Anda di halaman 1dari 23

MeyokaFransPelata pung Blog

Home ▼
SUNDAY, SEPTEMBER 29, 2013

ASKEP DEMAM THYPOID (NANDA, NOC, NIC)


ASKEP DEMAM THYPOID (NANDA, NOC, NIC)

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella

enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica serotype paratyphi A, B,

atau C(demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain dengan demam tinggi yang terus

menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi yang relatif lambat, kadang gangguan

kesadaran seperti mengigau, perut kembung, splenomegali dan lekopeni.

Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap

merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas

penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju seperti Amerika Serikat,

Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah

yang memadai dan penyediaan air bersih yang cukup, mampu menurunkan insidensi penyakit ini

secara dramatis.

Di abad ke 19 demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama

di Amerika, namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang. Tingginya jumlah penderita

demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi keluraga dan masyarakat. Besarnya beban

ekonomi tersebut sulit dihitung dengan pasti mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat

tak dapat diperoleh.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam

satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa

gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, 1993).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella

thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid

abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan

kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30

- 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer,

Arif 1999).

2.2 Etilogi

Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora,

mempunyai sekurang - kurangnya empat macam antigen yaitu : antigen 0 (somatik), H (flagella),

Vi dan protein membran hialin. (Mansjoer, 2000).


2.3 Gejala Klinis

Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal

tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :

 Perasaan tidak enak badan, panas dingin

 Lesu, tidak nafsu makan, mual

 Nyeri kepala

 Diare atau sebaliknya

 Anoreksia, kehilangan berat badan

 Batuk, nyeri otot

 Nyeri perut, perut kaku dan bengkak

 Menyusul gejala klinis yang lain

1) Demam

Demam berlangsung 3 minggu

 Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada

sore dan malam hari

 Minggu II : Demam terus mengigau

 Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur

2) Gangguan pada saluran pencernaan

 Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,

jarang disertai tremor


 Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan

 Terdapat konstipasi, diare

3) Gangguan kesadaran

 Kesadaran yaitu apatis – somnolen

 Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena emboli hasil

dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

2.4 Pathofisiologi

Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus

halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus (terutama plak peyer) dan

jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman lewat

pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem

(RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke organ

tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di usus.

Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama

dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula di duga bertanggung jawab terhadap

terjadinya gejala - gejala dari demam tifoid.

Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya yang

merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya

menimbulkan gejala demam. (Penyakit infeksi Tropik Pada Anak, 1993).

2.5 Penatalaksanaan

1. Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi, observasi serta

pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring

sempurna seperti pada perawatan demam tifoid dimasa lampau. Mobilisasi dilakukan

sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita.

Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah untuk

menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

2. Diet

Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan penderita

thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid

adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah

kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti

petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:

1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

2. Tidak mengandung banyak serat.

3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan

makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga

dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur

saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna

atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:

1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas

2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total


4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total

5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat

maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan

6. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat)

sesuai dengan toleransi perorangan.

7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam

dan berbumbu tajam.

8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas

dan dingin

9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil

10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu

disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan

parenteral.

Makanan yang dianjurkan antara lain :

1. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-

tepungan dibubur atau dibuat puding

2. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,

dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur dalam

makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari

3. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai

4. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda,

bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis

5. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak

banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat


6. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis,

mengoles dan setup

7. Minuman : teh encer, sirup

8. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

Diet dengan semua nutrisi penting

Energi

Dianjurkan untuk meningkatkan asupan energi dengan 10-20% karena

kenaikan suhu tubuh. Awalnya, selama tahap akut, pasien mungkin dapat hanya

mengkonsumsi 600-1200kcal/day, tetapi asupan energi harus berangsur-angsur

meningkat dengan pemulihan dan toleransi ditingkatkan.

Protein

Kebutuhan protein lebih terkait dengan keparahan dan durasi infeksi

daripada ketinggian demam. Karena ada kerusakan jaringan yang berlebihan, asupan

protein harus ditingkatkan untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg / berat badan / hari.

Untuk meminimalkan kehilangan jaringan, makanan protein nilai biologis tinggi

seperti susu dan telur harus digunakan secara bebas karena mereka yang paling

mudah dicerna dan diserap. Untuk mencapai hal ini, makan secara teratur harus

ditambah dengan minuman protein tinggi.

Carbohydrares

Asupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko glikogen habis

tubuh. Mudah dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati sederhana, glukosa,

madu, gula tebu dll harus dimasukkan karena mereka memerlukan pencernaan lebih

sedikit dan berasimilasi dengan baik.

Diet Serat
Sebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran usus, segala bentuk

iritasi harus dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar menjengkelkan harus, karena itu

akan dihindari dalam diet, karena merupakan iritan mekanik.

Lemak

Karena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim, mentega, susu,

kuning telur, harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah dicerna. Makanan

yang digoreng yang sulit untuk dicerna harus dihindari.

Mineral

Karena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup natrium, kalium dan

klorida asin, kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk mengkompensasi

hilangnya elektrolit. Suplemen zat besi harus diberikan untuk mencegah anemia.

Vitamin

Karena infeksi dan demam resultants, ada kebutuhan untuk meningkatkan

asupan Vitamin A dan C.

Cairan

Dalam rangka untuk mengkompensasi kerugian melalui kulit dan keringat dan

juga untuk memastikan volume yang memadai urin untuk mengeluarkan limbah,

asupan cairan liberal sangat penting dalam bentuk minuman, sup, jus, air biasa dll.

Jadi energi yang tinggi, protein tinggi, diet cairan penuh dianjurkan di awal dan segera

setelah demam turun, serat, hambar rendah, diet lunak harus diberikan kepada pasien.

3. Obat
Obat - obat antimikrobia yang sering digunakan :

a. Kloramfenikol

b. Tiamfenikol
c. Cotrimoxazole

d. Ampicilin dan amoxilin

Obat - obat simtomatik

a. Antipiretika

BAB III

ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status

perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas, pusing,

mual muntah 3x, semula di rumah sudah diperiksakan ke mantri setempat, tetapi

karena panas lagi maka segera dibawa ke rumah sakit.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah dirawat di

rumah sakit, hanya pilek atau batuk dan biasanya diperiksakan ke mantri setempat.
Tidak ada riwayat alergi. Pasien mendapat immunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio,

Campak, DT dan Hepatitis.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan tidak ada

penyakit herediter yang lain.

3.1.3 Pola Kebiasaan Pasien Sehari-Hari

1. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan yang

tidak disukai yaitu kubis dan yang paling disukai yaitu mie

ayam. Pasien makan dengan piring dan sendok biasa, tanpa

memperhatikan warna dan bahannya. Minum 7 - 8 gelas

sehari.

Selama sakit : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis ¼ porsi,

karena lidahnya terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang

disediakan oleh rumah sakit. Minum 7 - 8 gelas sehari.

2. Pola Eleminasi

Sebelum sakit : BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna

kuning. BAK 3-4 x sehari , warna kuning jernih.

Selama sakit : selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna

kuning jernih

3. Pola Istirahat – Tidur

Sebelum sakit : pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul 20.00 WIB

sampai jam 05.00 WIB. Kadang-kadang terbangun untuk BAK.

Pasien juga terbiasa tidur siang dengan waktu sekitar 2 jam.


Ibu pasien selalu membacakan cerita sebagai pengantar

tidurnya.

Selama sakit : pasien susah tidur karena suasana yang ramai.

4. Pola Aktivitas

Sebelum sakit : pasien bermain dengan teman - temannya sepulang sekolah

dengan pola permainan berkelompok dan jenis permainan

menurut kelompok.

Selama sakit : pasien hanya terbaring di tempat tidur.

3.1.4 Pengkajian Psiko - Sosio – Spiritual

1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.

Pasien menyadari kalau dia berada dirumah sakit dan dia mengetahui bahwa

dia sakit dan perlu perawatan tetapin dia masih ketakutan dengan lingkungan

barunya.

2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.

Hubungan pasien dengan tetangga dan keluarga sangat baik, banyak tetangga

dan sanak saudara yang menjenguknya di rumah sakit. Sedangkan hubungan dengan

pasien lain tidak begitu akrab. Pasien ketakutan.

3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.

Pasien beragama Islam, dalam menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh

keluarganya. Ibu pasien selalu mengajakya berdoa untuk kesembuhannya.

3.1.5 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : pasien tampak lemah.


2. Kesadaran : composmentis.

3. Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang

merata.. Tidak ada lesi.

4. Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

5. Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.

6. Mulut

 Mulut : tidak ada stomatitis

 bibir tidak kering.

 gigi: kotor dan terdapat caries,

 lidah : kotor

7. Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen.

8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

9. Dada : simetris, pernapasan vesikuler.

10. Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium.

11. Ekstremitas :

 atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.

 bawah : tidak ada lesi

12. Anus : tidak ada haemorroid.

13. Tanda - tanda Vital :

 Tekanan Darah: 120/80 mmHg

 Nadi : 120 x/menit

 Suhu : 39° C
 Respirasi : 24 x/menit

3.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium

a. Hematologi

 Hb : 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)

 Ht : 34,7% (34 – 48%)

 Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106 juta/uI)

 VER : 84,5 fl (78 – 90 fl)

 KHER : 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)

 Leukosit : 12.200 /uI (4,6 – 11.103/uI)

 LED 1 jam : 40 /1 jam (P = 7 – 15 /jam)

 2 jam: 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)

 Trombosit : 232.000 /uI (150 – 400.103/uI)

Hitung jenis

 Eosinofil : - Segmen: 91%

 Basofil :- Limfosit: 9

 N. Batang : - Monosit: -

b. Bakteriologi Serogi

Widal

 St - O 1/320

 St - H 1/160
 St - AH –

 Spt - BH 1/320

c. Urine

 Phisis = warna: kuning

 Kimia = PH : agak keruh

 Protein :- (negatif)

 Glukosa : - (negatif)

 Sedimen = epitel : +

 Lekosit : + (6 – 8)

 Eritrosit : + (1 -2)

 Kristal : - (negatif)

 Silinder : - (negatif)

3.2 Penyimpangan KDM Demam Thifoid


3.3 Diagnosa keperawatan
Rencana asuhan keperawatan
1. Hipertermia

Tujuan :

 Client Outcomes

 Suhu tubuh pasien dalam batas normal

 Nursing Outcomes

 Pengaturan suhu

 Pengaturan suhu tubuh : neonate

 Nursing Outcomes classification (NOC)

Thermoregulation (0800)

Domain : physiology health (II)

Class : metabolic regulation (I)

Scale : axtremely compromised to not compromised (a)

080001 : temperature kulit dalam batas normal

080002 : temperature tubuh dalam batas normal

080003 : sakit kepala tidak ada

080004 : sakit otot tidak ada

080005 : sifat lekas marah tidak ada

080006 : perubahan warna kulit tidak ada

080007 : kecepatan nadi dalam batas normal

080008 : kecepatan pernapasan dalam batas normal

080009 : hidrasi adekuat

Thermoregulation : neonate (0801)

Domain : physiological health (II)

Class : metabolic regulation (I)


Scale : axtremely compromised to not compromised (a)

080102 : distress pernapasan tdak ada

080103 : gelisah tidak ada

080104 : keletihan tidak ada

080106 : tambahan berat badan dalam batas normal

080107 : non-shivering thermogenesis

080112 : gula darah dalam batas normal

080113 : keseimbangan asam basa dalam batas normal

080114 : bilirubin dalam batas normal

2. Nyeri akut

Tujuan :

 Client Outcomes

o Pasien tidak meras nyeri

o Pasien merasa nyaman dengan dirinya

 Nursing Outcomes

Kemungkinan yan dicapai :

o Tingkat kenyamanan

o Control nyeri

o Tingkat nyeri

 Nursing Outcomes Classification (NOC)

Tingkat kenyamanan (2100)

Domain : Received health (V)

Class : Symptom status (V)

Scale : None to extensive (i)

210001 : Melaporkan kenyamanan fisik


210002 : Melaporkan kepuasan terhadap pengawasan

210003 : Melaporkan kenyamanan psikologis

210007 : Melaporkan kepuasan terhadap tingkat kemandirian

210008 : Expresi puas terhadap pengawasan nyeri

Control nyeri (1605)

Domain : Health knowledge (IV)

Class : Health behavior (Q)

Scale : Never demonstrated to consistenly demonstrated (m)

160501 : Mengenali factor-faktro penyebab

160502 : Mengenali serangan nyeri

160503 : Menggunakan teknik pencegahan

160504 : Menggunakan teknik non analgesic

160507 : Melaporkan gejala-gejala pada petugas

160509 : Mengenali gejala-gejala nyeri

160510 : Menggunakan catatan harian nyeri

160511 : Melaporkan pengawasan nyeri

Tingkat nyeri (2102)

Domain : Received health (V)

Class : Symptom status (V)

Scale : Extensive to none (n)

210201 : Melaporkan nyeri

210202 : Bagian tubuh yang diserang

210203 : Frekuensi nyeri

210204 : Panjangnya episode nyeri

210205 : Ekspresi mulut terhadap nyeri

210206 : Ekspresi wajah terhadap nyeri


210207 : Posisi perlindungan tubuh

210208 : Istirahat

210209 : Ketahanan otot

210210 : Perubahan pada jumlah pernafasan

210211 : Perubahan pada denyut nadi

210212 : Perubahan pada tekanan darah

210213 : Perubahan pada ukuran pupil

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan :

 Client Outcome

 Mempertahankan berat badan atau pertambahan BB

 Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi

 Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet

 Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

 Nursing Outcomes

Kemungkinan hasil yang dicapai

 Status nutrisi

 Status nutrisi : asupan makanan dan cairan

 Status nutrisi : asupan nutrisi

 Control berat badan

 Nursing Outcomes Classification (NOC)

Status nutrisi (1004)

Domain : Physiologic health (II)

Class : Nutrition (K)

Scale : Extremely compromised to not compromised (a)

100401 : Pengambilan nutrisi

100402 : Pengambilan makanan dan cairan

100403 : Energi
100404 : Massa tubuh

100405 : Berat

100406 : Pengukuran biokimia

3.5

3.4 Nursing Intervention Classification (NIC)

1. Hyperthermia

 Fever treatment (3740)

o Monitor tempertur seperti frekwensi

o Monitor pengaruh kehilangan cairan

o Monitor warna kulit dan temperature

o Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan

o Monitor pemasukan dan pengeluaran

o Monitor ketidak abnormalan elektrolit

o Monitor keimbangan asam basa

o Pemberian pengobatan antipiretik

 Tanda-tanda vital (6680)

o Monitor tekanan darah, nadi, temperature, dan status pernapasan dengan


tepat

o Auskultasi tekanan darah dintara lengan dan bandingkan tepat

o Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan sebelum, selama dan sesudah


aktivitas dengan tepat

o Monitor irama jantung dan kecepatan

o Monitor bunyi jantung

o Monitor keepatan pernapasan dan irama

o Monitor bunyi paru

o Monitor oximetri nadi

 Themperatur regulation (3900)

o Monitor temperature setiap 2 jam dengan tepat


o Monitor warna kulit dan temperature

o Promosi cairan adekuat dan pemasukan nutrisi

2. Nyeri akut

Nursing Intervention Classification (NIC)

 Management nyeri (1400)

o Kaji secara komprehensif, tentang nyeri meliputi ; lokasi, karakteristik dan


onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan factor-faktor
presipitasi

o Gunakan komunikasi terapeutik agasr pasien dapat mengekspresi-kan nyeri

o Kaji latar belakang budaya pasien

o Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah


digunakan

o Berikan dukungan terhadap pasien dan keluaga

o Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri

o Berikan analgetik sesuai dengan anjuran

o Observasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan

o Kurangi factor presipitasi nyeri

o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

o Tingkatkan istirahat

o Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


 Pengaturan nutrisi
o Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan

o Memastikan pemilihan makanan pasien

o Menentukan dalam kolaborasi dengan ahli diet, mana yang tepat jumlah kalori
dan tipe kebutuhan nutrisi yang sarat

o Mengajurkan pemasukan kalori yang tepat untuk tipe tubuh dan gaya hidup

o Menganjurkan peningkatan pemasukan makanan yang mengandung zat besi


secara tepat

o Menganjurkan peningkatan pemasukan protein, zat besi dan vitamin C secara


tepat
o Pemberian makanan tambahan (minuman dan buah segar atau jus buah-
buahan) secara tepat

o Berikan makanan lunak, murni dan ringan secara tepat

o Memberikan tambahan gula secara tepat

o Memastikan bahwa diet yang dihasilkan termasuk makanan dengan serat yang
tinggi untuk mencegah konstipasi

o Memberikan tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah sebagai pengganti


garam

o Memberikan protein tinggi, tinggi kalori, makanan yang ringan dan minuman
yang selalu tersedia untuk dikonsumsi secara tepat

o Memberikan seleksi makanan

o Monitor dan catat nutrisi dan kalori

 Memonitor cairan (4130)

o Monitor berat

o Monitor pengambilan dan pengeluaran

o Monitor serum dan nilai elektrolit yang tepat

o Monitor serum albumin dan tingkat total protein

o Monitor serum dan tingkat pergantian urine

o Monitor warna, kualitas dan spesifik berat urin

 Konsultasi nutrisi (5246)

o Membantu dasar hubungan terapeutik dalam hal daling percaya

o Membantu hubungan konseling yang berkelanjutan

o Bicarakan kepada pasien tentang makanan yang disukai dan tidak disukai

o Identifikasi fasilitas piliha perilaku makan

o Diskusikan dengan pasien mengenai syarat nutrisi dan pemahaman pasien


mengenai perintah atau klien yang disarankan tidak mengalam kecemasan

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam

satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa

gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, 1993).

4.2 Saran

1. Makanlah makanan dan minuman yang sudah pasti matang.

2. Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan peliharaan

3. Cucilah tangan dengan sabun setelah beraktivitas

4. Hindari jajan ditempat yang kurang bersih

DAFTAR PUSTAKA

1. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC

2. Andin Sefrina dan Suhendri C. P; Mengenal, Mencegah, Menangani berbagai penyakit


berbahaya bayi & balita; Penerbit ; Dunia Sehat

3. NANDA 2012

4. NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)

5. NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC)

MeyokaFransPelata pung Blog at 11:54 PM


Share
No comments:

Post a Comment


Home

View web version


ABOUT ME

MeyokaFransPelata pung Blog


View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai