Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perubahan skala kecepatan dan kedalaman industri yang terjadi


pada setiap sektor industri telah menghadapkan tingginya tingkat resiko
yang terkandung dimana akibat kecelakaan yang ditimbulkan juga akan
semakin besar. Kecelakaan yang merupakan suatu proses gagal
berfungsinya sistem pengendalian unsur-unsur kecelakaan dapat
menimbulkan berbagai bentuk kerugian, yang tidak hanya menimpa tenaga
kerja akan tetapi juga dapat mempengaruhi kelangsungan kegiatan industri
dan kerusakan lingkungan serta bentuk kerugian lainnya. Kondisi ini telah
memberikan tekanan kepada para pelaku usaha yang memaksa agar para
Petugas K3 (Safety Officer / Safety Engineer) mampu bersungguh-sungguh
untuk melakukan upaya Pencegahan Kecelakaan (Accident Prevention)

Keberhasilan upaya Pencegahan Kecelakaan menuntut adanya jaminan


keterlibatan dari segenap unsur pimpinan dan seluruh tenaga kerja yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan sistem yang terstruktur dan terukur
berdasarkan tanggung jawab yang dimiliki. Dalam rangka memenuhi
tuntutan tersebut dibutuhkan adanya Petugas K3 (Safety Officer / Safety
Engineer) yang kompeten di dalam melaksanakan tugasnya di bidang K3
guna membantu perusahaan dalam menjamin pengelolaan penerapan dan
pelaksanaan syarat-syarat K3 sebagaimana tertuang dalam Prinsip Dasar
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah di


atas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan SMK3?
2. Bagaimana penerapan SMK3 di perusahaan?
1.3 TUJUAN

Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah


sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan SMK3.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan SMK3 di perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2.1.1 Pengertian SMK3
Dunia usaha saat ini mulai disibukkan dengan adanya sejumlah
persyaratan dalam perdagangan global, yang tentu akan menambah beban
bagi industri. Persyaratan tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 pasal 87. Persyaratan ini sebenarnya sebuah
kewajiban biasa, bukan beban yang harus ditanggung setiap perusahaan.
Kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan sebagai investasi
perusahaan. Dianggap sebagai beban karena belum seluruh perusahaan
melakukannya.
Kemajuan teknologi kian berkembang pesat, namun di sisi lain turut
menjadi penyebab masalah pada keselamatan dan kesehatan kerja.
Masalah ini harus sesegera mungkin diatasi, karena cepat atau lambat
dapat menurunkan kinerja dan produktivitas suatu perusahaan baik pada
sumber daya maupun elemen lainnya. Oleh karena itu sangat penting bagi
suatu perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 05/1996.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sedangkan, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801
ini serupa dengan Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS) 18001, standar ini dibuat oleh beberapa lembaga sertifikasi dan
lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3 merupakan alat bantu yang dapat
digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada dan berlaku
yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan
kerja. SMK3 merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai
sehingga kesesuaian terhadapnya menjadi obyektif.
Berikut ini beberapa konsep dasar dan prinsip-prinsip SMK3, adalah
sebagi berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
Organisasi harus membuat sebuah Kebijakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan memastikan komitmennya dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Planning
Organisasi merumuskan sebuah perencanaan/sasaran dan program
untuk mendukung Kebijakan K3 nya.
3. Implementation
Untuk implementasi yang efektif, organisasi melakukan pengembangan
kemampuan dan mendukung segala kebutuhan mekanisnya untuk
mencapai Kebijakan K3 dan Sasaran dan Program K3 organisasi.
4. Checking
Organisasi akan selalu melakukan pengecekan, memonitor dan
mengevaluasi kinerja K3 organisasi.
5. Review dan Continual Improvement
Organisasi melakukan peninjauan dan melakukan peningkatan yang
berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja nya.

