Anda di halaman 1dari 20

TEORI MODEL KEPERAWATAN MENURUT NOLA PENDER

A. Latar belakang

Nola J. Pender pertama bertemu dengan perawat profesional saat ia berusia 7 tahun
ketika ia melihat perawat memberikan asuhan keperawatan kepada bibinya yang
dirawat dirumah sakit, pengalaman mellihat perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada bibinya membuat ia memiliki keinginan untuk menjadi seorang
perawat ( pender, personal communication, may, 6, 2004 ). Pengalaman dan
pendidikan menanamkan keinginannya untuk peduli dengan orang lain dan
mempengaruhi kepercayaannya bahwa tujuan dari seorang perawat adalah membantu
orang lain. Pender berkontribusi dalam pengetahuan perawat mengenai promosi
kesehatan melalui penelitian, pengajaran, presentasi dan tulisannya ( Alligood and
Tomey,2010).

Pender lahir pada 16 agustus 1941 di Lansing Mighican, ia adlah anak tunggal dari Latar
belakang pender dalam keperawatan, perkembangan manusia, pengalaman psikologis,
dan pendidikannya membawanya untuk menggunakan perspektif keperawatan yang
holistik, psikologikal, dan teori pembelajaran sebagai pondasi Health Promotion
Model (HPM), HPM terintegrasi dalam beberapa kontruksi. Central dari HPM adalah
teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura (1977), yang menyatakan pentingnya
proses kognitif dan merubah perilaku. Teori pembelajaran sosial berubah nama
menjadi teori sosial kognitif, yang mencakup kepercayaan diri, hubungan diri, evaluasi
diri dan keefektifan diri. Keefektifan diri adalah pusat dalam membangun Health
Promotion Model (Pender, 1966; Pender Murdaugh and parsons, 2002) dan dilanjutkan
model nilai harapan dalam motivasi manusia yang dijelaskan oleh Feather (1982)
menjelaskan bahwa perilaku adalah rasional dan ekonomis yang sangat penting dalam
perkembangan model.

Kedua orangtuanya yang mendukung pendidikannya, keluarga mendukungnya untuk


menjadi perawat yang teregistrasi di sekolah perawat di West Suburban hospital in
Oak Park Illinois. Pender menematkan Diploma III keperawatan pada tahun 1962 dan
mulai bekerja di unit medikal bedah dan selanjutnya di unit pediatrik di Michigan
Hospital.

Pada tahun 1964 Pender menyelesaikan program S.1 di Universitas Michigan.


Selanjutnya ditahun 1960 han mengubah jurusannya dari dan memperoleh masternya.
Dia menyelesaikan master dari pertumbuhan dan perkembangan manusia di Michigan
State University ditahun 1965. The M.A dalam pertumbuhan dan perkembangan
manusia mempengaruhi ketertarikannya dalam kesehatan manusia, kemudian Pender
menyelesaikan PhD-nya psikologi dan pendidikan ditahun 1969 di Northwestern
University.

1. Konsep Utama Teori

Konsep-konsep utama dan definisi yang disajikan dapat ditemukan pada HPM direvisi
(Pender et al,2006). Selanjutnya adalah karakteristik-karakteristik individu dan
pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan selanjutnya.

a. Prior Related Behavior

Perilaku yang sering dilakukan sebelumnya dimasa lalu secara langsung dan tidak
langsung berdampak kepada kemungkinan perilaku yang meningkatkan status
kesehatan.

b. Personal Factor

Dikategorikan sebagai faktor biologis, psikologis,dan sosialkultur. Faktor-faktor ini


merupakan prediksi perilaku tertentu dan dibentuk oleh sifat dari perilaku yang
diharapkan dan dipertimbangkan.

1). Personal Biological Factors

Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah umur, jenis kelamin, IMT, status
puberitas, status menopause, kemampuan pemenuhan oksigen, kekuatan,
kelincahan,dan keseimbangan.

2). Personal Psychological Factors

Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harga diri, motivasi diri, kemampuan
personal, status kesehatan yang dirasakan dan definisi sehat yang dirasakan.

3). Personal Sociocultural Factors

Yang merupakan bagian dari ini adalah ras, etik, budaya, pendidikan, dan status
ekonomi, perilaku kognitif spesifik dan efek-efek nya dianggap sebagai motivasi utama
yang signifikan, variabel ini dapat dimotivasi melalui interverensi keperawatan.

c. Perceived Benefits of Actions

Manfaat tindakan yang dirasakan merupakan tujuan antisipasi positif yang dihasilkan
dari berperilaku hidup sehat.
d. Perceived Barriers to Actions

Tantangan atau hambatan yang dirasakan diantisipasi, digambarkan atau diblok dan
mengusahakan melakukan perilaku tertentu.

e. Perceived self-Efficacy

Kemampuan diri yang dirasakan adalah penilaian kapasitas pribadi untuk


mengorganisasikan dan melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Kemampuan diri
yang dirasakan mempengaruhi hambatan atau rintangan yang dirasakan sehingga
semakin tinggi kemampuan diri dirasakan semakin rendah pula hambatan-hambatan
yang dirasakan dalam berperilaku.

f. Activity –Related Affect

An Activity –Related Affect perasaan positif dan negatif secara subjektif yang terjadi
sebelumnya atau selama aktivitas dan perilaku berikutnya berdasarkan sifat stimulus
perilaku diri. Efek dari aktivitas mempengaruhi kemampuan diri yang artinya semakin
positif.

g. Interpersonal Influences

Pengaruh ini adalah perilaku-perilaku berdasarkan kognitif, kepercayaan, dan sikap.


Pengaruh-pengaruh interpersonal termasuk norma (harapan dari orang-orang
penting), dukungan sosial (bantuan dan dukungan emosional) dan contoh/model
(pembelajaran melalui mengobservasi orang lain dengan perilaku khusus). Sumber-
sumber utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya dan penyedia
pelayanan kesehatan.

h. Situational Influences

Pengaruh-pengaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan kognitif dalam


suasana tertentu yang bisa memfasilitasi atau menghalangi perilaku, persepsi yang
pada pilihan-pilihan yang tersedia yang mencangkup karakteristik dari kebutuhan dan
bentuk lingkungan yang membuat berperilaku untuk meningkatkan kesehatan,
pengaruh situasional bisa memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak
langsung dalam berperilaku sehat.

i. Commitment to Plan of Action


Komitmen ini menjelaskan konsep keinginan dan mengidetifikasi strategi yang
terencana yang mengarahkan untuk mengimplementasikan perilaku hidup sehat.

j. Immediate Competing Demands and Preferences

Tuntutan-tuntutan kebutuhan adalah alternatif berperilaku jika individu tidak memiliki


kontrol yang kuat karena kemungkinan lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung
jawab dengan keluarga. Sesuatu yang disukai adalah alternatif berperilaku yang mana
individu relatif memiliki kontrol yang tinggi seperti pilihan ice cream atau apel untuk
dimakan.

k. Health Promoting Behavior

Perilaku hidup sehat point terakhir atau hasil dari tindakan secara langsung
mempertahankan tujuan kesehatan yang positif seperti kesehatan atau kesejahteraan
yang optimal, pemenuhan kebutuhan yang personal dan hidup yang produktif.
Contohnya adalah diet sehat, latihan dan olahraga secara teratur, memanajemen
stress, memperoleh istirahat yang cukup, pertumbuhan yang spiritual dan membangun
hubungan yang positif.

Revisi HPM menambahkan tiga variabel yang mempengaruhi individu untuk melakukan
perilaku peningkatan kesehatan (Pender, 1996).

a. Activity-related affect

b. Commitment to Plan of Action

c. Immediate Competing Demands and Preferences

HPM yang direvisi memfokuskan pada 10 kategori dalam menetapkan perilaku


peningkatan kesehatan. The revisi model mengidentifikasi konsep yang relevan
mengenai perilaku peningkatan kesehatan dan memfasilitasi hipotesis selanjutnya
yang diuji (Pender Murdaugh and parsons 2002).

The HPM menyediakan paradigma untuk mengembangkan instrument. Profil gaya


hidup dalam meningkatkan kesehatan Exercise benefits-Barriers Scale (EBBS), tujuan
dari instrument ini adalah untuk mengukur gaya hidup dalam meningkatkan
kesehatan.

Pernyataan teoritis yang diperoleh dari HPM dibuku keempat, Health Promotions in
Nursing Practice (Pender Murdaugh and parsons 2002).
a. Perilaku sebelumnya dan karakeristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan
dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan

b. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan


keuntungan yang bernilai bagi dirinya.

c. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan


tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata.

d. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan


tindakan.

e. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
menambah hasil positif.

f. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka
kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.

g. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu
menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah
ada.

h. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal


yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk
berperilaku promosi kesehatan.

i. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau


mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.

j. Komitmen terbesar pada suatu rencana yang spesifik lebih memungkinkan perilaku
promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.

k. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang


diharapkan apabila sesorang mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang
diinginkan tidak tersedia.

l. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan


lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.
2. Konsep Utama Keperawatan Menurut Pender

Asumsi merefleksikan pandangan ilmu perilaku dan menekankan peran aktif pasien
dalam mengatur perilaku sehatnya dengan memodifikasi lingkungan. Dibuku ketiganya
Health Promotion in Nursing Practice.

Pender (1996) menyatakan asumsi utama HPM adalah manusia, lingkungan, dan
kesehatan yaitu sebagai berikut :

a. Manusia mencoba menciptakan kondisi kehidupannya melalui apa yang bisa


mereka nyatakan dalam kesehatan mereka yang potensial.

b. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk penilaian


mereka terhadap kemampuan yang dimiliki.

c. Pertumbuhan nilai manusia diperlihatkan sebagai bentuk positif dan usaha untuk
mencapai keseimbangan personal yang dapat diterima antara perubahan dan
stabilitas.

d. Individu mengusahakan pengaturan yang efektif terhadap perilakunya.

e. Individual secara kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan lingkungan,


perubahan lingkungan yang progresif akan terjadi sepanjang masa.

f. Rekonfigurasi yang dimulai oleh diri sendiri merupakan pola interaktif antara
manusia dan lingkungan sangat esensial untuk perubahan perilaku.
Skema Teori HPM

3. Analisis Teori

a. Clarity (kejelasan)

Definisi konsep menjelaskan kejelasan dan mengarahkan agar dimengerti dengan baik
fenomena perilaku kesehatan yang kompleks, diagram visual diilustrasikan dengan
hubungan yang jelas namun kerangka konsep telah dibuat dengan menampilkan
semua konsep-konsep tetapi keterkaitan antar konsep terbatas dari diagram hanya
mengaitkan beberapa konsep padahal ada beberapa konsep yang saling terkait namun
tidak dikaitkan, contohnya pengaruh interpersonal tidak dikaitkan dengan manfaat
tindakan yang dirasakan, rintangan untuk melakukan tindakan , kemampuan diri dan
efek dari tindakan yang dirasakan. Hubungan antara konsep-konsep dengan maksud
menguraikan teori sudah jelas, asumsi-asumsi sudah dinyatakan secara jelas dan
konsisten sesuai dengan tajuan dari teori, susunan logis dari konsep telah dinyatakan
secara terstruktur.
b. Simplicity (kesederhanaan)

The HPM mudah dimengerti, masing-masing faktor dihubungkan secara logis dan
hubungannya diklarifikasikan dalam pernyataan teori yang tepat, faktor-faktor yang
berpengaruh secara langsung dan tidak langsung sangat jelas di diagram visual yang
memperlihatkan hubungannya, faktor-faktor terlihat bebas tetapi susunannya
memberi pengaruh yang mudah dipahami, dengan demikian menampilkan diagram
untuk menjelaskan hubungan antar konsep merupakan bentuk sederhana dari HPM,
karena teori yang bermanfaat menyediakan pemahaman yang mendalam, teori yang
baik adalah “singkat tetapi lengkap”.

c. Generality (generalisasi/keumuman)

Cakupan dari model ini adalah middle range, ini sangat general untuk populasi dewasa,
riset yang digunakan untuk memperoleh model berdasarkan laki-
laki,perempuan,tua,muda,sehat,dan sakit.

d. Empirical Precision (presisi empiris)

Pender dan yang lainnya telah mendukung model melalui uji coba empiris seperti
kerangka untuk menjelaskan promosi kesehatan, profil gaya hidup meningkatkan
status kesehatan adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengkaji perilaku
promosi kesehatan. Model selanjutnya berkembang melalui program perencanaan
riset khususnya studi intervensi, perbaikan model lebih lanjut. Fokus penelitian
berlanjut berdasarkan bukti dan strategi-strategi promosi kesehatan yang efektif yang
melayani individu dalam konten komunitas, instrumen yang ada dapat menjadi akses
untuk menghubungkan indikator empiris untuk pengujian dan penggunaan teori untuk
menjelaskan aspek praktis dari teori. Teori HPM memiliki akses untuk sebagai indikator
empiris agar konsep dapat diidentifikasidan untuk dikembangkan sehingga tujuan teori
dapat diperoleh. HPM memiliki menyediakan pengembangan instrumen yaitu HPHP
dan EBBS yang berguna untuk mengukur gaya hidup untuk meningkatkan status
kesehatan.

e. Derivable Consequence (komsekuensi yang didapat)

Pender mengidentifikasi promosi kesehatan sebagai tujuan pada abad ke 20, hanya
sebagai pencegahan penyakit adalah tugas dari abad ke-20. Model menjelaskan
interaksi antara perawat dan kostumer ketika mempertimbangkan lingkungan dalam
promosi kesehatan. Pender merespon politikus, sosialis, dan lingkungan pribadi
diwaktunya untuk mengklarifikasi peran perawat dalam pelayanan-pelayanan promosi
kesehatan yang dilaksanakan, model mengembangkan pemikiran mengenai
kesempatan-kesempatan kedepan dan mempengaruhi pemakaian perkembangan-
perkembangan teknologi seperti pencatatan kesehatan elektronik sebagai upaya atau
alat mencegah dan meningkatkan status kesehatan, selain itu manfaat pentingnya
HPM dalam bidang keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien
terkait dengan konsep-konsep yang ada pada HPM baik dari aspek karakteristik
individual dan pengalaman, perilaku kognitif yang spesifik dan pengaruh-pengaruhnya
bila ada kesenjangan maka asuhan keperawatan dapat dilakukan tentunya dalam
perspektif intervensi keperawatan sehingga tercapai tujuan perilaku untuk
meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan yang optimal.

II. TEORI KEPERAWATAN MENURUT EAKES, BURKE DAN HAINSWORTH (CHRONIC


SORROW)

A. Riwayat Tokoh

1. Georgene Gaskill Eakes

Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma
keperawatan dari sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham, North Carolina
1966 dan pada tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North
Carolina Agricultural dan Technical State University. Eakes melanjutkan M.S.N pada
University or North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North
Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk studi
masternya dan dari North Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia dilantiik dalam
Sigma Theta Tau International Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi
Honor Society 1988.

Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan


penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan
pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn
Lindgren lulusan Hainsworth.

2. Marry Lermann Burke

Dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan


secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good
Samaritan Hospital school of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti
sertifikat post graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah
beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric,Burke lulus dengan Summa
Cumlaude dari Rhode island college Providence dengan bachelor degree. Pada tahun
1982 dia menerima master degree pada parent-child nursing dari Boston University.
Dan selama program ini dia juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-cild
nursing dan Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island Hospital
and the Section on Reproductive and Developmental Medicine, Brown university.
Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya
berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with Myelomeningocele’, yang
mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi
doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in
mothers of school-age with myelomeningocele’.

3. Margaret A Hainsworth

Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan


sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di
Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke united
State dan menerima diploma keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974
dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam
bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental
psikiatrik dari Boston College tahun1974. Dia menerima program doctor dari University
Connecticut tahun 1986. Tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam
keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada penyakit
kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia sebagai fasilitator
untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis.

B. Latar Belakang

Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan duka cita
dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan
multiple sclerosis. Praktik tersebut , menginspirasinya untuk mengambil disertasi
dengan judul “ An ethnographic study of women with multiple sclerosis using symbolic
interaction approach.” Penelitian ini dipresentasikan pada Kongres Sigma Theta Tau di
Taipei, Taiwan pada tahun 1989.pada konferensi ini dia menjadi familiar dengan
penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri presentasi yang diadakan Burke.
Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya
berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with Myelomeningocele’, yang
mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi
doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in
mothers of school-age with myelomeningocele’.

Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan


penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan
pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn
Lindgren lulusan Hainsworth.

Nursing Concorium Research Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan meddle


range teori keperawatan mengenai kesedihan /berduka kronis (chronic sorrow).
Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping individu terhadap
kesedihan kronis digunakan model stress milik Lazarus dan Folkman (1984).

NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode
manajemen yang efektif menjadi model yang mereka gunakan . adanya perbedaan
atau inkosistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme
koping individu.

C. Konsep Utama Teori

Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas
tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari
penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode
manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah
diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan
penyakit kronik seperti pada pasien multiple sclerosis , diabetes melitus pada anak,
anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida dan lain-lain.

1. Berduka kronis (chronic sorrow)

Berduka kronis (chronic sorrow) adalah suatu kesenjangan yang sedang berlangsung
sebagai akibat dari suatu kehilangan dengan karakteristik perspasif dan permanen.
Gejala berduka dapat tetrjadi berulang secara periodic dan gejala ini berpotensi
progesif (Alligood, 2014).
2. Kehilangan (Loss)

Kehilangan muncul Karena adanya ketidakseimbangan / perbedaan antara ideal dan


situasi atau pengalaman yang nyata . sebagai contoh anak yang sempurna dengan anak
kondisi kronik yang berbeda dengan ideal.

3. Peristiwa Pencetus (Triger Events)

Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang menyebabkaan


perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan
berduka (Alligood, 2014).

4. Metode Manajemen (Management Method)

Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan


kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga
kesehatan atau intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu
melemah bial efektif dalam mengatur perasaab bisa internal maupun eksternal.

Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi
krois dan pemberi perawatannya. Kognitif koping contohnya berfikir positif , membuat
sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu (hainworth,
1994 dalam Alligood, 2014). Contoh koping interpersonal adalah pergi memeriksakan
diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau group dan bicara atau
brkomunikasi dengan orang lain (Eakes, 1993 ; hainworth, 1994 dalam Alligood, 2014).
Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya. Manajemen
eksternal adlah intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et all 1998
dalam Alligood 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara professional dapat
membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga professional
yang kompeten lainnya (Alligood, 2014).

5. Inefektif Manajemen

Manajemen Inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan


ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.

6. Effective Management

Manajemen efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan


perasaan individual.

7. Strategi Manajemen
8. NCRCS meyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat
melakukan manajemen perasaan secara efektif . Strategi koping internal :

a. Action (tidakan), mekanisme koping action individu baik yang bersangkutan


maupun pelaku perawat nya. Contoh metode distaksi yang umum digunakan untuk
menghadapi nyeri.

b. Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan , misalnya berpikir positif,
ikhlas menerima semua ini.

c. Interpersonal , mekanisme koping interpersonal misalnya dengan konsultasi


dengan ahli jiwa , berabungdengan kelompok pendukung, melakukan curhat.

d. Emosional, mekanisme koping emosional misalny adalh menangis dan


mengekspresikan emosi.

Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu
mengaku terbantu untuk menurunkan perasaab kembali berduka (re-grief). Staregi
koping eksternal , dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional
kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersfat empati
, memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan professional kompeten
lainnya.

D. Konsep Utama Keperawatan Menurut Hansworth

1. Keperwatan

Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa adanya chronic


sorrow untuk kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran utama
perawat adalah bersikap empati , memberi edukasi, serta merawat dan melakukan
tindakan professional lainnya.

2. Manusia

Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan . Manusia akan
membandingkan pengalamannya dengan idealismenya pribadi dan dengan orang-
orang disekitarnya. Meskipun pengalaman individu terhadap kehilangan bersifat unik,
namun namun erdapat komponen-komponen yang umumnya dapat diprediksi ada
terikat pengalaman kehilangan.

3. Kesehatan
Kesehatan seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta setelah
kehilangan . Koping yang efektif menghasilkan respon normal terhadap kehilangan.

4. Lingkungan

Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya interaksi individu


dalam konteks social dengan keluarga , social dan pekerjaan.

Skema Teori Chronic sorrow

E. Asumsi Teori

1. Clarity (kejelasan)

Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika
terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga diartikan secara
jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman
bahwa Chronnic sorrow memberikan kerangka berpikir dalam menghadapi dan
memahami individu yang sedang mengalami suatu kehilangan atau berduka yang
memanjang . Dalam konsep chronic sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang
mendahului , triger event atau kejadian pemicu, dan metode-metode manajemen baik
internal, maupun eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif
atau tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan. Apabila
manajemen efektif , maka individu akan mengalami kenyamanan dalam kondisi
kroniknya dan sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan
mengalami ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal
maupun eksternal akan menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang
tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita yang
kronis.

Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau fenomena
yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik klinik. Seperti
yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan middle range teori ini memberi penjelasan
secara benar bagi praktisi perawat , pelajar/mahasiswa perawat dan pendidik sebagai
bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional dan internasional (Alligood,
2014).

Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak
semua individu yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis.
Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu -individu yang tidak mengalami
berduka kronis ini apakah mereka memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda ,
misalnya memiliki ketabahan atau mereka menerima intervensi yang berdbeda saat
mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan
kehilangan yang terus menerus. Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah
progresifitas dari berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi
untuk berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang berhubungan
tidak jelas dipaparkan.

Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas perbedaan
problem oriented dengan cognitive strategies . demikian juga emotive cognitive.
Emosional dan strategi interpersonal belum digambarkan secara jelas. Beberapa
overlap yang nyata antara manajemen internal dan eksternal terjadi ketika kata
“interpersonal” digunakan untuk menggambarkan bantuan professional.

Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang bahwa focus dari
perawatan adalah individu, keluarga (caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang
memandang masyarakat yang dalam kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan sebagai
support system (manajemen eksternal), teori ini hanya memandang profesi kesehatan
sebangai sumber manajemen eksternal untuk meningkatkan kenyamanan melalui
peran empatik , pengajaran, caring dan memberikan asuhan yang professional.

Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang
dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan
tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan
dengan kenyataan . kejadian tersebut dapat memicu timbulnya kesedihan atau
dukacita berkepanjangan / mendalam yang potensial progersif, meresap dalam diri
individu, berulang dan permanen. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut
biasanya akan menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode
manajemen dapat berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal
(dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen
yang digunakan efektif, maka individu akan meningkat perasaan Kenyamanannya.
Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.

2. Simplicity (kesederahaan)

Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi pada fase
berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas pemahaman
hubungan antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas
bahwa berduka kronis aalah siklus alami , menyebar dan berpotensi berkembang.

Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode manajemen internal
versus metode manajemen eksternal. Selain itu teori ini secaa sederhana juga
menjelaskan bahwa respon metode manajemen yang dilakukan oleh pasien dan
keluarga (primary caregiver) menghasilkan respon manajemen inefektif versus
manajemen efektif.

Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu mengidentifikasi


dan memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal pasien. Perawat dan
kelompok pendukung lainnya lebih banyak berperan pada metode menejemen yang
efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi progrsif.

Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah dimengerti . sebagai
kelompok middle rang teori ini berguna untuk panduan praktik dan penelitian
selanjutnya.

3. Generality ( Keumuman / generalisasi)

Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang
mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara empiris, teori
diperluas untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari kehilangan . teori ini
menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan untuk
mempengaruhi individu seperti halnya pemberian perawatan. Sebagai tambahan, teori
ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan
yang alami dari pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu . pemicu
dan manajemennunik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi
yang lebih beragam.

Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan
pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan atau
berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat
diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.

4. Empirical Precision (Presisi Empiris)

Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah bagi
peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan jumlah variable yang terbatas, peneliti
dapat melakukan generalisasi hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi
keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi menejemen pada berduka kronis.
Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik berdasarkan hasil
pembuktian (evidence based practice).

Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk
penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari berduka kronis membuat hal ini
dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan yang beragam dan situasi yang
umumnya menghasilkan berduka kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti
dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.

5. Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)

Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami seseorang Karena
adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi terutama pada kasus-
kasus penyakit kronis dan terminal. Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang
untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang dialami sehingga mencegah chronic
sorrow yang berkelanjutan.

Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan pengalaman yang
berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung jawab pemberi pelayanan,
hilangnya kesempurnaan dari anak atau kesedihan (Alligood, 2014).

J. Contoh aplikasi teori Chronic Sorrow

Kasus : Nn. Z, seorang perempuan usia 14 vtahun mengalami osteosarcoma stadium III
terdiagnosis sejak 2 tahun yang lalu. Nn. Z adalah putri tunggal dari Ny. Y, Ny. Y
berperan sebagai pemberi asuhan utama (primary cargever) bagi Nn. Z di rumah . Nn. Z
adalah anak yang sudah lama dirndukan kehadirannya di dunia ini. Banyak informasi
dari pihak atau keluarha atau tetangga yang membuat orang tua semakin takut dan
cemas tentang kehidupan dan keselamatan putri tercinta nya. Semenjak sakit anaknya
tidak mampu beraktivitas, lebih banyak mengurung diri dalam rumah serta tidak
sekolah.

Analisis :

Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/disabilitas/


mengalami penyakit kronis, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan
“loss” anak yang normal dan peran orang tua dan peran serta aktivitas anak yang
normal yang mereka harapkan.

Profesiaonal perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap


kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehilangan alamiah ini dan
dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orang tua . Saat di diagnose
adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah
kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Orangtua tidak akan pernah siap untuk
mendengar berita yang traumatic tentang anak mereka dan pendapat anggota
keluarga , teman, para kenalan dan laporan media yang menambah kebingungan
mereka.

Menurut teori yang dikembangkan oleh Gergene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke
dan Margaret A. Hainsworth.

Chronic sorrow :

Kesedihan mendalam dirasakan ole keluarga Ny. Y Karena Nn. Z adalah putri tunggal
yang telah lama mereka harapkan. Tetapi saat ini sang anak mengalami penyakit kronis
osteosarcoma (kanker tulang).

Loss :

Kedua orangtua Nn. Z menghadapi “Loss” atau kehilangan anak normal / sempurna .
Orangtua mengharapkan (idealnya) anak mereka bisa hidup dan beraktivtas dengan
normal seperti anak yang lain, tetapi kenyatan pada usia remaja anak mereka
terdiagnosa mengalami osteosarcoma (kanker tulang) sehingga saat ini mempunyai
keterbatasan dan gangguan pada tumbuh kembangnya.
Triger events :

Nn. Z sebagai anak tunggal yang mengalami pemyakit kronis oestesarcoma dan
kehidupan remajanya tidak sesuai harapan (kondisi ideal). Nn. Z tidak mampu
beraktivitas seperti remaja umumnya dan lebih banyak mengurung diri dirumah.

Management method :

Secara internal kedua orang tua dan anak berusaha menggunakan strategi koping
untuk mengidentifikasi proses berduka . Secara eksternal didapat dari dukungan
keluarga lain atau perawat serta tetangga . Perawat sebaiknya juga dapat membantu
mengidentifikasi strategi koping secara personal.

Tabel Kekurangan dan Kelebihan Teori Nola Pender dan Chronic Sorrow

Nola Pender Chronic Sorrow

Kerangka konsep telah dibuat


dengan menampilkan
Terdapat hal yang belum jelas dari teori
semua konsep tetapi
ini adalah penjelasan tentang mengapa
keterkaitan antar konsep
tidak semua individu yang mengalami
terbatas
kehilangan juga akan mengalami berduka
Kekurangan kronis.

Teori ini secara general dapat


diaplikasikan pada berbagai kasus
Definisi konsep menjelaskan asuhan keperawatan pasien yang
kejelasan dan mengrahkan berisiko mengalami chronic sorrow.
pengertian fenomena perilaku Karena secara umum kesedihan atau
kesehatan yang kompleks, berduka merupakan fase fisiologis yang
diagram visual diilustrasikan bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat
dengan hubungan yang jelas diaplikasikan pada semua tahapan usia
jelas kehidupan.
Kelebihan

Membahas tentang Health


Membahas tentang berduka kronis yang
Promotion Model dalam
tercakup dalam metode pencetusnya ,
berbagai dimensi Teori Nilai
manajemen penyelesaiannya, dan lain-
Pengharapan Teori
Perbedaan lain.
Pembelajaran sosial(
Expectancy-Value ) ( Social
Cognitive Theory)

BAB. III

PENUTUP

SIMPULAN

Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas
tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari
penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode
manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan
sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Blais, kathleen koening dkk. 2006. Praktik keperawatan profesional. Jakarta :


Kedokteran ECG

Basford, lynn dkk. 2006. Teori dan praktik keperawatan. Jakarta : Kedokteran ECG

Bermeb, audrey dkk. 2008. Fundamental of nursing. New Jersey : Pearson education

Kasron, Sahran dan Ohorella B Usman. 2016.Teori Keperawatan dan Tokohnya.


Jakarta: CV. Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai