Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

“ANALISIS KASUS DAN LAPORAN MATALOGI“

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dalam modul praktik klinik
keperawatan komplementer.

Dosen Pengampu : Ns. Mardiyanti M.Kep., M.D.S

Disusun Oleh :

Afrizal Nur Kadir (11171040000084)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
FORMAT LAPORAN KASUS

A. RESUME PASIEN

Pasien Nn.A usia 21th dating ke Klinik Bekam Steril Assabil Holy Holistic pada
tanggal 28 Agustus 2017 dengan keluhan lesi padat di subkortikal lobus aksipital kiri,
amenorrhea, maag, dan sembelit. Pasien riwayat operasi tumor ditangan kiri, kejang
2kali pasca operasi dan mengkonsumsi obat penitoin untuk penanganan kejangnya.
Lalu dilakukan bekam di titik KHL-UN2-3-ZA8-9-14-15 serta diberikan obat herbal
Dawamag, Cancer-ex, dan Taltinah. Seminggu kemudian pasien dibekam kembali di
titik UM-RA6-7-ZA10-11-BA10-11-ZI. Lalu 2minggu kemudia pasien dibekam
kembali di titik KHL-UN2-3ZA8-9-14-15-BA4.

Sebulan kemudia pasien dating kembali dengan hasil evaluasi massa di otot
mengecil, pusing berkurang, dan kalau badan letih tak mampu bicara dan kadang-
kadang sampai pingsan. Lalu di bekam di titik KHL-AK3-4-ZA8-9-BA10-11-UM.
Sebulan kemudian dibekam kembali di titik KHL-AK1-2-UN2-3-ZA5-6-12-13-R6-7-
BA10-11. Dan 2minggu kemudian di bekam di titik ZA1-2-5-6-10-11-26-27-ZI-BA4-
AK3-4.

Pada tanggal 5 April 2018 pasien datang ke Klinik Bekam Steril Assabil Holy
Holistic dengan keluhan menstruasi yang tidak teratur, pasien mengatakan terakhir
menstruasi bulan Juli 2016. Pasien dibekam dititik KHL-UN2-3-AK3-4-UM-RA14-15-
ZA8-9-22-23-ZI serta diberikan obat herbal Dawamag dan Pegagan. Sebulan kemudian
di bekam dititik ZA1-2-AK1-2RA22-23-ZA10-11-UN10-YA8. Sebulan kemudian di
evaluasi dengan hasil secara umum kondisi signifikan membaik dan pusing berkurang,
tetapi pasien masih mengeluh belum juga haid, lalu di lakukan bekam di titik KHL-
UN2-3-19-AK1-2-ZA8-9-12-13-BA10-11-RA22-23.

Pada tanggal 16 November 2018 pasien datang ke Klinik Bekam Steril Assabil
Holy Holistic dengan keluhan tinnitus karena terpukul dan masih amenorrhea, pasien
diberikan obat herbal Talbinah dan Dawamag serta di bekam di titik KHL-UM-UN2-3-
AK3-4-ZA8-9-BA4-10-11-ZI-RA24-25-BA2.
B. PENGKAJIAN
I. Data Demografi
 Inisial klien : Nn. A
 Usia : 21th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Cendana Raya NO.3 Pondok Gede Kota Bekasi
 Suku/bangsa : Indonesia
 Status pernikahan : Belum menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Mahasiswi
 Diagnosa Medik : Amenorhea
 Jenis terapi komplementer : Bekam
 Lama pemakaian terapi : Sejak tahun 2016
 Terapi medik lainnya :-

II. Keluhan Utama


Mentruasi tidak teratur, terakhir mentruasi bulan Juli 2016 dan mengeluh telinga
berdenging atau tinnitus.

III. Riwayat Kesehatan


1.) Riwayat kesehatan sekarang
 Waktu : Telinga berdenging sejak semalam, mentruasi terakhir 2 tahun
yang lalu.
 Penyebab : Telinga berdenging karena tidak sengaja terpukul oleh neneknya
karena ada nyamuk
 Factor pencetus : Terpukul
 Keadaan penyakit: Menetap
 Tanggal kejadian : 15 November 2018
2.) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Pernah dirawat : Pernah di rawat karena tumor di tangan kiri dan kejang
3.) Riwayat Operasi:
 Tidak/pernah : Pernah operasi tumor di tangan kiri
4.) Riwayat Pengobatan
 Penitoin untuk obat kejang .
5.) Riwayat Psikososial
 Cemas/kooperatif/tidak kooperatif : Pasien kooperatif
6.) Riwayat Sosial
 -

IV. Pemeriksaan Fisik


1.) Keadaan umum
 Kesadaran : Compos Mentis
 BB/TB : BB 55kg TB 160cm
 TTV : 120/80mmHg
2.) Sistem pernafasan : Normal
3.) Sistem pencernaan : Normal
4.) Sistem saraf : Normal
5.) Sistem musculoskeletal : Normal
6.) Sistem integument : Normal

V. Aktivitas Sehari-hari
1.) Nutrisi : Makan sehari 2/3xsehari
2.) Cairan : Minum kurang lebih 1liter
3.) Eliminasi : BAK ±5kali BAB 1x/hari
4.) Istirahat tidur: : Tidur ±6jam sehari
5.) Personal hygiene : Mandi 2x/hari keramas 2hari sekali
VI. Pemeriksaan Penunjang
 Rontgen, pemeriksaan darah, hasil iridology, titik-titik bekam dll.

 Tanggal 28/08/2017 dibekam di titik : KHL-UN2-3-ZA8-9-14-15

 Tanggal 04/09/2017 dibekam di titik : UM-RA6-7-ZA10-11-BA10-11-ZI

 Tanggal 18/09/2017 dibekam di titik : KHL-UN2-3ZA8-9-14-15-BA4

 Tanggal 9/10/2017 dibekam di titik : KHL-AK3-4-ZA8-9-BA10-11-UM

 Tanggal 31/10/2017 dibekam di titik : KHL-AK1-2-UN2-3-ZA5-6-12-13-R6-7-BA10-11

 Tanggal 13/11/2017 dibekam di titik : ZA1-2-5-6-10-11-26-27-ZI-BA4-AK3-4

 Tanggal 9/12/2017 dibekam di titik : KHL-UN2-3-UM-RA6-7-ZA8-9-10-11

 Tanggal 5/4/2018 dibekam di titik : KHL-UN2-3-AK3-4-UM-RA14-15-ZA8-9-22-23-ZI

 Tanggal 15/5/2018 dibekam di titik : ZA1-2-AK1-2RA22-23-ZA10-11-UN10-YA8

 Tanggal 28/06/2018 dibekam di titik : KHL-UN2-3-19-AK1-2-ZA8-9-12-13-BA10-11-

RA22-23

 Tanggal 6//8/2018 dibekam di titik : KHL-UM-UN2-3-AK3-4ZA8-9-ZI-BA10-11-Perut

kanan samping

 Tanggal 16/11/2018 dibekam di titik : KHL-UM-UN2-3-AK3-4-ZA8-9-BA4-10-11-ZI-

RA24-25-BA2

Tanggal Pengkajian: 16 November 2018


Nama perawat: Ika Mar’atus Sholihah

C. PETA KONSEP MASALAH UTAMA PASIEN


ANALISIS KASUS

Nama : Afrizal Nur Kadir

NIM : 11171040000084

A. Proses Pengkajian
 Pada proses pengkajian, data yang diperoleh sangatlah terbatas dan bersifat general.
Maka dari itu, data focus yang berkaitan dengan keluhan utama tidak ada dalam
lembar dokumentasi hasil pengkajian. Padahal hal ini akan membantu perawat dalam
mengidentifikasi kondisi klien dan memudahkan dalam perencanaan tindakan
keperawatannya.
(Sebaiknya dalam proses pengkajian, data focus menjadi highlight utama.
Karena keluhan utama berupa amenorrhea dan tinnitus, maka data yang perlu
dikaji bisa berupa pola/siklus haid sebelumnya, perubahan yang dirasakan
sebelum keluhan muncul, pola kebiasaan harian, pola diet, riwayat penggunaan
obat, kondisi psikologis, karakteristik nyeri, dan lain sebagainya).
 Pada lembar pengkajian, terdapat beberapa bagian yang terlihat kosong atau tidak
terisi sehingga data klien menjadi kurang (tidak lengkap).
(Hal ini memang tidak bisa dipungkiri karena dipengaruhi beberapa hal,
terutama karena masalah keterbatasan waktu dan interaksi dengan klien yang
minim akibat berada di fasilitas pelayanan yang alurnya sangat cepat seperti
rawat jalan. Alangkah baiknya sebelum pengkajian, disiapkan beberapa kata
kunci dengan mengemas pertanyaan anamnesa sesingkat mungkin namun
seluruh aspek yang diinginkan bisa terjangkau).
 Pada lembar pengkajian, hasil yang diperoleh setelah pemeriksaan hanya ditulis
dalam konteks “Normal”.
(Alangkah baiknya data terkait bisa dirincikan, karena batas normal bisa
bersifat relative dan multi tafsir. Bisa dituliskan misalnya pada system
pernafasan : Kembang kempis dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
napas, lalu bisa dituliskan akumulasi respirasi dalam semenit dan lain
sebagainya).
 Pada lembar pemeriksaan penunjang, perawat hanya menuliskan kategori
pemeriksaan yang pernah dilakukan klien tanpa menuliskan rincian atau temuan data
abnormal yang bisa menjadi focus pertimbangan kondisi klien.
(Jika ada hasil, sebaiknya dilampirkan sehingga data klien menjadi jelas).
B. Proses Diagnosis
 Pada proses ini, perawat tidak melampirkan hasil analisis data ke dalam bentuk
pemetaan masalah klien yaitu diagnose keperawatan. Mungkin karena keterbatasan
waktu dan data yang diperoleh dari klien sangat sedikit, sehingga sulit untuk
memetakan masalah keperawatannya.
 Namun alangkah baiknya, tetap dilakukan. Bagaimanapun perawat biasanya sudah
terbiasa dan walau hanya mendengar sekilas apa yang disampaikan klien melalui
keluhannya, perawat bisa menerka masalah yang dihadapinya. Namun tetap harus
disandingkan dengan teori dan standar yang berlaku. Jika melihat sekilas data yang
diperoleh, lalu dihubungkan ke konsep teoritis mengenai amenorrhea dan tinnitus,
masalah keperawatan yang bisa muncul berupa :
Gangguan Citra Tubuh b.d. perubahan fungsi tubuh
Gangguan Rasa Nyaman b.d gejala penyakit
 Karena keterbatasan data, sangat sulit mengangkat suatu masalah keperawatan
dengan tepat, baik itu sifatnya actual, resiko, potensial maupun promosi kesehatan.
Beberapa opsional diagnose keperawatan bisa berupa gangguan persepsi sensori
(gg.pendengran:tinnitus), disfungsi seksual, nyeri akut (tinnitus) dan lain sebagainya.

C. Proses Intervensi/Implementasi
 Sama seperti tahap sebelumnya, perawat tidak melampirkan rancangan tindakan
(intervensi) keperawatan dalam pelaporannya. Begitupun dengan dokumentasi terkait
implementasi yang sudah dilakukan. Berdasarkan tambahan diagnose oleh reviewer
(mahasiswa), maka pilihan intervensi yang memungkinkan yaitu :
Konseling
Edukasi Penyakit
Promosi Citra Tubuh
Manajemen Stres
D. Proses Evaluasi
 Proses evaluasi merupakan tahap akhir didalam rangkaian proses keperawatan, disini
akan diperoleh data mengenai perkembangan kondisi klien dan masalahnya. Tentu
hal ini akan menentukan tindakan yang perlu diambil selanjutnya. Pada laporan kasus
ini, perawat tidak menyertakan lampiran evaluasi setelah melakukan intervensi.
(Proses evaluasi harusnya tetap dilaksanakan, selain mengukur efektivitas
intervensi yang sudah dilakukan, hal ini dapat membantu klien menentukan
langkah perawatan selanjutnya. Aspek evaluasi haruslah holistic meliputi
dimensi bio, psiko, social, kultural dan spiritual klien. Selain itu, bisa
menggunakan evaluasi formatif dan sumatif dalam bentuk S-O-A-P, atau S-O-
A-P-I-E (D/R)).

E. Evidence Based (Tambahan Materi Pertimbangan Kondisi Klien : Amenorrhea)


1.) Definisi
Amenorrhea bisa diartikan “ tidak menstruasi “. Amenorrhea dibagi menjadi dua
klasifikasi yakni :
 Primary Amenorrhea, tidak menstruasi hingga menginjak usia 14 tahun (masa
pubertas) tanpa adanya karakteristik seksual sekunder. Atau tidak menstruasi
hingga usia 16 tahun terlepas dari kehadiran karakteristik seksual sekunder. Jenis
ini biasanya tidak umum, terjadi pada 0,3% populasi.
 Secondary Amenorrhea, tidak menstruasi secara total (setidaknya) 3 siklus
menstruasi atau paling tidak 6 bulan dimana sebelumnya masih bisa menstruasi
diusia produkstifnya. Jenis ini biasanya terjadi pada 1-3% populasi.
Bagaimanapun, dari banyaknya kasus amenorrhea, biasanya disebabkan oleh
masalah yang sederhana yang bisa diatasi, misalnya karena stress, penyakit baik
minor maupun major (ex: diputuskan pacar, migrasi, mutasi kerja, perceraian, dll)

Tidak menstruasi berkepanjangan menurut pertimbangan kondisi normal hanya


terjadi sebelum pubertas, selama masa kehamilan, selama masa menyusui, dan setelah
fase menopause.
2.) Patofisiologi
Tidak menstruasi merupakan gejala dari ketidakseimbangan, kelainan, atau penyakit.
Perlu diketahui bahwa kemampuan menstruasi itu :

“Diatur oleh serangkaian mekanisme kompleks yang mengintegrasikan komposisi


informasi bio-phisycal dan bio-chemical dengan level interaktif dari signal hormone;
factor autocrine/paracrine, dan reaksi sel target”.
(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility)

Lebih jauh lagi, kemampuan menstruasi bergantung pada system reproduksi normal.
Kelainan genetic, ketidaknormalan kongenital system reproduksi (tidak punya uterus
atau vagina, septum vagina, stenosis servik, dll), masalah endokrin, kelainan pituitary
atau hipofisis, hipertiroidism, hipotiroidism, tumor, efek radiasi, paparan kemoterapi,
penyakit auto-immune, efek merokok, ketidaknormalan kadar lemak, hypoglycemic,
obesitas, PCOS, stress emosional, efek samping pengobatan, dan riwayat operasi
akibat amenorrhea sebelumnya.

Sebagian besar wanita yang tidak hamil dengan amenorrhea sekunder memiliki
masalah anovulasi kronik, hipotiroidism, hyperprolactinemia,kehilangan berat badan
dan anoreksia.

3.) Tanda dan Gejala


Tidak menstruasi biasanya ditemani beberapa tanda dan gejala sebagai berikut :
 Galactorhea
 Gejala kehamilan
 Hirsutism (dan gejala lain dari kelebihan endrogen)
 Intoleransi suhu
 Tanda dan gejala suatu penyakit terkait

4.) Proses diagnosis


Sangat penting bagi penderita amenorrhea untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
komprehensif dan penelusuran riwayat ginekologi termasuk riwayat kanker, kadar
tiroid, masalah adrenal, penyakit ginjal dan hati, serta riwayat paparan obat, radiasi,
atau obat kemoterapi. Evaluasi bisa dilakukan mulai dari mengkaji :
 Aktivitas/latihan berlebihan
 Pola diet extreme
 Masalah pada kegiatan makan (eating disorders)
 Pemeriksaan menyeluruh (system reproduksi)
 Riwayat obstetric

Tes lain yang relevan adalah dengan :


 Thyroid-stimulating hormone (TSH)
 Prolactin (PRL) untuk mengidentifikasi tumor pituitary
 Tes Progesterones dan Estrogen
 Tes Fungsi adrenal
 Tes Ovarium
 Kelainan Kromosom
 Deteksi autoimmune, anemia dan kelainan penggupalan (clothing)
 CT-Scan atau Ultrasound tumor di ovarium atau kelenjar adrenal.

5.) Terapi Konvensional


 Amenorrhea Primer
Jika remaja perempuan tidak menstruasi di usia 16 tahun dan seluruh hasil
tesnya normal, pemeriksaan dilakukan setiap 3-6 bulan untuk memonitor
progresitivitas pubertas. Progesteron dan estrogen bisa diberikan untuk
menginduksi klien memulai periode menstruasinya. Estrogen diberikan untuk
menginduksi perubahan pubertas pada remaja perempuan yang tidak mengalami
perkembangan pada payudara atau pubis dan rambut di bawah ketiak, yang tidak
bisa berkembang secara spontan berdasarkan fungsional tubuh mereka sendiri.
 Amenorrhea Sekunder
Terapi dari amenorrhea sekunder bisa meliputi suplemen progesterone
(hormones treatment) dan OCs (Inhibitors ovulation). Pola diet dan modifikasi
latihan bisa menjadi bagian dalam perencanaan terapi.

6.) Terapi Herbal Terkait


Karena kurangnya landasan sains (Scientific Evidence) mengenai efisiensi atau
standar keamanan dari penggunaan herbal. Banyak diantara klien yang memilih
landasan jalur non-patologis dengan memilih herbal sebagai terapi terhadap masalah
amenorrhea mereka dibandingkan menggunakan terapi hormone.

Modifikasi gaya hidup, misalnya manajemen stress atau memanjemen berat badan
selalu termasuk dalam perencanaan terapi yang menyeluruh sebelum rekomendasi
pemberian terapi herbal. Berikut beberapa resep herbal yang bisa digunakan :
 Tincture for internal use
Black Cohosh (Actaea racemosa) 20 mL
Dong quai (Angelica sinensis) 20 mL
Motherwort (Leonurus Cardiaca) 20 mL
White peony (Paeonia lactiflora) 20 mL
Ginger (Zingiber officinale) 20 mL
Total : 100 mL
Dosis : 5 mL untuk dua kali sehari hingga onset menstruasi muncul.
Rasionaliasi : White peony digunakan sebagai hormonal regulator. Motherwort
merangsang hati dan mengurangi stress, tekanan darah dan iritabilitas. Dong
quai merupakan pemberi nutrisi pada darah dan sebagai anti-inflamasi.
Motherwort dan Dong quai berfungsi dalam promosi kelancaran aliran darah
pelvis dan menstrual flow. Black cohosh digunakan sebagai antipasmodik bagi
uterus. Jahe digunakan sebagai anti-inflamasi, antipasmodik, dan meningkatkan
aliran darah pelvis (Aviva Romm, 2017).

Source : Romm, Aviva. 2017. “Botanical Medicine for Women’s Health E-Book”.St.Louis,
Missouri : Elsevier Health Sciences.
F. Mekanisme Bekam Berdasarkan Evidence Based (Klinik Assabil Holy Holistic).
1.) Melakukan persiapan, meliputi persiapan alat dan tempat pelaksanaan bekam.
2.) Melakukan desinfeksi pada area dimana klien akan berada (missal kursi atau bed)
3.) Mencuci tangan dengan air dan sabun atau menggunakan hand rub.
4.) Memasang Apron
5.) Memasang Headcap
6.) Memasang Masker
7.) Memasang Handscoon
8.) Memasang bisturi pada gagangnya (alat untuk skarifikasi), lalu letakkan di bak steril
9.) Tentukan lokasi pembekaman.
10.) Mengambil kasa dengan klem, lalu baluri dengan larutan cair (Nacl, air rebusan, dll).
11.) Usapkan dengan cara memutar dari dalam keluar tanpa pengulangan. Buang kasa.
12.) Ambil kasa baru, baluri dengan P.Iodine, lalu usapkan dengan cara yang sama.
13.) Ambil kop steril, lalu lakukan pumping sebanyak 3-4 kali (disesuaikan), lalu
diamkan selama lima menit.
14.) Buka kop, lalu ambil bisturi, baca do’a ksembuhan, lalu lakukan skarifikasi disertai
rangsang taktil. Kemudian kembali di kop.
15.) Ambil kasa, letakkan dibawah kop yang masih menempel di tubuh klien, buka kop
lalu bersihkan darah (usahakan masuk kedalam kop darah yang menggumpal, lalu
usapkan kasa dari bawah keatas secara perlahan).
16.) Lalu di kop lagi, lalu langkah ini diulangi hingga Nampak plasma darah keluar dari
luka skar. Hal ini menunjukkan setelah pembersihan, tidak akan keluar darah lagi.
17.) Setelah dibersihkan dengan kasa, baluri lokasi bekam dengan minyak herbal/alami.
18.) Jika Nampak perdarahan, lakukan dep dengan kasa. Lalu dibiarkan sesaat kemudian
di keringkan dengan kasa.
19.) Pasien di berikan kesempatan beristirahat karena tindakan sudah selesai.
20.) Terapis merapikan alat.
21.) Melakukan Evaluasi
22.) Membaca doa.
G.
H. Lampiran Titik Bekam (Klinik Assabil Holy Holistik)
KONSEP MATALOGI

A. Definisi

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa organ terhebat dalam tubuh manusia adalah otak,
pusat kontroling mekanisme tubuh manusia yang sangat cerdas dan praktis. Namun otak
selaku regulator memerlukan koneksi dengan organ lainnya dalam mengoptimalkan
fungsinya. Salah satunya yaitu mata, dimana mata menghubungkan penangkapan sensorik
dari dunia luar lalu dikirim sebagai impuls untuk dikelola di otak. Mata merupakan salah satu
organ penginderaan yang sangat penting bagi manusia, bukan hanya dari segi fungsionalnya
untuk melihat, namun banyak hal yang bisa diiperoleh dari analisis pada mata. Salah satunya
adalah penerapan diagnosa kondisi kesehatan organ dalam (general ckeck up) melalui mata
atau yang dikenal secara umum sebagai matalogi (Sekapur Sireh, 2017).

Matalogi (Matalogy) merupakan singkatan dari “ Mata Terminology ”. Hal ini memberi
gambaran atau penjelasan ilmu pengetahuan terkait hal-hal menakjubkan yang bisa di
ungkap dari mata. Berbagai penelitian dan analisa data pun dilakukan selama puluhan tahun
untuk membuktikan secara ilmiah tentang matalogi (eyelogi) ini. Namun sebagai wadah
besar, istilah ilmu ini tidak terlalu popular dikalangan orang awam, bahkan referensi
mengenai hal ini masih sangat terbatas.

B. Jenis-jenis

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah rasa penasaran yang
tinggi oleh para dokter, cendikiawan dan para penelti, ilmu matalogi kemudian dipecah
menjadi beberapa ilmu yang spesifik berdasarkan organ yang dijadikan acuan. Beberapa
klasifikasi inilah yang kemudian lebih berkembang dan dikenali oleh berbagai kalangan.
Matalogi ini kemudian dipecah menjadi :

1.) Iridiology
Iris merupakan bagian mata yang menjadi tempat berkumpulnya system saraf
yang terhubung ke otak, sehingga dijadikan sebagai focus penyaringan data dalam
menginformasikan kondisi tubuh manusia, yang hal ini kemudian disebut sebagai proses
diagnose melalui iris atau iridology (L.Ma & N.Li, 2007). Dalam iridiology, beberapa
focus seperti warna, struktur, ataupun adanya tanda khusus pada iris memberikan
informasi yang jika ditelaah dengan benar akan menghasilkan informasi mengenai
keseluruhan kondisi klien pada praktisi. Iris mengungkapkan konstitusi tubuh,
kelemahan organ terkait, tingkat kesehatan ataupun transisi kondisi yang terjadi dalam
tubuh sesorang (B.Jenshen, 1952).

Konsep iridology pertama kali dipopulerkan melalui buku “Chiromatica Medica”


karya Theodore Kriege di Dresden, Jerman pada tahun 1670. Lalu terus berkembang
hingga sekarang. Di Indonesia sendiri, peneliti pusat penelitian informatika, Wawan
Wardiana selaku ketua tim memperkenalkan program buatan anak bangsa yang
memudahkan proses pengamatan iris sesuai kaidah iridology, yakni Aplikasi
LIPIRISm@. Tentunya teknologi dapat menambah efektifitas, ketepatan diagnose dan
lebih efisien dalam hal sumber daya serta waktu (Rudy Prasetyo, 2010).

Dalam iridiologi, terdapat 7 zona topografis atau pembagian lingkar wilayah pada
iris mata seseorang, lingkar tersebut meliputi :
a. Lingkar Pertama : Lambung
b. Lingkar Kedua : Usus halus dan usus besar
c. Lingkar Ketiga : Jantung, tenggorokan, pancreas, kelenjar adrenal, pituitary, pineal,
dan perkemihan.
d. Lingkar Keempat : Prostat, uterus dan tulang kerangka.
e. Lingkar Kelima : Otak, Paru-paru, hati, limpa, ginjal, kelenjar tiroid.
f. Lingkat Keenam : Otak, saraf motoric, getah bening, peredaran darah.
g. Lingkar Ketujuh : Kulit dan saraf sensorik.
Dari gambar topografi diatas, juga bisa dipetakan jam diagram iridiologi (sesuai
angka di lingkaran luar gambar mengkode posisi dengan angka jam), dengan
pongkodean ini, akan lebih mudah menentukan organ mana yang bermasalah melalui
iridiologi (D’Hiru, 2007). Adapun kelemahan iridology adalah tidak bisa mendeteksi
penyakit secara detail dari aspek kuantitatif. Misalnya menentukan berapa kadar asam
urat, gula darah dan lain sebagainya. Akan tetapi, iridology mampu mendeteksi penyakit
dari aspek kualitatifnya (Rudy Prasetyo, 2020).

2.) Scleralogy
Sclerology merupakan ilmu didalam mengidentifikasi dan memetakan kondisi
kesehatan melalui pengamatan dan penemuan tanda-tanda (red-lines) dibagian sclera
(Rumah Sehat Refleksi, 2013). Jenis tanda yang muncul, bentuk, dan warna yang
tampak pada sclera membuat praktisi mampu mengevaluasi kondisi kesehatan klien
bahkan sebelum munculnya gejala dari masalah kesehatan yang diderita. Sklera mampu
menunjukkan fungsi organ yang terganggu, namun tidak spesifik apakah dia dalam fase
overactive atau under-activity (Jaana : Herbal Picnic, 2013).

Biasanya pembuluh darah menandakan reflex dari organ tertentu yang terindikasi
di sclera, apakah ada masalah atau tidak pada organ atau bagian tubuh tertentu. Semakin
Nampak dan menonjolnya pembuluh darah, maka semakin serius masalah yang ada.

Picture’s Source : Herbalpicnic.2013

Melalui scleralogy, terapis dapat mengetahui kondi klien seperti :

a. Stres dan hambatan jalur signifikasi di setiap area tubuh.


b. Kondisi dan asal (penyebab) penyakit pada berbagai organ serta jaringan.
c. Kecenderungan memonitor kardiovaskular dan masalah neoplasma.kanker.
d. Indikasi adanya invasi mikroorganisme seperti bakteri, parasite, dan sebagainya.
e. Kerusakan akibat efek obat serta tingkat patologinya.
f. Kepekaan emosional dan masalah afeksi terkait penyakit (Rumah Sehat Refleksi,
Omah MaduQu, 2013).

Dengan skleralogi, maka medical check up (penelusuran diagnose penyakit) melalui


mata semakin lengkap. Dengan kombinasi dari kedua ilmu ini (iridology dan
skleralogi), persentasi ketepatan hasil pemeriksaan semakin meningkat. Selain terbilang
praktis, efektif dan efisien, hasilnya juga akurat dan tepat, meski tetap ada kelebihan dan
kekurangan dari kedua metode ini (Herbanabi, 2012).
C. Cara/Prosedur Matalogi
Pada dasarnya, cara atau prosedur penatalaksanaan medical check up (matalogi) melalui
mata, baik itu dengan metode iridology maupun skleralogi sebenarnya mirip. Yang
berbeda adalah proses analisis dan interpretasi hasil pemeriksaan. Adapun cara
pemeriksaanya secara umum yakni :
1.) Pasien memasuki ruang pemeriksaan.
2.) Pasien duduk dikursi dengan posisi menghadap ke alat yang bertanggung jawab
dalam perekaman atau penangkapan gambar mata.
3.) Dagu pasien diletakkan di atas alat penopang.
4.) Kondisi mata dalam keadaan dibuka lebar (melotot).
5.) Sesi perekaman atau pemotretan dilakukan sesuai kebutuhan ;
a. Iridologi, dilakukan minimal dua kali (memperoleh hasil rekaman yang
sempurna), atau bisa dilakukan berkali-kali guna memperoleh hasil yang
diharapkan.
b. Skleralogi, dilakukan sebanyak kurang lebih 8 kali, disesuaikan berdasarkan focus
utama bagian sclera yang di foto. Sisi atas, bawah, kiri, kanan, (kedua belah
mata).
c. Jika dilakukan bersamaan, maka diusahakan memperoleh hasil tangkapan yang
sesuai baik pada bagian iris maupun sclera secara menyeluruh. Biasanya 1 pasien
10 foto (Herbanabi, 2012).
6.) Setelah sesi perekaman, (opsional) dilakukan sesi konsultasi terkait keluhan yang
dirasakan klien. Kemudian dilanjutkan dengan anamnesa terkait serta pemeriksaan
fisik lainnya jika diperlukan.
7.) Selanjutnya adalah proses interpretasi data dari hasil foto yang diperoleh dari pasien.
Interpretasi ini bisa dengan metode manual berdasarkan teori dan ilmu yang berlaku,
ataupun dengan metode automatis menggunakan softwere atau perangkat khusus,
seperti LIPIRSm@, CNRI Specialized Iridodiagnostic Notebook System, dan lain
sebagainya (School of Griya Syifa,2011).
8.) Penyampaian hasil interpretasi iridology dan skleralogi.
9.) Merencanakan tindakan yang akan diambil untuk sesi perawatan atau pelayanan
kesehatan klien.
Daftar Pustaka

Hiru, D. 2007. “Iridologi Mendeteksi Penyakit Hanya dengan Mengintip Mata”. Edisi ke-2.
Indonesia : Gramedia Psutama Utama.

Herbanabi. 2012.“Pelatihan Iridologi dan Sclerologi”. Dikutip dari https://www.herbanabi.com/

pelatihan-iridologi-dan-scleralogi (pada 8 Januari 2021, pukul 12.55 WIB).

Jaana. 2013. “Herbal Picnic : Iridology and Sclerology”. Dikutip dari https://www.herbalpicnic.

blogspot.com/ (pada 8 Januari 2021, pukul 13.17 WIB).

Jensen, B. 1952. “Ilmu Pengetahuan dan Praktik Iridologi”. Whitman. Publicated.

Ma, L & Li, N. 2007. “Ekstraksi dan Klasifikasi Fitur Tekstur untuk Iris : Diagnosa Catatan
Kuliah di Com. Sc. Biometrik Medis. Verlag Berlin Heidelberg : Springer.

Prasetyo, Rudy. 2010. “Dari Mata Turun Ke Penyakit”. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Dikutip dari https://www.Lipi.go.id (pada 8 Januari 2021, pukul 14.02 WIB).

Rumah sehat refleksi. 2013. “Iridologi dan Sclerologi : Check Up Kesehatan Melalui Mata”.
Dikutip dari https://www.rumahsehatrefleksi.wordpress.com/ (pada 8 Januari 2021, pukul

14.21 WIB).

Sireh, Sekapur. 2017. “ Matalogy “.Dikutip dari https://www.g.blogspot.com. (pada 8 Januari


2021, pukul 15.37 WIB).

School of Griya Syifa. 2011. “Belajar Iridologi”. Dikutip dari https://www.slideshare.net/


mobile/wonk_ikhsan/iridologi (pada 8 Januari 2021, pukul 20.09 WIB).

Anda mungkin juga menyukai