Kloning (Bagian Rizal)
Kloning (Bagian Rizal)
Kloning bertujuan untuk memperoleh salinan genetik yang identik dari potongan DNA, sel atau
organisme keseluruhan yang secara khusus disesuikan dengan harapan pelaksanaan kloning.
Seperti klon pada spesies tanaman atau hewan yang langkah.
Fungsi Kloning[1]
- Kloning Terapeutik merupakan kloning sel punca ataupun sel dewasa untuk diaplikasikan
pada pengobatan dan penelitian.
- Kloning Reproduktif secara teoritik untuk membentuk klon manusia (meski hal ini sangat
kompleks dan penuh komplikasi).
- Kloning Replacement merupakan gabungan keduanya, dan berfungsi untuk penggantian
bagian tubuh individu yang dilakukan kloning yang mengalami kerusakan atau gagal
organ.
Jenis Kloning[1]
Dalam hal melakukan kloning gen atau potongan DNA, plasmid asal (Cloning Vectors)
diisolasi dari sel bakteri. Gen sel tertentu disisipkan ke dalam plasmid sehingga terbentuk
plasmid dengan DNA Rekombinan. Plasmid yang baru dimasukkan ke dalam sel bakteri
dan terbentuk bakteri rekombinan yang akan membentuk sel klon.
Gen yang disisipkan akan terikat pada bakteri yang bermitosis. Klon bakteri ini akan
menghasilkan protein yang sesuai dengan gen yang disisipkan. Produk protein yang
dihasilkan dapat digunakan untuk penelitian lanjut atau diaplikasikan dalam kesehatan
manusia ataupun bidang lainnya. Sebagai contoh perusahaan farmasi menghasilkan
berbagai jenis hormon dengan menggunakan bakteri yang menyandang gen manusia.
Tahapan dalam Kloning Fragmen DNA : Isolasi, Fragmentasi, Ligasi, Transfeksi, dan
Seleksi.
Hal ini sangat perlu diperhatikan pada cross species nuclear transfer oleh karena bila
terjadi incompatibilitas mitokondria maka akan mengarah ke kematian sel. Selain itu dalam
proses kloning peran kromosom seks (inaktivasi) belum dapat dipenuhi. Secara umum
proses kloning pada mamalia dan manusia serupa, tetapi aplikasi pengunaan klon pada
manusia lebih kompleks.
Dampak Kloning[2]
Dampak positif kloning akan menghasilkan manfaat yang hadir sebagai hal yang dapat diterima
akibat adanya kloning. Namun, dilain sisi, hal negatif dapat muncul sebagai dampak dari kloning.
Diantaranya yaitu Mengancam harkat martabat manusia atau moral, hal ini tentu bertolak belakang
dengan tujuan Maqasid al-Syari’ah. Seperti menghilangkan garis nasab, dan lain sebagainya
hingga berujung pada terganggunya pemeliharaan agama.
Jelasnya, anak yang dilahirkan melalui proses kloning tidak mempunyai status nasab yang jelas.
Padahal nasab seseorang sangat erat kaitannya dengan syariat Islam, seperti perkawinan, waris dan
hubungan kemahraman.[3]
Dafus