Al-Hadits
o Hadits pada masa Kodifikasi
o Kedudukan Hadits dalam Agama Islam
o Kriteria dan Status Kehujjahan Hadits Shahih, Hasan, Dho’if
o PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS HADITS
Economic of Education
Ilmu Al-Quran
Kurikulum Pendidikan
o Evaluasi Kurikulum
o Evaluasi pendidikan
o Kurikulum Lembaga Pendidikan
Politik Perencn & Kbjkan Pemrth
Profil Ku
RPP B. Inggris Kelas XI SMK
Start here
Al-Hadits
o Hadits pada masa Kodifikasi
o Kedudukan Hadits dalam Agama Islam
o Kriteria dan Status Kehujjahan Hadits Shahih, Hasan, Dho’if
o PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS HADITS
Economic of Education
Ilmu Al-Quran
Kurikulum Pendidikan
o Evaluasi Kurikulum
o Evaluasi pendidikan
o Kurikulum Lembaga Pendidikan
Politik Perencn & Kbjkan Pemrth
Profil Ku
RPP B. Inggris Kelas XI SMK
BAB I
PENDAHULUAN
Hadis atau Sunnah adalah sumber ajaran Islam yang kedua setelah Alqur’an. Dimana keduanya
merupakan pedoman dan pengontrol segala tingkah laku dan perbuatan manusia. Untuk
Alqur’an semua periwayatan ayat-ayatnya mempunyai kedudukan sebagai suatu yang mutlak
kebenaran beritanya sedangkan hadis Nabi belum dapat dipertanggungjawabkan periwayatannya
berasal dari Nabi atau tidak.
Namun demikian hadis memiliki peranan dalam menjelaskan setiap ayat-ayat Alqur’an yang
turun baik yang bersifat Muhkamat maupun Mutasabihat. Sehingga hadis ini sangat perlu untuk
dijadikan sebagai sandaran umat Islam dalam menguasai inti-inti ajaran Islam.
Dalam kondisi faktualnya terdapat hadis-hadis yang dalam periwatannya yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu untuk diterimanya sebagai sebuah hadis atau yang dikenal dengan hadis
maqbul (diterima); Shahih dan hasan. Namun disisi lain terdapat hadis-hadis yang dalam
periwayatannya tidak memenuhi kriteria-kriteria tertentu atau lebih dikenal dengan istilah hadis
mardud (ditolak); dhaif atau bahkan ada yang palsu (maudhu’), hal ini dihasilkan setelah adanya
upaya penelitian kritik Sanad maupun Matan oleh para ulama untuk yang memiliki komitmen
tinggi terhadap sunnah.
Hal ini terjadi disebabkan keragaman orang yang menerima maupun meriwayatkan hadis
Rasulullah. Berbagai macam hadis yang menimbulkan kontraversi dari berbagai kalangan.
berbagai analisis atas kesahihan sebuah hadis baik dari segi putusnya Sanad dan tumpah
tindihnya makna dari Matan pun bermunculan untuk menentukan kualitas sebuah hadis.
Dari uraian diatas maka perlu mengetahui dan menindaklanjuti metode-metode yang digunakan
oleh para ulama hadis dalam menentukan kualitas sebuah hadis, sehingga kita dapat
membedakan mana hadis sahih,hasan dan dhaif serta dapat mengetahui permasalahan-
permasalahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Hadits Shahih
A. Definisi Hadits Shahih
Kata Shahih (( الصحيخdalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata as-saqim ( (=السقيم
orang yang sakit jadi yang dimaksud hadits shahih adalah hadits yang sehat dan benar tidak
terdapat penyakit dan cacat.
هو ما اتصل سنده بنكل العدل الضابط ضبطا كامال عن مثله وخال ممن الشذوذ و العلة
hadis yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhobith(kuat daya
ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan (syadz), dan cacat (‘ilat).
Imam Al-Suyuti mendifinisikan hadis shahih dengan “hadis yang bersambung sanadnya,
dfiriwayatkan oleh perowi yang adil dan dhobit, tidak syadz dan tidak ber’ilat”.
Defisi hadis shahih secara konkrit baru muncul setelah Imam Syafi’i memberikan penjelasan
tentang riwayat yang dapat dijadikan hujah, yaitu: pertama, apabila diriwayatkan oleh para
perowi yang dapat dipercaya pengamalan agamanya, dikenal sebagai orang yang jujur
mermahami hadis yang diriwayatkan dengan baik, mengetahui perubahan arti hadis bila terjadi
perubahan lafadnya; mampu meriwayatkan hadis secara lafad, terpelihara hafalannya bila
meriwayatkan hadis secara lafad, bunyi hadis yang Dia riwayatkan sama dengan hadis yang
diriwayatkan orang lain dan terlepas dari tadlis (penyembuyian cacat). kedua, rangkaian
riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW. atau dapat juga tidak sampai kepada Nabi.
Imam Bukhori dan Imam Muslim membuat kriteria hadis shahih sebagai berikut:
1) Rangkaian perawi dalam sanad itu harus bersambung mulai dari perowi pertama sampai
perowi terakhir.
2) Para perowinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal siqat, dalam arti adil dan
dhobith,
3) Hadisnya terhindar dari ‘ilat (cacat) dan syadz (janggal), dan
4) Para perowi yang terdekat dalam sanad harus sejaman.
2. HADITS HASAN
A. Pengertian Hadis Hasan
Secara bahasa, hasan berarti al-jamal, yaitu indah. Hasan juga dapat juga berarti sesuatu sesuatu
yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikan hadis hasan karena melihat bahwa ia meupakan pertengahan antara hadis shahih
dan hadis dha’if, dan juga karena sebagian ulama mendefinisikan sebagai salah satu bagiannya.
Sebagian dari definisinya yaitu:
1. Definisi al- Chatabi: adalah hadis yang diketahui tempat keluarnya, dan telah mashur rawi-
rawi sanadnya, dan kepadanya tempat berputar kebanyakan hadis, dan yang diterima kebanyakan
ulama, dan yang dipakai oleh umumnya fukoha’
2. Definisi Tirmidzi: yaitu semua hadis yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak ada
yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan dari selain jalan
sepereti demikian, maka dia menurut kami adalah hadis hasan.
3. Definisi Ibnu Hajar: beliau berkata, adalah hadis ahad yang diriwayatkan oleh yang adil,
sempurna ke-dhabit-annya, bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz (janggal) maka dia
adalah hadis shahih li-dzatihi, lalu jika ringan ke-dhabit-annya maka dia adalah hadis hasan li
dszatihi.
Kriteria hadis hasan sama dengan kriteria hadis shahih. Perbedaannya hanya terletak pada sisi
ke-dhabit-annya. yaitu hadis shahih lebih sempurna ke-dhabit-annya dibandingkan dengan hadis
hasan. Tetapi jika dibandingkan dengan ke-dhabit-an perawi hadis dha’if tentu belum seimbang,
ke-dhabit-an perawi hadis hasan lebih unggul.
3. HADITS DHAIF
A. Definisi Hadist Dhaif
Pengertian hadits dhaif Secara bahasa, hadits dhaif berarti hadits yang lemah. Para ulama
memiliki dugaan kecil bahwa hadits tersebut berasal dari Rasulullah SAW. Dugaan kuat mereka
hadits tersebut tidak berasal dari Rasulullah SAW. Adapun para ulama memberikan batasan bagi
hadits dhaif sebagai berikut : “ Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memuat / menghimpun sifat-
sifat hadits shahih, dan tidak pula menghimpun sifat-sifat hadits hasan”.
DAFTAR PUSTAKA
KEHUJJAHAN HADITS
Advertisement
Iklan
Report this ad
Report this ad
Share this:
Facebook15
Twitter
Tinggalkan Balasan
Kurikulum Pendidikan
Cari untuk:
filsafat
filsafat
Kategori
Kategori
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Iklan
Report this ad
Blog di WordPress.com.
Ikuti