Anda di halaman 1dari 22

MODUL SKRINING PERKEMBANGAN BERBAHASA

EARLY LANGUAGE MILESTONE SCALE


EDISI -2
( James Coplan, MD )

PANDUAN PEMERIKSA

Sub Bagian Tumbuh Kembang / Pediatri Sosial


FK Universitas Diponegoro / Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Daftar Isi

1. Latar belakang
Early Language Milestone Scale Edisi-2 ( ELMS-2 )
Tujuan yang diharapkan
2. Modul 1. Konsep Dasar Perkembangan Anak ........................................... 1

Perkembangan Bahasa Normal .................................................. 1

Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa ............................ 5


3. Modul 2. Pelaksanaan dan Skoring ..................................................... 16
Informasi Umum ................................................................................. 16

Metode Skoring Pass/Fail .................................................................. 22

Metode Skoring Poin .......................................................................... 34

4. Instruksi Tiap Item .............................................................................. 69


Auditory Expressive ............................................................................ 69

Auditory Receptive .............................................................................. 83


Visual .................................................................................................. 86

5. Riset Dasar ELM Scale-2 ................................................................... 89

Data Normatif ..................................................................................... 89


Penelitian-penelitian Validasi .............................................................. 96

Reliabilitas .......................................................................................... 99

Skrining dan Tes Perkembangan Bayi ............................................... 102

2
3
Latar belakang
Bahasa merupakan suatu sistem yang meliputi berbagai simbol untuk
menyampaikan, memahami dan menyimpan ataupun bertukar informasi.
Perkembangan bahasa pada bayi secara normal menggunakan sarana
pendengaran dan visual. Berbahasa lebih luas artinya dibanding berbicara, oleh
karena berbicara hanya merupakan salah satu perkembangan bahasa.

Early Language Milestone Scale Edisi-2 ( ELMS-2 )


ELM Skala-2 terdiri dari 43 item dalam tiga divisi: Ekspresi Auditorik (Auditory
Expressive / AE), Penerimaan Auditorik (Auditory Receptive / AR), dan Visual (V)
(lihat gambar 2.1). Material-material yang diperlukan untuk pelaksanaan tes ELM
Skala-2 meliputi panduan bagi pemeriksa, satu lembar skoring ELM Skala-2, dan
perlengkapan obyek untuk tes. Harus ada seseorang yang bisa menceritakan
(narasumber) dan memahami kemampuan-kemampuan anak (biasanya ayah
atau ibu dari anak tersebut). Bila anak tak memiliki orang tua, maka peran tadi
dapat digantikan oleh orang dewasa lainnya yang mengenal anak tersebut,
seperti orang tua asuh atau gurunya. Jika anak telah dikenal dengan baik oleh si
pemeriksa, maka pemeriksa ini juga dapat menggantikan peran orang tua anak
tadi. Sebagai contoh, pada stimulasi bayi atau program-program untuk anak-
anak prasekolah, maka guru anak tadi mungkin ingin melakukan penilaian
periodik tentang kemampuan bahasa anak tersebut. Dalam situasi ini, guru dapat
bertindak sebagai pemeriksa sekaligus narasumber.

Tujuan yang diharapkan


Tujuan Skrining adalah untuk identifikasi individu dengan peningkatan risiko
terjadinya kelainan tertentu . Individu yang teridentifikasi dengan peningkatan
risiko kelainan pd proses skrining harus menjalani evaluasi diagnostik formal
untuk menentukan apakah kelainan yang tersaring benar-benar ditemukan. ELM
Skala-2 diatur agar tidak ada identifikasi berlebihan pada anak normal ( loss of
spesificity ) dan tidak terjaringnya anak dengan kelainan bahasa ( loss of
sensitivity ).

4
Modul 1

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BAHASA

 Bahasa Ekspresif Auditors

 Tahun I: satu seri vokalisasi prelinguistik, meliputi suara musikal, vokal


suara terbuka, tertawa, tiupan ( “raspberry” atau “Bronx cheer”), ocehan
monosilabel (“ga”, “ba”, “da”, dll) dan ocehan polisilabel (“bababababa”,
“dadadada”, “lalalala”, dll, disebut lalling).
 Sama pada anak normal, usia & kultur yang sama
 Bayi dengan pendengaran normal mulai membatasi keluaran vokalnya pada
sebelum usia 6 bulan.
 Usia 6 – 9 bulan: “mama” atau “dada” nonspesifik
 Usia 10 bulan: menghubungkan vokal-vokal dengan target individu dan
hanya untuk memanggil orang tuanya
 Usia 1 tahun: satu atau dua kata (mama, dada atau nama anggota keluarga
atau binatang peliharaannya
 Usia 12 – 18 bulan: berkembang secara stabil, gradual dan orang tua dapat
membuat daftar kata si anak.
 Usia 18 – 20 bulan: perkembangan sangat cepat. Dari menambah satu kata
baru dalam beberapa hari, tiba-tiba anak dapat menambah beberapa kata
setiap harinya. Mulai menyusun frase (“Want cookie!”, “See doggie”, dll)
 Usia 30 bulan: kalimat yang terdiri dari 3 – 5 kata dengan subyek dan
predikat, tetapi tata bahasa masih buruk (“Daady go store?”)
 Sering disebut telegraphic
 Usia 3 tahun: kalimat deklaratif dengan artikel, kata sambung & plurarisasi,
dan tata bahasa yang lebih baik.
 Usia 2 – 4 tahun: berbicara dengan bahasa aslinya
 Keterlambatan: kesalahan pengucapan kata-kata tertentu (developmental)
atau menyimpang dari perkembangan anak normal (undevelopmental).
 Pengasuh yang mendengarkan kesalahan pengucapan anak dapat
melakukan koreksi secara langsung.
 Anak 4 tahun sering mengganti huruf w à r dan th à s tidak terganggu
kepandaiannya (““thilly wabbit” à “silly rabbit”)
 Undevelopmental akan menurunkan kepandaian si anak akibat pengasuh
tidak mengerti kata-kata yang salah diucapkannya.
 Skrining: penting untuk menilai kepandaian secara keseluruhan
 Petunjuk umum: “rumus 4s”, usia anak dibagi 4 (dalam tahun) à proporsi
kata yang tidak dipahami oleh pendengar dari keseluruhan kata yang
dikatakan si anak.

5
 Bahasa Pendengaran Reseptif

 Mulai dari satu seri perkembangan prelinguistik (non simbolik), yakni


respon terhadap suara ( berhentinya menghisap, membuka mata lebih
lebar atau perubahan denyut jantung) sebagai respon terhadap suara
 Bayi à suara orang bicara lebih mengganggu dari suara biasa
 Usia 4 – 6 bulan: bila menoleh kearah bunyi tertentu, seolah-olah melihat
obyek yang mengeluarkan bunyi.
 Pendengaran reseptif prelinguistik = orientasi terhadap bunyi
 Kegagalan berorientasi pada bel sampai 8 bulan à gangguan bahasa
pada usia 8 tahun
 Usia 9 bulan: mengenali & berespon terhadap nama, mengerti perintah
“Tidak”, mengikuti perintah sederhana bila dirangsang dengan gerakan
isyarat (“Berikan pada saya” bila tangan diulurkan).
 Usia 12 bulan: satu perintah tanpa gerakan isyarat.
 Usia 2 tahun: melakukan 2 langkah perintah baru, seperti duduk dan
makan siang
 Usia 36 bulan: perintah preposisi
 Usia 24 – 48 bulan: memahami pertanyaan dengan kata tanya;
pertanyaan kongkret (apa, siapa, dimana) diikuti pertanyaan abstrak
(kapan dan mengapa)

 Bahasa Visual

 Bersamaan dengan prelinguistik dan linguistik


 Neonatus lebih suka melihat gambaran wajah manusia dibanding
geometrik
 Minggu pertama: melirik pada orang tua tanpa mengenali
 6 – 10 minggu: mengenali / tersenyum pada orang tua
 Kemudian dapat mendemonstrasikan pengenalan visualnya pada obyek,
(membuka mulut bila melihat botol susu)
 6 bulan: hubungan visual dan pendengaran (menoleh pada suara /bunyi)
 7 – 9 bulan: berespon pada gerakan ( “cilukba”), menggunakan gerakan
natural (mengangkat tangan bila akan mengambil benda)
 12 bulan: menunjuk dengan jari telunjuk & menyebut satu kata
 3 tahun: menunjuk & menghitung jari à bahasa visual tertinggi sampai
pengenalan membaca dan menulis.

6
Modul 2

EPIDEMIOLOGI GANGGUAN PERKEMBANGAN BICARA DAN BAHASA

Gangguan perkembangan bicara dan bahasa


 Terjadi pada 10 – 15% anak prasekolah
 Istilah “delayed speech” sebenarnya adalah kurang benar karena terdapat
variasi luas dari kelainan perkembangan bicara dan bahasa.
Pola perkembangan bicara dan bahasa anak (pendengaran ekspresif,
reseptif, visual) dan area non bahasa (motorik halus, adaptif, sosial, motorik
kasar) dapat membantu membedakan berbagai kelainan perkembangan
bicara dan bahasa.

Kehilangan Pendengaran
 1/1000 anak lahir dengan ketulian bilateral berat (tuli)
 3/1000 anak sangat terganggu pada masa anak-anak
 Anak dengan tuli parsial permanen (ringan – sedang, unilateral,atau ketulian
pada frekwensi tinggi) tidak diketahui (10/1000 à konservatif)

Tabel 1.1. Gambaran bahasa pada berbagai kelainan perkembangan

HL MR DLD Autisme Disartria Anat

Pendengaran Ekspresif
∑ perbendaharaan X X X X
kata X X X X
Kompleksitas bahasa X Xa Xb X Xb
Kepandaian Xb Xb
Suara X Xb
Persajakan X
Pragmatik X X Xb X
Pendengaran Reseptif X X
Visual

X = terlambat, berkurang /abnormalitas lain; HL = Kehilangan pendengaran;


MR= Retardasi Mental; DLD= ggn perkembangan bahasa; Anat= Keln anatomi bahasa
a
Kepandaian biasanya normal normal untuk level perkembangan anak dibandingkan usia
kronologis, bVariabel.

 Kehilangan pendengaran sulit terdeteksi tanpa tes audiologis formal


 Rata-rata usia ketulian kongenital di USA ialah 24 bulan
 Rata-rata umur diagnosa ialah usia 4 - 5 tahun (skrining di sekolah)

7
 Ketulian berakibat gangguan kepandaian, komprehensif & penurunan verbal
 Bahasa visual, biasanya normal.
 Efek ketulian bervariasi tergantung dari usia onset, keparahan,
keterlambatan diagnosis, adanya gangguan intelektual dan faktor lainnya
 Sulit membedakan apakah gangguan perkembangan terjadi akibat kelainan
otak atau efek ketulian
 Ketulian > 90dB & frekwensi < 1000Hz à gangguan berat bicara &
pendengaran à kelainan permanen sistem pendengaran (tuli perseptif)
 1/3 ketulian sementara à komplikasi otitis media & efusi telinga tengah
( ketulian pada 25dB ± 10dB )
 Mengganggu perkembangan bicara & bahasa bila disertai gangguan
perkembangan susunan syaraf pusat pada usia 12 bulan pertama

Tabel 1.2. Penyebab organik dari kelainan bahasa.


Penyebab Contoh
organik

Kelainan kromosom Trisomi 21 (Sindrom Down); XXY ( Sindrom Kleinfelter)

Kelainan gen tunggal Fragile-X; PKU; kelainan metabolisme bawaan lain; NF

Infeksi intrauterin CMV; HIV; Rubela (Virus German)

Teratogen lain Sindrom alkohol fetal, beberapa obat (valproat, hidantoin)

Kejadian perinatal Perdarahan intraserebral

Poligenik Gangguan bahasa familial tanpa penyebab spesifik

Retardasi Mental
 Fungsi intelektual umum dibawah rata-rata & keterlambatan perilaku adaptif,
selama periode perkembangan otak
 Sekitar 3% anak mengalami retardasi mental.
 Penilaian: pengukuran standar bahasa & kemampuan pemecahan masalah
 Ketrampilan adaptif: makan, toileting, berpakaian & manjaga diri sendiri.
 Periode perkembangan dari lahir - 5 thn (periode perkembangan otak cepat)
 Semua kemampuan bahasa akan terlambat, kepandaian juga kurang.
 Bahasa reseptif juga terlambat meskipun tidak jelas.

8
Tabel 1.3. Gambaran ketulian

I. Tipe VI. Etiologi


Sensorineural Genetik
Konduktif AR, AD, X-linked
Campuran Kromosomal
II. Keparahan (dB HL) Sindrom sporadis
10-25 Minimal Teratogenik
26-41 Ringan Rubella, CMV
41-55 Sedang Quinine, Streptomisin
56-70 Sedang-berat Infeksi (postnatal)
71-90 Berat Bakterial
>90 Sangat berat Virus
III. Frekwensi (Hz) Traumatik
250-500 Rendah Perdarahan subarakhnoid
500-3000 Sedang Fraktur basal kepala
>3000 Tinggi Trauma suara
IV. Usia Kejadian Toksik
Prenatal Obat-obatan
Perinatal Aminoglikosida
Postnatal Loop diuretik
Prelingual (<36 bulan) Quinine / Chloroquine
Postlingual (> 36 bulan) Cis-Platinum
V. Perjalanan Timah, Merkuri
Transien Metabolik
Permanen Bilirubin
Statis Hipoksia
Progresif Asidosis
Neoplastik
Tabel 1.4. Indikasi evaluasi audiologi.

• Pasca perawatan NICU


• Berat lahir < 2500g: semua kasus
• Berat lahir > 2500g: dengan komplikasi (asfiksia, kejang, sirkulasi
fetal persisten, perdarahan intrakranial, bantuan ventilasi,
hiperbilirubinemi, obat ototoksik)
• Infeksi intrauteri yang masih suspek atau sudah terbukti
• Meningitis bakterial
• Anomali dari cabang pertama dan kedua dari arkus brakialis
( mikrotia, displasia aurikular, mikrognatia)
• Anomali neural crest / ektoderm (jarak kedua mata melebar,
defek pigmentasi)
• Riwayat keluarga dengan ketulian menurun atau tanpa sebab
yang jelas
• Kepedulian orang tua tanpa memandang adanya ketulian
• Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa
• Kelainan perkembangan lain (mental retardasi, CP, autisme,

9
Tabel 1.5. Hubungan berbagai diagnosis perkembangan pada 76 anak
dengan gangguan perkembangan bicara yang dirujuk untuk dilakukan
penilaian.

