Anda di halaman 1dari 14

Modul 1.

Konsep Dasar Perkembangan Bahasa

Latar belakang
Bahasa merupakan suatu sistem yang meliputi berbagai simbol untuk menyampaikan,
memahami dan menyimpan ataupun bertukar informasi. Perkembangan bahasa pada bayi
secara normal menggunakan sarana pendengaran dan visual. Berbahasa lebih luas artinya
dibanding berbicara, oleh karena berbicara, oleh karena berbicara hanya merupakan salah
satu perkembangan bahasa.

Perkembangan Bahasa
 Bahasa Ekspresif Auditors

 Tahun I: satu seri vokalisasi prelinguistik, meliputi suara musikal, vokal


suara terbuka, tertawa, tiupan ( “raspberry” atau “Bronx cheer”), ocehan
monosilabel (“ga”, “ba”, “da”, dll) dan ocehan polisilabel (“bababababa”,
“dadadada”, “lalalala”, dll, disebut lalling).
 Sama pada anak normal, usia & kultur yang sama
 Bayi dengan pendengaran normal mulai membatasi keluaran vokalnya pada
sebelum usia 6 bulan.
 Usia 6 – 9 bulan: “mama” atau “dada” nonspesifik
 Usia 10 bulan: menghubungkan vokal-vokal dengan target individu dan
hanya untuk memanggil orang tuanya
 Usia 1 tahun: satu atau dua kata (mama, dada atau nama anggota keluarga
atau binatang peliharaannya
 Usia 12 – 18 bulan: berkembang secara stabil, gradual dan orang tua dapat
membuat daftar kata si anak.
 Usia 18 – 20 bulan: perkembangan sangat cepat. Dari menambah satu kata
baru dalam beberapa hari, tiba-tiba anak dapat menambah beberapa kata
setiap harinya. Mulai menyusun frase (“Want cookie!”, “See doggie”, dll)
 Usia 30 bulan: kalimat yang terdiri dari 3 – 5 kata dengan subyek dan
predikat, tetapi tata bahasa masih buruk (“Daady go store?”)
 Sering disebut telegraphic
 Usia 3 tahun: kalimat deklaratif dengan artikel, kata sambung & plurarisasi,
dan tata bahasa yang lebih baik.
 Usia 2 – 4 tahun: berbicara dengan bahasa aslinya
 Keterlambatan: kesalahan pengucapan kata-kata tertentu (developmental)
atau menyimpang dari perkembangan anak normal (undevelopmental).
 Pengasuh yang mendengarkan kesalahan pengucapan anak dapat melakukan
koreksi secara langsung.
 Anak 4 tahun sering mengganti huruf w à r dan th à s tidak terganggu
kepandaiannya (““thilly wabbit” à “silly rabbit”)
 Undevelopmental akan menurunkan kepandaian si anak akibat pengasuh
tidak mengerti kata-kata yang salah diucapkannya.

 Skrining: penting untuk menilai kepandaian secara keseluruhan


 Bahasa Pendengaran Reseptif

 Mulai dari satu seri perkembangan prelinguistik (non simbolik), yakni


respon terhadap suara ( berhentinya menghisap, membuka mata lebih lebar
atau perubahan denyut jantung) sebagai respon terhadap suara
 Bayi à suara orang bicara lebih mengganggu dari suara biasa
 Usia 4 – 6 bulan: bila menoleh kearah bunyi tertentu, seolah-olah melihat
obyek yang mengeluarkan bunyi.
 Pendengaran reseptif prelinguistik = orientasi terhadap bunyi
 Kegagalan berorientasi pada bel sampai 8 bulan à gangguan bahasa pada
usia 8 tahun
 Usia 9 bulan: mengenali & berespon terhadap nama, mengerti perintah
“Tidak”, mengikuti perintah sederhana bila dirangsang dengan gerakan
isyarat (“Berikan pada saya” bila tangan diulurkan).
 Usia 12 bulan: satu perintah tanpa gerakan isyarat.
 Usia 2 tahun: melakukan 2 langkah perintah baru, seperti duduk dan makan
siang
 Usia 36 bulan: perintah preposisi
 Usia 24 – 48 bulan: memahami pertanyaan dengan kata tanya; pertanyaan
kongkret (apa, siapa, dimana) diikuti pertanyaan abstrak (kapan dan
mengapa)

 Bahasa Visual

 Bersamaan dengan prelinguistik dan linguistik


 Neonatus lebih suka melihat gambaran wajah manusia dibanding
geometrik
 Minggu pertama: melirik pada orang tua tanpa mengenali
 6 – 10 minggu: mengenali / tersenyum pada orang tua
 Kemudian dapat mendemonstrasikan pengenalan visualnya pada obyek,
(membuka mulut bila melihat botol susu)
 6 bulan: hubungan visual dan pendengaran (menoleh pada suara /bunyi)
 7 – 9 bulan: berespon pada gerakan ( “cilukba”), menggunakan gerakan
natural (mengangkat tangan bila akan mengambil benda)
 12 bulan: menunjuk dengan jari telunjuk & menyebut satu kata
 3 tahun: menunjuk & menghitung jari à bahasa visual tertinggi sampai
pengenalan membaca dan menulis.
Modul 2. Epidemiolgi gangguan perkembangan bicara dan bahasa

Gangguan perkembangan bicara dan bahasa


 Terjadi pada 10 – 15% anak prasekolah
 Istilah “delayed speech” à sering tidak benar à variasi luas dari kelainan
perkembangan bicara dan bahasa.
 Pola perkembangan bicara dan bahasa anak (pendengaran ekspresif, reseptif,
visual) dan area non bahasa (motorik halus, adaptif, sosial, motorik kasar) à
membantu membedakan berbagai kelainan perkembangan bicara dan bahasa.

Kehilangan pendengaran
 1/1000 anak lahir dengan ketulian bilateral berat (tuli)
 3/1000 anak sangat terganggu pada masa anak-anak
 Anak dengan tuli parsial permanen (ringan – sedang, unilateral,atau ketulian
pada frekwensi tinggi) tidak diketahui (10/1000 à konservatif)

Tabel 1.1. Gambaran bahasa pada berbagai kelainan perkembangan

HL MR DLD Autisme Disartria Anat

Pendengaran Ekspresif
∑ perbendaharaan X X X X
kata X X X X
Kompleksitas bahasa X Xa Xb X Xb
Kepandaian Xb Xb
Suara X Xb
Persajakan X
Pragmatik X X Xb X
Pendengaran Reseptif X X
Visual

X = terlambat, berkurang /abnormalitas lain; HL = Kehilangan pendengaran; MR=


Retardasi Mental; DLD= ggn perkembangan bahasa; Anat= Keln anatomi bahasa
aKepandaian biasanya normal normal untuk level perkembangan anak dibandingkan usia
kronologis, bVariabel.

 Kehilangan pendengaran sulit terdeteksi tanpa tes audiologis formal


 Bunyi yang tidak dikalibrasi (bel, mainan kertak-kertuk) à cukup keras
 Bel (ELM Skala-2) à amplitudo 90dB pada frekwensi 1000x/detik à tidak
baik untuk alat skrining pendengaran
 Perkataan manusia à sumber bunyi yang tidak terkalibrasi.
 Bunyi j, v, atau r à getaran pita suara (50 – 60dB)
 Suara desis (s, f atau th) à 20-30 dB
 Rata-rata usia ketulian kongenital di USA ialah 24 bulan
 Rata-rata umur diagnosa ialah usia 4 - 5 tahun (>> skrining di sekolah)
 Konsep “pendaftaran resiko tinggi” untuk ketulian telah dikembangkan.
 Ketulian à ggn kepandaian, komprehensif & ¯ verbal
 Bahasa visual, biasanya normal.
 Efek ketulian bervariasi tergantung dari usia onset, keparahan, keterlambatan
diagnosis, adanya gangguan intelektual dan faktor lainnya
 Sulit membedakan apakah gangguan perkembangan terjadi akibat kelainan
otak atau efek ketulian
 Ketulian > 90dB & frekwensi < 1000Hz à ggn berat bicara & pendengaran
à kelainan permanen sistem pendengaran (tuli perseptif)
 1/3 ketulian sementara à komplikasi otitis media & efusi telinga tengah
 OME à ketulian pada 25dB ± 10dB
 Mengganggu perkembangan bicara & bahasa bila disertai gangguan
perkembangan CNS pada usia 12 bulan pertama

Tabel 1.2. Penyebab organik dari kelainan bahasa.

Penyebab Contoh
organik

Kelainan kromosom Trisomi 21 (Sindrom Down); XXY ( Sindrom Kleinfelter)

Kelainan gen tunggal Fragile-X; PKU; kelainan metabolisme bawaan lain; NF

Infeksi intrauterin CMV; HIV; Rubela (Virus German)

Teratogen lain Sindrom alkohol fetal, beberapa obat (valproat, hidantoin)

Kejadian perinatal Perdarahan intraserebral

Poligenik Gangguan bahasa familial tanpa penyebab spesifik

RETARDASI MENTAL
 Fungsi intelektual umum dibawah rata-rata & keterlambatan perilaku adaptif,
selama periode perkembangan otak
 Sekitar 3% anak mengalami retardasi mental.
 Penilaian: pengukuran standar bahasa & kemampuan pemecahan masalah
 Ketrampilan adaptif: makan, toileting, berpakaian & manjaga diri sendiri.
 Periode perkembangan dari lahir - 5 thn (periode perkembangan otak cepat)
 Semua kemampuan bahasa akan terlambat, kepandaian juga kurang.
 Bahasa reseptif juga terlambat meskipun tidak jelas.
 Orang tua à memaksakan anak untuk memahami segala sesuatu
 Pengertian kepada orang tua à sangat penting
Tabel 1.3. Gambaran ketulian

I. Tipe VI. Etiologi


Sensorineural Genetik
Konduktif AR, AD, X-linked
Campuran Kromosomal
II. Keparahan (dB HL) Sindrom sporadis
10-25 Minimal Teratogenik
26-41 Ringan Rubella, CMV
41-55 Sedang Quinine, Streptomisin
56-70 Sedang-berat Infeksi (postnatal)
71-90 Berat Bakterial
>90 Sangat berat Virus
III. Frekwensi (Hz) Traumatik
250-500 Rendah Perdarahan subarakhnoid
500-3000 Sedang Fraktur basal kepala
>3000 Tinggi Trauma suara
IV. Usia Kejadian Toksik
Prenatal Obat-obatan
Perinatal Aminoglikosida
Postnatal Loop diuretik
Prelingual (<36 bulan) Quinine / Chloroquine
Postlingual (> 36 bulan) Cis-Platinum
V. Perjalanan Timah, Merkuri
Transien Metabolik
Permanen Bilirubin
Statis Hipoksia
Progresif Asidosis
Neoplastik
Tabel 1.4. Indikasi evaluasi audiologi.

• NICU
• Berat lahir < 2500g: semua kasus
• Berat lahir > 2500g: dengan komplikasi (asfiksia, kejang, sirkulasi fetal
persisten, perdarahan intrakranial, bantuan ventilasi, hiperbilirubinemi,
obat ototoksik)
• Infeksi intrauteri yang masih suspek atau sudah terbukti
• Meningitis bakterial
• Anomali dari cabang pertama dan kedua dari arkus brakialis
( mikrotia, displasia aurikular, mikrognatia)
• Anomali neural crest / ektoderm (jarak kedua mata melebar, defek
pigmentasi)
• Riwayat keluarga dengan ketulian menurun atau tanpa sebab yang jelas
• Kepedulian orang tua tanpa memandang adanya ketulian
• Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa
• Kelainan perkembangan lain (mental retardasi, CP, autisme, kebutaan)
Tabel 1.5. Hubungan berbagai diagnosis perkembangan pada 76 anak dengan
gangguan perkembangan bicara yang dirujuk untuk dilakukan penilaian.

Diagnosis a Jumlah anak (%)

DLD 41 (54)
Gangguan belajar 20 (26)
Retardasi mental 18 (24)
Ketulian 7 ( 9)
Autisme 4 (5)
Kejang 3 (4)

Beberapa anak dengan lebih dari satu diagnosis

KELAINAN PERKEMBANGAN BAHASA


 Kelainan dari perkembangan bahasa yang tidak disebabkan oleh ketulian,
gangguan emosi, keterlambatan kognitif global, cacat fisik, abnormalitas
anatomis dari pita suara, atau gangguan lingkungan, tetapi karena
gangguan area bahasa di otak.
 Prevalensi tidak diketahui, sekitar 5 – 10% prasekolah
 Didominasi keterlambatan bicara & gangguan ketrampilan bicara.
 Membaik pada usia 5 tahun
 Beberapa anak bicara memerlukan usaha dengan pengurangan jumlah
kata secara dramatisà mutisme.
 DLD murni (afasia) sangat jarang
 Beresiko untuk terjadinya gangguan belajar

AUTISME
 Gangguan perkembangan neurologis, ditandai keterlambatan & deviasi
bahasa, gangguan hubungan interpersonal dan sikap pengulangan dan
sereotipik (< 36 bulan)
 Prevalensi autisme: sekitar 2 – 4 / 10000
 Klinikus seharusnya lebih jeli dalam deteksi autisme ringan
 Autisme ringan à “hiperaktivitas” / ketidakpatuhan, kenyataannya tidak
dimengerti apa yang diharapkan anak
 Gangguan bahasa pada autisme kadang overlap dengan bentuk tertentu
dari DLD
 Ciri khas: gangguan fungsi pragmatik, disertai defisit kemampuan sosial
 Berefek pada semua aspek perkembangan bahasa
 Pola bahasa autisme tidak ada, manifestasi dengan distorsi fungsi bahasa
yang abnormal pada semua usia.
 Autisme berat à mutisme.
 Bisa terjadi ekolalia & ekolalia tunda
 Gangguan fungsi pragmatik sangat umum
 Ocehan bisa benar secara tata bahasa dan jelas pengucapannya meskipun
relevansi sosialnya kurang.
 Orang tua sering mengeluh “Anak saya bisa bicara, tetapi tidak dapat
berkomunikasi”.

DISARTRIA
 Kecacatan fisik dari otot-otot bicara; aspek simbolik fungsi bahasa intak
 Tampak sebagai satu komponen umum, statik, ensefalopati motor neuron
atasà disebut palsi serebral (CP)
 Prevalensi sekitar 3/1000
 >> bukan disebabkan oleh kerusakan otak, tetapi oleh faktor prenatal
(infeksi intrauterin atau malformasi kongenital SSP)
 Gejala: pengeluaran air liur, menyeringai, dan gerakan wajah involunter
 Bisa diikuti disfagia / pengeluaran sekret hidung selama makan akibat
(inkopetensi velofaringeal)
 Intelegensia dan kemampuan bicara à berkurang sampai nol, tetapi
perkembangan bahasa mungkin intak bila tanpa gangguan kognitif /
ketulian
 Sayangnya 50% anak CP juga mengalami retardasi mental
 15% anak CP juga mengalami ketulian sensorineural
 Keterlambatan bicara CP disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
gangguan motorik, kognitif dan pendengaran.

GAGAP
 Gangguan kelancaran (kecepatan dan ritme bicara)
 Normal pada usia 21/2 – 4 tahun.
 Harus dibedakan gagap yang dapat hilang sendiri / patologis
 Semakin pendek segmen à semakin baik
 Sering terjadi bloking à sulit memulai berbicara
 Etiologi: faktor genetik atau disfungsi otak
 Harus segera dirujuk bila:
 Gagap berlangsung lebih dari 6 bulan
 Usia > 48 bulan
 Riwayat gagap persisten pada keluarga
 Stres pada anak akibat gangguan kelacaran bicara
 Kepedulian orang tua
 Tekanan orang tua yang tidak benar pada anak.
Gangguan Bersuara / Abnormalitas Anatomi
 Getaran pita suara yang tidak benar di laring (kotak suara)
 Aspek simbolik bahasa masih intak
 Gejala: suara berat atau menagis lemah atau suara “bernafas”
 Kondisi yang menyebabkan gangguan bersuara kronis:
 Abnormalitas anatomi laring (web neck, laringomalasia, nodul
pita suara)
 Kelainan neurologis (nervus laringeal, tumor batang otak,
disfonia spastik)
 Abnormalitas anatomis traktus suara seperti sumbing, sumbing
submukosa, inkompetensi velofaringeal atau hipertrofi adenoid dapat
mengganggu bicara secara independen.
 Pengikatan lidah (frenulum lidah diperpanjang sampai bibir) jarang
berhasil bila diakibatkan oleh kelainan lain.
 Pemotongan kedua frenulum cukup membantu untuk terapi wicara.

Modul 3. Pelaksanaan Skrining


Modul 4. Metode Skoring

 Ditetapkan skor2 numerik (skor-skor kasar) utk AE,AR,V & bahasa global.
 Skor2 kasar diubah ® nilai2 presentil usia, ekuivalen2 skor standar, ekuivalen
usia
 Metode skoring poin memberikan gradasi yang > baik dalam menggambarkan
perkembangan bahasa global
 Subyek menerima 1 poin utk per bagian item yang berhasil dilewati (Gambar
2.13)
 Selain menentukan level dasar, metoda skoring poin mengharuskan menentukan
level tertinggi masing2 divisi (Gambar 2.14)

Item 2 multipoin
 Ada 5 item :
- AE 18 : 8 poin ®memberi nama & kegunaan 4 obyek
- AR 10 : 3 poin ®mengikuti perintah 3 langkah
- AR 11 : 3 poin ®menunjuk 3 obyek
- AR 12 : 4 poin ®menunjuk 4 obyek
- AR 13 : 4 poin ®mengikuti 4 perintah preposisional
 4 item (AE 18, AR 11, AR 12, AR 13) periksa dgn testing (T)
 AR 10 diperiksa dgn H,T,O
- H berhasil ® poin 3 ® nilai penuh
- T berhasil ® 2 langkah dilakukan (maksimal 3 poin)
- O berhasil ® 2 langkah dilakukan (maksimal 3 poin)

Level tertinggi
 Melibatkan item yg berada diatas level usia subyek
 Kegagalan item level tertinggi ® tdk selalu indikasi terlambat
perkembangan.
 Cara : - mulai dari level dasar subyek pd AE®sesuai skoring Pass/fail
- kembali ke garis usia subyek & periksa ke arah kanan/arah
usia> tua
- 3 item berturut-turut gagal ® level tertinggi subyek (Gambar 2.14)
 Bila satu item dalam 1 kelompok berhasil dilewati saat memeriksa ke bawah
garis usia, maka semua item yang lebih rendah otomatis berhasil dilewati.
(Gambar 2.15)
 Item item di sebelah kanan garis usia biasanya akan diperiksa untuk
menentukan level atap, namun tidak diberikan poin untuk item tersebut
( Gambar 2.16)

Kelompok-kelompok item
- Kel. intelegibilitas (item2 AE 15, AE 19 & AE 20)® diperiksa pd anak 18 bln/>
 Pd divisi AE tentukan level dasar & level tertinggi secara terpisah dari performa
anak pd kelompok Intelegibilitas.
Divisi-divisi
- Divisi visual tdk diperiksa bila:
1.Subyek usia 18 bulan/> DAN
2.Subyek telah melewati divisi-divisi AE&AR dari ELM skala-2 DAN
3.Subyek resiko rendah ggn. perkembangan
Jika subyek berusia 13 bulan atau lebih dan perkembangannya normal, jangan
mengubah skor poin visual ke nilai persentil, St Eq, Eq usia
- Divisi visual dihitung pd skor bahasa global (AE,AR&V)
- Divisi visual diperiksa bila AE & AR gagal /curiga ada keterlambatan perkembangan
tanpa memandang usia.
- Konvensi2 skor divisi visual :
Usia periksa pd skoring
0-12 bln semua subyek skor kasar, peringkat persentil, ekuivalen skor
standar, ekuivalen usia
12-18 bln semua subyek hanya skor kasar, kecuali berfungsi pd/di
bawah level 12 bln, dimana kita harus
memasukkan peringkat persentil, ekuivalen skor
standar&ekuivalen usia.
>18 bln hanya bila subyek skor kasar bila berfungsi pd level 12 bln
alami keterlambatan /di bawah, harus memasukan peringkat
persentil, ekuivalen skor standar,
& ekuivalen usia

Interpretasi Skor
- Level dasar & level tertinggi ditetapkan
- Terdapat 4 skor kasar (AE, AR, V & Bhs global)
- Subyek dapat poin penuh utk item di bawah level dasar & item diantara level
dasar & level tertinggi.
- Subyek tdk dapat poin utk item diatas level tertinggi
- Skor2 kasar dari AE,AR,V= jumlah poin yg diberikan pd AE,AR,V
- Skor bahasa global= AE+AR+V
- Sudut kanan bawah lembar skoring utk mencatat skor2 kasar, nilai2 persentil,
ekuivalen skor standar& ekuivalen usia
- Kel. intelegibilitas (AE 15, AE 19 & AE 20)® skor terpisah dari item AE lain
- AE 15, AE 19 & AE 20 hanya dilaporkan lulus/gagal saja
- Kel. intelegibilitas tdk berperan dlm skor kasar subyek (Gambar 2.19)
- Skor2 kasar ® nilai2 persentil, ekuivalen skor standar, ekuivalen usia ~ tabel
B1-B6
- Tabel B1-B4 ®skor-skor persentil pd interval 5 poin (persentil 5,10,15,20 dst)
(Gambar 2.20)
- Skor poin diantara interval 5 poin ®dibulatkan ke nilai utuh yg terdekat
(Gambar 2.21)
- Persentil ke-2 & ke-98 = 2 SD di atas & di bawah rata-rata (Gambar 2.22)
- Pemeriksaan diulang bbrp hari bila utk skrining masal atau sbg bagian pemeriksaan
rutin/resiko rendah keterlambatan.
- Strategi alternatif : lanjut ke metode skoring poin® estimasi minimal kemampuan
subyek

2. Penyesuaian untuk prematur


- Buat kalender penuh utk koreksi prematuritas.
- pd usia koreksi/penyesuaian diberi tanda AA
(adjusted Age) pd garis usia subyek.
- Item2 yg dilewati subyek disesuaikan dgn anak2 dari usia penyesuaiannya.
- Angka pencapaian bahasa bayi prematur ~ bayi normal usia penyesuaian

3. Efek tertinggi & terendah


- Metode skoring poin ~Skor2 kasar diperoleh dari jumlah seluruh item di bawah
level terendah subyek, diantara level terendah-level tertinggi subyek
- Level tertinggi tdk dpt ditentukan bila subyek tdk gagal pd 3 item berturut-turut.
Skor kasar diperoleh dari jumlah item di bawah level terendah& diatas level
terendah
- Bila subyek masih gagal pd 1 item /bagian item pd AE/AR~ skor2 kasar msh bisa
dihitung ke persentil, ekuivalen skor standar, ekuivalen usia
- Skor2 persentil utk subyek yg mencapai skor kasar AE & AR sempurna ~
dilaporkan sebagai sama atau > “X” ~ dimana “X” adalah nilai persentil tertinggi
(tab.B2-B3)
- Ekuivalen skor standar utk subyek yg mencapai skor kasar AE&AR sempurna ~
dilaporkan sebagai sama atau >“X” ~ dimana “X” adalah skor standar terkait.
(tab.B6)
- Ekuivalen usia utk subyek yg mencapai skor kasar AE&AR sempurna dilaporkan
sbg “Sama atau lebih besar dari 36 bulan”
- Jika subyek mencapai skor kasar sempurna pd divisi AE atau AR® skor kasar utk
Bahasa Global juga mewakili estimasi minimal utk kemampuan subyek
- Skor persentil utk bahasa global ~dilaporkan sebagai “sama/ > X” ~ X adalah nilai
persentil utk skor kasar bahasa global dari tab.B1
- Ekuivalen skor standar bahasa global ~ dilaporkan sebagai “sama/> X”~ “X”
adalah nilai terkait dari tab.B6
- Ekuivalen usia bahasa global ~ dilaporkan sebagai “sama/> X” ~ “X” adalah nilai
yg terkait dari tab.B5 (Gambar.2.28)
- Jika subyek mencapai skor kasar sempurna pd AE & AR~ Skor kasar bahasa
global mewakili level tertinggi & dilaporkan sesuai aturannya (Gambar 2.29)
4. Subyek2 dgn keterlambatan perkembangan dengan usia <36 bulan
- Subyek yg alami keterlambatan ~nilai tertinggi & terendah jatuh di bawah garis
usia anak.
- Nilai tertinggi & nilai terendah subyek dpt diperoleh dgn memeriksa ke arah
bawah dari usia anak (Gambar 2.30)
- Skor2 poin dpt ditentukan dari jumlah item antara level terendah&tertinggi yg
berhasil dilewati & nilai item yg terletak di bawah level terendah subyek.
- Tdk diberikan poin utk item2 yg terletak diatas level tertinggi yg mungkin dpt
dilewati anak saat kita periksa ke arah bawah utk menentukan level tertinggi
subyek.
- Pd anak dgn keterlambatan ~ item diperiksa dari yg > rendah dari usia anak
sebelum kita berhasil mencapai level terendah ~ utk menghindari kegagalan item
yg terlalu banyak (Gambar 2.31)
- Kita dpt periksa di bawah level fungsi subyek utk menentukan nilai terendah &
tertinggi subyek dgn periksa ke arah atas® utk menghindari stress akibat
kegagalan
- Pd subyek yg sangat terlambat perkembangannya ~ sulit tentukan nilai dasar
sebenarnya.
- Bila dgn metode pass/fail, subyek gagal bila ada kegagalan pd 1 item kritikal
- Bila dgn metode skoring poin ~ skor kasar ditentukan dgn menjumlah semua item
di bawah persentil tertinggi subyek,ekuivalen2 skor standar, ekuivalen usia&
persentil2 dpt kita tentukan ~cara biasa~tabel konversi

5. Subyek2 yang alami keterlambatan perkembangan engan usia >36 bulan


- Mulai level 36 bln diperiksa ke arah kiri pd AE&AR
- Divisi visual tetap diperiksa tanpa pandang usia.
- Bila subyek sangat terlambat ~kita dpt memperoleh
nilai dasar & nilai tertinggi AE&AR dgn memeriksa ke
arah bawah dari level 36 bln (Gambar 2.32)
- Bila nilai tertinggi sulit diperoleh~ skor kasar subyek
ditentukan dari jumlah semua item di bawah level
terendah& di atas level terendah yg berhasil dilewati.
(Gambar 2.33)
- Skor2 kasar msh dpt diubah ke ekuivalen usia.
 Pengganti utk persentil /ekuivalen2 skor standar~dpt dilaporkan dgn
nilai2 quotient:
1. Auditory Expressive Quotient(AEQ) =
(ekuivalen usia AE/CA) x 100
2. Auditory Receptive Quotient (ARQ) =
(ekuivalen usia AR/CA) x 100
3. Global language Quotient (GLQ) =
( ekuivalen usia bahasa global /CA) x 100
- Quotient 69 atau kurang = skor pd persentil ke-2 atau
ekuivalen skor standar 69.
- Quotient digunakan utk usia2 > 36 bln, namun dpt digunakan pd subyek
yg sangat terlambat di bawah 36 bln.
- Usia 0-36 bln® dipakai persentil & ekuivalen skor standar
- Anak dng keterlambatan perkembangan mungkin masih melampaui
nilai
tertinggi utk anak usia 36 bln pd ELM Skala-2
- Skor kasar sempurna pd AE & AR pd subyek usia >36 bln dilaporkan
sbg “Sama/> dari persentil 50 utk anak usia 36 bln”

 Ekuivalen usia dilaporkan sebagai “sama/> dari 36 bln (Gambar 2.34)


 Ekuivalen skor standar dilaporkan sebagai “sama /> dari 100 utk anak
usia 36 bln”
 Jika subyek mencapai skor kasar yg sempurna utk AE,AR& bahasa
global, maka skor bahasa global dilaporkan “sama/> dari persentil 50 utk
anak usia 36 bln”
 Ekuivalen skor standar utk bahasa global dilaporkan sebagai “sama/>
dari 100 utk usia 36 bln”
 Ekuivalen usia dilaporkan sebagai “sama/> 36 bln”

6. Hasil-hasil yang bertentangan, Metode Pass/Fail versus Metode Skoring


Poin
Sebagian kecil anak gagal pd ELM skala-2 dgn metode pass/fail tetapi
berhasil pd metode skoring poin, ada 2 alasan :
1. batas bawah utk performa dpt diterima pd persentil ke-5 utk
metode skoring poin sedikit > rendah dari metode pass/fail yg
terletak pd persentil ke-10
2. metode pass/fail memberikan angka gagal pd item kritikal
meskipun hanya 1 item kritikal yg gagal sedang metode skoring
poin > mencerminkan performa total anak.

3. Seorang anak mungkin masih normal meski gagal pd 1 item


4. Metode pass/fail ditujukan utk kondisi2 skrining
 Metode skoring poin > ditujukan utk anak dgn risiko tinggi
keterlambatan perkembangan, pd penelitian, atau pd situasi lain dimana
dibutuhkan info >rinci ttg status perkembangan bahasa anak.
 Metode skoring poin > meminimalkan false positif dari pada metode
5.

Anda mungkin juga menyukai