PENDAHULUAN
.1 LATAR BELAKANG
Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antara lain ke arah pemeriksaan
secara imunologis. Prinsip dan pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi)
yang spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap
adanya benda asing (kuman antibodi yang terburuk dapat berupa Imonoglobulin M
(IgM) dan Imonoglobulin G (IgG).
.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teoritis infeksi torch ?
2. Bagamaina asuhan keperawatan pada infeksi torch ?
.3 TUJUAN
Mengetahui konsep teoritis dan asuhan keperawatan pada infeksi torch.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. KONSEP TEORITIS INFEKSI TORCH
A. TOXOPLASMOSIS
1. Defenisi dan Patofisiologi Toxoplasma Kongenital (Anik & Eka, 2017).
a. Transmisi toxoplasma kongenital hanya terjadi bila infeksi toxoplasma
akut terjadi selama kehamilan
b. Bila infeksi akut di alami ibu selama kehamilan yang telah dimiliki
antibody antitoxoplasma karena sebelumnya telah terpapar, risiko bayi
lahir memperoleh infeksi kongenital adalah sebesar 4-7/1000 ibu hamil.
c. Risiko meningkat menjadi 50/1000 ibu hamil bila ibu tidak mempunyai
antibody spesifik
d. Keadaan parasitemia yang ditimbulkan oleh infeksi maternal
menyebabkan parasite dapat mencapai plasenta
e. Selama invasi dan menetap di plasenta parasite berkembang biak serta
sebagian yang lain berhasil memperoleh akses ke sirkulasi janin.
f. Telah diketahui adanya korelasi antara isolasi tokoplama di jaringan
plasenta dan infeksi neonatus, artinva bahwa hasil isolasi positif
dijaringan plasenta menunjukkan terjadinya infeksi pada neonatus dan
sebaliknya hasil isolasi negative menegaskan infeksi neonatus tidak ada.
g. Berdasarkan hasil pemeriksaan otopsi neonatus yang meninggal dengan
toksoplamosis kongenital ini disusunsuatu konsep bahwa infeksi yang
diperoleh janin dalam uterus terjadi melalui aliran darah serta infeksi
plasenta akibat toksoplamosis merupakan tahapan penting setelah fase
infeksi maternal dan sebelum terinfeksinya janin.
h. Selanjutnya konsepsi ini berkembang lebih jauh dengan hasil-hasil
penelitian sebagai berikut :
i. Frekuensi infeksi toksoplamosis kongenital sama dengan frekuensi
infeksi plasenta
j. Tiap-tiap kasus bergantung pada usia kehamilan saat terjadinya infeksi
maternal serta apakah ibu memperoleh pengobatan selama kehamilan.
2. Etiologi (Anik & Eka, 2017) :
a. Keadaan toksoplasmosis di suatu daerah dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti kebiadaan makan daging kurang matang, adanya kucing
yang terutama dipelihara sebagai binatang kesayangan, adanya tikus dan
burung sebagai hosper perantara yang merupakan binatang buruan
kucing, adanya sejumlah vector seperti lipas atau lalat yang dapat
memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan.
b. Cacing tanah juga berperan untuk memindahkan ookista dari lapisan
dalam ke permukaan tanah
c. Walaupun makan daging kurang matang merupakan cara transmisi yang
penting untuk T. gondii, transmisi melalui ookista tidak dapat di abaikan.
d. Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta butir ookista sehari
selama 2 minggu.
e. Ookista menjadi matang dalam waktu 1 – 5 hari dan dapat hidup lebih
dari setahun di tanah yang panas dan lembab.
f. Ookista mati pada suhu 45-55ºC, juga mati bila di keringkan atau bila
bercampur formalin, ammonia, atau larutan iodium.
g. Transmisi melalui bentuk ookista menunjukkan infeksi T. gondii pada
orang yang tidak senang makan daging atau terjadi pada binatang
herbivora.
h. Untuk mencegah infeksi T. gondii (terutama pada ibu hamil) harus
dihindari makan daging kurang matang yang mungkin mengandung kista
jaringan dan menelan ookista matang yang terdapat dalam tinja kucing.
Kista jaringan dalam daging tidak infektif lagi bila sudah dipanaskan
sampai 66ºC atau di asap.
3. Diagnosis Pranatal (Anik & Eka, 2017) :
a. Pengantar : Menyadari besarnya dampak toksoplasmosis kongenital pada
janin, bayi serta anak-anak disertai kebutuhan akan konfirmasi infeksi
janin prenatal pada ibu hamil, maka para klinisi / obstetrikus
memperkenalkan metode baru yang merupakan koreksi atass konsep
dasar pengobatan toksoplasmosis kongenital yang lampau.
1) Konsep lama hanya bersifat empiris dan berpedoman pada hasil
uji serologik ibu hamil.
2) Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan amniosentesis
dengan panduan ultra sonografi guna memperoleh darah janin
ataupun cairan ketuban sebagai pendekatan diagnostic
merupakan ciri para obstetrikus pada decade 90-an.
3) Selanjutnya segera dilakukan pemeriksaan spesifik dan rumit
yang sifatnya biomolekular atas komponen janin tersebut
(darah atau cairan ketuban) dalam waktu relatil singkat dengan
ketepatan yang tinggi.
4) Hasilnya sangat menentukan untuk pengobatan selanjutnya.
5) Upaya ini dikenal dengan diagnostik pra-natal. Diagnostik
prenatal dipandang lebih efektif untuk menghindari atau
menekan risiko toks karena itu, upaya diagnostik prenatal
disebut.
6) Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali
pusar) atau amniosemesis (aspirasi cairan ketuban) dengan
tuntunan ultrasonografi.
7) Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel
fibroblast, ataupun di inokulasi ke dalam ruang peritoneum
tikus diikuti isolasi parasit, ditunjukkan untuk mendeteksi
adanya parasite.
8) Pemeriksaan dengan teknik P.C.R. Guna mendeteksi D.N.A. T.
gondii pada darah janin atau cairan ketuban.
9) Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin guna :
Mendeteksi antibody IgM janin spesifik (anti-toksopiasma).
10) Pemeriksaan tambahan berupa penetapan enzim liver, platelet,
leukosit (monisit dan eosinofil) dan limfosit khususnya rasio
CD4 dan CDS. Daffos et al.(1988) mengembangkan tindakan
diagnosis prenatal untuk toksoplasmosis kongenital dengan
serial / berulang. Di katakana prosedur ini relative aman bila
mulai dilakukan pada umur kehamilan 19 minggu dan
seterusnya.
11) Diagnosis toksoplasma kongenital ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan yang menunjukkan adanya IgM janin spesifik
(antitoksoplasma) dari darah janin.
12) Di temukan parasit pada kultur ataupun inokulasi tikus dan
D.N.A. dari T. gondii dengan P.C.R. darah janin ataupun cairan
ketuban.
13) Beberapa faktor yang harus diperhatikan karena sangat
menentukan agar upaya diagnostic prenatal menjadi aman,
terpercaya, dan efisien adalah sebagai berikut.
b. Di dahului oleh skrining serologic maternal / ibu hamil, hasilnya harus
memenuhi kriteria tertentu sebelum di lanjutkan ke prosedur diagnostic
prenatal. Jika ada satu dari 4 syarat dibawah ini terpenuhi, akan
dilakukan kordosintesis atau amniosintesis.
1) Antibody IgM+.
2) Serokonvensi dengan interval waktu 2-3 minggu, perubahan
dari seronegatif menjadi seropositif IgM dan IgG.
3) Liter IgG yang tinggi ≥ 1 / 1024 (ELISA).
4) Avidasi IgG 5 ≤ 200.
c. Keterampilan klinis melakukan kordosintesis atau amniosintesis dengan
tuntunan ultrasonografi.
d. Kecermatan dan keterampilan yang terlatih dalam mengerjakan
pekerjaan rumit dan khusus di laboratorium di antaranya meliputi kultur,
inokulasi, teknik ELISA dan P.C.R.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Icemi Sukarni dan Wahyu dalam buku Keperawatan Maternitas,
adapun tanda dan gejala yang terjadi yaitu :
a. Pada ibu
Terkadang toxoplasma dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
gejala influenza, timbul rasa lelah, malaise, dan demam. Akan tetapi
pada umumnya tidak menimbulkan masalah yang bearti. Pada
umumnya, infeksi toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang
spesifik. Ada beberapa gejala yang mungkin ditemukan pada orang
yang terinfeksi toksoplasma, gejala – gejala tersebut adalah :
1) Pyrexia of unknown origin (PUO).
2) Terlihat lemas dan kelelahan, sakit kepala, rash, myalgia
perasaan umum (tidak nyaman atau gelisah).
3) Pembesaran kelenjar limfe pada serviks posterior.
4) Infeksi menyebar ke saraf, otak, korteks dan sel retina mata.
Infeksi toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya
penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat
penekan respon imun).
b. Pada janin
Jika wanita hamil terinfeksi toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi
pada janinnya adalah abortus spontan atau keguguran, lahir mati, atau
bayi menderita toxoplasma bawaan. Pada awal kehamilan infeksi
toxoplasma dapat menyebabkan aborsi dan biasanya terjadi secara
berulang. Namun jika kandungan dapat dipertahankan, maka dapat
mengakibatkan kondisi yang lebih buruk ketika lahir. Diantaranya :
1) Lahir mati (still birth)
2) Ikterus dengan pembesaran hati dan limpa
3) Anemia
4) Perdarahan
5) Radang paru
6) Penglihatan atau pendengaran kurang
7) Risiko terburuknya dari terjangkitnya infeksi ini pada janin
adalah saat infeksi maternal akut terjadi di trimester ketiga.
5. Terapi dan Pencegahan :
Mk : Hipertermia
Mk : risiko
ketidakseimbanga
n elektrolit
2.2. ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI TORCH
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
1) Suhu tubuh
2) Malaise
3) Sakit tenggorokan
4) Mual dan muntah
5) Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Klien sering berkontak langsung dengan binatang
2) Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3) Klien pernah mendapatkan transfusi darah
d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data sosial dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
1) Mata : nyeri
2) Perut : diare, mual dan muntah
3) Integument : suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, dan
timbulnya rash pada kulit.
4) Muskuloskletal : nyeri dan kelemahan
5) Hepar : hepatomegali dan icterus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya proses infeksi atau inflamasi.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
ditandai dengan suhu tubuh yang tinggi.
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan tidak adekuatnya
masukan makanan dan cairan ditandai dengan diare.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
P = Patient,population,problem
kata-kata ini mewakili pasien, populasi, dan masalah yang diangkat dalam
karya ilmiah yang ditulis.
kata- kata ini mewakili intervensi, factor prosnostik atau paparan yang akan
diangkat dalam karya ilmiah.
Kata ini mewakili target apa yang ingin dicapai dari suatu penelitian misalnya
pengaruh atau perbaikan dari suatu kondisi atau penyakit tertentu
Pengarang :
1. Zida Maulina Aini
2. Juminten Saimin
Juduljurnal :
“ Hubungan Infeksi Torch Pada Kehamilan Dengan Kejadian Kelainan
Kongenital Pada Bayi Baru Lahir “
P 1. Problem
Infeksi TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan dan berbagai
keluhan yang bisa menyerang siapa saja,
mulai anak-anak sampai orang dewasa,
baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang
terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan
kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu
cacat fisik dan mental yang beraneka
ragam.
2. Population
Tiga puluh tiga sampel yang terdiri dari
wanita hamil dengan usia dari 24 tahun
sampai dengan 38 tahun. Pengambilan
sampel dengan menggunakan total
sampling.
3. Patient
Ibu hamil
I Pada wanita hamil terinfeksi
Toxoplasma maka akibat yang dapat
terjadi adalah abortus spontan (4%), Intra
Uterine Fetal Death (IUFD) (3%) atau
bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat
muncul setelah dewasa, misalnya kelainan
mata dan telinga, retardasi mental, kejangkejang dan ensefalitis. Pada
penelitian ini
terdapat sampel yang hanya positif IgG
Toxoplasma atau kombinasi dengan IgG
yang lain seperti seperti IgG Rubella atau
IgG CMV. Pada sampel yang ketiga titer
IgG mempunyai nilai positif kemungkinan
cukup besar terjadi kelainan kongenital
pada bayinya walaupun titer tidak terlalu
tinggi. Selain itu, juga ditemukan sampel
dengan titer sangat tinggi (menandakan
infeksi belum terlalu lama terjadi) akan
tetapi bayi aterm. Walaupun kemungkinan,
gejala infeksi TORCH bisa muncul pada saat anak tumbuh dewasa.
Kelainan kongenital terbanyak didapatkan dari
ketiga titer yang positif akan tetapi ada 1
sampel dengan IgG Toxoplasma dan IgG
CMV terdapat kelainan kongenital, infeksi
CMV dipopulerkan sebagai penyakit yang
berdampak negatif terhadap janin atau
fetus yang dikandung oleh wanita hamil
yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi
maternal atau ibu hamil kebanyakan
bersifat silent, asimtomatik tanpa disertai
keluhan klinik atau gejala, atau hanya
menimbulkan gejala yang minim bagi ibu,
namun dapat memberi akibat yang berat
bagi fetus yang dikandung, dapat pula
menyebabkan infeksi kongenital, perinatal
bagi bayi yang dilahirkan
.1 KESIMPULAN
Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan
ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai
berikut :
1. Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi
dan lainnya terlebih dahulu di masak dengan matang hingga suhu mencapai 60
derajat celcius, agar oosista – oosista yang mungkin terbawa di dalam daging
tersebut dapat mati.
2. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah
infeksi yang masuk kedalam tubuh kucing. Tempat makan, minum, dan alas
tidur harus selalu dicuci atau dibersihkan.
3. Hindari kontak dengan hewan – hewan mamalia liar.
4. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan.
.2 Saran
Dalam penulisan makalah tentu banyak kekurangan, penulis mohon maaf dan
penulis meminta saran dari pembaca.
Daftar Pustaka
Anik & Eka. (2017). Asuhan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Jakarta : Trans Info
Media
Persatuan perawat indonesia. Cetakan ii (2019). Standar diagnosa keperawatan indonesia.
Jakarta : DPP PPNI