2.1.2 LANDASAN HUKUM SMK3


Undang-undang No.13 Tahun 2003: UU tentang Ketenaga Kerjaan,
dalam Pasal 87 ayat 1 mengamanatkan bahwa: Setiap Perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok
mengenai penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat K3.
2. Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Dalam Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 menyatakan bahwa: Setiap
Perusahaan wajib menerapkan SMK3 bagi Perusahaan:
a. Mempekerjakan pekerja / buruh paling sedikit 100 (seratus) orang
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
3. Permenaker No.5 Tahun 1996
Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
organisasi dapat mengelola Kesematan dan Kesehatan Kerja dengan
mengontrol setiap kegiatan bisnis organisasi. Sebuah sistem yang
praktis dan masuk kedalam struktur organisasi, aktifitas perencanaan,
tugas dan tanggung jawab, proses dan sumber daya yang
dikembangkan, penerapan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja organisasi.

2.1.3 TUJUAN PENERAPAN SMK3


1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh,
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
2.1.4 MANFAAT PENERAPAN SMK3
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa diantaranya
adalah:
1. Melindungi Pekerja
Akibat Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi
pekerja dari segala bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang paling penting.
Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat dikurangi atau
ditiadakan sama sekali, hal ini juga akan menguntungkan bagi
perusahaan, karena pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan
kerja dan penyakit kerja akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.
2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist.
Karena bagaimanapun peraturan atau perundang-undangan yang dibuat
bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan mematuhi peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih tertib
dan hal ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri. Berapa
banyak perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan
yang berlaku mengalami kebangkrutan atau kerugian karena mengalami
banyak permasalahan baik dengan karyawan, pemerintah dan lingkungan
setempat.
3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok
atau supplier mereka untuk menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001.
Karena penerapan SMK3 akan dapat menjamin proses yang aman, tertib
dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan mengurangi produk
cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih baik, karena mereka
terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat
dihindari sehingga bisa menjamin perusahaan beroperasi secara penuh
dan normal untuk menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan. Tidak
jarang pelanggan melakukan audit K3 kepada para pemasok mereka
untuk memastikan bahwa pekerja terlindungi dengan baik dan proses
produksi dilakukan secara aman. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk
memastikan bahwa mereka sedang berbisnis dengan perusahaan yang
bisa menjamin kontinuitas supplai bahan baku mereka. Disamping itu
dengan memiliki sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat
meningkatkan citra perusahaan sehingga pelanggan semakin percaya
terhadap perusahaan tersebut.
4. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif
Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem
manajemen keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena
didalam SMK3 ataupun OHSAS 18001 dipersyaratkan adanya prosedur
yang terdokumentasi, sehingga segala aktifitas dan kegiatan yang
dilakukan akan terorganisir, terarah, berada dalam koridor yang teratur
dan dilakukan secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti
penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi
akar masalah ketidaksesuaian. Sehingga analysis atau identifikasi
ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan melebar menjadi tidak terarah,
yang pada akhirnya memberikan rekomendasi yang tidak tepat atau tidak
menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga dipersyaratkan untuk
dilakukan perencanaan, pengendalian, tinjau ulang, umpan balik,
perbaikan dan pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem
manajemen yang efektif. Sistem ini juga meminta komitmen manajemen
dan partisipasi dari semua karyawan, sehingga totalitas keterlibatan line
manajemen dengan pekerja sangat dituntut dalam menjalankan semua
program yang berkaitan dengan K3. Keterlibatan secara totalitas ini akan
memberikan lebih banyak peluang untuk melakukan peningkatan atau
perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.
Itulah beberapa manfaat dari sekian manfaat yang dapat diperoleh
dari penerapan SMK3. Semua manfaat penerapan SMK3 akan kembali
kepada perusahaan. Namun seringkali manfaat tersebut tidak pernah
diukur secara kuantitatif sehingga tidak terlihat benefit yang diperoleh
dari penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
tersebut. Sistem pelaporan SMK3 yang banyak dilakukan adalah dalam
bentuk pengukuran pencegahan kegagalan dan bukan dalam bentuk
pencapaian kesuksesan atau keberhasilan. Sehingga manajemen hanya
melihat K3 sebagai sistem support yang masih menjadi cost center dan
belum bisa berkontribusi kepadaprofit perusahaan.

Adapun manfaat lain SMK3 bagi organisasi adalah memberikan


beberapa keuntungan, diantaranya:
1. Tujuan inti penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah memberikan perlindungan kepada
pekerja. Bagaimanapun pekerja adalah aset Perusahaan yang harus
dipelihara dan dijaga keselamatannya

2. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka


kecelakaan kerja

3. Dalam menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya


kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak
perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut. Salah
satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan SMK3 adalah biaya
premi asuransi dan biaya kehilangan jam kerja

4. Meningkatkan kesadaran akan bahaya dan resiko dengan pemenuhan


persyaratan

5. Memenuhi kewajiban undang-undang dengan menunjukkan


kesungguhan dalam mengelola resiko

6. Memiliki image perusahaan yang baik dimata pemerintah, pelanggan,


karyawan dan masyarakat umumnya
E. KEWAJIBAN PENERAPAN SMK3

1. Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100


(seratus) orang; atau

2. Perusahaan yang mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.


(Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan).

3. Penerapan SMK3 memperhatikan ketentuan peraturan


perundang-undangan serta konvensi atau standar internasional.
F. PENERAPAN SMK3 DI PERUSAHAAN
1. Penetapan kebijakan K3;
Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3 paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
· identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
· perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang
lebih baik;
· peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
· kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan; dan
· penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-


menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi; tujuan perusahaan;
komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan/atau operasional.

2. Perencanaan K3
Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:
· hasil penelaahan awal;
· identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
· peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
· sumber daya yang dimiliki.

3. Pelaksanaan rencana K3;


Dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di
bidang K3, sarana, dan prasarana
a. Sumber daya manusia harus memiliki:
· kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
· kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.
b. Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:
· organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
· anggaran yang memadai;
sedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian; dan
· instruksi kerja.
c. Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam
pemenuhan persyaratan K3.Kegiatan tersebut adalah :
1) Tindakan pengendalian
2) perancangan (design) dan rekayasa;
3) prosedur dan instruksi kerja;
4) penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
5) pembelian/pengadaan barang dan jasa;
6) produk akhir;
7) upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri;
dan
8) rencana dan pemulihan keadaan darurat

d. Kegiatan 1 – 6 dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian


dan pengendalian risiko.
e. Kegiatan 7 dan 8 dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi
dan analisa kecelakaan
f. Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka harus:
· Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3
· Melibatkan seluruh pekerka/buruh
· Membuat petunjuk K3
· Membuat prosedur informasi
· Membuat prosedur pelaporan
· Mendokumentasikan seluruh kegiatan

g. Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen


perusahaan

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3;

a. Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3


dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten

b. Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak


lain

c. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha

d. Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian

e. Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan


Perundang-undangan.

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

a. Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, dilakukan


peninjauan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi

b. Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja

c. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :

· terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;

· adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;

· adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;

· terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;

· adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk


epidemiologi;

· adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;

· adanya pelaporan; dan/atau

· adanya masukan dari pekerja/buruh.

G. TAHAP PERSIAPAN SMK3

Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan


yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efeketif, karena SMK3
mempunyai elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang
harus dibangun didalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem
Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus
menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa system itu dapat
berperan dan berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap kemajuan
perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem
Manajemen K3, berikut ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dan
langkah-langkahnya. Tahapan dan langkah-langkah tersebut menjadi dua
bagian besar.

Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu


organisasi/perusahaan.Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan
sejumlah personel,mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan
kebutuahn sumber daya yang diperlukan,adapun tahap persiapan ini,antara
lain:

1. Komitmen manajemen puncak.

2. Menentukan ruang lingkup

3. Menetapkan cara penerapan

4. Membentuk kelompok penerapan

5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan

H. TAHAP PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SMK3

Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh


organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit
internal serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.
Langkah 1. Menyatakan Komitmen

Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah


Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh
manajemen puncak. Persiapan Sistem

Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komintmen terhadap


system manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari
bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan
atau kegagalan penerapan Sistem K3.

Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-


kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat
diketahui,dipelajari,dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus mengetahui
bahwa tanggung jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan
urusan bagian K3 saja. Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai
karyawan terendah. Karena itu ada baiknya manajemen membuat cara
untuk mengkomunikasikan komitmennya ke seluruh jajaran dalam
perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna
menyampaikan komitmen manajemen terhadap penerapan Sistem
Manajemen K3.

