Anda di halaman 1dari 15

Gangguan Afektif (Mood)

Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana
perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi dengan atau tanpa ansietas yang
menyertainya, atau kearah elasi (suasana perasaan meningkat).
Gangguan Suasana perasaan adalah suatu kelompok penyakit dimana mengarah kepada
depresi. Pasien dengan suasana perasaan yang tinggi akan menunjukan sikap yang meluap-
luap, dan penurunan kebutuhan tidur. Pasien yang depresi akan merasakan hilangnya energy
dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang
kematian dan bunuh diri.
Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalamaan yang menyakitkan dan perasaan
tidak ada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan kejiwaan yang sangat
mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun dalam hal pekerjaan.
WHO memprediksikan pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang
banyak dialami masyarakat dunia. Gangguan manic depresi atau yang lebih dikenal dengan
gangguan bipolar adalah gangguan-gangguan mood yang mempengaruhi sekitar 5.700.000
orang Amerika. Gangguan ini memiliki episode depresi dan manic yang bergantian. Gejala
gangguan bipolar sangat bervariasi dan sering mempengaruhi keseharian individu dan
hubungan interpersonal.

ETIOLOGI
BIOLOGICAL FACTORS
Faktor genetic bagaimana pun juga terlibat dalam gangguan unipolar dan bipolar,
bahwa hormon abnormalitas secara teratur berasosiasi dengan depresi, dan bahwa depresi
adalah asosisasi dengan abnormalitas dalam aktivasi dari bagian spesifik di otak.

Genetic Data
Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan
keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari
pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood
(Gherson, 1990, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun
faktor genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar.
Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami
gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya
delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko
pada keluarga (Goldstein, et al., 1994; Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, & Kring,
2004).

Mode Of Transmission and Linkage Studies


Studi mengenai keluarga dan kembar menunjukkan bahwa faktor genetic memainkan
peran penting dalam perkembangan gangguan mood. Kebanyakan peneliti menyatakan
gangguan mood sebagai polygenic, bahwa mereka dipengaruhi oleh beberapa perbedaan gen
dan setiap gen tersebut hanya dapat merubah resiko gangguan oleh jumlah yang sedikit.

Genetic Risk and Sensitivity to Stress


Terdapat dua alleles(panjang dan pendek) untuk bagian tertentu dari gen 5-HTT: alleles
pendek(“s”) diasosisasikan dengan mengurangi efisiensi transmisi saraf di jalur serotonin.
Orang dengan homozigot alleles “s” dari gen 5-HTT berada pada risiko tinggi untuk menjadi
depresi secara klinis jika mereka mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stres. Efek dari
faktor lingkungan dan genetic tidak independen. Faktor genetik rupanya mengontrol
sensitivitas seseorang terhadap peristiwa lingkungan.

Neurochemistry dan Mood Disorders


Komunikasi dan koordiansi dalam informasi antara area di otak bergantung pada
neurotransmitter. Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah
norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana tingkat
norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan
mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi.
Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO)
inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang berfungsi
untuk mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron
setelah sebelumnya dilepaskan, meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse
sehingga transmisi pada impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase
(MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan
norephineprhine. Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar,
yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut sehingga
peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi lainnya.

The Neuroendocrine System


System endokrin memainkan peran penting dan regulasi respon seseorang terhadap
stress. Kelenjar endokrin, seperti pituitary, tiroid, dan kelenjar adrenal, berlokasi pada seluruh
bagian tubuh. Dalam merespon sinyal dari otak, kelenjar ini mengeluarkan hormone ke dalam
darah. Salah satu jalur penting dalam sistem endokrin yang mungkin terkait erat dengan
etiologi gangguan mood disebut dengan hypothalamic-pituitary-adrenal(HPA) axis. Ketika
seseorang mendeteksi ancaman di lingkungan, sinyal hipotalamus kelenjar pituitari untuk
mengeluarkan hormon yang disebut ACTH, yang pada gilirannya memodulasi sekresi hormon,
seperti kortisol, dari kelenjar adrenal kedalam aliran darah. Peningkatan kadar kortisol
membantu orang untuk mempersiapkan diri untuk menanggapi ancaman dengan meningkatkan
kewaspadaan dan memberikan lebih banyak bahan bakar untuk otot sementara juga terjadi
penurunan minat dalam kegiatan lain yang mungkin mengganggu perlindungan diri(seperti
tidur dan makan).
Asosiasi antara HPA axis dan depresi diindikasikan oleh bukti tentang dexamethasone
suppression test(DST), yang telah digunakan secara ekstensif untuk mempelajari disfungsi
endokrin pada pasien dengan gangguan mood.

PSYCHOSOCIAL FACTORS
Onset dan maintenance dari clinical depression jelas terkat dengan sebuah gangguan
atau kegagalan dari mekanisme normal yang meregulasi emosi negative yang mengikuti
kerugian besar. Pada masa awal abad ke 20, teori psychodynamic menitikberatkan peran sentral
dari interpersonal relationship dan loss of significant others dalam pengaturan tingkat depresi
yang juga membawa suatu depressive episode.

Stressful Life Events and Unipolar Disorders


Pengalaman akan stressful life events ini adalah terkait dengan sebuah kemunkinan
yang meningkat akan seseorang untuk menjadi depresi. Stressful life events berguna untuk
memprediksi subsequent onset dari unipolar depression. Severe events―khususnya yang
mengancam dan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk penyesuaian seorang
wanita―meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan menjadi depresi. Beberapa orang
yang depresi membuat situasi sulit yang meningkatkan level stress dalam hidup mereka.
Fenomena ini dikenal dengan stress generation.

GAMBARAN KLINIK
DEPRESI
Depresi merupakan kelompok gangguan suasana perasaan (mood) yang ditandai
dengan tiga gejala khas, yaitu kehilangan minat, tidak berenergi, dan perasaan depresi
(tertekan). Depresi dapat dijumpai pada segala golongan usia, mulai dari kanak, remaja,
dewasa, sampai lanjut usia. Tetapi, gambaran gejala depresi yang ditampilkan dapat berbeda.
Hal tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor usia dari individu tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang tampilannya
memiliki banyak muka.
Depresi pada kelompok usia dewasa dapat muncul dalam bentuk tiga gejala khas yang
disebutkan di atas, seperti hilang minat, rasa malas, dan perasaan sedih yang berkepanjangan.
Perasaan sedih dapat berkembang kepada rasa bersalah atau berdosa. Gambaran ini disebut
dengan istilah gejala psikologis sebagai bentuk depresi eksternalisasi. Selain gejala utama tadi,
depresi juga dapat menampilkan gejala lain yang berbentuk somatik, vegetatif, dan kognitif.
Gejala somatik dapat berupa jantung berdebar, nyeri fisik pada bagian tubuh (nyeri dada,
kepala seperti terasa berat, nyeri otot belakang kepala, nyeri anggota gerak, dan ketegangan
otot), dan rasa mual. Gejala vegetatif dapat berupa gangguan pola tidur, pola makan dan
aktifitas seksual (disfungsi seksual atau gangguan dalam dorongan atau hasrat seksual).
Sedangkan gejala kognitif dapat berupa kehilangan konsentrasi dan mudah lupa.
Apabila gejala yang tampak pada individu dewasa lebih bernuansa pada gambaran
somatik, vegetatif, atau kognitif maka dokter harus menyingkirkan dahulu penyebab organik
atau fisik yang mungkin mendasarinya seperti penyakit pada organ dalam atau saraf. Apabila
telah dinyatakan tidak terdapat gangguan fisik, baru di pikirkan suatu gangguan suasana
perasaan (mood). Kondisi yang demikian dikenal dengan istilah depresi terselubung (masked
depression) karena tampilan gejalanya tidak khas tertuju pada tiga gejala utama depresi.
Kondisi yang seperti ini dapat dijumpai pula pada individu di usia kanak akhir dan remaja yang
muatan gejala psikologisnya hanya berupa mudah marah (tersinggung) atau sikap menentang.
Bentuk ini di kenal sebagai depresi internalisasi yang banyak dijumpai pada usia kanak akhir
dan remaja.
Depresi internalisasi pada individu dapat mempengaruhi organ di dalam tubuh sehingga
mencetuskan suatu penyakit yang sebelumnya pernah dialami oleh individu dan kemudian
menjadi kambuh. Beberapa penyakit yang dapat kembali kambuh oleh cetusan depresi
internalisasi adalah sakit maag (gangguan pada asam lambung), dermatitis pada kulit, penyakit
asma (gangguan pernafasan), vertigo (nyeri kepala berputar), hipertensi (tekanan darah tinggi),
stroke (penyakit serebro vaskuler), gangguan irama jantung, dan sindrom metabolik
(ketidakseimbangan gula darah). Klinisi menyebutnya sebagai suatu gangguan psikosomatik.
Pada individu remaja, manifestasi depresinya dapat mengarah pada suatu gangguan
penyalahgunaan zat atau alkohol. Kondisi ini perlu dipertimbangkan, mengingat kelompok
remaja sedang berada pada usia krisis identitas dan lebih melakukan indetifikasi kepada peer
group (kelompok sebaya)-nya. Sedangkan pada individu lanjut usia, depresi biasanya tampil
dalam tampilan gejal seperti: banyak diam, tidak konsentrasi, dan mudah lupa. Pada kelompok
lanjut usia harus dipastikan apakah depresi yang dialami berdiri sendiri atau merupakan bagian
dari suatu perkembangan dari penyakit kepikunan (demensia). Klinisi mengenalnya dengan
sebutan Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD).
Sebagai tambahan, depresi merupakan gangguan suasana perasaan (mood) yang dapat
berujung kepada suatu percobaan bunuh diri (tentament suicide). Perilaku bunuh diri tersebut
dapat dicetuskan oleh suatu halusinasi pendengaran yang berupa suara bisikan yang sifatnya
mengomentari atau menyuruh. Apabila terdapat gejala tersebut, tentunya tidak hanya sekedar
depresi semata melainkan terdapat pula warna gejala kejiwaan lain yang dinamakan psikotik
(mendengar bisikan atau bicara sendiri). Tentunya hal tersebut memerlukan penanganan yang
cepat, sehingga apabila terdapat hal itu maka masyarakat yang mengetahui dapat merujuk ke
puskesmas terdekat untuk rujukan ke rumah sakit jiwa atau penanganan awal terkait gejala
kejiwaan. Risiko kemunculan bunuh diri pada individu depresi di segala usia berdasarkan
beberapa penelitian adalah sebagai berikut: anak & remaja (20,8%), dewasa (46,4%), dan lanjut
usia (14,6-25%). Hal ini tentu harus menjadi suatu perhatian terkait dengan program promosi
kesehatan jiwa, khususnya upaya pencegahan depresi dan bunuh diri.

MANIA
Mania, sisi lain dari depresi, juga melibatkan gangguan mood yang disertai dengan
gejala tambahan. Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang
jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi cara berbicara yang
cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang, perasaan senang atau bahagia , dan
peningkatan minat pada suatu tujuan. Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk,
sensitive, hiperaktif, dan waham kebesaran.
Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang
bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan.Yang khas adalah bahwa penderita yakin
dirinya baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya sendiri disertai dengan aktivitas
yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan penderita tidak sabar, mengacau, suka mencampuri
urusan orang lain dan jika kesal akan lekas marah dan menyerang. Euphoria, atau suasana hati
gembira, berlawanan keadaan emosional dari suasana hati yang depresi. Hal ini ditandai
dengan perasaan berlebihan dari fisik dan kesejahteraan emosional.
Gangguan mood didefinisikan dalam jangka kejadian-terpisah periode waktu di mana
perilaku seseorang didominasi oleh baik mood depresi atau manic. Sayangnya, kebanyakan
orang dengan pengalaman gangguan mood mengalaminya lebih dari satu peristiwa/episode.
Dua tipe utama gangguan mood, yaitu :
Unipolar disorder adalah gangguan psikologis dimana seseorang hanya mengalami
kejadian depresi, tidak terdapat episode manic.
Bipolar disorder adalah gangguan psikologi, ditandai dengan perubahan mood atau
perasaan yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania.Pengambilan istilah bipolar
disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara
dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang
ekstrim.
Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania atau, jika ringan,
hypomania . Individu yang mengalami episode manik juga sering mengalami episode depresi,
atau gejala, atau episode campuran dimana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu
yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode “normal” suasana hati (mood) , tetapi,
dalam beberapa depresi, individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang
dikenal sebagai “rapid-cycle”. Manic episode ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan
gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi .
Penyebab Mania
Kelainan fisik yang bisa menyebabkan mania :
1. Efek samping obat-obatan
- Amfetamin
- Obat anti depresi
- Bromokriptin
- Kokain
- Kortikoseroid
- Levodopa
- Metilfenidat

2. Infeksi
- Aids
- Ensefalitis
- Influenza
- Sifilis

3. Kelainan hormonal
- Hipertiroidisme

4. Penyakit jaringan ikat


- Lupus eritematosus

5. Kelainan neurologis
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Korea huntington
- Sklerosis multiple
- Stroke
- Korea sydenham
- Epilepsi lobus temporalis

Gejala
Gejala manis berkembang dengan cepat dalam waktu beberapa hari. Pada stadiu awal
mania, penderita merasa lebih baik dari biasanya dan seringkali tampak lebih ceria, lebih muda
dan lebih bersemangat.Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung,
senang bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan. Yang khas adalah bahwa penderita
yakin dirinya baik-baik saja.
Kurangnya pengertian akan keadaan diri disertai dengan aktivitas yang sangat luar
biasa bisa menyebabkan penderita menjadi tidak sabar, suka mengacau, mencampuri urusan
orang lain dan jika kesal akan marah dan menyerang orang lain.Aktivitas mental penderita
menjadi semakin cepat. Perhatian penderita mudah teralihkan dan selalu berpindah dari satu
tema ke tema lainnya.Penderita memiliki keyakinan yang salah mengenai kekayaan,
kekuasaan, kehalidan dan kecerdasan seseorang dan kadang menganggap dirinya adalah
Tuhan. Penderita yakin bahwa dirinya sedang dibantu atau dihukum oleh orang lain atau
memiliki halusinasi yaitu mendendar dan melihat benda-benda yang sesungguhnya tidak ada.
Kebutuhan tidurnya berkurang. Penderita tidak berhenti mengikuti berbagai kegiatan
tanpa memikirkan bahaya sosial yang dapat terjadi. Pada kasus berat, aktivitas fisik dan mental
penderita menjadi sangat tinggi sehingga setiap kaitan yang jelas antara suasana haati dan
perilaku hilang dalam suatu bentuk agitasi yang tanpa perasaan. Pada keadaan ini diperlukan
penanganan segera karena penderita dapat meninggal akibat kelelahan fisik yang luar biasa.

PERJALANAN PENYAKIT PADA GANGGUAN DEPRESI


Dari banyak penelitian didapatkan hasil bahwa gangguan mood cenderung memiliki
perjalanan penyakit yang panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Stressor
psikososial sebagai penyebab awal dari timbulnya gangguan mood. Kira-kira 50% dari pasien
di dalam episode pertama gangguan depresi berat mengalami gejala depresi yang bermakna
sebelum episode pertama yang diidentifikasi.
Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan, sebagian besar
episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan obat anti depresan sebelum
3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala.
Kira-kira 5-10% pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif berat menderita
suatu episode manic 6-10 tahun setelah episode depresif awal. Sedangkan pada gangguan
Bipolar 1, paling sering dimulai oleh episode depresi dan merupkan gangguan yang rekuren.
Sebagian besar pasien dengan gangguan bipolar 1 mengalami episode depresi dan manic,
meskipun ada yang hanya manic saja. Episode manic biasanya memiliki onset yang cepat (
dalam beberapa jam atau hari), tetapi dapat berkembang lebih dari 1 minggu.
Pada episode manic yang tidak diobati dapat berlangsung hinggal 3 bulan atau
lebih,oleh sebab itu, dokter tidak boleh menghentikan obat sebelum waktu tersebut.

DIAGNOSIS
EPISODE MANIK
Saat ini dalam keadaan manik yaitu suanasa perasaan yang senang berlebihan.Tetapi
individu belum pernah mengalami afektif sebelum atau sesudahnya. Terdapat 3 gradasi pada
episode manik :
1. Hipomania
Suasana perasaan berada antara siklotimia dan mania.Pedoman diagnosis :
a. Suasana perasaan yang meningkat
Ringan dan menetap sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut , disertai
perasaan sejahtera yang mencolok.
b. Peningkatan aktivitas, berupa :
– Bercakap-cakap, bergaul dan akrab berlebih
– Peningkatan energi seksual
– Pengurangan kebutuhan tidur
c. Tidak terdapat kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat

2. Mania Tanpa Gejala Psikotik


Suasana meninggi tidak sepadan dengan individu, sampai mengganggu fungsi
pekerjaan dan hubungan sosial.Serangan pertama paling sering antara 15 – 30
tahun.Pedoman diagnosis :
a. Suasana perasaan yang meningkat tidak sepadan dengan keadaan individu sampai
hampir tak kendali
b. Aktivitas meningkat, berupa :
• Pembicaraan cepat dan banyak
• Berkurangnya kebutuhan tidur
• Tidak dapat memusatkan perhatian
• Harga diri melambung
• Pemikiran serba hebat
• Terlalu optimistik
c. Berlangsung satu minggu atau lebih
d. Hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosialnya terganggu
3. Mania dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis lebih berat dari Mania tanpa gejala psikotik, dan disertai waham atau
halusinasi.Aktivitas fisik yang berlebihan dapat menjurus kepada agresi dan kekerasan
serta pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi yang dapat mengancam dirinya.
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
• Suasana perasaan terlalu senang atau terlalu sedih, disertai dengan tingkah laku yang
sesuai
• Gangguan ini harus pernah mengalami gangguan afektif sebelumnya (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran)
• Biasanya terdapat penyembuhan sempurna antar dua episode
• Rata-rata episode manik berlangsung 4 bulan dan depresif 6 bulan

Penggolongan Diagnosis
1. Pedoman Umum
• Semua jenis gangguan afektif bipolar harus pernah ada sekurang-kurangnya satu
episode afektif.
• Penggolongan tipe tergantung pada jenis afektif pada episode saat ini.
2. Berbagai tipe Gangguan Afektif Bipolar
a. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomania
Episode saat ini sesuai dengan Hipomania
b. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode saat ini memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik.
c. Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Episode saat ini memenuhi kriteria mania dengan gejala psikotik.
d. Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Ringan atau Sedang
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan atau
sedang.
e. Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa
gejala psikotik.
f. Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat dengan Psikotik
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat dengan
gejala psikotik.
g. Gangguan Bipolar, Episode Kini Campuran
Episode saat ini menunjukkan gejala manik, hipomanik, dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat serta telah berlangsung sekurang-
kurangnya dua minggu.
h. Gangguan Bipolar, Episode Kini dalam Remisi
Sekurang-kurangnya pernah dua episode afektif dan saat ini tidak terdapat gejala
afektif yang nyata.

EPISODE DEPRESIF
Mengalami suasana perasaaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,
mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Terdapat tiga variasi episode : ringan, sedang, dan
berat. Penegakan diagnosis dibutuhkan waktu paling sedikit 2 minggu. Kelompok diagnosis
ini hanya untuk episode afektif yang pertama saja. Gejala-gejala depresif > 2 minggu :
- konsentrasi, perhatian , harga diri, kepercayaan diri , rasa bersalah / tidak
berguna, masa depan rasanya suram / pesimis, membahayakan diri / upaya bunuh
diri, tidur terganggu (mid-insomnia), nafsu makan 
- Ringan, sedang, berat + gejala somatik (bangun lebih dini, retardasi / agitasi
psikomotor, nafsu makan , berat badan  50% dalam 1 bulan, libido )

Penggolongan Diagnosis
 Episode Depresif Ringan
1. Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang khas (gejala A) :
• Perasaan depresif
• Kehilangan minat dan kesenangan
• Mudah menjadi lelah
2. Sekurang-kurangnya dua dari gejala B :
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
• Rasa bersalah dan tak berguna
• Masa depan suram dan pesimis
• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang
3. Telah berlangsung paling sedikit dua minggu
4. Tidak boleh ada gejala yang berat
5. Masih dapat meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial.

 Episode Depresif Sedang :


1. Paling sedikit dua dari gejala A
2. (2) Paling sedikit tiga dari gejala B
3. (3) Paling sedikit dua minggu
4. (4) Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

 Episode depresif berat :


1. Afek : Interest ; tidak sanggup untuk merasa senang akan sesuatu : selalu
menangis; putus asa; tidak sanggup untuk mengambil keputusan; penampakannya
lebih tua dari usianya
2. Kognitif: Merasa tidak berguna, merasa berdosa; pikiran suicide, hipokondriasis;
merasa selalu gagal; waham nihilistik
3. Psikomotor : Aktifitas  dan lambat; pembicaraan direduksi, monoton, dan pelan;
kebersihan diri  ; relasi interpersonal ; fungsi marital ; kepuasan kerja ;
kadang-kadang agitasi; suicide (+)
4. Gejala-gejala lain : Insomnia, anoreksia, berat badan , amenorrhea; libido .
 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
• Sama seperti ad. 3 disertai dengan waham, halusinasi, atau stupor depresif.

GANGGUAN DEPRESIF BERULANG


Merupakan episode berulang dari depresi, dan episode sebelum belum pernah
mengalami episode manik (tapi hipomanik yang singkat boleh). Rata-rata lamanya penyakit 6
bulan, wanita dua kali lebih sering dari pria. Berulang  ringan, sedang ( + gejala somatik ),
berat ( + gejala psikotik)
 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
1. Memenuhi kriteria episode depresif berulang dan saat ini memenuhi kriteria episode
depresif ringan.
2. Sekurang-kurangnya dua episode masing-masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.
 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
1. Memenuhi kriteria episode depresif berulang dan saat ini memenuhi kriteria episode
depresif sedang.
2. Sekurang-kurangnya dua episode masing-masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.
 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik
1. Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini memenuhi kriteria episode depresif
berat tanpa gejala psiktik.
2. Sekurang-kurangnya dua episode masing-masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.
 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik.
1. Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini memenuhi kriteria depresif berat
dengan gejala psikotik.
2. Sekurang-kurangnya dua episode masing-masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.
 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi
1. Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini tidak memenuhi kriteria depresif
apapun.
2. Sekurang-kurangnya dua episode masing-masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.

TERAPI
Terdapat tiga cara yang umum digunakan dalam menangani pasien dengan gangguan
mood:
1. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan seseorang untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004).
Hospitalisasi dilakukan jika penderita memiliki resiko bunuh diri / membunuh orang
lain, menunjukkan gejala-gejala yang berkembang secara progresif, dan tidak mampu
mengurus diri / tidak ada yang mampu mengurus.
2. Psikoterapi
Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi
merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya
emosional. Dengan tujuan menghilangkan simtom untuk mengantarai pola perilaku
yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang
positif. Psikoterapi yang dapat diberikan meliputi terapi kognitif, terapi interpersonal,
dan terapi perilaku.
3. Farmakoterapi
 Antidepresan: trisiklik, tetrasiklik, RIMA, SSRI, Nassa
 Antimania: lithium, karbamazepin

Setiap pengobatan yang tersedia untuk para penderita depresi, memiliki keunggulan
masing-masing. Antidepresan misalnya, memiliki keunggulan di daya penyembuhannya yang
cepat dibandingkan psikoterapi. Namun psikoterapi justru membantu orang-orang untuk
belajar kemampuan-kemampuan yang dapat mereka gunakan setelah proses pengobatan agar
mencegah penyakit depresinya kambuh kembali.
Para ahli juga mencatat bahwa cognitive therapy memiliki performa yang amat baik
dalam menyembuhkan para penderita deprsei. Paling tidak, cognitive therapy ini memiliki dua
keunggulan: biaya pengobatan yang tidak begitu mahal dan efek kesembuhannya untuk jangka
panjang sehingga mencegah terjadinya kambuh bagi para penderita setelah sembuh.
Biasanya pengobatan gangguan bipolar memerlukan waktu lama. Penderita gangguan
bipolar tetap perlu minum obat meskipun perasaannya sudah membaik. Pengobatan gangguan
bipolar biasanya memerlukan penanganan dokter spesialis jiwa, dengan melibatkan psikolog
maupun perawat jiwa. Penanganan gangguan bipolar dilakukan dengan pemberian obat-
obatan, psikoterapi (individual atau kelompok, keluarga), penyuluhan kesehatan dan dukungan
kelompok.

PROGNOSIS
DEPRESI
Gangguan depresi dapat menjadi kronis dan terjadi dalam episode yang sering berulang.
Terdapat indikator prognosis baik dari depresi, yaitu gejala ringan, berkurangnya gejala
psikotik, pada masa remaja sosialisasi baik, keluarga stabil, fungsi sosial 5 tahun sebelum sakit
baik, berkurangnya gangguan psikiatrik lain, menurunnya gangguan kepribadian, dan
perawatan untuk gangguan depresi kurang atau sama dengan 1 kali.

BIPOLAR
Gangguan bipolar dapat menjadi kronis dan dalam jangka waktu panjang (episode
berulang) atau ringan dengan episode yang jarang. Pasien dengan gangguan bipolar umumnya
memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung, dan kematian
karena semua penyebab. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun, mengalami
peningkatan besar dalam tingkat kelangsungan hidup. Prognosis buruk pada laki-laki biasanya
riwayat kerja buruk, penyalahgunaan zat, ada gejala psikotik, ada gejala depresi, dan ada gejala
depresi pada antar episode.
Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, depresi lebih banyak terjadi daripada fase
manik, dan siklus mania dan depresi yang tidak teratur atau tidak diprediksi . Banyak pasien
mengalami mania campuran, atau keadaan campuran , di mana kedua mania dan depresi hidup
berdampingan selama setidaknya 7 hari.
Sekitar 15 % pasien dengan gangguan rapid cyclic memiliki fase yang rumit. Dengan
tahap yaitu manik dan depresi episode alternatif setidaknya empat kali setahun. Dalam kasus
yang parah , bahkan dapat berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Rapid cyclic cenderung
terjadi lebih sering pada wanita dan pada mereka dengan bipolar II. Biasanya , gangguan ini
dimulai pada fase depresi , dan episode sering dan parah dari depresi mungkin menjadi ciri
khas. Fase ini sulit untuk diobati , terutama karena antidepresan dapat memicu beralih ke mania
dan mengatur pola siklus.
Penelitian menunjukkan bahwa gejala gangguan bipolar pada anak-anak dan remaja
berbeda dengan orang dewasa . Sementara orang dewasa dengan gangguan bipolar biasanya
memiliki periode manik dan depresi yang berbeda, anak-anak dengan gangguan bipolar
berfluktuasi cepat dalam suasana hati dan perilaku mereka . Mania pada anak ditandai dengan
mudah marah dan agresif sedangkan orang dewasa cenderung mengalami euforia . Anak-anak
dengan depresi bipolar sering marah dan gelisah , dan mungkin memiliki suasana hati
tambahan dan gangguan perilaku seperti kecemasan , gangguan perhatian defisit hiperaktif ,
gangguan perilaku , dan masalah penyalahgunaan zat .

Anda mungkin juga menyukai