PADA
PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL SUKAJADI BANDUNG
Jalan Sukajadi No. 148-152, Bandung
Disusun Oleh:
Joviansyah Gunawan
2112161145
Disusun Oleh:
Joviansyah Gunawan
NPM 2112161145
Oleh karena itu Penyusun banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini. Akhir kata, semoga
Oktober 2019
Penulis
PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1
3.5.1 Air..............................................................................................................34
3.5.7 Batako........................................................................................................44
3.5.9 Multipleks..................................................................................................45
3.6.2 Trame.........................................................................................................47
3.6.4 Bekisting....................................................................................................49
BAB 5. PENUTUP 84
5.1 Kesimpulan 84
5.2 Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN 87
Tabel 2.1( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi ).........14
Tabel 2.2 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Sukajadi )..................15
Tabel 2.3 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukjadi )..........15
Tabel 2.4 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )........15
Tabel 2.5 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )........15
Tabel 2.6 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )........16
Tabel 2.7 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )........16
Tabel 2.8 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )........17
Tabel 2.9 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )........18
Tabel 2.10 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )......18
Tabel 3.1 Persyaratan nilai slump menurut PBI 1971...................................................31
Tabel 3.2 Persyaratan agregat halus.............................................................................38
Tabel 3.3 Persyaratan Agregat Kasar............................................................................40
BAB 1.
PENDAHULUAN
Pendidikan Formal tentunya tidak hanya belajar tentang teori dan Analisa,
akan sangat dibutuhkan pengembangan pengalaman dan aplikasi secara langsung
dari semua materi dan teori yang didapat dibangku perkuliahan. Dengan adanya
aplikasi teori di lapangan akan membuat mahasiswa bias mengembangkan
dirinya secara maksimal agar bisa dan siap di dunia kerja kelak setelah lepas dari
bangku perkuliahan.
Dengan kata lain, pembekalan pendidikan saja tanpa pengalaman belum cukup
untuk manghasilkan lulusan yang langsung siap kerja. Untuk mempersiapkan
mahasiswa dalam menghadapi permasalahan dalam dunia kerja yang
sesungguhnya, mahasiswa membutuhkan kegiatan pelatihan di perusahaan yang
berkesesuaian dengan disiplin ilmu mahasiswa.
Dengan adanya kegiatan tersebut, mahasiswa dapat memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai dunia kerja melalui ilmu dan pengalaman
yang diperoleh selama kegiatan kerja praktek. Yang pada akhirnya mahasiswa
menjadi lebih tanggap dan mampu bersaing di dunia kerja sesungguhnya.
Kerja Praktek merupakan sarana bagi mahasiswa untuk mencari sebanyak
– banyaknya pengalaman di lapangan, dan mengaplikasikan semua teori yang
sudah dipelajari selama menduduki bangku perkuliahan. Dalam kerja praktek
mahasiswa akan dihadapkan dengan lapangan yang disana akan ditemukan
banyaknya kemungkinan – kemungkinan yang bisa mempengaruhi progress suatu
pekerjaan proyek, mempelajari factor – factor apa saja mempengaruhi progress
suatu pekerjaan proyek. Selain di hadapkan dengan banyak masalah di lapangan,
mahasiswa akan belajar tentang inovasi dalam suatu pekerjaan proyek, baik
inovasi dalam pelaksanaan maupun inovasi dalam pengelolaan, dan juga
mahasiswa akan belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik sebagai seorang
Hal – hal yang perlu dibahas dalam laporan kerja praktek ini adalah aspek
– aspek yang terkait dengan penyelenggaraan proyek, yakni :
BAB 2.
GAMBARAN UMUM PROYEK
Fungsi utama bangunan ini adalah sebagai salah satu hotel umum bagi
para wisatawan yang berkunjung ke Bandung.
pelelangan/tender.
4. Pembuangan Tanah
Podium
2. Pondasi
Pondasi menggunakan jenis Bored Pile dengan kedalaman 10 meter, dan
Sumuran dengan kedalaman 4 meter serta type dimensi yang beragam.
Menggunakan mutu beton K - 300.
b. Pondasi Bored Pile : 400 mm
: 600 mm
3. Kolom
Kolom yang digunakan ada beberapa type dimensi yang beragam dengan
mutu beton K- 300
a. LT. 1
TYPE
KOLOM DIMENSI SATUAN
K1 400 X 800 mm
K2 300 X 600 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.1( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
b. LT. 2
TYPE
KOLOM DIMENSI SATUAN
K1 400 X 800 mm
K2 300 X 600 mm
K3 150 X 400 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.2 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Sukajadi )
c. LT. 3
TYPE
KOLOM DIMENSI SATUAN
K1 400 X 800 mm
K2 300 X 600 mm
K3 150 X 400 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.3 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukjadi )
d. LT. 4
TYPE
KOLOM DIMENSI SATUAN
K1 400 X 800 mm
K2 300 X 600 mm
K3 150 X 400 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.4 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
4. Balok
Balok yang digunakan ada beberapa type dimensi yang beragam dengan
mutu beton K- 300
a. LT. 1
DIMENSI SATUAN
TYPE
BALOK b h
30 60
B1 0 0 mm
20 40
B2 0 0 mm
20 30
B3 0 0 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.5 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
b. LT. 2
TYPE DIMENSI
SATUAN
BALOK b h
40 60
B1 0 0 mm
40 60
B2 0 0 mm
40 60
B3 0 0 mm
40 60
B4 0 0 mm
30 60
B5T 0 0 mm
30 60
B6 0 0 Mm
20 50
B7 0 0 Mm
20 50
B8 0 0 Mm
20 50
B9 0 0 Mm
20 50
B10A 0 0 Mm
20 50
B11A 0 0 Mm
20 35
B12A 0 0 Mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.6 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
c. LT. 3
TYPE DIMENSI
SATUAN
BALOK b h
40 60
B1 0 0 Mm
40 60
B2 0 0 Mm
40 60
B3 0 0 Mm
40 60
B4 0 0 Mm
30 60
B5T 0 0 Mm
30 60
B6 0 0 Mm
20 50
B7 0 0 Mm
20 50
B8 0 0 Mm
20 50
B9 0 0 Mm
20 50
B10A 0 0 Mm
20 50
B11A 0 0 Mm
20 35
B12A 0 0 Mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.7 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
d. LT. 4
TYPE DIMENSI
SATUAN
BALOK b h
40 60
B1 0 0 Mm
40 60
B2 0 0 Mm
B3 40 60 Mm
0 0
40 60
B4 0 0 Mm
30 60
B5T 0 0 Mm
30 60
B6 0 0 Mm
20 50
B7 0 0 Mm
20 50
B8 0 0 mm
20 50
B9 0 0 mm
20 50
B10A 0 0 mm
20 50
B11A 0 0 mm
20 35
B12A 0 0 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.8 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
e. LT. CAFE
TYPE DIMENSI
SATUAN
BALOK b h
40 60
B1 0 0 mm
40 60
B2 0 0 mm
40 60
B3 0 0 mm
40 60
B4 0 0 mm
30 60
B5T 0 0 mm
30 60
B6 0 0 mm
20 50
B7 0 0 mm
20 50
B8 0 0 mm
20 50
B9 0 0 mm
20 50
B10A 0 0 mm
20 50
B11A 0 0 mm
20 35
B12 0 0 mm
15 40
B13 0 0 mm
20 50
B14A 0 0 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.9 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
f. LT. DAK
TYPE DIMENSI
SATUAN
BALOK b h
40 60
B1 0 0 mm
40 60
B2 0 0 mm
40 60
B3 0 0 mm
40 60
B4 0 0 mm
30 60
B5T 0 0 mm
30 60
B6 0 0 mm
20 50
B7 0 0 mm
20 50
B8 0 0 mm
20 50
B9 0 0 mm
B10A 20 50 mm
0 0
20 50
B11A 0 0 mm
20 35
B12 0 0 mm
15 40
B13 0 0 mm
20 50
B14A 0 0 mm
Tabel GAMBARAN UMUM PROYEK.10 ( Sumber : Gambar Perencanaan Pekerjaan Struktur Hotel Sukajadi )
PEMILIK PROYEK
( OWNER )
KONTRAKTOR
Keterangan :
: Garis Koordinasi
: Garis Komando
: Garis Tanggung Jawab
1. Biaya Material/Bahan
Material adalah seluruh bahan yang digunanakan dalam proyek
yang pada akhirnya merupakan bagian dari akhir proyek. Biaya material
diperoleh berdasarkan harga satuan yang dikalikan dengan besarnya
volume pekerjaan. Bila data kuantitas diperoleh dari gambar, maka data
kualitas diperoleh dari spesifikasi. Umumnya harga tersebut berasal dari
produsen maupun distributor.
2. Biaya Upah
Biaya upah buruh terdiri dari upah langsung dan upah tidak
langsung. Upah langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada buruh
pada tiap periode tertentu. Upah tidak langsung meliputi asuransi dan
berbagai macam tunjangan.
Untuk menentukan upah buruh dapat dihitung dengan menentukan
banyak pekerja berdasarkan volume pekerjaan dan produktivitas buruh. Upah
buruh dapat ditentukan berdasarkan pengalaman/proyek terdahulu dengan
berbagai penyesuaian, sehingga bisa dihitung total biaya upah.
3. Biaya Peralatan
Penentuan jumlah dan jenis alat disesuaikan dengan volume
pekerjaan dan kondisi lapangan. Biaya dapat berupa biaya kepemilikan,
biaya bahan bakar, dan biaya perawatan.
