Anda di halaman 1dari 4

Tugas Perencanaan SDM

RETRENCHMENT STRATEGY
{Studi Kasus PT.Gudang Garam.Tbk}

OLEH : ULUL ALBAB


DOSEN : I NYOMAN SUBROTO

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
2017
Retrenchment
Strategi penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali melalui reduksi biaya
dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan penjualan dan laba perusahaan.
Strategi ini terkadang dikenal sebagai strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan
dari strategi ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan (distinctive
competences) yang dimiliki perusahaan. Pada masa strategi ini dijalankan, operasi
perusahaan berjalan dengan sumber daya (terutama dana) yang terbatas dan akan berada
pada kondisi penuh tekanan dari berbagai pihak seperti pemilik saham, pegawai, dan media.
Strategi penciutan dapat berbentuk penjualan aset untuk memperoleh dana tunai,
pemangkasan lini produk (product line), menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau
yang tidak termasuk core competence perusahaan, otomasi proses, pengurangan jumlah
pegawai, dan penerapan sistem kontrol pengeluaran biaya.
Di dalam retrencment strategi sendiri meliputi :
1. Lay off
Merupakan langkah merumahkan karyawan atau PHK, lay off ada yang permanen dan
non permanen atau dengan kata lain sewaktu waktu dapat dipanggil lagi.
2. Wages reduction
Pengurangan gaji karyawan oleh perusahaan dalam rangka penekanan biaya
3. Job redesign
Mendesain ulang pekerjaan
4. Renegotiated labor agreement
Menegosiasi ulang kesepakatan, yang artinya merubah kesepakatan antara pengusaha
dan pihak pekerja dalam kesepakatan awal dikarenakan alasan tertentu.

Sebagai seorang Manager SDM wajib diketahui apa alasan melakukan retrenchmen atau
penciutan. Dan saat kapan sebaiknya dilakukan retrenchmen strategi. contoh kasus sebagai
berikut.
PT Gudang Garam Tbk (IDX: GGRM) adalah sebuah
merek/perusahaan produsen rokok populer asal Indonesia. Didirikan pada 26
Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan rokok ini merupakan peringkat kelima tertua
dan terbesar (setelah Djarum) dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki
kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur.

Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Jien Hwie atau Surya Wonowidjoyo.
Sebelum mendirikan perusahaan ini, di saat berumur sekitar dua puluh tahun, Tjoa Jien Hwie
mendapat tawaran bekerja dari pamannya di pabrik rokok Cap 93 yang merupakan salah satu
pabrik rokok terkenal di Jawa Timur pada waktu itu. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia
mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut.

Pada tahun 1956 Tjoa Jien Hwie meninggalkan Cap 93. Dia memilih lokasi di jalan Semampir
II/l, Kediri, di atas tanah seluas ± 1000 m2 milik Bapak Muradioso yang kemudian dibeli
perusahaan, dan selanjutnya disebut Unit I ini, ia memulai industri rumah tangga memproduksi
rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie. Setelah dua
tahun berjalan Ing Hwie mengganti nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang
Garam.

PT Gudang Garam Tbk tidak mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT Surya
Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen.

Sebagai salah satu perusahaan besar dalam industri rokok di Indonesia PT. Gudang Garam.Tbk
mengalami naik turunnya pencapaian perusahaan dan mengalami berbagai kendala serta
masalah

Dalam perkembangannya PT Gudang Garam Tbk ada saat retrenchment strategi harus
dilakukan dalam menyelamatkan perusahaan yang pastinya melalui suatu perencanaan yang
matang. Berbagai masalah dan kendala yang dirasa memberatkan perusahan sehingga
melakukan retrencment diantaranya tentang regulasi pemerintah tentang penekanan rokok
sehingga pembatasan iklan di media massa terutama televisi, pembatasan kegiatan promosi
dalam berbagai event, serta pencantuman gambar menyeramkan dalam kemasan rokok. Hal itu
membuat penjualan rokok Gudang Garam turun jeblok hingga memaksa perusahaan
melakukan efisiensi.
Dalam upaya penyelamatan perusahaan dengan langkah retrenchment dapat dilakukan dengan
strategi lay off karyawan , dikarenakan regulasi penekanan rokok akan menyebabkan produksi
rokok dibatasi dan berimbas pada karyawan produksi agar perusahaan selamat dari krisis.

Dalam lay off ini atau langkah pensiun dini tentunya dengan pesangon yang bisa dibilang
nominal yang besar, ini adalah salah satu bentuk apresiasi perusahaan terhadap karyawannya
yang telah sekian tahun ikut serta mengembangkan perusahaan.

Dari pihak karyawan pastinya ada suatu penolakan tentang langkah lay off yang dilakukan oleh
perusahaan walaupun dengan pesangon yang besar , mereka lebih memilih agar masih dapat
bekerja, dalam hal ini perlu pendekatan dan penjelasan yang baik kepada karyawan.

Dan lagkah lay off ini bukan hanya serta merta merumahkan karyawan, tetapi memikirkan
bagaimana karyawan bisa masih bekerja setelah mendapatkan pesangon itu, dengan
memberikan arahan dan kursus bagaiman menggunkan uang pesangon untuk modal usaha
mandiri masing-masing

Dengan ini akan meminimalsisir akan adanya penolakan keras atas kebijakan perusahaan
terhadap karyawan.

Anda mungkin juga menyukai