Diagnosisa* Jumlah anak (%)

DLD 41 (54)
Gangguan belajar 20 (26)
Retardasi mental 18 (24)
Ketulian 7 ( 9)
Autisme 4 (5)
Kejang 3 (4)

( *Beberapa anak dengan lebih dari satu diagnosis )

Kelainan Perkembangan Bahasa ( KPB )


 Kelainan dari perkembangan bahasa yang tidak disebabkan oleh
ketulian, gangguan emosi, keterlambatan kognitif global, cacat fisik,
abnormalitas anatomis dari pita suara, atau gangguan lingkungan, tetapi
karena gangguan area bahasa di otak.
 Prevalensi tidak diketahui, sekitar 5 – 10% prasekolah
 Didominasi keterlambatan bicara & gangguan ketrampilan bicara.
 Membaik pada usia 5 tahun
 Beberapa anak bicara memerlukan usaha dengan pengurangan jumlah
kata secara dramatisà mutisme.
 KPB murni (afasia) sangat jarang
 Beresiko untuk terjadinya gangguan belajar

Autisme
 Gangguan perkembangan neurologis, ditandai keterlambatan & deviasi
bahasa, gangguan hubungan interpersonal dan sikap pengulangan dan
sereotipik (< 36 bulan)
 Prevalensi autisme: sekitar 2 – 4 / 10000
 Klinikus seharusnya lebih jeli dalam deteksi autisme ringan
 Autisme ringan à “hiperaktivitas” / ketidakpatuhan
 Gangguan bahasa pada autisme kadang overlap dengan bentuk
tertentu dari KPB
 Ciri khas: gangguan fungsi pragmatik, disertai defisit kemampuan sosial
 Berefek pada semua aspek perkembangan bahasa
 Pola bahasa autisme tidak ada, manifestasi dengan distorsi fungsi
bahasa yang abnormal pada semua usia.
 Autisme berat à mutisme.

10
 Bisa terjadi ekolalia & ekolalia tunda
 Gangguan fungsi pragmatik sangat umum
 Ocehan bisa benar secara tata bahasa dan jelas pengucapannya
meskipun relevansi sosialnya kurang.
 Orang tua sering mengeluh “Anak saya bisa bicara, tetapi tidak dapat
berkomunikasi”.

Disartria
 Kecacatan fisik dari otot-otot bicara; aspek simbolik fungsi bahasa intak
 Tampak sebagai satu komponen umum, statik, ensefalopati motor
neuron atas disebut sebagai palsi serebral (CP)
 Prevalensi sekitar 3/1000
 Sebagian besar bukan disebabkan oleh kerusakan otak, tetapi oleh
faktor prenatal (infeksi intrauterin atau malformasi kongenital SSP)
 Gejala: pengeluaran air liur, menyeringai, dan gerakan wajah involunter
 Bisa diikuti disfagia / pengeluaran sekret hidung selama makan akibat
(inkopetensi velofaringeal)
 Intelegensia dan kemampuan bicara à berkurang sampai nol, tetapi
perkembangan bahasa mungkin utuh bila tanpa gangguan kognitif /
ketulian
 50% anak CP juga mengalami retardasi mental
 15% anak CP juga mengalami ketulian sensorineural
 Keterlambatan bicara CP disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
gangguan motorik, kognitif dan pendengaran.

Gagap
 Gangguan kelancaran (kecepatan dan ritme bicara)
 Normal pada usia 21/2 – 4 tahun.
 Harus dibedakan gagap yang dapat hilang sendiri atau patologis
 Semakin pendek segmen akan semakin baik
 Seringnya terjadi bloking akan sulit memulai berbicara
 Etiologi: faktor genetik atau disfungsi otak
 Harus segera dirujuk bila:
 Gagap berlangsung lebih dari 6 bulan
 Usia > 48 bulan
 Riwayat gagap persisten pada keluarga
 Stres pada anak akibat gangguan kelacaran bicara
 Kepedulian orang tua
 Tekanan orang tua yang tidak benar pada anak.

11
Gangguan Bersuara / Abnormalitas Anatomi
 Getaran pita suara yang tidak benar di laring (kotak suara)
 Aspek simbolik bahasa masih utuh
 Gejala: suara berat atau menagis lemah atau suara “bernafas”
 Kondisi yang menyebabkan gangguan bersuara kronis:
 Abnormalitas anatomi laring (web neck, laringomalasia, nodul
pita suara)
 Kelainan neurologis (nervus laringeal, tumor batang otak,
disfonia spastik)
 Abnormalitas anatomis traktus suara seperti sumbing, sumbing
submukosa, inkompetensi velofaringeal atau hipertrofi adenoid dapat
mengganggu bicara secara independen.
 Pengikatan lidah (frenulum lidah diperpanjang sampai bibir) jarang
berhasil bila diakibatkan oleh kelainan lain.
 Pemotongan kedua frenulum cukup membantu untuk terapi wicara.

12
Modul 3
PELAKSANAAN SKORING

 ELM skala -2 terdiri dari : (Gambar 2.1)


o 43 item
o 3 divisi : Ekspresi Auditorik (AE)
o Penerimaan Auditorik (AR)
o Visual (V)
 Material untuk tes ELM skala -2
o Panduan bagi pemeriksa
o 1 lembar skoring ELM skala 2
o Perlengkapan obyek untuk tes
o Narasumber
 Waktu tes : 1 – 10 menit tergantung usia dan metoda skoring
 Singkatan pada lembar skoring
• DOT : tanggal pelaksanaan tes
• DOB : tanggal lahir anak
• CA : usia kronologis
• W/O : tanpa (without), item AR 8, AR 10
• HV : horizontal dan vertikal, item V5
• W : dengan, item V8

13
 Cara mengisi :
o Mencatat data
 Mencatat nama subyek
 Lokasi / tempat tes
 Nama pemeriksa
 Tanggal pelaksanaan tes
 Tanggal lahir subyek dan usia subyek
o Menarik garis vertikal ke bawah pada titik sesuai usia subyek
o Usia dalam bulan :
DOT – DOB YY MM DD
contoh 1 : DOT 18 Mei 1992 : 92 / 05 / 18
DOB 10 januari 1990 : 90 / 01 / 10
usia : 2 tahun 4 bulan 8 hari
atau 28 bulan 8 hari
 Skala sumbu horizontal
Berubah saat usia 12 bulan :
Saat lahir – 12 bulan : 1 unit sumbu horizontal = 1 bulan.
Diatas 12 bulan : 1 unit sumbu horisontal = 2 bulan.

 Tes dengan metoda lulus / gagal.


• Mencatat angka lulus / gagal pada :
Skala (AE, AR, V), Inteligibilitas dan bahasa global.
 Tes dengan metode skoring poin
• Mencatat skor kasar pada AE, AR, V, bahasa global, nilai-nilai
presentil, ekuivalen skor standar dan ekuivalen usia.
• Masing-masing item diwakili 1 batang horizontal
- Tak berwarna : 25 % - 50 %
- Arsiran tipis : 50 % - 75 %
- Hitam solid : 75 % - 90 %
- Masing-masing item didahului huruf :
H : History (anamnesis terhadap narasumber)
T : Testing (hasil pengujian)
O : Incidental observation (hasil pengamatan tidak sengaja)
• Anak dapat dinyatakan lulus dari salah satu dari 3 cara tersebut.
• 9 item melalui (T)
23 item melalui (H,O)
11 item melalui (H, T, O)
• Cara yang berhasil dilewati oleh anak ditandai dengan melingkar
H, T, O (Gambar 2.2)

14
 Sasaran metoda skoring pass / fail
• Memisahkan anak menjadi 2 kelompok :
− 10 % anak paling lambat dalam hal perkembangan dan
percakapan.
− 90 % anak sisanya.
 Metode pass / fail dianjurkan
• Pada subyek yang berisiko rendah.
 Metode skoring poin: anak yg berisiko mengalami disabilitas
perkembangan, anak yg sudah alami / dicurigai alami keterlambatan
perkembangan, untuk penelitian

Metode skoring pass / fail.


1. Menentukan nilai-nilai dasar:
• Tidak harus memberikan 43 item.
• Memeriksa item-item yang sesuai atau sedikit dibawah usia kronologis
subyek.(Gambar 2.3)
• Item-item yang letaknya disebelah kiri garis usia subyek = > 90 % telah
dicapai → item-item kritikal.
• Subyek harus mencapai level dasar dari seluruh 3 divisi -à lulus (gambar
2.4)
• Subyek boleh gagal pd item yg belum dicapai > 90% anak seusianya.
(gambar 2.5)
• Subyek gagal pada 1 atau > item-item kritikal pada masing-masing divisi
→ subyek gagal melewati ELM skala-2.(Gambar 2.6)
• Divisi Visual → subyek diperbolehkan gagal pada 1 item V3 – V6 ~
kesulitan memicu respon perilaku bayi (Gambar 2.7)
• Bila subyek gagal dengan metode skoring pass / fail → dilanjutkan ke
metode skoring poin.
2. Divisi :
• Subyek harus lulus 3 divisi (AE, AR, V) →lulus ELM Skala – 2.
• Item AE 15, AE 19, AE 20 → membentuk kelompok intelegibilitas
(pembahasan bab berikut)(Gambar 2.8)
• Divisi AE terbagi menjadi 2 bagian :
1. Kemampuan kecerdasan.
ntelegibilitas diperiksa pada subyek 18 bulan/>lebih.
2. Perkembangan bahasa
• Divisi visual
− Harus diperiksa semua subyek < 18 bulan.
− Divisi visual tidak diperiksa bila :
1. Subyek berusia 18 bulan atau > DAN
2. Subyek telah melewati divisi-divisi AE, AR dari ELM Skala –2
3. Beresiko rendah mengalami gangguan perkembangan

15
− Divisi Visual membantu dlm membedakan anak dengan
disabilitas perkembangan:
 Anak yg kurang pendengaran, kelainan perkembangan
bhs, disartria® bhs Visual normal
 Anak dng retardasi mental & autisme ® bhs Visual
terlambat
− Divisi visual tetap diperiksa bila :
 Keterlambatan perkembangan.
 Subyek gagal AE dan AR.

