Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pelajaran sejarah di SD & SMP, kita pernah belajar tentang kerajaan-kerajaan

Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan Kediri. Kerajaan

Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12, tepatnya pada tahun

1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya

terletak di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang

ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di sekitar kota

Kediri sekarang. Untuk lebih jelasnya, kami membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca

dapat mengetahui tentang Kerajaan Kediri, sehingga pembaca dapat memahami dan mengetahui

salah satu kerajaan besar di Jawa Timur ini.

B. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Umum : Untuk mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri, masa pemerintahan Kerajaan

Kediri, aspek kehidupan di Kerajaan Kediri, dan masa kehancuran atau kemunduran Kerajaan

Kediri.

2. Khusus : Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia mengenai materi kelas X

tentang Kerajaan-Kerajaan pada masa Hindu-Budha di Indonesia.


C. Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

LETAK KERAJAAN KEDIRI

Letak Kerajaan Kediri terdapat di Jawa Timur, berada di sebelah selatan sungai Brantas,

Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.

SUMBER SEJARAH KERAJAAN KEDIRI

1). Prasasti

v Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa

oleh Raja Jayawarsa.

v Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono yang berisi masalah keagamaan,

diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (117-1130 M).

v Prasasti Ngantang (1135), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah

kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.

v Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan

seperti Kebo Waruga dan Tikus Finada.

v Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya,

Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-

katang.
2). Berita Asing

Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita cina ini

merupakan kumpulan berita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di

kerajaan Kediri. Seperti Kronik Cina bernama Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).

buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu Ik Fei.

Kedua buku ini menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13 M.

RAJA-RAJA KERAJAAN KEDIRI

AIRLANGGA

Airlangga (Bali, 990 - Belahan, 1049) atau sering pula ditulis Erlangga, adalah

pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja

Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Sebagai seorang raja, ia

memerintahkan Mpu Kanwa untuk mengubahKakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan

keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua

menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala bagi kedua putranya. Nama Airlangga sampai

saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di

Indonesia.

a. SAMARAWIJAYA (1042)

Samarawijaya adalah putra Airlangga. Ia merupakan Raja pertama sekaligus pendiri

Kerajaan Kediri, Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti berlangsung berapa lama masa

pemerintahannya. Kemungkinan Raja Samarawijaya memulai pemerintahannya pada saat

pemisahan Kerajaan oleh Airlangga, yaitu sekitar tahun 1042. Tahun itu merupakan tahun yang

sama dengan tahun yang tertulis di Prasasti Pamwatan.


b. JAYASWARA (1104-1115)

Raja kedua Kerajaan Kediri adalah Sri Jayawarsa, yang disebut dalam Prasasti Sirah

Keting (1104), namun belum dipastikan bahwa ia pengganti langsung Samarawijaya atau bukan.

Ia merupakan Raja yang sangat giat memajukan sastra sehingga ia dikenal dengan gelar Sastra

Prabu (Raja Sastra). Pada masanya Kresnayana dikarang Mpuh Triguna.

c. BAMESWARA (1115-1135)

Raja ketiga Kerajaan Kediri adalah Sri Bameswara yang disebut dalam Prasasti

Pandegelan I (sekitar 1116/ 1117), Prasasti Panumbangan (1120), dan Prasasti Tangkilan (1130).

d. JAYABHAYA (1135-1157)

Raja keempat sekaligus Raja terbesar Kerajaan Kediri adalah Sri Jayabhaya yang

disebutkan dalam Prasasti Hantang (1135), Prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha

(1157). Jayabhaya merupakan Raja yang menjadi kenangan bagi rakyatnya, karena pada masa

pemerintahnnya Kerajaan Kediri berhasil menaklukan Kerajaan Jenggala dan berhasil mencapai

puncak kejayaan Kerajaan Kediri.

e. SARWESWARA (1159-1169)

Raja kelima Kerajaan Kediri adalah Sri Sarweswara yang disebutkan dalam Prasasti Pandegelan

II (1159) dan Prasasti Kahyunan (1161).


f. ARYESWARA (1169-1180/1181)

Raja keenam Kerajaan Kediri adalah Sri Aryeswara yang disebutkan dalam Prasasti Meleri

(1169) dan Prasasti Angin Tahun (1171).

g. SRI GANDHRA (1181-1182)

Raja ketujuh Kerajaan Kediri adalah Sri Gandhra yang disebutkan dalam Prasasti Jaring (1181),

masa pemerintahannya selama kurang lebih satu tahun.

h. KAMESWARA (1182-1194)

Raja kedelapan Kerajaan Kediri adalah Sri Kameswara yang disebutkan dalam Prasasti Ceker

(1182) dan dalam Kakawin Smaradhana. Dalam Kakawin dikisahkan tentang perkawinan antara

Kameswara dengan Putri Jenggala.

i. KERTAJAYA (1194-1222)

Raja kesembilan sekaligus Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya yang disebut dalam

Prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), Prasasti Palah (1197), Prasasti Wates

Kulon (1205), dan Kakawin Negarakertagama serta Kakawin Pararaton. Dalam Kakawin

dikisahkan tentang perang Ganter saat masa akhir pemerintahan Raja Kertajaya. Raja ini

memiliki gelar “ Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatarananindita Srengga

Digjayattunggadewanama”.

Dalam tahun 1122 M Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Dengan kekalahan Kertajaya itu

berakhir pula kerajaan Kediri.


j. JAYAKATWANG (1292-1293)

Jayakatwang juga merupakan Raja yang berhasil membangun kembali Kerajaan Kediri setelah

berhasil memberontak terhadap Singosari sekaligus membunuh Raja Kertanegara. Namun,

keberhasilannya hanya bertahan setahun akibat serangan menantu Kertanegara dan pasukan

Mongol, sehingga runtuhlah Kerajaan Kediri.

Dari Raja-Raja di atas, dapat diperoleh informasi, bahwa:

§ Pendiri Kerajaan Kediri adalah Airlangga, dengan Raja Pertamanya adalah Samarawijaya.

§ Raja terkenal di Kerajaan Kediri adalah Jayabhaya.

§ Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya, namun berhasil dibangun kembali oleh

Jayakatwang meskipun hanya bertahan satu tahun saja. Jadi bisa dikatakan juga bahwa raja

terakhir Kerajaan Kediri adalah Jayakatwang.

KEHIDUPAN KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang berdiri pada abad XI Masehi dan merupakan

kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok dari Dinasti Isyana.

Kerajaan ini terletak di wilayah pedalaman Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan hasil dari

pembagian wilayah Kerajaan Medang Kamulan yang dibagi menjadi dua yakni Panjalu dan

Jenggala.

Nama Keraajaan Kediri sebelumnya adalah Panjalu.

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri

adalah sebagai berikut :


a. Kehidupan Politik

Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya

selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala.

Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang

meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan

tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut

dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat

itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan.

Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat

memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam

prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.

Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang.

Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk

penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.

Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda.

Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat

kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah

pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda

dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh

wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.


Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri, Jayabaya

menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia

mengenakan lencana narasinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.

Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja

Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana.

Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai

oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan

tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya

terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.

b. Kehidupan Agama

Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut

ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan

di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca

tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa

menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma

menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan

yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa

Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi

Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai

kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian

menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor

perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-
barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah,

dan pinang.

Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka

memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke

sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-

rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh

kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai

dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

d. Kehidupan Sosial Budaya

Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah

teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi

tiga golongan sebagai berikut :

1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja

dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.

2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat

atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).

3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai

kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.

Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada

masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu

Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya

pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu

Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa
pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab

Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

e. Hasil Budaya

adapun hasil budaya dari Kerajaan Kediri antara lain :

1. Candi Penataran

Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di

sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi

diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200

Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan

Majapahit sekitar tahun 1415

2. Candi Gurah

Candi Gurah terletak di kecamatan di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1957 pernah ditemukan

sebuah candi yang jaraknya kurang lebih 2 km dari Situs Tondowongso yang dinamakan Candi

Gurah namun karena kurangnya dana kemudian candi tersebut dikubur kembali

3. Candi Tondowongso

Situs Tondowongso merupakan situs temuan purbakala yang ditemukan pada awal tahun 2007 di

Dusun Tondowongso, Kediri, Jawa Timur.

Situs seluas lebih dari satu hektare ini dianggap sebagai penemuan terbesar untuk periode klasik

sejarah Indonesia dalam 30 tahun terakhir (semenjak penemuan Kompleks Percandian Batujaya),

meskipun Prof.Soekmono pernah menemukan satu arca dari lokasi yang sama pada tahun 1957.

Penemuan situs ini diawali dari ditemukannya sejumlah arca oleh sejumlah perajin batu bata

setempat.
Berdasarkan bentuk dan gaya tatahan arca yang ditemukan, situs ini diyakini sebagai

peninggalan masa Kerajaan Kediri awal (abad XI), masa-masa awal perpindahan pusat politik

dari kawasan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Selama ini Kerajaan Kediri dikenal dari sejumlah

karya sastra namun tidak banyak diketahui peninggalannya dalam bentuk bangunan atau hasil

pahatan.

4. Arca Buddha Vajrasattva

Arca Buddha Vajrasattva ini berasal dari zaman Kerajaan Kediri (abad X/XI). Dan sekarang

merupakan Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman

5. Prasasti Kamulan

Prasasti Kamulan ini berada di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini

dibuat dan dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, pada tahun 1194 Masehi, atau

1116 Caka. Melalui prasasti ini disebutkan bahwa hari jadi dari Kabupaten Trenggalek sendiri

tepatnya pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194.

6. Prasasti Galunggung

Prasasti Galunggung memiliki tinggi sekitar 160 cm, lebar atas 80 cm, lebar bawah 75 cm.

Prasasti ini terletak di Rejotangan, Tulungagung. Di sekeliling prasasti Galunggung banyak

terdapat tulisan memakai huruf Jawa kuno. Tulisan itu berjajar rapi. Total ada 20 baris yang

masih bisa dilihat mata. Sedangkan di sisi lain prasasti beberapa huruf sudah hilang lantaran

rusak dimakan usia. Di bagian depan, ada sebuah lambang berbentuk lingkaran. Di tengah

lingkaran tersebut ada gambar persegi panjang dengan beberapa logo. Tertulis pula angka 1123

C di salah satu sisi prasasti.


7. Prasasti Jaring

Prasasti Jaring yang bertanggal 19 November 1181. Isinya berupa pengabulan permohonan

penduduk desa Jaring melalui Senapati Sarwajala tentang anugerah raja sebelumnya yang belum

terwujud.vDalam prasasti tersebut diketahui adanya nama-nama hewan untuk pertama kalinya

dipakai sebagai nama depan para pejabat Kadiri, misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra, dan

Macan Kuning.

8. Candi Tuban

Pada tahun 1967, ketika gelombang tragedi 1965 melanda Tulungagung. Aksi Ikonoklastik, yaitu

aksi menghancurkan ikon – ikon kebudayaan dan benda yang dianggap berhala terjadi. Candi

Mirigambar luput dari pengrusakan karena adanya petinggi desa yang melarang merusak candi

ini dan kawasan candi yang dianggap angker.

Massa pun beralih ke Candi Tuban, dinamakan demikian karena candi ini terletak di Dukuh

Tuban, Desa Domasan, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Candi ini terletak

sekitar 500 meter dari Candi Mirigambar. Candi Tuban sendiri hanya tersisa kaki candinya.

Setelah dirusak, candi ini dipendam dan kini diatas candi telah berdiri kandang kambing, ayam

dan bebek.

Menurut Pak Suyoto, jika warga mau kembali menggalinya, maka kira – kira setengah sampai

satu meter dari dalam tanah, pondasi Candi Tuban bisa tersingkap dan relatif masih utuh.

Pengrusakan atas Candi Tuban juga didasari legenda bahwa Candi Tuban menggambarkan tokoh

laki – laki Aryo Damar, dalam legenda Angling Dharma dan jika sang laki – laki dihancurkan,

maka dapat dianggap sebagai kemenangan.


9. Prasasti Panumbangan

Pada tanggal 2 Agustus 1120 Maharaja Bameswara mengeluarkan prasasti Panumbangan tentang

permohonan penduduk desa Panumbangan agar piagam mereka yang tertulis di atas daun lontar

ditulis ulang di atas batu. Prasasti tersebut berisi penetapan desa Panumbangan sebagai sima

swatantra oleh raja sebelumnya yang dimakamkan di Gajapada. Raja sebelumnya yang dimaksud

dalam prasasti ini diperkirakan adalah Sri Jayawarsa.

10. Prasasti Talan

Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti ini berangka tahun

1058 Saka (1136 Masehi). Cap prasasti ini adalah berbentuk Garudhamukalancana pada bagian

atas prasasti dalam bentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap. Isi

prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk wilayah

Panumbangan memperlihatkan prasasti diatas daun lontar dengan cap kerajaan Garudamukha

yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada tahun 961 Saka (27 Januari 1040 Masehi) dan

menetapkan Desa Talan sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak

sehingga mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan cap kerajaan

Narasingha.

Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan yang amat sangat

terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai macam hak istimewa.

KEMUNDURAN/KEHANCURAN KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan

Nagarakertagama. Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum Brahmana,

perselisihan ini terjadi karena Raja Kertajaya memerintahkan kaum Brahmana untuk menyembah
dia sebagai raja, namun para kaum Brahmana menolak dan kemudian meminta perlindungan

Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang

merupakan daerah bawahan Kediri. Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi dekat Desa Ganter.

Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian, berakhirlah

masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.

Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan

Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kediri. Tahun 1258

Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sstrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan

putranaya, yaitu Jayakatwang.

Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam

masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh

Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu

tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan

menantu Kertanegara, Raden Wijaya.


BAB III

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/PurnaSenda/kerajaan-kediri-15219260?related=1

http://kumsej.blogspot.com/2012/11/dinasti-kediri_18.html

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:iLha9ZnvvHsJ:macheda.blog.uns.ac.id

http://id.wikipedia.org/wiki/kerajaan_panjalu_ciamis

http://taniacaroline.wordpress.com/2010/08/18/kerajaan-medang-kamulan/

http://tatkalam.blogspot.com

http://ilhamblogindonesia.blogspot.com/2013/08/10-benda-benda-dan-bangunan-

peningalan.html#ixzz3Jec3BzxC

http://id.wikipedia.org/wiki/Airlangga

http://sejarahn.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://okkybrawid.blogspot.com/

http://ainuttijar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kerajaan-kerajaan-di-indonesia.html

http://ainuttijar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kerajaan-kerajaan-di-indonesia.html

http://www.google.co.id/image

http://www.materisma.com/2014/08/sejarah-kerajaan-kediri-kehidupan.html?m=1

http://juragansejarah.blogspot.in/2012/05/sejarah-kerajaan-kediri.html?m=1

http://pendidikan4sejarah.blogspot.in/2011/01/kerajaan-kediri.html?m=1

https://prezi.com/ojv9wlodr9sp/sejarah-kerajaan-kediri/
https://indriblb.wordpress.com/2013/06/26/raja-raja-di-kerajaan-kediri/comment-page-1/

http://www.eastjava.com/tourism/kediri/ina/history.html

http://sejarahn.blogspot.in/2012/05/normal-0-false--false-false-in-x-none-x.html?m=1

http://jaluherlambang.blogspot.in/2012/11/makalah-kerajaan-kediri.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai