Anda di halaman 1dari 7

(PEMBAHASAN SAMA KESIMPULAN BAGIAN ALDI BELOM SAMA CEK IN

FONT DAN MARGIN JUGA) COVER JANGAN LUPA

Kegiatan 3 Koleksi Serangga

A. Tujuan
Belajar menangkap secara langsung dan dengan menggunakan trap berbagai jenis
serangga
B. Alat dan bahan
Sweep net
C. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dibelakang Museum Paus Pulau Tidung Kecil, tanggal 15
november 2019 pada pukul 14.00 sampai 18.00 WIB.
D. Cara Kerja
tangkap semua serangga terbang yang dijumpai dengan menggunakan metode time
search pada 5 titik pengamtan yang berbeda. Koleksi di setiap titik dilakukan selama
20 menit. Serangga terbang ditangkap menggunakan sweep net. Catat jenis dan
jumlah individu serangga yang tertangkap.
E. Hasil dan Pembahasan

No.
Jenis Serangga Jumlah Individu
Titik
1 Eurema hecabe 1

Pada praktikum tentang koleksi yang dilakukan pada tanggal 16 November


2019 disekitar Pualu Tidung Kecil. Didapatkan hasil bahwa terdapat serangga. Dan
pada praktikum dapat diketahui bagaimana tingkat keanekaragaman serangga di sekitar
Pulau Tidung Kecil yang menjadi lokasi praktikum kali ini. Pada hasil pengamatan
untuk serangga menggunakan sweep net, didapatkan 1 jenis serangga saja.
Dari hasil pencarian dan penangkapan yang telah dilakukan didapatkan hanya
1 ekor kupu-kupu saja yaitu Eurema hecabe menggunakan sweep net. Ini dikarekanan
target serangga yang dicari hanya serangga terbang, ex: capung ataupun kupu-kupu
sehingga hasil yang didapatkan hanya sedikit
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan makrofauna antara lain intensitas
cahaya, kelembaban, pH tanah, dan suhu. Faktor tersebut dapat mempengaruhi
keanekaragaman dan jumlah makrofauna yang terdapat dalam tanah. Sehingga untuk
mengetahuinya diperlukan pengukuran faktor lingkungan pada awal pengamatan dan
akhir pengamatan.

F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah dianalis dan dibahas secaraseksama
dapat diambil kesimpulan yaitu tingkat keanekaragan serangga tidak bisa dihitung
dikarenakan sedikit jumlah organisme yang didapat di Pulau Tidung Kecil.

Kegiatan 4 Asosiasi Lamun dengan Gastropoda

A. Tujuan
Mengetahui asosiasi antara lamun dan grastropoda.
B. Alat dan Bahan
kuadrat besi berukuran 1x1 meter, buku identifikasi, kertas pengamatan tahan air,
kamera underwater.
C. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan didepan Museum Paus Pulau Tidung Kecil, tanggal 16
november 2019 pada pukul 08.00 sampai 12.00 WIB.
D. Cara Kerja
Letakkan kuadrat berukuran 1x1 meter secara purposive di ekosistem lamun. Catat
jenisjenis lamun dan gastropoda yang ada di dalam kuadrat tersebut dan hitung
jumlahnya. Kuadrat diulangi sebanyak 15 kali.
E. Hasil dan Pembahasan
Tabel Asosiasi Lamun dengan Gastropoda

No. Jumlah Individu Jumlah Individu


Jenis Lamun Jenis Gastropoda
Plot Lamun Gastropoda
1 Enhalus acroides 2
2 Enhalus acroides 3
3 Enhalus acroides 3
4 Enhalus acroides 3 Phalium glabratum 2
5 Enhalus acroides 5 Littorina nebulosa 3
6 Halophila sp. 2
Enhalus acroides 3
Strombus
7 Halophila spinulosa
4 microurceus 1
Enhalus acroides 5 Phalium glabratum 2
8 Enhalus acroides 4
9 Halophila sp. 5
Enhalus acroides 6 Strombus plicatus 1
10 Enhalus acroides 3 Strombus plicatus 2
11 Halophila sp. 2
Enhalus acroides 3
12 Halophila sp. 2
Enhalus acroides 3 Littorina nebulosa 3
13 Halophila sp. 5
Rhinoclavis
Enhalus acroides
4 articulata 3
14 Halophila spinulosa 3
Enhalus acroides 5 Phalium glabratum 2
15 Enhalus acroides 5 Cypraea arabica 1

Pulau Tidung Kecil merupakan salah satu pulau yang berada di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
(-5.8033333, 106.5233333). Dalam hasil pengamatan terdapat 80 individu lamun dan 20
individu gastropoda yang terlihat, tingkat kemerataan yang didapatkan yaitu 1.38191 dari hasil
perhitungan Pi, Ln Pi dan dan juga Pi Ln Pi. Dan juga indeks keragaman Gastropoda sebesar
2.223098, sedangkan Kemerataan pada Padang Lamun sebesar 2.764636 dan indeks
keragaman lamun sebesar 3.037263. Dari data yang didapat dari hasil pengamatan asosiasi
lamun dengan gastropoda, didominasi oleh Enhalus acroides dengan total individu sebanyak
47 individu dan pada gastropoda didominasi oleh Phalium grabatum dan Littorina nebulosa
sebanyak 6 individu.

Perlu dilakukan pengelolaan terhadap sumberdaya Gastropoda dan lamun di wilayah


pesisir sekitar Pulau Tidung Kecil untuk mengatur pemanfaatan Gastropoda bagi masyarakat
agar kelestariannya dapat terjaga. Perlu adanya perhatian yang lebih lagi dari pemerintah dan
masyrakat setempat untuk menjaga kelastarian padang lamun yang ada di desa tabulo selatan.

F. Kesimpulan
Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa jenis lamun dan
gastropoda yang mendominasi wilayah selatan pantai Pulau Tidung Kecil yaitu
Enhalus acroides, Phalium grabatum dan Littorina nebulosa.

Kegiatan 5 zonasi pasang surut

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh pasang surut terhadap komunitas terumbu karang.
B. Alat dan Bahan
Tali rapia, meterang gulung, pasak ukuran 1 meter, kamera underwater, buku
identifikasi, kertas pengamatan tahan air, snorkle dan google.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan didepan Museum Paus Pulau Tidung Kecil, tanggal 16
november 2019 pada pukul 08.00 sampai 12.00 WIB.
D. Cara Kerja
Membuat spaced line intercept transect sepanjang 100 meter tegak lurus dengan bibir
pantai. Setiap interval 20 meter dibuat garis lurus yang secara orthogonal /
perpendicular sepanjang 10 meter ke sayap kiri dan 10 meter ke sayap kanan. Total
garis lurus perpendicular sebanyak 5 buah. Catat semua jenis karang yang tersentuh
garis dan hitung kerapatannya. Ulangi pembuatan line intercept transect sebanyak 3
kali di site yang berbeda (jarak dengan site sebelumnya adalah 20 meter).
E. Hasil dan Pembahasan
Tabel pengamatan zonasi pasang surut

No. Zona No. Line Jenis Karang Tutupan Karang


1 1 Stylopora
0.5 m
2 Stylopora
2 1 Stylopora 1.5 m
2 Porites 6m
3 1 Porites 0.3 m
2 Porites 2m
4 1 Porites
0.4 m
2 Porites
5 1 Porites 3m
2 Porites 0.3 m
6 1 Stylopora 1m
2 Porites 0.5 m

Zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah


yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya
beberapa meter luasnya.
Pada no line 1dan 2 zona 1 didapatkan jenis karang yang sama yaitu stylopora
dengan tutupan karang 0,5 m dan presentase tutupan karangnya 5 %. Pada zona ke 3
dan zona ke 4 didapatkan jenis karang yaitu porites dengan tutupan karang yang lebih
besar dari jenis karang stylopora. Sepanjang penarikan transek hanya ditemukan dua
jenis karang yaitu stylopora dan porites serta jenis karang yang ditemukan terkategori
rendah dalam tutupan karang.hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang menyebabkan terumbu karang menjadi rentan yaitu
limbah domestik, limbah industri, dan penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan serta menggunakan bom sainida dan kegiatan pariwisata alam, seperti
snorkling dan diving merupakan salah satu faktor penyebab terumbu karang di
Kepulauan Seribu menjadi rentan (Bryant et al. 1998). Pada umumnya terumbu
karang yang berbeda di suatu pulau yang terisolir dari jangkauan penduduk kondisi
terumbu karangnya masih relatif baik, sedangkan yang dekat pemukiman biasanya
mengalami kerusakan (Hutomo et al. 1986 dalam Nani 2003).
Menurut Godfrey (2001) dalam Aunurohim et al. (2008), terumbu karang yang
sehat akan mempunyai tutupan karang lebih dari 30% (gabungan antara karang keras
dan karang lunak) dan penutupan patahan-patahan (rubble), batuan dan pasir yang
rendah. Dari data yang diperoleh didapatkan tutupan karang rendah. Persentase
tutupan terumbu karang menunjukan nilai keadaan kondisi terumbu karang yang
hidup di dalam suatu perairan, terumbu karang yang dapat di kategorikan terumbu
karang hidup yaitu Acropora, NonAcropora dan Soft Coral.
Menurut Birkeland (1997) dalam Purnomo W. P. et al. (2008), kematian
karang dapat disebabkan oleh aspek fisik dan kimiawi, pada aspek fisik kematian atau
kerusakan terumbu karang terjadi karena terkena hantaman gelombang besar yang
dapat memporak porandakan terumbu karang, sedangkan dari aspek kimiawi adalah
adanya polutan dari aktivitas manusia didarat yang menyebabkan eutrofikasi,
sedimentasi, polusi serta masuknya air tawar yang berlebihan dari darat karena
terjadinya erosi melalui proses run-off.

Menurut Birkeland (1997) dalam Purnomo W. P. et al. (2008), kematian


karang dapat disebabkan oleh aspek fisik dan kimiawi, pada aspek fisik kematian atau
kerusakan terumbu karang terjadi karena terkena hantaman gelombang besar yang
dapat memporak porandakan terumbu karang, sedangkan dari aspek kimiawi adalah
adanya polutan dari aktivitas manusia didarat yang menyebabkan eutrofikasi,
sedimentasi, polusi serta masuknya air tawar yang berlebihan dari darat karena
terjadinya erosi melalui proses run-off.

F. Kesimpulan
Dari hasil yang data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa tutupan karang pada
lokasi didepan museum paus pulau tidung kecil dikategorikan rendah dan jenis karang
yang ditemukan disepanjang transek ada dua jenis karang yaitu stylopora dan porites.

Kegiatan 6 Menganalisis komunitas Echinodermata

A. Tujuan
Mengetahui perbedaan struktur komunitas Echinodermata pada ekosistem yang
berbeda.
B. Alat dan Bahan
kertas pengamatan underwater, snorkle dan google, buku identifikasi, kamera.
C. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan didepan Museum Paus Pulau Tidung Kecil, tanggal 16
november 2019 pada pukul 08.00 sampai 12.00 WIB.
D. Cara Kerja
Pilih dua ekosistem yang berbeda, yaitu: ekosistem lamun dan ekosistem karang.
Gunakan metode time search di kedua lokasi tersebut dengan cara mencari jenis-jenis
echinodermata dan menghitung jumlahnya dengan cara bersnorkling secara serius di
masing-masing lokasi selama 1 jam. Catat dan hitung jumlah individu setiap jenis
yang teramati.

E. Hasil dan Pembahasan


Jenis Jumlah
Jenis Ekosistem pi len pi pi len pi H' hasil
Echinodermata Individu
Ekosistem Karang Diadema setosum 14 0,875 2,639057 2,309175 -2,3091751 Rendah

Ekosistem Lamun Diadema setosum 2 0,125 0,693147 0,086643 -0,0866433 Rendah


Total 16

Echinodermata adalah sumber daya hayati yang bernilai ekonomis dan


digemari seperti bulu babi (Echinoidea) dan teripang (Holothuroidea). Echinodermata
ini dieksploitasi oleh masyarakat sebagai sumber makanan serta obat-obatan, sehingga
populasinya berkurang. Perlu pencegahan agar tidak punah terhadap sumber daya
hayati Echinodermata yang bernilai ekonomis agar selalu dieksploitasi dan
diperdagangkan secara besar-besaran (Jumanto, 2013).

Echinodermata merupakan fauna penghuni karang (Coral reef) yang penting.


Mereka menduduki berbagai mikrohabitat sesuai dengan cara hidup mansing-mansing
(Afiati, dkk. 2007) .

Afiati dkk. (2007) menyatakan bahwa terumbu karang merupakan suatu


ekosistem yang penting bagi kehidupan fauna Echinodermata. Faktor yang
menguntungkan bagi Echinodermata di daerah terumbu karang adalah tersedianya
tempat perlindungan berupa koloni karang hidup maupun karang mati, tersedianya
makanan yang penting bagi kelompok herbivora berupa ilalang laut dan alga.

Keaneragaman menunjukkan keberagaman jenis. Keaneragaman suatu biota


air dapat ditentukan denngan menggunakan teori informasi Shannon - Wienner (H’).
Tujuan utama teori ini adalah untuk mengukur tingkat keteraturan dan ketidakraturan
dalam suatu sistem. Keaneragaman ditentukan berdasarkan indeks keaneragaman
(Shannon –Wienner, 1963 dalam Jumanto, 2013).

Dari hasil perhitungan keanekaragaman didapatkan keanekaragaman pada


ekosistem karang lebih rendah daripada ekosistem lamun walaupun secara indeks
keragaman pada kedua ekosistem karang dan ekosistem lamun terkategori rendah
yaitu pada ekosistem karang adalah -2,30 dan ekosistem lamun -0,086. Hal ini
disebabkan ekosistem terumbu karang dekat dengan daratan dan pemungkiman rumah
warga, pembuangan limbah yang masuk di laut diangkut oleh pasang surut,
masyarakat juga melakukan penambangan batu karang untuk dijadikan pondasi
rumah, kegiatan ini mengakibat terumbu karang rusak sehingga populasi
Echinodermata berkurang.

F. Kesimpulan
Echinodermata yang ditemukan pada ekosistem karang dan ekosistem lamun adalah
Diadema setosum dan indeks keanekaragaman dikedua ekosistem ini rendah
berdasarkan perhitunganyang telah dilakukan.
Daftar Pustaka

Afiati, N., Djuwito., Haeruddin, dan Sulardiono, B. 2007. Buku Ajar Mata Kuliah Avertebra
Air, Universitas Diponegoro, Semarang.

Bryant, Dirk, L. Burke, J. McManus and M. Spaulding. 1998. Reefs at Risk: A Map-Based
Indicator of Threats to the World's Coral Reefs. WRI/ICLARM/WCMC/ UNEP. World
Resources Institute, Washington, D.C.

Jumanto. 2013. Struktur Komunitas Echinodermata di Padang Lamun Perairan Desa


Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Skripsi,
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Godfrey, S. 2001. Factors Affecting Nudibranch Diversity in The Wakatobi Marine


National Park. Consultant Entomologist. Wallace.

Purnomo, W. P. dan M. Mahmudi. 2008. Kondisi Terumbu Karang di Kepulauan dalam


Kaitannya dengan Gradasi Kualitas Perairan. Oseana, Volume II. No. 2

Anda mungkin juga menyukai