KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan
kuasa-Nya saya telah diberi kemudahan, kelancaran dan kekuatan serta petunjuk
dan bimbingan kepada saya, karena atas petunjuk-Nyalah kami dapat
menyelesaikan Laporan ini dengan baik. Banyak pihak yang telah membantu
menyelesaikan secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian Laporan
ini maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga
dapat menjalankan tugas besar dan peyusunan laporan dengan baik.
2. Orang tua, yang telah mendukung dan memberikan doa.
3. Dr.Ir. Sri Legowo Wignyo Darsono., selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah “Rekayasa Irigasi”.
4. Mashuri, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing mata kuliah “Rekayasa
Irigasi”.
5. Ayudia Hardiyani Kiranaratri, S.T., M.T., selaku dosen pengajar mata kuliah
“Rekayasa Irigasi”.
6. Anggi Ade Pratama, selaku asisten dalam melaksanakan laporan tugas besar
“Rekayasa Irigasi”.
7. Seluruh mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2015 yang telah memberikan
semangat dalam mengerjakan laporan dan melaksanakan praktikum.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan tugas besar ini
masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis, semoga laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya dalam ilmu irigasi.
Penulis
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam pertanian, salah satunya dalam budidaya padi pada lahan
persawahan. Produksi suatu tanaman akan menurun jika terjadi cekaman air,
khusus pada tanaman padi sawah dibutuhkan konsentrasi yang berbeda pada
fase pertumbuhan tanaman. Dengan demikian pemberian air harus
disesuaikan dengan umur tanaman (Subagiyono, 2004).
Pada musim kemarau lahan pertanian sangat kering sehingga tanaman tidak
dapat hidup, begitupun sebaliknya pada musim hujan lahan penuh dengan air
dan tidak terdapat saluran pembuangan air. Untuk itu perlu dikembangkan
sitem irigasi pada lahan di indonesia kususnya pada lahan persawahan.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
1.2.Tujuan
1.3.Ruang lingkup
Ruang lingkup yang saya buat dalam tugas besar ini adalah perencanan
bendungan an sistem irigasi di wilayah yang telah di tentukan yaitu daerah
Bantimurung. teori-teori yang berkaitan dengan meteri yang di berikan adalah
sebagai berikut:
1. Teori Irigasi
Teori irigasi digunakan untuk menganalisis sistem irigasi yang cocok
untuk daerah wilayah yang telah di tentukan.
2. Teori Hidrologi
Teori hidrologi di gunakan untuk menganalisis data hidrologi dan
klimatologi di wilayah yang telah di tentukan
3. Teori Bangunan Air
Teori bangunan air di gunakan untuk menentukan jaringan irigasi secara
keseluruhan pada wilayah study
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Metodologi yang di gunakan dalam pengerjaan tugas besar saya ini agar dapat
mencapai tujuan yang tertulis di atas adalah sebagai berikut:
1. Study literatur
Study yang di lakukan pada konsep-konsep pembangunan sumber daya air
yang merupakan bagian dari jurusan Teknik Sipil. Konsep utama yang di
gunakan adalah Hidrologi, Irigasi, Banguanan Air.
2. Study mengumpulkan data wilayah, Hidrologi dan Klimatologi.
Data yang di kumpulkan merupakan data yang mempersentasikan keadaan
wilayah study, yatu daerah irigasi daerah Bantimurung, data yang di
kumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data curah hujan utuk mengetahui curah hujan efektif yang di dapat
drari sekitar daerah irigasi
b. Peta topografi di daerah yang telah di tentukan
c. Data klimatologi yang mencakup kecepatan angin rata-rata, penyinaran
matahari, kelembapan, dan temperatur udara.
3. Analisis Hidrologi dan Klimatologi
Data yang sudah di di dapat kemudian di analisis menggunakan konsep
hidrologi dan klimatologi untuk selanjutnya di gunakan untuk analisis
irigasi dan bangunan air.
4. Analisis Irigasi dan Bangunan Air
Hasil dari analisis hirologi dan klimatologi lalu di gunakan untuk
melakukan analisis irigasi dan bangunan air. Tahap ini meupakan tahap
pegolahan data terakhir yang akan di gunakan untuk menentukan seluruh
bagian dari sistem irigasi pada daerah pertanian wilayah yang tela di
tentukan.
5. Kesimpulan dan Saran
Di bagian akhir ini kesluruhan metode yang telah di gunakan kemudia di
evaluasi, evaluasi yang di lakukan sesuai dengan tujuan yang telah di
tentukan
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
1. Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
1.3.Ruang Lingkup
1.4.Metodologi Penyusunan Tugas
2. Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.Sistem Irigasi
2.2.Teori Perencanaan Petak,Saluran, dan Bangunan Air
2.2.1. Teori Perencanaan Petak
2.2.2. Teori Perencanaan Saluran
2.2.3. Teori Perencanaan Bangunan Air
2.3.Teori Perhitungan Ketersediaan Air
2.4.Teori Perhitungan Ketersediaan Air
2.5.Teori Keseimbangan Air
2.6.Sistem Tata Nama (Nomenklatur)
3. Bab III Data Perencanaan
3.1.Data Hidrologi
3.2.Data Klimatologi
3.3.Data Topografi
3.4.Perencanaan Perhitungan Ketersediaan Air
3.5.Perencanaan Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi
3.6.Perencanaan Petak dan Saluran
4. Bab IV Pembahasan
4.1.Analisa Hidrologi
4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi
4.1.2. Perhitungan Hujan Efektif
4.2.Perhitungan Kebutuhan Air
4.3.Perhitungan Dimensi Saluran
4.4.Skema Jaringan dan Nomenklatur
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
irigasi adalah usaha teknis yang di lakukan untuk mengontrol kandungan air
pada tanah di dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh
secara baik. Dimana usaha teknis yang di maksud adalah penyediaan sarana
dan prasarana irigasi untuk membawa, membagi air secara teratur dengan
jumlah yang cukup, waktu yang tepat ke petak rigasi untuk selanjutnya di
berikan dan di pergunakan oleh tanaman.
Dalam perkembangannya sampai saat ini terbagi atas 4 jenis irigasi yang
biasa digunakan, sistem irigasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Irigasi Bawah Tanah
Tanah akan di aliri di bawah permukaannya. Saluran yang di sisi petak
sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah, sehingga air akan
sampai ke akar tanaman.
2. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air. Entuk
rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk mengalirkan air
sampai ke petak sawah.
3. Irigasi Siraman
Air akan di semprotkan ke petak sawah melalui jaringa pipa dengan
bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena
dapat di kontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan sistem irigasi siraman, hanya saja di irigasi tetesan
ini air akan langsung di teteskan atau di seprotkan ke bagian akarnya
langsung. Pompa air sangat di butuhkan untuk mengalirkan air.Selain itu
irigasi memiliki klasifikasi yang di dasarkan pada hal-hal seperti di
jelaskan pada tabel berikut:
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Pada dasarnya prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau
pembagi sama sekali tidak ada.terjadi karena sumber air sangat berlimpah
sehingga hampir sama sekali tidak di perlukan rekayasa irogasi. Jaringan
utama air hanya perlu di sadap sesuai denan keinginan sehingga petak-
petak sawah dapat tergenang dengan air. Selain itu idak ada pembagi
antara saluran pembuangan air dan irigasi.Jaringan irigasi yang masih
sederhana itu mudah di organisir tetapi memiliki kelemahan-kelemahan
yang serius. Pertama-tama, memang ada pemborosan air, dan kerena
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu
selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilanbebas. Petak irigasi dibagi 3(tiga) jenis, yaitu
sebagai berikut :
1. Petak Tersier
Petak ini menerima air yang di sadap dari saluran tersier. Karena luasnya
yang tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab individu
untuk eksploitasinya. Idealnya daerah ini berkisar 50-100 Ha. Jika luas
petak lebih dari itu di khawatirkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Petak tersier dapat di bagi menjadi petak kuarter, yang masing-masing
memiliki luas 8-15 Ha. Di manabentuk dari tiap petak kuarter adalah
bujur sangkar atau segi empat
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Dalam pengaliran dan pengeluaran air ke dan dari petak sawah di butuhkan
suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu di bagi menjadi 2(dua) bagian
berdasarkan dengan fungsinya, saluran pembuang akan mengalirkan
kelebihan air ke petak-petak sawah.
1. Saluran Pembawa
Saluran ini memiliki fungsi sebagai sarana pengairan sawah dengan
mangallirkan air dari daerah yang di sadap. Berdasarkan hierarki saluran
pembawa di bagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Saluran primer
Berfungsi untuk menyadap air dari sumbernya kemudian di
bagikan ke saluran sekunder yang ada. Saluran ini langsung
mengambil dari sungai, waduk maupun sumber lainnya
b. Saluran sekunder
Saluran ini berfungsi sebagai penyadap air dari bangunan primer.
Saluran ini sendiri nantinya akan memberikan airnya ke saluran
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Debit Rencana
Koefisien Kekasaran untuk Saluran Tanah
(m3/detik)
Q>10 45
s<Q<10 42,5
s<Q<5 40
Q<1 35
(Sumber: KP1 Irigasi)
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
0,0<Q<0,5 0,4
0,5<Q<1,5 0,5
1,5<Q<5,0 0,6
5,0<Q<10 0,75
10<Q<15 0,85
Q>15 1
(Sumber : KP1 Irigasi)
Perhitungan di mensi saluran ini terbagi atas dua tahap yaitu tahap
penentuan dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahap perhitungan
ketinggian muka air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut
lebih efisiensi di tampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan
sudah di urutkan perkolom
1. Bangunan Utama
a. Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak di salura utama
yang membagi air ke saluran sekunder atau tersier dan juga dari
saluran sekunder ke tersier. Bangunan ini dengan akurat menghiung
dan mengatur air yang akan di bagi ke saluran-saluran lainnya
b. Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer
ataupun sekunder yang memberi ir ke seluruh saluran tersier.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
3. Bangunan pembawa
sumber air yang kita gunakan untuk pengairan adalah air yang berasal dari
sungai, sungai tersebut memperoleh tambaha air dari air hujan yang jatuh
kesungai dan di daerah sekitar sungai. Daerah di sekitar sungai sabgat
berpengaruh terhadap jumlah air yang berada di sungai dan apabila curah
hujan yang jatuh di daerah tersebut mengalir ke sungai , maka daerah tersebut
sebagai daerah aliran sungai
daerah aliran sungai dari data-data tersebut kita dapat mengetahui debit air
yang dapat mengaliri luas daerah aliran sungai. Debit tersebut merupakan
sejumlah air yang tersedia dan dapat di manfaatkan manusia sesuai
kebutuhannya, ada 3 (tiga) metode yang dapat digunakan untuk menentukan
hujan regional yaitu:
1. Metode Thiessen
2. Metode Arithmatik
3. Metode Isohyet
Dalam studi kali ini ketersediaan air di hitung menggunakan metoda poligon
thiessen untuk mencari curah hujan regional dan metode FJ Mock untk
menghitung debit air di daerah aliran sungai sungai ang menjadi objek studi
RH= ∑𝑛𝐼=1 𝐻1 x L1
∑𝑛𝑖=1 𝐿1..................................................................................................(2.1)
Dimana :
Ket :
Rnl =f(t).f.(ed).f.(n/N).............................................................(2.4)
= 0,27.(1+u/100)...............................................................(2.5)
ed = ea. Rh/100......................................................................(2.6)
4. Koefisian Tanaman
(sumber: KP Irigasi)
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
5. Perkolasi
Perkolasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah dimana tanah
dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanahnya. Data-data mengenai perkolasi akan di perolehdari penelitian
kemampuan tanah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah
dilakukan penggenangan sekitar 1 sampai 3mm/hari. Di daerah-daerah
dengan kemiringan 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari
akibat perkolasidan rembesan. Pada tana-tanah yang lebih ringan laju
perkolasi lebih tinggi.
Dari asi penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan
tanah dapat di tetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Pada laporan kali
ini perkolasiyang di gunakan adalah 2 mm/hari
6. Penggantian Lapisan Air Tanah
Pergantian laisan tanah di lakukan setengah bulan sekali. Di indonesia
besar pengganti air ini adalah 3,3 mm/hari
7. Masa Penyiapan Lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yag dianjurkan untuk penyiapan
lahannya adalah 1,5 bulan, bila penyiapan lahan dilakukan dengan
meggunakan mesin maka waktu yang di butuhlkan adalah 1 bulan.
Kebutan air untuk pengolahan lahan sawah (pudding) bisa diambil
200mm. Ini meliputi penjenuhan dan penggenangan sawah, pada awal
transplantasi akan ditambahkan 50 mm lagi
Angka 200mm di atas mengandalkan bahwa yanah itu bertekstur berat,
cocok digenangi dan lahan tersebut belum di tanami selama 2,5
bulan.jika tanah itu di biarkan berair lebih lama lagi maka diambil 250
mm sebagai ke air untuk penyiapan lahan dan kebutuan lahan.
Kebutuha air yang di gunakan penyiapan lahan termasuk kebutuhan air
untuk persemainan
Dalam penentuan kebutuhan air, di bedakan antara kebutuhan air pada
masa penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam, untuk lebih
jelasnya dapat di jelaskan dengan beberapa penjelasan di bawah:
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Dimana :
M =Eo + P............................................................................(2.8)
Eo = 1,1 * Eto........................................................................(2.9)
P = perkolasi......................................................................(2.10)
K = M.T/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S =Kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan
50mm yakni 200+50 = 250 mm seperti yang diterangkan
diatas.
Kebutuhan total tersebut dapa di tabelkan sebagai berikut:
(sumber: KP 1 Irigasi)
Apabila debit sungai melimpah, maka luas dari proyek irigasi adalah tetap
karena luas maksimum daerah layanan dan proyek akan direncanakan sesuai
dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak berlimpah dan
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
kadang-kadan terjadi kekurangan denit maka aka 3 plihan yang bisa kita
pertimbankan, yaitu sebagai berikut:
Pemberian nama pada daerah, petak, bangunan dan saluran irigasi haruslah
jelas, pendek, dan tidak multitafsir. Nama-nama yang dipilih sedemikian
sehingga jika ada penambahan bangunan baru tidak perlu untuk mengganti
nama yang telah di beriakan.
1. Daerah irigasi
Nama yang di berikan sebaiknya enggunakan nama daerah atau desa
terdekat dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama sungai
yang airnya di sadap. Akan tetapi ketika smber air yang disadap lebih
dari satu maka sebaiknya menggunakan nama daerah
BAB III
DATA PERENCANAAN
2. Data Kelembapan
Petak irigasi adalah daerah yang aka dialiri oleh suatu sumber air, baik
yang berasal dari waduk maupun sutu atau beberapa sungaimelaluii suatu
bangunan pembagi yang berupa bendungan, rumah pompa, ataupun
pengambilan secara bebas. Adapunhal-hal yang perlu kita perhatikan
dalam perencanaan petak adalah sebagai berikut:
a. Petak mempunyai batas yang jelas sehingga terpisah dari petak tersier
yang lain dan batas petak adalah saluran drainase.
b. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar, untuk meningkatkan efisiensi
c. Tanah dalam suatu petak tersier diusahakan memiliki oleh satu desa
atau paling banyak tiga desa
d. Desa, jalan, sungai diusahkan menjadi batas petak.
e. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dengan gerak
pembagi ditempatka di tiap tempat tetinggi
f. Petak tersier harus di letakkan sedekat mungkin dengan saluran
pembawa ataupun bangunan Petak yang direncanakan ada 18 petak,
pertimbangan ini di lakukan masih berdasarkan pada ketersediaan
lahan dan perancangan seluas-luasnya.
Saluran irigasi terdiri dari dua jenis yaitu saluran pembawa dan saluran
pembuang, saluran pembawa terdiri dari tiga jenis yaitu saluran primer,
saluran sekunde, dan saluran tersier, adapun penjelsa dari saluran adalah
sebagai berikut:
1. Saluran primer yang berfungsi membawa air dari sumber dan
mengalirkan kesaluran sekunde. Saluran ini mengalirka air langsung
dari bendung yang telah di buat. Saluran ini di buat memanjang
mengikuti kontur yang ada.
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
Bangunan irigasi yang di pakai adalah bangunan utama, dalam hal ini yang
digunakan adalah bendung, bendung itu sendiri berfungsi untuk
meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian yang di perlukan
sehingga dapat dialirkan ke lahan di sekitarnya.
Selain dari bangunan utama ada lagi bangunan yang digunakan dalam
perancangan saluran irigasi ini, antara lain adalah:
1. Bangunan bagi, bangunan bagi yan terletak pada saluran primer yang
membagi air ke saluran-saluran sekunder yang membagi ke saluran
sekunder lainnya. Terdiri dari pintu-pintu yang teliti mengukur dan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.
2. Bangunan sadap, bangunan sadap ini sendiri terletak di saluran primer
ataupun sekuden yang memberi air ke saluran tersier.
3. Bangunan bagi sadap yang berupa bangunan bagi dan bersam itu pula
sebagai bangunan sadap. Bangunan sadap-sadap merupakan kombinasi
dari bangunan bagi dan bangunan sadap (saluran yang terletak di
saluran primer atau sekunder yang memberi air saluran tersier)
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
𝑈2
c. F(u) = 0,27 x [1 + 100]
230,7
= 0,27 x [1 + ]
100
= 0,893 m/det
2. Untuk koordinat 7,5 LU dan 101 BT, nilai Ra untuk bulan januari
adalah 16,25 mm/hari
a. Rs = (0,25 + 0,50(n/N)) x Ra
= 4,031 mm/hari
= 0,073 mm/hari
= 0,519 mm/hari
= 17,62 mm/hari
e. Rns = (1-r) x RS
= (1-0,2) x 4,03
= 3,225mm/hari
= 0,665 mm/hari
LAPORAN TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI SI-3231
g. Rn = Rns - Rnl
= 3,225- 0,665
= 2,56 mm/hari
3. Faktor penyesuaian (c) untuk bulan januari dengan data sebagai berikut:
RH max = 92
U siang = 2,67
Rs = 4,03 mm/hari
Untuk mencari nilai C di bulan januari digunakan dengan cara
interpolasi maka didapat nilai c sebesar 1,028.
a. Eto = C [(WxRn) + (1-W) x F(u) x (ea-ed)]
= 4,543 mm/hari