Teori Perhitungan Ketersediaan Air

sumber air yang kita gunakan untuk pengairan adalah air yang berasal dari
sungai, sungai tersebut memperoleh tambaha air dari air hujan yang jatuh
kesungai dan di daerah sekitar sungai. Daerah di sekitar sungai sabgat
berpengaruh terhadap jumlah air yang berada di sungai dan apabila curah
hujan yang jatuh di daerah tersebut mengalir ke sungai , maka daerah tersebut
sebagai daerah aliran sungai

untuk manganalisa ketersediaan air yang di perlukan data-data curah hujan


selama beberapa tahun minimal dari tiga stasiun pengamat hujan yang ada di
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

daerah aliran sungai dari data-data tersebut kita dapat mengetahui debit air
yang dapat mengaliri luas daerah aliran sungai. Debit tersebut merupakan
sejumlah air yang tersedia dan dapat di manfaatkan manusia sesuai
kebutuhannya, ada 3 (tiga) metode yang dapat digunakan untuk menentukan
hujan regional yaitu:
1. Metode Thiessen
2. Metode Arithmatik
3. Metode Isohyet
Dalam studi kali ini ketersediaan air di hitung menggunakan metoda poligon
thiessen untuk mencari curah hujan regional dan metode FJ Mock untk
menghitung debit air di daerah aliran sungai sungai ang menjadi objek studi

Metoda Poligon Thiessen

RH= ∑𝑛𝐼=1 𝐻1 x L1
∑𝑛𝑖=1 𝐿1..................................................................................................(2.1)

Dimana :

H1 = hujan pada masing-masing stasiun

L1 = luas poligon/wilayah pengaruh masing-masing stasiun

N = jumlah stasiun yang ditinjau

Rh = curah hujan rata-rata

2.4. Teori Perhitungan Kebutuhan Air


penentuan kebuuhan air di tunjukan untuk mengetahui berapa banyak air
yang di perlukan lahan agar dapat menghasilkan produksi optimum. Dalam
penentuan kebutuhan air diperhitungkan juga efisiensi saluran yang dilalui.
Kebutuha air untuk setiap jenis tanaman selalu berbeda tergantung koefisien
tanaman. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan air ialah:
1. Evapotranpirasi Potensial
Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang di lepaskan ke udara dalam
bentuk uap air yang di hasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Dalam penentuan besar evapotranspirasi dapat di gunakan dengan


banyal metoda pada laporan ini yang di gunakan adalah metoda penman
modifikasi. Metoda tersebut di pilih karena perhitungan yang paling
akurat. Akuransinya diindikasikan melalui parameter-parameter
penentuan besarnya evapotranspirasi yangmenggunakan data
temperatur, kelembapan udara, persentase penyinaran matahari, dan
kecepatan angin. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ET=C.(W.Rn + (1W) .F(U) .(eaea).....................................................(.2.2)

Ket :

Eto = Evapotranspirasi (mm/hari)

C = Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam

W =Faktor bobot tergantung dari temperatur udara dan


ktinggian

Rn = Radiasi netto ekivalen dan evapotrnspirasi (mm/hari)

Rnl = Gelombang pendek radiasi yang masuk =(1 -∝ )

R =(1-∝ ).(0,25+ n/N)Ra.....................................................(2.3)

Ra = Radiasi esktraterestrial matahari

Rnl = Gelombang panjang radiasi netto

Rnl =f(t).f.(ed).f.(n/N).............................................................(2.4)

N = Lama maksimum penyinaran matahari

1-w = Faktor bobot tergantung pada temperatur udara

F(u) = fungsi kecepatan angin

= 0,27.(1+u/100)...............................................................(2.5)

F(ed) = Efek tekanan uap pada radiasi gelombang panjang

F(n/N) = Efek lama penyinaran matahari pada radiasi gelombang


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

F(t) = Efek temperatur pada radiasi gelombang panjang

ea = Tekanan uap jenuh tergantung temperatur

ed = ea. Rh/100......................................................................(2.6)

Rh = Curah hujan efektif

2. Curah Hujan Efektif


Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil
80% dari curah hjan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak
terpenuhi 20%. Sedangkan untuk palawija niali hujan efektif tengah
bulan diambil p = 50% curah hujan dianalisis dengam analisis curah
hujan. Analisis curah hujan di lakuan dengan maksud untuk
menentukan:
a. Curah hujan efektif, yang digunakan untuk menentukan besar
kebutuhan air irigasi
b. Curah hujan lebih, yang di gunakan untuk menentukan besar
kebutuhan pembangunan dan debit banjir. Cara mencari curah hujan
efektif adalah sebagai berikut:
1) Menentukan stasiun hujan yang paling dekat dengan bendung.
2) Mengurutkan data curah hujan dari yang terkecil sampai yang
terbesar
3) Menetukan tungkat probabilitas terlampaui setiap data
4) Mencari curah hujan dengan P = 50% dan P = 80%
Jika curah hujan tak ada dengan nilai p=50% dan nilai P= 80% maka
gunakan interpolasi menggunakan nialai curh hujan dengan tingkat
probabilitas terdekat.
3. Pola Tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagian tanaman, penentuan pola tanam
sangat penting di lakukan. Ada beberapa contoh pola tanam yang biasa
di gunakan, adapun pola tersebut adalah sebagai berikut:
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Tabel 2.5.Urutan pola tanam

Ketersediaan air untuk Pola tanam dalam


jaringan irigasi satu tahun
Tersedia air cukup banyak Padi-padi-palawija

Tersedia air jumlah cukup Padi-padi-bera


Padi-palawija-palawija
Daerah yang cenderung Padi-palawija-bera
kekurangan air Palawija-padibera
(sumber : KP Irigasi)

pola tanam yang di gunakan pada laporan ini adalah padi-padi-palawija


karena ketersediaan air diasumsikan cukup banyak

4. Koefisian Tanaman

Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi


dengan evapotranspirasi tanaman dan dipakai dalam rumus penman
modifikasi. Koefisien yang dipakai harus berdasarkan pada pengalaman
dalam tempo panjang dari proyek irigasi di daerah tersebut. Harga
koefisien tanaman pada di berikan pada tabel berikut

Tabel 2.6. Koefisien Tanaman Padi

(sumber: KP Irigasi)
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

5. Perkolasi
Perkolasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah dimana tanah
dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanahnya. Data-data mengenai perkolasi akan di perolehdari penelitian
kemampuan tanah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah
dilakukan penggenangan sekitar 1 sampai 3mm/hari. Di daerah-daerah
dengan kemiringan 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari
akibat perkolasidan rembesan. Pada tana-tanah yang lebih ringan laju
perkolasi lebih tinggi.
Dari asi penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan
tanah dapat di tetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Pada laporan kali
ini perkolasiyang di gunakan adalah 2 mm/hari
6. Penggantian Lapisan Air Tanah
Pergantian laisan tanah di lakukan setengah bulan sekali. Di indonesia
besar pengganti air ini adalah 3,3 mm/hari
7. Masa Penyiapan Lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yag dianjurkan untuk penyiapan
lahannya adalah 1,5 bulan, bila penyiapan lahan dilakukan dengan
meggunakan mesin maka waktu yang di butuhlkan adalah 1 bulan.
Kebutan air untuk pengolahan lahan sawah (pudding) bisa diambil
200mm. Ini meliputi penjenuhan dan penggenangan sawah, pada awal
transplantasi akan ditambahkan 50 mm lagi
Angka 200mm di atas mengandalkan bahwa yanah itu bertekstur berat,
cocok digenangi dan lahan tersebut belum di tanami selama 2,5
bulan.jika tanah itu di biarkan berair lebih lama lagi maka diambil 250
mm sebagai ke air untuk penyiapan lahan dan kebutuan lahan.
Kebutuha air yang di gunakan penyiapan lahan termasuk kebutuhan air
untuk persemainan
Dalam penentuan kebutuhan air, di bedakan antara kebutuhan air pada
masa penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam, untuk lebih
jelasnya dapat di jelaskan dengan beberapa penjelasan di bawah:
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

1. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan
kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi, faktor-
faktor yang perlu di perhatikan dalam enentuan besarnya kebutuha
air untuk penyiapan lahan adalah:
a. Lama waktu yang di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.adapun faktor-faktor yang menentuka lamanya
jangka waktu penyiapan lahan:
1) Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor
untuk menggarap tanah
2) Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia
cukup waktu menanam padi sawah atau ladang kedua
Kondisi sosial budaya yang ada di daeah penanaman padi akan
mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan
lahan. Untuk daerah-daerah, proyek baru, jangka waktupenyiapan
lahan akan di tetepkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di
daerah-daerah sekitarnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu
1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan seluruh petak tersier.
jika untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai mesin secara
luas maka jangka waktu penyiapan lahan akan di ambil 1bulan.
b. Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
dapat di tentukan berdasarkan kedalaman beserta porositas tanahnya.
Untuk perhitungannya sendiri di gunakan metode yang didasarkan
pada laju air yang konstan l/dt selama periode penyiapan lahan dan
menghasilkan rumus sebagai berikut:
IR = M.ek /(ek1)...............................................................................(2.7)

Dimana :

IR = Kebutuhan air total dalam mm/hari

M =Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensasi


kehilangan.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

M =Eo + P............................................................................(2.8)
Eo = 1,1 * Eto........................................................................(2.9)
P = perkolasi......................................................................(2.10)
K = M.T/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S =Kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan
50mm yakni 200+50 = 250 mm seperti yang diterangkan
diatas.
Kebutuhan total tersebut dapa di tabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.7. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

(sumber: KP 1 Irigasi)

2. Kebutuhan air pada masa tanam untuk padi dan sawah


Secara umum unsur-unsur ang empengaruhi keutuhan air pada maa
tanam adalah sama dengan kebutuhan air pada masa penyiapan
lahan, hanya ada tambahan yaitu:
a. Penggantian lapisan air
Setelah pemupukan, diusahakan untuk menjadalkan dengan
menganti lapisan air menurut kebutuhan, jika tidak ada
penjadwalan semacam itu maka dilakukan penggantian air
sebanyak 2 kali masing-masin 50mm ( atau 3,3 mm/hari selama
0,5 bulan) selama sebulan dan 2 bulan setelah transpirasi.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Perhitungan kebutuhan pada masa tanam diuraikan secara


mendetail secara berikut sehingga dapat di lihat perbedaannya
pada perhitungan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan,
yaitu
1) Menghitung curah hujan efektif (Re) dengan cara seperti
yang sudah di terangkan di atas
2) Menghitung evapotranspirasi potensial dengan menggunakan
metode penman modifikasi yang sudah di terangkan di atas
3) Mencari data perkolasi (P) dan penggantian lapisan air (WLR)
4) Menghitung Etc = Eto*c..................................................(2.11)
5) Menghitung kebutuhan air total ( bersih) di sawah untuk padi
NFR= Etc +P +WLR-Re..................................................(2.12)
6) Menghitung kebutuhan air irigasi untuk padi (IR)
IR =NFR / 0,64.................................................................(2.13)
7) Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR=a)
DR(a)= IR/ 8,64................................................................(2.14)
8) Untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi maka harga “a”
yang diambil adalah harga “a” yang terbesar
b. Penentuan Kebutuhan Air Untuk Palawija
Kebutuhn air untuk palawija di perhitungkan dari harga Etc dan
Re, dimana langkah pengerjaannya sama seperti pada padi. jadi
yang sangat mempengaruhi adalah evapotranspirasi dan curah
hujan efektif saja.

2.5.Teori Keseimbangan Air

Dalam perhitungan neraca air, kebuthan pengambilan yang di hasilkan untuk


pola tanam yang di pakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk
setiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa di aliri

Apabila debit sungai melimpah, maka luas dari proyek irigasi adalah tetap
karena luas maksimum daerah layanan dan proyek akan direncanakan sesuai
dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak berlimpah dan
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

kadang-kadan terjadi kekurangan denit maka aka 3 plihan yang bisa kita
pertimbankan, yaitu sebagai berikut:

1. Luas Daerah Irigasi Dikurangi


Bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa dialiri ( luas maksimum
daerah layanan ) tidak akan diari

2. Melakukan Modifikasi Dalam Pola Tanam


Daat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam
untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (I/dt/ha ) agar ada
kemungkinan untuk mengaliri areal yang lebih luas dengan debit yang
tersedia.

3. Rotasi Teknis Golongan


Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau
golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan
hanya untuj proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih.

2.6. Sistem Tata Nama ( Nomenklatur )

Pemberian nama pada daerah, petak, bangunan dan saluran irigasi haruslah
jelas, pendek, dan tidak multitafsir. Nama-nama yang dipilih sedemikian
sehingga jika ada penambahan bangunan baru tidak perlu untuk mengganti
nama yang telah di beriakan.

1. Daerah irigasi
Nama yang di berikan sebaiknya enggunakan nama daerah atau desa
terdekat dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama sungai
yang airnya di sadap. Akan tetapi ketika smber air yang disadap lebih
dari satu maka sebaiknya menggunakan nama daerah

2. Jaringan Irigasi Utama


Saluran primer sebaiknya dinamai dengan nama daerah irigasi yang
dilayani, saluran sekunder menggunakan nama desa yang di alirinya.
Petak sekunder sebaiknya menggunakan nama saluran sekunder.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

3. Jaringan Irigasi Tersier


Jaringan irigasi tersier sebaiknya dinamai sesuai dengan bangunan bagi
air tersier.syarat-syarat dalam menentukan indeks adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf
b. Huruf itu dapat menyatakan petak, saluran, atau bangunan
c. Letak objek dan saluran beseta arahnya
d. Jenis saluran pembawa atau pembuang
e. Jenis bangunan untuk membagi atau memberi air, sipon, talang dan
lain-lain
f. Jenis petak, primer atau sekunder
Cara pemberian nama:
1) Bangunan utama di beri nama sesuai dengan desa terdekat daerah
irigasi yang sungainya di sadap
2) Saluran induk deberi nama sungai atau desa terdekat dengan indeks
1,2,3 da seterusnya yang menyatakan ruas saluran
3) Saluran sekunder di beri nama sesuai kampongg terdekat
4) Bangunan bagi/ sadap di beri nam a sesuai dengan nama saluran
dihulu dan di beri indeks 1,2,3 dan seterusnya
5) Bangunan silang seperti sipon, talang jembatan, dan sebagainya di
beri indeks 1a,1b, 2a, 2b, dan seterusnya
Di dalam petak tersier di beri kotak dengan ukuran 4cm x 1,25 cm. Dalam
kota ini diberi kodesaluran mana petak itu mendapat air. Arah saluran
tersier kanan/kiri dari bangunan sadap melihat aliran air. Kotak di bagi 2
tas dan bawah, bagian atas di bagi kanan dan kiri. Bagian kiri menunjukan
luas petak (Ha) dan bagian kanan menunjukkan besar debit (I/dtk) untuk
menentukan dimensi saluran tersier.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

BAB III
DATA PERENCANAAN

3.1. Data Hidrologi

Koordinat Stasiun Hidrlogi : 7,5 LU dan 101 BT


Elevasi Lokasi : 80 m (pdl)
Data Curah Hujan : Tahun 1995 sampai dengan 2001
Data Iklim : Sesuai dengan Lampran
Perbandingan Usiang/ Umalam : 4
Debit Andalan Sungai : 2,8 m3/det
Masa Penyiapan Lahan : 45 hari
Pola Tanam : Padi – Padi – Palawija

3.2. Data Klimatologi

Data klimatologi yang di butuhkan dalam perencanaan saluran irigasi ini


adalah:
1. Data Temperatur
Tabel 3.1. Data Temperatur Maksimum

Sumber : (Data Klimatologi)


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Tabel 3.2. Tabel Temperatur Minimum

Sumber : (Data Klimatologi)

2. Data Kelembapan

Tabel 3.3. Tabel Kelembapan Maksimum

Sumber : (Data Klimatologi)

Tabel 3.4. Tabel Kelembapan Minimum

Sumber: (Data Klimatologi


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

3. Data Rata-Rata Penyinaran Matahari

Tabel 3.5. Tabel Rata-Rata Penyinaran Matahari

Sumber: (Data Klimatologi)

4. Data Rata-Rata Kecepatan Angin

Tabel 3.5. Tabel Rata-Rata Kecepatan Angin

Sumber: (Data Kliamatologi)


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

3.3. Data Topografi

3.3.1. Peta Sebelum Digambar


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

3.3.2. Data Topografi Setelah Digambar


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

3.4. Perencanaan Perhitungan ketersediaan Air

Untuk mengetahui ketersediaan air di daerah irigasi bantimurung perlu


dilakukan perhitumham ketersediaan air di daerah tersebut, untuk itu
dalam melakukan perhitungan ketersediaan air di daerah tersebut kit
menggunakan curah hujan sebanyak 50%, cara untuk mencari R50 adalah
dengan cara sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu n tahun


dari beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah rencana
pengembangan irigasi. Padaperhitungan ini, digunakan data curah hujan
selama 10 tahun dan min dibutuhkan 2 stasiun curah hujan.
2. Merata-ratakan data curah hujan yang di perbolehkan dari stasiun-
stasun tersebut.
3. Mengurutkan data cura hujan per bulan tersebut dari nilai yang terbesar
sampai yang terkecil. Dimana data pertama berarti m=1
4. Menari probanilitas dan data curah hujan yang telah diurutkan denga
cara:
𝑚
𝑃 = n+1 𝑥 100%................................................................................ (3.1)

5. Mencari R80 dengan menggunakan regresi linear.


6. Menghitung Re dimana Re = 0,7*R50.................................................(3.2)

3.5. Perencanaan Perhitungan Kebutuhan Air Derah Irigasi

Untuk menghitung kebutuhan air daerah irigasi daerah Bangko Jaya di


lakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencari data iklim selama 7 (tujuh) tahun terakhir untuk daerah yang
akan ditinjau. Adapun data iklim yang di ambil adalah data iklim:
a. Temperatur rata-rata (T) Ocselama 7 (tujuh) tahun

b. Kelembapan rata-rata (Rh) % selama 7 (tujuh) tahun

c. Kelembapan maksimum ( Rh maks ) % selama 7 (tujuh) tahun

d. Kecepatan ngin rata-rata (U) km/hari selama 7 (tujuh) tahun


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

e. Penyinaran matahari rata-rata(n/N)%

2. Dari data-data tersebut dicari nilai rata-rata setiapbulannya, maka dapat


di lakukan perhitungan evapotranspirasi untuk setiap bulannya. Untuk
menghitung nilai evapotranspirasi potensial (Eto) digunakan metode
penman modifikasi

a. mengumpulkan data iklim bulan januari:


b. mencari nilai tekanan uap jenuh (ea)dengan menginterpolasikan T
dan ea.
c. Mencari nilai Rh/100
d. Mencari tekanan uap nyata (ed)
e. Mencari harga (ea-ed) perbedaan tekanaan uap air (mmHg)
f. Mencari harga kecepatan angina rata-rata
g. Mencari harga fungsi kecepatan angina
h. Mencari faktor harga berat(W) dan (1-W) dengan menginterpolasi
dari data yang sudah ada
i. Mencari harga (Ra) penyinaran radiasi matahari teoritis (mm/hari)
j. Mencari harga n/N
k. Mencari harga Rns
l. Mencari harga koreksi akibat temperatur f(T)
m. Mencari harga koreksi akibat tekanan air t(ed)
n. Mencari harga f(n/N)
o. Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn1)
p. Mencari harga radiasi matahari yang dipancarkan bumi (Rn)
q. Mencari faktor pengali pengganti kondisi cuaca akibat siang dan
malam

3. Menghitung curah hujan efektif, untuk menghitung curah hujan efektif


untk taman pada digunakan efektif bulan 70% dari curah hujan
minimum tengah bulan dengan periode ulang 5 tahun, dihitung dengan
rumus Re =0,7 x R50
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

4. Menghitung kebutuhan air sawah untuk petak tersier


Menghitung kebutuhan air sawah, langkah-langkah perhitungannya
adalah sebagai berikut:

a. Menentukan periode tanam


b. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari)
c. Menghitung nilai kehilangan air akibat perkolasi (P)
d. Cura hujan efektif (Re) (mm/hari)
e. Menghitung pergantian lapisan air (WLR)
f. Menentukan koefisien tanaman (C1) sesuai ketentuan KP
g. Menentukan koefisien tanaman (C2) sesuai ketentuan KP
h. Menentukan koefisien tanaman (C3) sesuai ketentuan KP
i. Menghitung koefisien rata-rata tanaman
j. Menghitung penggunaan air untuk masa penyiapan lahan (mm/hari)
k. Mengitung penggunaan air konsumtifuntuk tanaman (Etc)
l. Menghitung kebutuhan air bersih untuk padi disawah (NFR)
m. Menghitung kebutuhan air netto (DR)

5. Menghitung kebutuhan air masing-masing golongan


Perhitungan ini ditunjukkan untuk mengetahui perubahan kebutuhan
air akibat rotasi teknis. Dalam perencanaan irigasi untuk daerah irigasi
sungai Bangun Jaya digunakan rotasi teknis. Adapun alternatif yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Golongan I : Alternatif A, mulai tanggal 1 November
b. Golongan II : Alternatif B, mulai tanggal 15 November
c. Golongan III : Alternatif C, mulai tanggal 1 Desember
d. Golongan IV : Alternatif (A+B)/2
e. Golongan V : Alternatif (B+C)/2
f. Golongan VI : Alternatif (A+B+C)/3
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

3.6. Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

3.6.1 Perencanaan petak

Petak irigasi adalah daerah yang aka dialiri oleh suatu sumber air, baik
yang berasal dari waduk maupun sutu atau beberapa sungaimelaluii suatu
bangunan pembagi yang berupa bendungan, rumah pompa, ataupun
pengambilan secara bebas. Adapunhal-hal yang perlu kita perhatikan
dalam perencanaan petak adalah sebagai berikut:
a. Petak mempunyai batas yang jelas sehingga terpisah dari petak tersier
yang lain dan batas petak adalah saluran drainase.
b. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar, untuk meningkatkan efisiensi
c. Tanah dalam suatu petak tersier diusahakan memiliki oleh satu desa
atau paling banyak tiga desa
d. Desa, jalan, sungai diusahkan menjadi batas petak.
e. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dengan gerak
pembagi ditempatka di tiap tempat tetinggi
f. Petak tersier harus di letakkan sedekat mungkin dengan saluran
pembawa ataupun bangunan Petak yang direncanakan ada 18 petak,
pertimbangan ini di lakukan masih berdasarkan pada ketersediaan
lahan dan perancangan seluas-luasnya.

3.6.2 Perencanaan saluran

Saluran irigasi terdiri dari dua jenis yaitu saluran pembawa dan saluran
pembuang, saluran pembawa terdiri dari tiga jenis yaitu saluran primer,
saluran sekunde, dan saluran tersier, adapun penjelsa dari saluran adalah
sebagai berikut:
1. Saluran primer yang berfungsi membawa air dari sumber dan
mengalirkan kesaluran sekunde. Saluran ini mengalirka air langsung
dari bendung yang telah di buat. Saluran ini di buat memanjang
mengikuti kontur yang ada.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

2. Saluran sekunder berfungsi untuk menyadap air dari saluran primer


untuk mengaliri daerah di sekitarnya, saluran sekunder dibuat tegak
lurus terhadap saluran saluran primer dan mengikuti kontur yang ada.
3. Saluran tersier berfungsi untuk membawa ai dari saluran sekundr dan
membaginya ke petak-petak sawah dengan luas maksimum 150 ha.
dangkan saluran pembuang berfungsi untk membuang air
berlebihandari petak-petak sawah kesungai, air berlebih tersebut bisa
dibuang kembali ke sungai-sungai yang ada disekitarnya.
Setiap saluran memiliki efisiensi irigasi t=yaitu:

a. Jaringan tersier : 80%

b. Jaringan sekunder : 90%

c. Jaringan primer : 90%

3.6.3. Perencanaan Bangunan Air

Bangunan irigasi yang di pakai adalah bangunan utama, dalam hal ini yang
digunakan adalah bendung, bendung itu sendiri berfungsi untuk
meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian yang di perlukan
sehingga dapat dialirkan ke lahan di sekitarnya.
Selain dari bangunan utama ada lagi bangunan yang digunakan dalam
perancangan saluran irigasi ini, antara lain adalah:

1. Bangunan bagi, bangunan bagi yan terletak pada saluran primer yang
membagi air ke saluran-saluran sekunder yang membagi ke saluran
sekunder lainnya. Terdiri dari pintu-pintu yang teliti mengukur dan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.
2. Bangunan sadap, bangunan sadap ini sendiri terletak di saluran primer
ataupun sekuden yang memberi air ke saluran tersier.
3. Bangunan bagi sadap yang berupa bangunan bagi dan bersam itu pula
sebagai bangunan sadap. Bangunan sadap-sadap merupakan kombinasi
dari bangunan bagi dan bangunan sadap (saluran yang terletak di
saluran primer atau sekunder yang memberi air saluran tersier)
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hidrologi

4.1.1 Perhitungan Evapotranspirasi

Untuk menghitung nilai evapotranspirasi diunakan rumus penman


modifikasi, yaitu:
Eto = c [w – Rn + (1-w) x F(u) x (ea-ed) ]
Untuk hasil perhitungan evapotranpirasi dapat di lihat pada tabel. Untuk
contoh perhitungan dapat dilihat pada contoh berikut:
Diketahui data :
Koordinat Stasiun Hidrlogi : 7,5 LU dan 101 BT
Elevasi Lokasi : 80 m (pdl)
Data Curah Hujan : Tahun 1995 sampai dengan 2001
Data Iklim : Sesuai dengan Lampiran
Perbandingan Usiang/ Umalam : 4
Debit Andalan Sungai : 2,8 m3/det
Masa Penyiapan Lahan : 45 hari
Pola Tanam : Padi – Padi – Palawija

Jadi langkah-langkah pengerjaannya dapat dilihat di bawah


1. Untuk temperature (t) = 30,025 dan elevasi 80m setelah di interpolasi
didapat nilai:
 Ea = 52,345 m.bar
 W = 0,829
 (1-W) = 0,171
a. Ed = RHrata-rata x ea
= 71 % x 52,345
= 36,903 m.bar
b. ea - ed = 52,345 – 36,903
= 15,442 m.bar
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

𝑈2
c. F(u) = 0,27 x [1 + 100]
230,7
= 0,27 x [1 + ]
100

= 0,893 m/det

2. Untuk koordinat 7,5 LU dan 101 BT, nilai Ra untuk bulan januari
adalah 16,25 mm/hari

a. Rs = (0,25 + 0,50(n/N)) x Ra

= (0,25 + 0,50 (46,53) x 16,25

= 4,031 mm/hari

b. F(ed) = 0,34 – 0,044 (Ed)0,5

= 0,34 – 0,044 (26,903)0,5

= 0,073 mm/hari

c. F(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N)

= 0,1 + 0,9 (46,53)

= 0,519 mm/hari

d. F(t) = 1,99 x 10-9 (T+273)4

= 1,99 x x 10-9 (30,02+273)4

= 17,62 mm/hari

e. Rns = (1-r) x RS

= (1-0,2) x 4,03

= 3,225mm/hari

f. Rnl = F(T) x F(ed) x F(n/N)

= 17,62 x 0,073 x 0,519

= 0,665 mm/hari
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

g. Rn = Rns - Rnl

= 3,225- 0,665

= 2,56 mm/hari

3. Faktor penyesuaian (c) untuk bulan januari dengan data sebagai berikut:
 RH max = 92
 U siang = 2,67
 Rs = 4,03 mm/hari
Untuk mencari nilai C di bulan januari digunakan dengan cara
interpolasi maka didapat nilai c sebesar 1,028.
a. Eto = C [(WxRn) + (1-W) x F(u) x (ea-ed)]

=1,028 [(0,82 x2,56) + (0,171) x (0,89) x


(15,44)]

= 4,543 mm/hari

b. Eto rata-rata perbulan = 3,942mm/hari x 31


= 122,20 mm/bulan
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Tabel 4.1. Nilai Ra dan U

bulan temperatur nilai Ra tabel nilai u

januari 27.08 26 17.6 17.653929 11.78571429


28 17.7
februari 27.41 26 16.4 16.4 9.2
28 16.4
maret 27.51 26 14.4 14.324643 12.45714286
28 14.3
april 27.26 26 12 11.748571 11.07142857
28 11.6
mei 27.17 26 9.7 9.4657143 12.4
Temperatur ea (mmHg)
28 9.3
(oC)
juni 27.34 26 8.7 8.3660714 10.45714286
28
0 8.2
6.1
juli 27.84 26 1 9.1 8.63928576.6 15.14285714
28 2 8.6 7.1
agustus 28.20 28 3 10.4 10.37 7.6 9.842857143
30
4 10.1 8.1
september 27.69 26
5 13.2 13.031429
8.7 10.87142857
28
6 13 9.3
oktober 27.87 26
7 15.5 15.406429
10 17.35714286
28 15.4
november 27.80 26 8 17.2 17.2 10.7 11.82857143
28 9 17.2 11.5
desember 28.01 26 1017.8 17.95053612.3 7.471428571
30 18.1
11 13.1 Sumber :
12 14
Perhitungan Exel
13 15
14 16.1
15 17
16 18.2
temperatur f(T) 17 19.4
18 20.6
0.0 11.0
19 22
2.0 11.4 20 23.4 Tabel
4.0 11.7 21 24.9
4.2. Data
6.0 12.0 22 26.4
8.0 12.4 23 28.1 F(t) dan
10.0 12.7 24 29.8
Ea
12.0 13.1 25 31.7
26 33.6
14.0 13.5
27 35.7
16.0 13.8 28 37.8
18.0 14.2 29 40.1
20.0 14.6 30 42.4
22.0 15.0 31 44.9
24.0 15.4 32 47.6
26.0 15.9 33 50.3
34 53.2
28.0 16.3
35 56.2
30.0 16.7
36 59.4
32.0 17.2 37 62.8
34.0 17.7 38 66.3
36.0 18.1 39 69.9
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Sumber : Perhitungan Exel


LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231

Anda mungkin juga menyukai