3. Kelompok item (Cluster)


• Ada 7 kelompok item pada ELM skala-2.
kelompok 1 : menggumam (AE5,6,7,8)
Kelompok 2 : berorientasi ke arah bel (AR4,5,7)
Kelompok 3 : Perintah-perintah satu langkah (AR8, V8)
Kelompok 4 : Permainan mimik wajah (V7,9)
Kelompok 5 : Kata-kata tunggal (AE9, 10,13)
Kelompok 6 : Nama dan penggunaan obyek-obyek (AE18,
AR11, AR12)
Kelompok 7 : Intelegibilitas (AE15,19,20)

• Bila item tertinggi lulus → otomatis subyek mendapat nilai pada item
yang lebih rendah dan tidak perlu diperiksa (Gambar 2.9)

• Bila item tertinggi belum berhasil → periksa ke item > rendah sampai
subyek berhasil (Gambar 2.10)
Gambar 2.11 : Pertama memeriksa item yang terpotong garis usia subyek pd batang
yang diarsir tipis atau hitam.
Pemeriksa memiliki pilihan : memeriksa item dari yang paling atas ( terletak di
sebelah kanan garis subyek atau yang terpotong pada batang yang tidak diwarnai ).

Gambar 2.12 : Jika menguji cluster 2 (orientasi bel) dan cluster 7 (intelligibility) ,
ciptakan informasi yang cukup untuk memberi skor ketiga item tadi.
Penjelasan mengenai kelompok item dibicarakan di Bab 3

16
Modul 4

Metode Skoring

 Ditetapkan skor numerik (skor-skor kasar) utk AE,AR,V & bahasa global.
 Skor kasar diubah ® nilai presentil usia, ekuivalen skor standar, ekuivalen usia
 Metode skoring poin memberikan gradasi yang lebih baik dalam
menggambarkan perkembangan bahasa global
 Subyek menerima 1 poin untuk per bagian item yang berhasil dilewati (Gambar
2.13)
 Selain menentukan level dasar, metoda skoring poin mengharuskan menentukan
level tertinggi masing-masing divisi (Gambar 2.14)

Item-item multipoin
 Ada 5 item :
- AE 18 : 8 poin ®memberi nama & kegunaan 4 obyek
- AR 10 : 3 poin ®mengikuti perintah 3 langkah
- AR 11 : 3 poin ®menunjuk 3 obyek
- AR 12 : 4 poin ®menunjuk 4 obyek
- AR 13 : 4 poin ®mengikuti 4 perintah preposisional
 4 item (AE 18, AR 11, AR 12, AR 13) periksa dgn testing (T)
 AR 10 diperiksa dgn H,T,O
- H berhasil ® poin 3 ® nilai penuh
- T berhasil ® 2 langkah dilakukan (maksimal 3 poin)
- O berhasil ® 2 langkah dilakukan (maksimal 3 poin)

Level tertinggi
 Melibatkan item yang berada diatas level usia subyek
 Kegagalan item level tertinggi ® tidak selalu indikasi terlambat
perkembangan.
 Cara : - mulai dari level dasar subyek pd AE®sesuai skoring Pass/fail
- kembali ke garis usia subyek & periksa ke arah kanan/arah
Usia lebih tua
- 3 item berturut-turut gagal ® level tertinggi subyek (Gambar 2.14)
 Bila satu item dalam 1 kelompok berhasil dilewati saat memeriksa ke bawah
garis usia, maka semua item yang lebih rendah otomatis berhasil dilewati.
(Gambar 2.15)
 Item item di sebelah kanan garis usia biasanya akan diperiksa untuk
menentukan level atap, namun tidak diberikan poin untuk item tersebut
( Gambar 2.16)

Kelompok-kelompok item
- Kelompok intelegibilitas (item AE 15, AE 19 & AE 20)® diperiksa pd anak 18
bln atau lebih
 Pada divisi AE tentukan level dasar & level tertinggi secara terpisah dari
performa anak pd kelompok Intelegibilitas.
17
Divisi-divisi
- Divisi visual tdk diperiksa bila:
1.Subyek usia 18 bulan/> DAN
2.Subyek telah melewati divisi-divisi AE&AR dari ELM skala-2 DAN
3.Subyek resiko rendah ggn. perkembangan
Jika subyek berusia 13 bulan atau lebih dan perkembangannya normal, jangan
mengubah skor poin visual ke nilai persentil, St Eq, Eq usia
- Divisi visual dihitung pd skor bahasa global (AE,AR&V)
- Divisi visual diperiksa bila AE & AR gagal /curiga ada keterlambatan perkembangan
tanpa memandang usia.
- Konvensi skor divisi visual :
Usia periksa pd skoring
0-12 bln semua subyek skor kasar, peringkat persentil, ekuivalen skor
standar, ekuivalen usia
12-18 bln semua subyek hanya skor kasar, kecuali berfungsi pd/di
bawah level 12 bln, dimana kita harus
memasukkan peringkat persentil, ekuivalen skor
standar&ekuivalen usia.
>18 bln hanya bila subyek skor kasar bila berfungsi pd level 12 bln
alami keterlambatan /di bawah, harus memasukan peringkat
persentil, ekuivalen skor standar,
& ekuivalen usia

Interpretasi Skor
- Level dasar & level tertinggi ditetapkan
- Terdapat 4 skor kasar (AE, AR, V & Bhs global)
- Subyek dapat poin penuh utk item di bawah level dasar & item diantara level
dasar & level tertinggi.
- Subyek tdk dapat poin utk item diatas level tertinggi
- Skor2 kasar dari AE,AR,V= jumlah poin yg diberikan pd AE,AR,V
- Skor bahasa global= AE+AR+V
- Sudut kanan bawah lembar skoring utk mencatat skor2 kasar, nilai2 persentil,
ekuivalen skor standar& ekuivalen usia
- Kel. intelegibilitas (AE 15, AE 19 & AE 20)® skor terpisah dari item AE lain
- AE 15, AE 19 & AE 20 hanya dilaporkan lulus/gagal saja
- Kel. intelegibilitas tdk berperan dlm skor kasar subyek (Gambar 2.19)
- Skor2 kasar ® nilai2 persentil, ekuivalen skor standar, ekuivalen usia ~ tabel
B1-B6
- Tabel B1-B4 ®skor-skor persentil pd interval 5 poin (persentil 5,10,15,20 dst)
(Gambar 2.20)
- Skor poin diantara interval 5 poin ®dibulatkan ke nilai utuh yg terdekat
(Gambar 2.21)
- Persentil ke-2 & ke-98 = 2 SD di atas & di bawah rata-rata (Gambar 2.22)

18
- Pemeriksaan diulang bbrp hari bila utk skrining masal atau sbg bagian pemeriksaan
rutin/resiko rendah keterlambatan.
- Strategi alternatif : lanjut ke metode skoring poin® estimasi minimal kemampuan
subyek

2. Penyesuaian untuk prematur


- Buat kalender penuh untuk koreksi prematuritas.
- pada usia koreksi/penyesuaian diberi tanda AA
(adjusted Age) pd garis usia subyek.
- Item yang dilewati subyek disesuaikan dengan anak dari usia penyesuaiannya.
- Angka pencapaian bahasa bayi prematur ~ bayi normal usia penyesuaian

3. Efek tertinggi & terendah


- Metode skoring poin ~Skor2 kasar diperoleh dari jumlah seluruh item di bawah
level terendah subyek, diantara level terendah-level tertinggi subyek
- Level tertinggi tdk dpt ditentukan bila subyek tdk gagal pd 3 item berturut-turut.
Skor kasar diperoleh dari jumlah item di bawah level terendah& diatas level
terendah
- Bila subyek masih gagal pd 1 item /bagian item pd AE/AR~ skor2 kasar msh bisa
dihitung ke persentil, ekuivalen skor standar, ekuivalen usia
- Skor2 persentil utk subyek yg mencapai skor kasar AE & AR sempurna ~
dilaporkan sebagai sama atau > “X” ~ dimana “X” adalah nilai persentil tertinggi
(tab.B2-B3)
- Ekuivalen skor standar utk subyek yg mencapai skor kasar AE&AR sempurna ~
dilaporkan sebagai sama atau >“X” ~ dimana “X” adalah skor standar terkait.
(tab.B6)
- Ekuivalen usia utk subyek yg mencapai skor kasar AE&AR sempurna dilaporkan
sbg “Sama atau lebih besar dari 36 bulan”
- Jika subyek mencapai skor kasar sempurna pd divisi AE atau AR® skor kasar utk
Bahasa Global juga mewakili estimasi minimal utk kemampuan subyek
- Skor persentil utk bahasa global ~dilaporkan sebagai “sama/ > X” ~ X adalah nilai
persentil utk skor kasar bahasa global dari tab.B1
- Ekuivalen skor standar bahasa global ~ dilaporkan sebagai “sama/> X”~ “X”
adalah nilai terkait dari tab.B6
- Ekuivalen usia bahasa global ~ dilaporkan sebagai “sama/> X” ~ “X” adalah nilai
yg terkait dari tab.B5 (Gambar.2.28)
- Jika subyek mencapai skor kasar sempurna pd AE & AR~ Skor kasar bahasa
global mewakili level tertinggi & dilaporkan sesuai aturannya (Gambar 2.29)

19
4. Subyek2 dgn keterlambatan perkembangan dengan usia <36 bulan
- Subyek yg alami keterlambatan ~nilai tertinggi & terendah jatuh di bawah garis
usia anak.
- Nilai tertinggi & nilai terendah subyek dpt diperoleh dgn memeriksa ke arah
bawah dari usia anak (Gambar 2.30)
- Skor2 poin dpt ditentukan dari jumlah item antara level terendah&tertinggi yg
berhasil dilewati & nilai item yg terletak di bawah level terendah subyek.
- Tdk diberikan poin utk item2 yg terletak diatas level tertinggi yg mungkin dpt
dilewati anak saat kita periksa ke arah bawah utk menentukan level tertinggi
subyek.
- Pd anak dgn keterlambatan ~ item diperiksa dari yg > rendah dari usia anak
sebelum kita berhasil mencapai level terendah ~ utk menghindari kegagalan item
yg terlalu banyak (Gambar 2.31)
- Kita dpt periksa di bawah level fungsi subyek utk menentukan nilai terendah &
tertinggi subyek dgn periksa ke arah atas® utk menghindari stress akibat
kegagalan
- Pd subyek yg sangat terlambat perkembangannya ~ sulit tentukan nilai dasar
sebenarnya.
- Bila dgn metode pass/fail, subyek gagal bila ada kegagalan pd 1 item kritikal
- Bila dgn metode skoring poin ~ skor kasar ditentukan dgn menjumlah semua item
di bawah persentil tertinggi subyek,ekuivalen2 skor standar, ekuivalen usia&
persentil2 dpt kita tentukan ~cara biasa~tabel konversi

5. Subyek2 yang alami keterlambatan perkembangan engan usia >36 bulan


- Mulai level 36 bln diperiksa ke arah kiri pd AE&AR
- Divisi visual tetap diperiksa tanpa pandang usia.
- Bila subyek sangat terlambat ~kita dpt memperoleh
nilai dasar & nilai tertinggi AE&AR dgn memeriksa ke
arah bawah dari level 36 bln (Gambar 2.32)
- Bila nilai tertinggi sulit diperoleh~ skor kasar subyek
ditentukan dari jumlah semua item di bawah level
terendah& di atas level terendah yg berhasil dilewati.
(Gambar 2.33)

20
- Skor2 kasar msh dpt diubah ke ekuivalen usia.
 Pengganti utk persentil /ekuivalen2 skor standar~dpt dilaporkan dgn
nilai2 quotient:
1. Auditory Expressive Quotient(AEQ) =
(ekuivalen usia AE/CA) x 100
2. Auditory Receptive Quotient (ARQ) =
(ekuivalen usia AR/CA) x 100
3. Global language Quotient (GLQ) =
( ekuivalen usia bahasa global /CA) x 100
- Quotient 69 atau kurang = skor pd persentil ke-2 atau
ekuivalen skor standar 69.
- Quotient digunakan utk usia2 > 36 bln, namun dpt digunakan pd subyek
yg sangat terlambat di bawah 36 bln.
- Usia 0-36 bln® dipakai persentil & ekuivalen skor standar
- Anak dng keterlambatan perkembangan mungkin masih melampaui
nilai
tertinggi utk anak usia 36 bln pd ELM Skala-2
- Skor kasar sempurna pd AE & AR pd subyek usia >36 bln dilaporkan
sbg “Sama/> dari persentil 50 utk anak usia 36 bln”

 Ekuivalen usia dilaporkan sebagai “sama/> dari 36 bln (Gambar 2.34)


 Ekuivalen skor standar dilaporkan sebagai “sama /> dari 100 utk anak
usia 36 bln”
 Jika subyek mencapai skor kasar yg sempurna utk AE,AR& bahasa
global, maka skor bahasa global dilaporkan “sama/> dari persentil 50 utk
anak usia 36 bln”
 Ekuivalen skor standar utk bahasa global dilaporkan sebagai “sama/>
dari 100 utk usia 36 bln”
 Ekuivalen usia dilaporkan sebagai “sama/> 36 bln”

6. Hasil-hasil yang bertentangan, Metode Pass/Fail versus Metode Skoring


Poin
Sebagian kecil anak gagal pd ELM skala-2 dgn metode pass/fail tetapi
berhasil pd metode skoring poin, ada 2 alasan :
1. batas bawah utk performa dpt diterima pd persentil ke-5 utk
metode skoring poin sedikit > rendah dari metode pass/fail yg
terletak pd persentil ke-10
2. metode pass/fail memberikan angka gagal pd item kritikal
meskipun hanya 1 item kritikal yg gagal sedang metode skoring
poin > mencerminkan performa total anak.

3. Seorang anak mungkin masih normal meski gagal pd 1 item


4. Metode pass/fail ditujukan utk kondisi2 skrining
 Metode skoring poin > ditujukan utk anak dgn risiko tinggi
keterlambatan perkembangan, pd penelitian, atau pd situasi lain dimana
dibutuhkan info >rinci ttg status perkembangan bahasa anak.
 Metode skoring poin > meminimalkan false positif dari pada metode

21
Modul 5

Pemahaman masing-masing item

22

Anda mungkin juga menyukai