Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PELAKSANAAN OJT

4.1 Lingkup Pelaksanaan On The Job Training (OJT)

Pelaksanaan On The Job Training (OJT) bagi Taruna D.III Teknik Listrik
Bandara XII ATKP Medan dilaksanakan mulai tanggal 15 Januari 2019 sampai
dengan 26 Mei 2019. Untuk tempat pelaksanaan OJT, dilaksanakan di Bandar
Udara Radin Inten II Bandar Lampung.

Prosedur pemberian pelayanan unit tempat On The Job Training (OJT) pada
Bandar Udara Radin Inten II meliputi fasilitas elektrikal dan fasilitas mekanikal
untuk menunjang berlangsungnya kegiatan operasional.

Unit Electrical & Mechanical Facility adalah salah satu unit kerja dari Bandar
Udara Radin Inten II, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengoperasikan,
merawat dan melaksanakan perbaikan terhadap seluruh peralatan fasilitas listrik
dan mekanikal. Fasilitas listrik meliputi AFL (Airfield Lighting) yang biasa
digunakan sebagai pemandu visual bagi pilot untuk take-off dan landing pesawat,
dan sistem pambangkit (transmisi distribusi). Unit ini bertempat di gedung power
house (PH). Fasilitas mekanikal meliputi peralatan Air Conditioning, Traction
Equipment, Distribusi Air Bersih dll.

Adapun tugas utama Unit Mekanikal dalam kegiatan operasionalnya sebagai


berikut :
a. Mengoperasikan
Mengaktifkan semua peralatan yang ditangani baik secara manual maupun auto
sebelum jam operasional dan mematikan peralatan setelah kegiatan penerbangan
selesai.

69
b. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal kecil yang
berpotensi menjadi kerusakan berat (off) pada peralatan yang ditangani, dengan
cara memeriksa system kerja dan operasi dari semua peralatan setiap hari (pagi hari)
dan melaksanakan perbaikan ringan.
c. Perbaikan
Kegiatan perbaikan ini dilakukan untuk mencegah terhambat / terhentinya
pelayanan jasa, baik yang berdampak langsung kepada penumpang maupun
pesawat udara yang mana kegiatan perbaikan (maintenance) ini dialakukan pada
malam hari (bandara close / off) agar tidak mengganggu aktifitas pelayanan
operasional bandara.

4.2 Jadwal
Dalam pelaksanaan On The Job Training Program Studi Teknik Listrik
Bandara angkatan ke-XII di laksanakan selama 5 bulan yaitu pada tanggal 15
Januari 2019 sampai tanggal 25 Mei 2019 di Bandar Udara Radin Inten II Bandar
Lampung. Jadwal terlampir dalam laporan ini.

4.3 Permasalahan
Bandar udara Radin Inten II merupakan Bandar udara kelas I yang sudah
mempunyai fasilitas cukup lengkap. Begitu juga dengan catu daya power supply
listrik yang cukup mendukung. Listrik di supply utama dari PLN namun
mempunyai genset sebagai power supply cadangan.
Kepala Bandar udara yang menjalankan kegiatan operasional, memiliki 4
departemen yang salah satunya adalah departemen teknik dan operasional. Yang
langsung membawahi bagian listrik yang mengelola catu daya listrik ke Bandara
yang diatur melalui unit power house (PH). Unit power house (PH) mempunyai 2
genset yang beroperasi secara normal sebagai cadangan daya power supply.
Sewaktu melaksanakan OJT pada hari sabtut, 19 januari 2019 pukul 06.30
WIB, catu daya utama off sesaat. Pada saat PLN OFF dan GENSET sedang running,

70
seharusnya genset memback up beban sampai batas waktu yang ditentukan. Namun
G1 OFF dikarenakan gagal sinkron antara G1 dan G2 yang menyebabkan
terganggunya operasional pada Bandara Radin Inten II Bandar Lampung.

4.4 Penyelesaian Masalah


Kegagalan system pembebanan pada genset menyebabkan padamnya
supply listrik ke Bandar udara Radin Inten II. Atas masalah yang timbul teknisi
langsung melakukan pengecheckan terhadap unit genset. Hasil yang didapat genset
hidup tetapi setelah beberapa menit genset 1 mati dan genset 2 tetap hidup sampai
batas waktu.

Catatan :
Setelah supply listrik kembali normal melalui genset pada mode manual, maka
dilakukan analisa penyebab gagal sinkron genset 1 dan genset 2

Proses pengecekan dan analisa

Pada metode ini penulis menganalisa gagal singkron antara Genset 1 dan Genset 2
dimana pengujian dilakukan secara berurutan sampai dengan akar permasalahan
yang menyebabkan gagal sinkron antar genset tersebut .

71
Berikut proses pengecekan dan analisa dalam bentuk flowchart :

Mulai

Sinkronisasi
genset

Pencatatan RPM,
cos phi, fuel, KWH
meter

Yes

Singkron
NO

Pengecekan Selesai
Modul
Governor

Yes

Singkron

No Selesai

Penggantian
Governor

Yes

Singkron

No
Selesai

72
Pengecekan
relay

Yes

Singkron
No
Selesai

Penggantian
relay

Yes

Singkron

No
Selesai

Penggantian
Fuse

Singkron

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart penyelesaian masalah

73
Gambar 4.2 Single Line Diagram Panel Kontrol Genset 1
Sumber: Manual book Bandar Udara Radin Inten II

74
Gambar 4.3 Flowchart sinkronisasi Genset

75
Berdasarkan dari hasil analisa penulis dapat menemukan beberapa
permasalahan yang menyebabkan gagalnya proses sinkronisasi genset 1 dengan
genset 2 secara pararel diantaranya :

1. Speed Governor
Pengecekan pada Speed Governor karena terjadinya RPM yang tidak stabil
dan frekuensi yang rendah, dimana RPM yang stabil 1500 konstan tidak ada
perubahan dan frekuensi 50 Hz. Penyebabnya membuat genset 1 tidak bisa sinkron
dengan genset 2 Dan merusak relay pada genset 1. Setelah diketahui kerusakan
pada Speed Governor, dilakukan proses penggantian pada speed governor genset 1.
Dan setelah dilakukan penggantian masih terjadi gagal sinkron karena relay genset
1 masih terdapat masalah, namun RPM dan frekuensi sudah stabil.

G1= 1000 KVA dengan f =50Hz, maka akan memiliki putaran mesin 1500 RPM.

Rumus menghitung putaran motor atau rpm:


n = 120 × f ÷ p
dimana,
n = jumlah putaran, dalam satuan rpm
f = frekuensi, dalam satuan Hz
p = jumlah kutub

maka n = 120 × 50 ÷ 4 = 1500 rpm


sedangkan pada saat melakukan pengecekan terjadinya ketidakstabilan RPM dan
frequensi yang menyebabkan gagal sinkronnya G1 dan G2
dimana
f = 43 hz
berdasarkan rumus menghitung putaran motor atau rpm:
n = 120 × f ÷ p
n = 120 x 43÷ 4
= 1290 rpm

76
Gambar 4.4 Speed Governor

Sumber: Bandar Udara Radin Inten II

2. Relay Genset 2
Setelah dilakukan pengetesan pada genset 1 dan genset 2 dengan dinyalakan
secara bersama dengan hubung paralel terjadi reverse power proteksion dimodul
genset 1, ketika sinkron dengan genset 2. Tetapi ketika sinkron tanpa genset 2 tidak
terjadi reverse power proteksion. Reverse power relay merupakan proteksi sebuah
generator yang terhubung dengan jaringan lain atau terkonfigurasi secara paralel
dengan generator lain. Reverse power relay terjadi karena kehilangan torsi dari
penggerak mula dan generator masih terhubung dengan paralel. Karena masih ada
kecepatan sisa pada rotor generatornya, sedangkan disisi stator generator ada
tegangan dari hubung paralel, sehingga tegangan di stator menginduksi ke lilitan
rotor yang berputar. Penyebab terjadinya reverse power pada genset 1 ketika
dihubung paralel ialah karena terjadi kerusakan pada relay genset 1 itu diketahui
dari bekerja nya relay proteksi yang secara tiba – tiba memutus atau mematikan
genset 1 ketika genset 1 sedang hidup dengan tegangan 380v dan tegangan turun
menjadi 265 volt setelah itu genset mati. Kerusakan relay disebabkan karena adanya
arus balik yang masuk ke relay yang menyebabkan kerusakan pada relay genset.
Setelah diketahui penyebab kerusakan tidak sinkronnya genset 1 dan genset 2
ketikahubung paralel segera dilakukan penggantian relay yang rusak pada genset 1.
Setelah dilakukan penggantian relay pada genset 1, dilakukan juga pengecekan

77
pada wiring kabel – kabel incoming genset 1 dan juga pada busbar penghantar
tegangan yang dihasilkan genset. Dilakukan uji coba genset 1 tanpa beban dan tanpa
dihubung paralel dengan genset 2. Hasil tegangan yang di dapat ketika genset hidup
normal 380 volt. dan mati pun sesuai dengan waktu yang telah di atur pada panel
kendali genset. Selanjutnya genset 1 di uji coba kembali dengan di hubung paralel
dengan genset 2.Genset di hidupkan secara bersamaan dengan kendali panel genset.
Kedua genset hidup secara bersamaan dan reverse power tidak terjadi pada uji coba
ini. Dan untuk memastikan kembali agar genset benar – benar normal dilakukan
pengetesan sekali lagi atau uji coba 3. Disini genset 1 tidak bisa start atau hidup
karena dispaly pada genset 1 menunjukkan tegangan pada baterai hanya 23 volt.
diuji coba kedua baterai pada genset 1 menunjukkan 26 volt.

Gambar 4.5 Relay Proteksi


Sumber: Bandar Udara Radin Inten II

 Cara setting relay

1. Instruksi penambahan

Relay power-reverse RW1 memiliki potensiometer spindle untuk penyesuaian titik


switching (dalam%) dan delay switching (dalam detik).

78
2. penyesuaian titik switching dari sirkuit pengukur daya

Jika relay merespons, misalnya pada generator dengan kekuatan balik 10%,
nilainya tidak (!) berarti nilai penyesuaian RW1 mencapai 10%. nilai penyesuaian
titik switching pertama-tama harus dihitung karena rasio transformator, perhitungan
nilai penyesuaian.

3. Data yang dibutuhkan :

PGEN [KW] : Daya aktif generator di kW dihitung dari kekuatan generator yang
sesungguhnya

SGEN sesuai dengan PGEN =SGEN COS ϕ

PRW1 [KW] : daya referensi dari RW1 di kw dihitung dari

IN : Arus nominal dari waktu tunda

UN : Tegangan nominal dari waktu tunda

Ni : Rasio dari trafo arus

Nu : Rasio dari trafo tegangan

Untuk 4 kawat sistem (Unit RW1 – 10) sesuai dengan

PRW1 = (√3) x IN x UN x ni x un

jika PREV [%] adalah nilai daya balik yang diinginkan dalam % mengacu pada
kekuatan aktif generator, maka nilai yang harus disesuaikan pada relay dihitung
sesuai rumus berikut:

Nilai Penambahan dalam (%) = PGEN/PRW1 X PREV [%]

79
Contoh perhitungan 1

Daya aktif dari generator

PGEN = 1000 kva X 0,8 = 800 kW

Arus nominal dari RW1 IN = 5 A

Tegangan nominal RW1 UN = 230 V

Rasio dari arus ni = 1000A/5A

Trafo = 200

 Daya referensi per unit :

PRW10 = (√3) x 5A x (√3) x 230V x 200 = 693 kW

jika relay harus merespon dengan kekuatan balik 5% (mengacu pada kekuatan
aktif generator), maka PREV = -5% dan nilai penyesuaian dapat dihitung dengan
cara berikut:

Nilai Penambahan dalam % = 800 kW /693 kW x (-5%) = -5.7 %

Dalam contoh di atas, relay RW1 harus disesuaikan menjadi -5,7%, sehingga
merespons daya balik generator 5% (sesuai dengan 25 kW jika generator aktif daya
800 kW)

3. Auto Baterai Charger


Setelah diketahui tegangan pada baterai 23 volt dilakukan pengecekan pada
air battery. Tetapi battery genset 1 high atau penuh. Penyebabnya jelas bukan pada
air battery genset. Dan dilakukan pengecekan kembali pada bagian auto baterai
charger genset 1. Karena pada saat dilakukan pengetesan pada uji coba ke 2
tegangan awal 26 volt setelah genset hidup 23 volt . Seharusnya ketika genset hidup
tegangan pada baterai genset bertambah karena sudah ada sistem auto charger

80
baterai. Penyebab kerusakan pada auto charger baterai genset terjadi karena ada
kerusakan pada bagian fuse pada komponen auto charger baterai.

Gambar 4.5 Auto Baterai Charger

Sumber: Bandar Udara Radin Inten II

Jika suatu fuse dilewati arus di atas arus kerjanya, maka pada waktu tertentu
fuse tersebut akan lebur (putus). Besarnya arus yang dapat meleburkan suatu fuse
dalam waktu 4 jam dibagi arus kerja disebut faktor peleburan berkisar 1 hingga 1,5.
Kapasitas fuse bisa dilihat pada bodinya, disana tertera angka yang menunjukan
kapasitas. Sebagai contoh F5A 250V. Artinya tegangan yang diperbolehkan
mengalir melalui fuse tersebut adalah maksimal sebesar 250V dan arus listriknya
maksimal sebesar 5A, jika arus dan tegangan listrik mengalir di atas nilai tersebut
maka fuse akan terputus.Setelah mengetahui terjadinya kerusakan pada fuse, maka
segera dilakukan penggantian fuse pada auto battery charger.

81

Anda mungkin juga menyukai