Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI

dr. INDRIA AUGUSTINA, M.Si


PARASITOLOGI FK UPR
Toxoplasma gondii
• Penyakit : toxoplasmosis
• Hospes definitif : kucing
• Hospes perantara : manusia
• Distribusi geografis
Tersebar luas (cosmopolitan) terutama di daerah beriklim tropis dan panas
dengan kelembaban tinggi. Negara yang penduduknya mempunyai
kebiasaan makan daging mentah atau dimasak kurang matang.
Cara infeksi
• Manusia terinfeksi secara didapat (acquired) pada anak maupun orang
dewasa dan bawaan (kongenital) dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
• Penularan yang didapat melalui per-oral, droplet infection, luka pada
kulit, transplantasi organ dan transfusi darah. Toxoplasmosis kongenital
melalui plasenta menyebabkan abortus, kematian janin dan bayi lahir
dengan gejala toxoplasmosis.
Siklus hidup
Parasit intraseluler obligat
Seksual dalam tubuh kucing
• Dalam epitel usus kucing terjadi sizogoni beberapa kali sampai terjadi gametogoni
• Gametogoni terbentuk gamet jantan dan betina  pembuahan zigot oocyst
keluar bersama feses kucing, oocyst mengalami sporogoni didalamnya
terbentuk 2 sporocyst yang masing-masing berisi 4 sporozoit

Aseksual dalam tubuh berbagai jenis hewan mamalia, unggas termasuk manusia,
kucing
• Masuknya oocyst  dalam lambung keluar sporozoit menembus dinding usus 
sirkulasi darah, difagositosis oleh makrofag  berdiferensiasi menjadi takizoit,
memanfaatkan sel fagosit sebagai transporter
• Fase akut parasit tersebar dan menginfeksi semua sel kecuali eritrosit oleh takizoit
• Fase kronis setelah timbul respon imun, parasit menjadi pseudokista yang berisi
bradizoit, kista dapat hidup lama dalam otak, otot jantung dan otot skeletal
Gejala klinis
• Gejala klinis ringan mirip flu
• Beberapa pasien menunjuk-kan tanda
mononucleosis like syndrome seperti demam,
ruam makulopapular (Blue-berry muffin) yang
mirip dengan kelainan kulit pada demam tifoid
• Infeksi toxoplasmosis pada orang dewasa
menyebabkan gejala psikiatri seperti delusi dan
halusinasi
• Trias klasik pada toksoplasmosis kongenital berat,
yaitu: hidrosefalus, korioretinitis dan kalsifikasi
intrakranial
Gejala klinis
• Infeksi pada awal kehamilan ini dapat
menyebabkan gejala yang lebih parah pada janin,
meskipun ibunya tidak merasakan tanda dan
gejala infeksi toksoplasma.
• Pada bayi baru lahir yang bergejala salah satu
atau keseluruhan tanda dari trias klasik mungkin
timbul, disertai gejala infeksi lain-nya meliputi
hepatosplenomegali, ikterus, trombositopenia,
limfadenopati dan kelainan susunan saraf pusat
Diagnosis
• Tes serologi, ELISA, PCR
Terapi
• Spiramisin 3 gram/hari
untuk awal trimester 1 atau 2, tidak menyebabkan teratogenik
• Pengobatan dengan spiramisin harus ditambahkan pirimetamin
(25-50mg/hari), sulfadiazin (2-4 gram/hari) dan asam folat (10-25
mg/hari) setelah usia kehamilan 18 minggu
Pencegahan
• Perbaikan hygiene makanan dan minuman
• Masak daging matang
• Pengobatan penderita atau sumber infeksi
TES SEROLOGI
a. bila IgG (-) dan IgM (+)
• Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan
awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3 minggu
kemudian untuk melihat apakah IgG berubah
menjadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak
spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi T.
gondii
b. bila IgG (-) dan IgM (-)
• Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk
terinfeksi.
TES SEROLOGI
c. bila IgG (+) dan IgM (+)
• Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau
mungkin juga infeksi lampau tapi IgM nya masih
terdeteksi (persisten=lambat hilang). Oleh sebab itu
perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum
yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya
terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil.
• Keadaan ini perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
Aviditas IgG. Bila aviditas IgG tinggi, menunjukkan
infeksi didapat lebih dari 4 bulan yang lalu
TES SEROLOGI
d. bila IgG (+) dan IgM (-)
Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila
pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan,
berarti infeksinya terjadi sebelum kehamilan
dan saat ini telah memiliki kekebalan. Bagi
penderita yang sudah pernah terpapar, nilai
IgG tidak akan kembali ke angka negatif or nol.
Morfologi

Takizoit
• Berbentuk seperti busur panah atau bulan
sabit (crescent) dengan kedua ujung runcing
atau satu ujung tumpul
• Ukuran 4-8 µm x 2-4 µm
• Inti berbentuk oval, terletak sentral atau
subsentral, karyosome berupa bercak-bercak
Morfologi T.gondii

Schematic drawings of a tachyzoite (left) and a bradyzoite (right) of


T. gondii. The drawings are composites of electron micrographs.
Morfologi
Tissue cyst atau pseudokista
• Pseudokista berbentuk bulat, berdinding
tipis, di dalamnya berisi koloni bradizoit
• Ukuran bisa mencapai 100 µm
• Bentuk bradizoit dapat hampir bulat atau oval
Morfologi Tissue Cyst T.gondii
Morfologi
Ookista
• Berbentuk oval, berdinding tebal
• Ukuran 10x12 µm
• Ookista yang baru berinti 1, bila sudah matur
dapat berisi 2 sporokista yang masing-masing
berisi 4 sporozoit sehingga inti berjumlah 8
Morfologi Oocysts T. gondii

Oocysts of T. gondii. (A) Unsporulated oocyst. Note the central


mass (sporont) occupying most of the oocyst. (B) Sporulated oocyst with
two sporocysts. Four sporozoites (arrows) are visible in one of the
sporocysts. (C) Transmission electron micrograph of a sporulated oocyst.
Note the thin oocyst wall (large arrow), two sporocysts (arrowheads), and
sporozoites, one of which is cut longitudinally (small arrows).
Malaria Pada Kehamilan
• Penyakit malaria dapat menyerang semua
individu tanpa membedakan umur dan jenis
kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil
• Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan
berbagai keadaan patologi pada ibu hamil dan
janin yang dikandungnya
• Dampak klinis malaria pada ibu hamil tergantung
pada tingkat kekebalan ibu hamil terhadap
malaria  tingkat transmisi malaria tempat asal
• Di daerah endemisitas tinggi (stabil), dimana
penduduknya sudah mempunyai imunitas
terhadap malaria, jarang terjadi malaria berat
dan kematian
• Sementara di daerah non endemis (tidak stabil)
kehamilan meningkatkan resiko penyakit
maternal yang berat, kematian janin maupun
kelahiran premature
• Infeksi Plasmodium falciparum selama
kehamilan, konsentrasi eritrosit yang terinfeksi
parasit banyak ditemukan di plasenta 
respon imun terhadap parasit mengalami
supresi
• Supresi sistem imun masa kehamilan
menyebabkan hormon progesteron meningkat
 aktivasi limfosit T terhambat terhadap
antigen parasit
• Antigen parasit memicu pelepasan sitokin
• Sitokin dihasilkan oleh makrofag / monosit
dan limfosit T
• Sitokin yang banyak berperan pada patologi
malaria adalah TNF-α
• TNF-α memicu pembentukan sitokin lain yaitu
IL-1, IL-6, IL-12, IFN-γ dan meningkatkan
sintesis prostaglandin
• Pada wanita hamil yang menderita malaria
terdapat kenaikan TNF-α, IL-1 dan IL-8 pada
jaringan plasenta
• Kadar TNF-α yang tinggi pada plasenta
memicu proses penempelan eristrosit
terinfeksi pada kapiler plasenta 
menimbulkan gangguan aliran darah plasenta
 gangguan aliran nutrisi pada janin
• Jika proses berlanjut menyebabkan
pertumbuhan janin terganggu  berat badan
lahir rendah
• Seiring peningkatan TNF-α pada plasenta
terdapat peningkatan prostaglandin 
kelahiran premature
HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologi ditandai eritrosit
yang terdapat parasit, pigmen malaria dalam
ruang intervilli plasenta, monosit
mengandung pigmen, infiltrasi mononuklear,
syncitial knotting, kerusakan trofoblas,
nekrosis fibrinoid dan penebalan membran
basalis trofoboblas
Gejala Klinis
• Kelompok ibu hamil dengan imunitas rendah
yaitu anemia berat, demam, malaria serebral,
hipoglikemia, edema paru, kematian ibu
• Komplikasi pada janin yaitu abortus, kematian
janin intrauterine, berat badan lahir rendah,
kelahiran premature
DIAGNOSIS
• Gejala klinis
• Hapusan darah tipis dan tetes tebal
• Rapid Test Diagnostic
• ELISA
• PCR
TATALAKSANA
• Malaria falciparum tanpa komplikasi
Trimester 1 : Kina 10 mg/kgBB 3 kali sehari selama
7 hari ditambah klindamisin 10 mg/kgBB 2 kali
sehari selama 7 hari
Trimester 2 & 3 : Artesunate 2 mg/kgBB sekali
sehari selama 7 hari ditambah klindamisin 10
mg/kgBB 2 kali sehari selama 7 hari
• Malaria non falciparum tanpa komplikasi
Klorokuin fosfat 10 mg/kgBB sekali sehari selama 2
hari dilanjutkan dengan 5 mg/kgBB sekali sehari
pada hari ketiga
`
• Malaria berat
- Artesunat 2,4 mg/kgBB iv pada jam 0, 12, 24
dilanjutkan setiap 24 jam sampai pasien dapat
makan
- Kina iv dengan dosis awal 20 mg/kgBB dalam
4 jam kemudian 10 mg/kgBB dalam 8 jam
dilanjutkan 10 mg/kgBB setiap 8 jam selama
7 hari

Anda mungkin juga menyukai