Langkah 2. Menetapkan Cara Penerapan

Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat menggunakan jasa


konsultan dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan


bervariasi sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara
efektif, sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses
penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara
bebas dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif
tanpa terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam
organisasi/perusahaan.

3. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga


perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem
Manajemen K3 namun karena desakan tugas-tugas yang lain di
perusahaan,akibatnya tidak punya cukup waktu.

Sebenarnya perusahaan/organisasi dapat menerapkan Sistem Manajemen


K3 tanpa menggunakan jasa konsultan,jika organisasi yang bersangkutan
memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan
mengarahkan orang. Selain itu organisasi tentunya sudah memahami dan
berpengalaman dalam menerapkan standar Sistem Manajemen K3 ini dan
mempunyai waktu yang cukup.

Beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk menggunakan jasa konsultan:

1. Pastikan bahwa konsultan yang dipilih adalah konsultan yang betul-betul


berkompeten di bidang standar Sistem manajemen K3,bukan konsultan
dokumen manajemen K3 biasa yang lebih memusatkan dirinya pada
pembuatan dokumen saja.

2. Teliti mengenai reputasi dari konsultan tersebut. Apakah mereka selalu


menepati janji yang mereka berikan,mampu bekerja sama,dan yang tidak
kalah penting adalah motivasi tim perusahaan. Kita dapat meminta
informasi secara identitas klien mereka.

3. Pastikan lebih dulu siapa yang akan diterjunkan sebagai konsultan dalam
proyek ini. Hal ini penting sekali karena merekalah yang akan berkunjung
ke perusahaan dan akan menentukan keberhasilan,jadi bukan nama besar
dari perusahaan konsultan tersebut. Mintalah waktu untuk bertemu dengan
calon konsultan yang mereka ajukan dan perusahaan boleh bebas
menilainya.Pertimbangan apakah tim perusahaan mau menerima dan
dapat bekerjasama dengannya.

4. Teliti apakah konsultan tersebut telah berpengalaman membantu


perusahaan sejenisnya sampai mendapat sertifikat. Meskipun hal ini bukan
menjadi patokan mutlak akan tetapi pengalaman menangani usaha sejenis
akan lebih baik dan mempermudah konsultan dalam memahami proses
organisasi perusahaan tersebut.

5. Pastikan waktu dari konsultan terkait dengan kesibukannya menagani


klien yang lain. Biasanya konsultan tidak akan berkunjung setiap hari
melainkan 3-4 hari selama sebulan. Makan pastikan jumlah hari berkunjung
konsultan tersebut sebelum memulai kontrak kerja sama.

Langkah 3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota


kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja.
Biasanya manajer unit kerja,hal ini penting karena merekalah yang tentunya
paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.

1. Peran anggota kelompok.

Dalam proses penerapan ini maka peranan anggota kelompok kerja adalah:

· Menjadi agen perubahan sekaligus fasilisator dalam unit kerjanya.


Merekalah yang pertama-tama menerapkan Sistem Manajemen K3 ini di
unit-unit kerjanya termasuk merobah cara dan kebiasaan lama yang tidak
menunjang penerapan sistem ini. Selain itu mereka juga akan melatih dan
menjelaskan tentang standar ini termasuk mnafaat dan konsekuensinya.

· Menjaga konsistensi dari penerapan Sistem Manajemen K3,baik melalui


tinjauan sehari-hari maupun berkala.

· Menjadi penghubung antara manajemen dan unti kerjanya.

2. Tanggung jawab dan tugas anggota kelompok kerja.

Tanggung jawab dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota


kelompok kerja adalah:

· Mengikuti pelatihan lengkap dengan standar Sistem Manajemen K3.

· Melatih staf dalam unit kerjanya sesuai kebutuhan.

· Melakukan latihan terhadap sistem yang berlangsung dibandingkan


dengan sistem standar Sistem Manajemen K3.

· Melakukan tinjauan terhadap sistem yang berlangsung dibandingkan


dengan sistem standar Sistem Manajemen K3.

· Membuat bagan alir yang menjelaskan tentang keterlibatan unit kerjanya


dengan elemen yang ada dalam standar Sistem Manajemen K3.

· Bertanggung jawab untuk mengembangkan system sesuai dengan


elemen yang terkait dalam unit kerjanya. Sebagai contoh,anggota
kelompok kerja wakil dari divisi suber daya manusia bertanggung jawab
untuk pelatihan dan seterusnya.

· Melakukan apa yang telah ditulis dalam dokumen baik diunit kerjanya
sendiri maupun perusahaan.
· Ikut serta sebagai anggota tim audit internal.

· Bertanggung jawab untuk mempromosikan standar Sistem Manajemen K3


secara menerus baik di unit kerjanya sendiri maupun di unit kerja lain
secara konsisten serta bersama-sama memelihara penerapan sistemnya.

3. Kualifikasi anggota kelompok kerja.

Dalam menunjukan anggota kelompok kerja sebenarnya tidak ada


ketentuan kualifikasi yang baku. Namun demikian untuk memudahkan
dalam pemilihan anggota kelompok kerja, manajemen mempertimbangkan
personel yang:

· Memiliki taraf kecerdasan yang cukup sehingga mampu berfikir secara


konseptual dan berimajinasi.

· Rajin dan bekerja keras.

· Senang belajar termaksud suka membaca buku-buku tentang standar


Sistem Manajemen K3.

· Mampu membuat bagan alir dan menulis.

· Disiplin dan tepat waktu.

· Berpengalaman kerja cukup didalam unit kerjanya sehingga menguasai


dari segi operasional.

· Mampu berkomunikasi dengan efektif dalam presentasi dan pelatihan.

· Mempunyai waktu cukup dalam membantu melaksakan proyek penerapan


standar Sistem Manajemen K3 di luar tugas-tugas utamanya.

4. Jumlah anggota kelompok kerja.

Mengenai jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi tergantung dari


besar kecilnya lingkup penerapan biasanya jumlah penerapan anggota
kelompok kerja sekitar delapan orang. Yang pasti jumlah anggota kelompok
kerja ini harus dapat mencakup semua elemen sebagaimana disyaratkan
dalam Sistem Manajemen K3. Pada dasarnya setiap anggota kelompok
kerja dapat merangkap dalam working group,dan working group itu sendiri
dapat saja hanya sendiri dari satu atau dua orang. Kelompok kerja akan
diketuai dan dikoordinir oleh seorang ketua kelompok kerja,biasanya
dirangkap oleh manajemen representatif yang ditunjuk oleh manajemen
puncak.

Di samping itu untuk mengawal dan mengarahkan kelompok kerja maka


sebaiknya dibentuk panitia pengarah (Steering Committee),yang biasanya
terdari dari para anggota manajemen. Adapun tugas panitia ini adalah
memberikan arahan, menetapkan kebijakan, sasaran dan lain-lain yang
menyangkut kepentingan organisasi secara keseluruhan. Dalam proses
penerapan ini maka kelompok kerja penerapan akan bertanggung jawab
dan melaporkan Panitia Pengarah.

5. Kelompok kerja penunjang.

Jika diperlukan, perusahaan yang berskala besar ada yang membentuk


kelompok kerja penunjang dengan tugas membantu kelancaran kerja
kelompok kerja penerapan,khususnya untuk pekerjaan yang bersifat teknis
administrative. Misalnya mengumpulkan catatan-catatan K3 dan fungsi
administrative yang lain seperti pengetikan,penggandaan dan lain-lain.

Langkah 4. Menetapkan Sumber Daya yang Diperlukan


Sumber daya disini mencakup orang/personel,perlengkapan,waktu dan
dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara
resmi diluar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses
penerapan. Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan
ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan
untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah
waktu. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang
terlibat dalam penerapan,mulai mengikuti rapat, pelatihan,mempelajari
bahan-bahan pustaka,menulis dokumen mutu sampai menghadapi
kegiatan audit assessment. Penerapan Sistem Manajemen K3 bukan
sekedar kegiatan yang dapat berlangsung dalam satu atau dua bulan saja.
Untuk itu selama kurang lebih satu tahun perusahaan harus siap
menghadapi gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya
dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau beroperasi banyak terserap
ke proses penerapan ini. Keadaan seperti ini sebetulnya dapat dihindari
dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik. Sementara dana yang di
perlukan adalah dengan membayar konsultan (bila menggunakan
konsultan), lembaga sertifikasi,dan biaya untuk pelatihan karyawan diluar
perusahaan.

Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem


Manajemen K3 ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang
selama ini belum dimiliki. Sebagai contoh adalah:apabila perusahaan
memiliki kompresor dengan kebisingan diatas rata-rata, karena sesuai
dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus
menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat
kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus
disediakan,dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana
yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-masing
perusahaan.
Langkah 5. Kegiatan Penyuluhan

Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk


kebutuhan personel perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa
adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahan memlalui
program penyuluhan.

Kegiatan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan,antara lain:

· Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan


Sistem Manajemen K3 bagi kinerja perusahaan.

· Membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi,manajer,staf dan


seluruh jajaran dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan
standar system ini.

Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya


dengan pernyataan komitmen manajemen, melalui ceramah, surat edaran
atau pembagian buku-buku yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.

1. Pernyataan Komitmen Manajemen.

Dalam kegiatan ini, manajemen mengumpulkan seluruh karyawan dalam


acara khusus. Kemudian manajemen menyampaikan sambutan yang
isinya, antara lain:

· Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi kelangsungan dan


kemajuan perusahaan.

· Bahwa Sistem Manajemen K3 sudah banyak diterapkan di berbagai


Negara dan sudah menjadi kewajiban perusahaan-perusahaan di
Indonesia.

· Bahwa manajemen telah memutuskan serta mengharapkan keikutsertaan


dan komitmen setiap orang dalam perusahaan sesuai tugas dan jabatan
masing-masing.

· Bahwa manajemen akan segera membentuk tim kerja yang dipilih dari
setiap bidang didalam perusahaan.

Perlu juga dijelaskan oleh manajemen puncak tentang batas waktu kapan
sertifikasi sistem manajemen K3 harus diraih, misalnya pada waktu ulang
tahun perusahaan yang akan datang.Tentu saja pernyataan seperti ini
harus memperhitungkan kensekuensi bahwa sertifikasi diharapkan dapat
diperoleh dalam batas waktu tersebut. Hal ini penting karena menyangkut
kredibilitas manajemen dan waktu kelompok kerja.

2. Pelatihan awareness Sistem Manajemen K3.

Pelatihan singkat mengenai apa itu Sitem Manajemen K3 perlu dilakukan


guna memberikan dan menyamakan persepsi dan menghindarkan
kesimpang siuran informasi yang dapat memberikan kesan keliru dan
menyesatkan. Peserta pelatihan adalah seluruh karyawan yang
dikumpulkan di suatu tempat dan kemudian pembicara diundang untuk
menjelaskan Sistem Manajemen K3 secara ringkas dan dalam bahasa yang
sederhana, sehingga mampu menggugah semangat karyawan untuk
menerapkan standar Sistem Manajemen K3. Kegiatan awareness ini bila
mungkin dapat dilakukan secara bersamaan untuk seluruh karyawan dan
disampaikan secara singkat dan tidak terlalu lama.

Dalam awareness ini dapat disampaikan materi tentang :

· Latar belakang dan jenis Sistem Manajemen K3 yang sesuai dengan


organisasi.

· Alasan mengapa standar Sistem Manajemen K3 ini penting bagi


perusahaan dan manfaatnya.

· Perihal elemen,dokumentasi dan sertifikasi secara singkat.

· Bagaimana penerapannya dan peran setiap orang dalam penerapan


tersebut.

· Diadakan tanya jawab.

3. Membagikan bahan bacaan.

Jika pelatihan awareness hanya dilakukan sekali saja,namun bahan


bacaan berupa buku atau selebaran dapat dibaca karyawan secara
berulang-ulang. Untuk itu perlu dicari buku-buku yang baik dalam arti
ringkas sebagai tambahan dan bersifat memberikan pemahaman yang
terarah, sehingga setiap karyawan senang untuk membacanya.

Apabila memungkinkan buatlah selebaran atau bulletin yang bisa diedarkan


berkala selama masa penerapan berlangsung. Lebih baik lagi jika
selebaran tersebut ditujukan kepada perorangan dengan menulis nama
mereka satu per satu agar setiap orang merasa dirinya dianggap berperan
dalam kegiatan ini. Dengan semakin banyak informasi yang diberikan
kepada karyawan tentunya itu lebih baik biasanya masalah akan muncul
karena kurangnya informasi. Informasi ini penting sekali karena pada saat
melakukan assessment,auditor tidak hanya bertanya pada manajemen
saja,tetapi juga kepada semua orang. Untuk sebaiknya setiap orang benar-
benar paham dan tahu hubungan standar Sistem Manajemen K3 ini dengan
pekerjaan sehari-hari.
Langkah 6. Peninjauan Sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja


untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian
dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3.
Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau
dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan.

1) Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara


konsisten prosedur atau instruksi kerja dari OHSAS 18001 atau
Permenaker 05/men/1996.

2) Perusahaan belum memiliki dokumen, tetapi sudah menerapkan


sebagian atau seluruh persyaratan dalam standar Sistem Manajemen K3.

3) Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan


persyaratan standar Sistem Manajemen K3 yang dipilih.

Langkah 7. Penyusunan Jadwal Kegiatan

Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat


menyusun suatu jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Ruang lingkup pekerjaan. Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukan


beberapa banyak yang harus disiapkan dan berapa lama setiap prosedur
itu akan diperiksa, disempurnakan, disetujui dan diaudit. Semakin panjang
daftar prosedur yang harus disiapkan,semakin lama waktu penerapan yang
diperlukan.

b. Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan.


Kemampuan disini dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti
diketahui bahwa tugas penerapan bukanlah satu-satunya pekerjaan para
anggota kelompok kerja dan manajemen representative. Mereka masih
mempunyai tugas dan tanggung jawab lain diluar penerapan standar
Sistem Manajemen K3 yang kadang-kadang juga sama pentingya dengan
penerapan standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan usaha
perusahaan seperti pencapaian sasaran penjualan,memenuhi jadwal dan
taget produksi.

c. Keberadaan proyek. Khusus bagi perusahaan yang kegiatanya


berdasarkan proyek (misalnya kontraktor dan pengembangan),maka ketika
menyusun jadwal kedatangan asesor badan sertifikasi, pastikan bahwa
pada saat asesor datang proyek yang sedang dikerjakan.

Langkah 8. Pengembangan Sistem Manajemen K3

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan


Sistem Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi,pembagian
kelompok, penyusunan bagan air,penulisan manual Sistem Manajemen
K3,Prosedur,dan instruksi kerja.

Langkah 9. Penerapan Sistem

Setelah semua dokumen selesai dibuat,maka setiap anggota kelompok


kerja kembali ke masing-masing bagian untuk menerapkan sistem yang
ditulis. Adapun cara penerapannya adalah:

§ Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan


mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan
untuk mendapatkan masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis
operasional.

§ Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai mencoba


menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan
yang dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan
system.

§ Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan


bukti pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk
menerapkan system ini sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga
cukup memadai untuk menilai efektif tidaknya sistem yang telah
dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu yang digunakan
untuk menyempurnakan system dan memodifikasi dokumen.

Dalam praktek pelaksanaannya, maka kelompok kerja tidak harus


menunggu seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah
mencakup salah satu elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai
dikerjakan. Sementara proses penerapan sistem berlangsung, kelompok
kerja dapat tetap melakukan pertemuan berkala untuk memantau
kelancaran proses penerapan system ini. Apabila langkah-langkah yang
terdahulu telah dapat dijalankan dengan baik maka proses system ini
relative lebih mudah dilaksanakan. Penerapan sistem ini harus
dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit internal.
Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti (dalam
bentuk rekaman tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan
penyempurnaan sistem serta modifikasi dokumen.

Langkah 10. Proses Sertifikasi

Ada lima penyelenggara audit eksternal Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah mendapatkan Surat Penunjukan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI yaitu PT Sucofindo (Persero),
PT Surveyor Indonesia (Persero), PT. Jatim Aspek Nusantara (JAN), PT.
Alkon Trainindo Nusantara, dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) melakukan
sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996. Namun untuk OHSAS
18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun
yang diinginkan. Untuk itu organisasis disarankan untuk memilih lembaga
sertifikasi OHSAS 108001 yang paling tepat.

I. PENILAIAN PENERAPAN SMK3


1. Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh lembaga audit independen
yang ditunjuk oleh Menteri atas permohonan perusahaan
2. Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan
penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3. Hasil audit sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan
SMK3

J. AUDIT SMK3
Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
· pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
· pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
· pengendalian dokumen;
· pembelian dan pengendalian produk;
· keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
· standar pemantauan;
· pelaporan dan perbaikan kekurangan;
· pengelolaan material dan perpindahannya;
· pengumpulan dan penggunaan data;
· pemeriksaan SMK3; dan
· pengembangan keterampilan dan kemampuan

K. PENGAWASAN SMK3
1. Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat,
provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
2. Pengawasan SMK3 meliputi:
· pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
· organisasi;
· sumber daya manusia;
· pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
· keamanan bekerja;
· pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
· pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
· pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
· tindak lanjut audit.

3. Instansi pembina sektor usaha dapat melakukan pengawasan SMK3


terhadap pelaksanaan penerapan SMK3 yang dikembangkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
4. Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara terkoordinasi dengan
pengawas ketenagakerjaan
5. Hasil pengawasan digunakan sebagai dasar dalam pembinaan
6. Perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib menyesuaikan dengan
ketentuan PP Nomor 50 Tahun 2012 ini paling lama 1 (satu) tahun
7. PP Nomor 50 Tahun 2012 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
(12 April 2013)

L. SANKSI ADMINISTRATIF
Sesuai Pasal 190 UU No. 13/03, Pelanggaran Pasal 87 dikenakan sanksi
administratif, berupa:
1) teguran;
2) peringatan tertulis;
3) pembatasan kegiatan usaha;
4) pembekuan kegiatan usaha;
5) pembatalan persetujuan;
6) pembatalan pendaftaran;
7) penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
8) pencabutan ijin.
M. ANALISIS SMK3
Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem


manajemen yang berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam
kesehatan, keselamatan dan bahkan properti.

Menyadari keberadaan SMK3 dalam upaya pencegahan kecelakaan yang


merupakan bagian dari perlindungan tenaga kerja dan masyarakat secara
luas, diharapkan perusahaan dapat menerapkan SMK3 guna menciptakan
tempat kerja yang aman, tenaga kerja selamat dan sehat serta
meningkatnya produktivitas perusahaan secara berkelanjutan.

Diharapkan melalui penerapan sistem ini perusahaan dapat memiliki


lingkungan kerja yang sehat, aman efisien dan produktif. SMK3 bertujuan
untuk mengidentifikasi penyebab dan potensi kecelakaan kerja sebagai
acuan dalam melakukan tindakan mengurangi risiko. Selain itu, penerapan
SMK3 membantu pimpinan perusahaan agar mampu melaksanakan
standar K3 yang merupakan tuntutan masyarakat nasional dan
internasional.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

Adapun langkah penerapannya di perusahaan adalah sebagai berikut:


1. Menyatakan Komitmen
2. Menetapkan Cara Penerapan
3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan
4. Menetapkan Sumber Daya yang Diperlukan
5. Kegiatan Penyuluhan
6. Peninjauan Sistem
7. Penyusunan Jadwal Kegiatan
8. Pengembangan Sistem Manajemen K3
9. Penerapan Sistem
10. Proses Sertifikasi

B. SARAN
Semua perusahaan wajib memberikan perlindungan bagi para pekerjanya.
Agar pekerja bisa tenang saat melakukan pekerjaannya dan selalu merasa
di lindungi. Jika ada perusahaan yang tidak memberikan perlindungan bagi
pekerjanya sebaiknya secepat di laporkan kepada pihak yang terkait agar
segera di tindak lanjuti. Karen pekerja adalah sesuatu yang yang sangat
penting dalam proses berjalannya perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

1.http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/majalah-sdm-plus/64-edisi-133-
januari-2012/621-smk3-dan-langkah-penerapannya-di-perusahaan,
diakses pada tanggal 22 maret 2016.
2. http://healthsafetyprotection.com/manfaat-penerapan-smk3/, diakses
pada tanggal 19 maret 2016.
3. http://aswinsh.wordpress.com/tag/smk3/, diakses pada tanggal 19 maret
2016.
4.
http://hopelmar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=90&I
temid=116, diakses pada tanggal 20 maret 2016.PP Nomor 50 Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai