Anda di halaman 1dari 2

Dasarpenegakan diagnosis pada pasien ini yaitu didasari kriteria diagnosis yang dikeluarkan oleh

Perdossi yaitu dari anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis, serta pemeriksaan penunjang
berupa CT Scan kepala.

Dari anamnesis didapatkan keluhan pusing berputar. Pusing berputar merupakan ciri khas gangguan
yang disebabkan oleh gangguan vestibularis. Gangguan vestibularis ini terbagi menjadi dua yaitu
gangguan yang berasal dari sentral atau perifer. Perbedaan khas yang dapat ditemukan pada kelainan
perifer yaitu pusing berhubungan dengan perubahan posisi kepala dengan derajat vertigo yang berat
dan disertai gejala otonom dan gangguan perndengaran. Pada pasien ini pusing yang dirasakan tidak
berhubungan dengan posisi kepala, tanpa gangguan pendengaran dan disertai dengan gejala gangguan
SSP diantaranya parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik,disartria dan sindrom sereberal.
Berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari pasien tersebut mengarahkan kepada diagnosis vertigo
sentral.

Usia pasien 66 tahun dan disertai dengan adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung dan riwayat
stroke sebelumnya merupakan faktor resiko untuk terjadinya stroke berulang pada pasien ini. Pasien
yang terkena stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami serangan stroke ulang. Serangan stroke
ulang berkisar antara 30%‐43% dalam waktu 5 tahun. Agen antitrombotik diindikasikan untuk
pencegahan stroke sekunder; jangka panjang antikoagulan dan carotid endarterektomy juga
didiskusikan ditempat lain. Selain itu tekanan darah yang tinggi (tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) akan meningkatkan risiko terjadinya stroke ulang. Pada pasien ini
selain faktor resiko diatas, riwayat old miokard infark adalah factor yang meningkatkan resiko terjadinya
stroke infark cardioemboli berulang di cerebelum

Infark cerebellum berasal dari thrombosis dan oklusi emboli pada pembuluh darah cerebellum. Gejala
utama meliputi vertigo, dizziness, nausea, vomite, gaya berjalan yang tidak stabil, kekakuan anggota
gerak, sakit kepala, disartria, diplopia dan penurunan tingkat kewaspadaan. Tanda-tanda yang paling
menonjol adalah ataksia pada proses berdiri tegak (astasia) yang lebih berat dibandingkan ataksia gaya
berjalan, dysarthria, nystagmus dan perubahan status mental.

Berdasarkan distribusi topografi, terdapat 4 jenis infark cerebral berdasarkan arteri yang mendarahi:

a. PICA , AICA
Oklusi pada arteri ini seperti oklusi PICA, menimbulkan berbagai manifestasi klinis, karena
perjalanannya dan luas tertorinya sangat bervariasi pada setiap individu. Hemiataksia ipsilateral
dan nistagmus dapat terjadi, dan juga dapat tibul deficit saraf jranial VII dan VIII. Oklusi arteri
labirintin, suatu cabang AICA, dapat menyebabkan tuli mendadak.
b. Arteri serebeli superior
Oklusi arteri serebeli superior menyebabkan ataksia berat karena infark pedunkulus serebeli
superior, serta astasia dan abasia. Kerusakan jaringan pada tegmentum pontis menyebabkan
deficit sensorik pada setengah bagian ipsilateral wajah dan setengah bagian tubuh kontra
lateral, yang melibatkan semua kualitas sensasi.
c. the cortical watershed and deep cerebellar white matter borderzone infarcts (20%)
Table 1. Inferred Pathogenesisof Infarcts Confined to Territory of the PICA or Superior
Cerebellar Arteriesin 14 Cases4.
Location of infarct Inferredpathogenesis No. Cases
Posterior inferior cerebellum Ipsilateral vertebral artery atheroma 4
and thrombosis
Bilateral vertebral and PICA 2
atheroma and thrombosis
Severe ipsilateral PICA atheroma 1
Superior cerebellum Basilar artery atheroma and 3
thrombosis
Embolism from heart 2
Uncertain 2
d. PICA, posterior inferior cerebellar artery

Anda mungkin juga menyukai