Harga pada umumnya berbeda sesuai dengan jenis dan mutunya
( termasuk sumber daya manusia ). Selain itu, dipengaruhi oleh keadaan
perekonomian nasional serta kebijaksanaan pemerintah. Dari sisi ekonomi harga
dapat berfluktuasi sesuai dengan supply dan demand. Yang perlu diperhatikan
adalah kemungkinan kenaikkan biaya pada saat konstruksi.
2.9.2 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)
Jadwal pelaksanaan ( Time Schedule ) adalah suatu alat pengendalian
prestasi pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar pelaksanaan proyek
tersebut berjalan dengan lancar.
Fungsi dari time schedule ini adalah :
pelaksanan kontruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman
sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek kontruksi.
Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya diperlukan suatu
metode terobosan untuk menyelesaikan berbagai masalah di lapangan.
Khususnya pada saat-saat menghadapi kendala yang diakibatkan oleh kondisi di
lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan
metode pelaksanaan kontruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat
membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.
BAB 3.
BAHAN BANGUNAN DAN ALAT KERJA
Gambar BAHAN BANGUNAN DAN ALAT KERJA.4 Penampang Alat Slump Test
Bahan bangunan yang dipakai pada suatu proyek bangunan harus sesuai
dengan persyaratan kualitas bahan yang telah disyaratkan dalam peraturan dan
sesuai dengan perencanaan. Kualitas bahan bangunan sangat menentukan
kualitas konstruksi yang memenuhi syarat keamanan dan biaya dalam
pembangunan.
Bahan yang dimaksud disini adalah bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan konstruksi beton bertulang.
Pemanfaatan bahan bangunan, umumnya tidak terlepas dari berbagai
pertimbangan diantaranya adalah pertimbangan dari sisi ekonomi (harga),
kemungkinan tersedianya bahan-bahan disekitar lokasi, serta pertimbangan
teknis, struktur maupun kemampuan kerja. Pengujian laboratorium terhadap
bahan struktur mutlak dibutuhkan untuk memperoleh bahan bangunan yang
berkualitas baik dan memenuhi standar mutu bahan. Disamping pengujian mutu
bahan bangunan di laboratorium, harus diperhatikan pula cara pelaksanaannya di
lapangan karena bila dalam pelaksanaannya kurang tepat akan merusak bahan
bangunan itu sendiri.
Berikut ini adalah daftar bahan-bahan bangunan yang dipergunakan
dalam Proyek Pembangunan Hotel Sukajadi.
3.5.1 Air
Air adalah bahan yang digunakan dalam adukan beton, untuk pemadatan
tanah dan untuk merawat beton yang telah selesai dicor agar tidak mengering
terlalu cepat yaitu dengan cara menyirami permukaan beton.
Air yang pergunakan dalam pengecoran harus air tawar yang bersih,
jernih, tidak berwarna dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, dan
bahanbahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan baja
tulangan atau air bersih yang dapat diminum dan tidak berbau.
Disamping hal-hal tersebut di atas, air juga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelaksanaan pekerjaan antara lain seperti di bawah ini.
Pasir dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi dari batu-batuan
atau berupa pecahan batu yang dihasilkan alat atau mesin pemecah batu.
Pengangkutan ke lokasi proyek dengan menggunakan truk.
Pasir yang digunakan untuk campiran adukan beton halus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
A. Pasir harus berbutir tajam dan keras sehingga dapat menghasilkan ikatan
yang baik dan beton yang keras,
B. Harus bersifat kekal, artinya tidak pecah/hancur karena pengaruh cuaca,
C. Pasir tidak boleh mengadung lumpur lebih dari empat persen, bila perlu
pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai,
D. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, sebab bahan
organik dapat mengadakan reaksi dengan semen Portland yang membuat
kualitas adikan beton berkurang,
E. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam,
Tidak boleh mengandung pasir laut karena mengakibatkan korosi pada
tulangan
2. Agregat kasar
Agregat kasar terdiri dari kerikil dan batu pecah. Kerikil merupakan bahan
batuan yang berukuran besar, diameter butirnya lebih dari lima milimeter. Kerikil
dapat berasal dari hasil pelapukan alam atau dapat juga berasal daari hasil
pemecahan batu dengan menggunakan mesin pemecah batu. Kerikil yang
dihasilkan mesin pemecah batu mempunyai diameter butir 10 mm sampai 25
mm disebut batu pecah atau kericak / koral ( split ). Sebelum digunakan dalam
adukan beton, kerikil disemprot dahulu dengan air agar lumpur yang melekat
dapat terlepas.
B. Tulangan Polos
Tulangan polos yang digunakan yaitu P8 dan P10 untuk pekerjaan plat
lantai, serta P8, P10 dan P12 digunakan untuk begel dengan mutu fy = 240 Mpa
Karena tidak semua baja tulangan di simpan pada area yang tertutup.
Sebagian baja tulangannya di letakan di area terbuka. Diletakannya baja tulangan
3.5.7 Batako
Dalam Proyek Hotel Sukajadi ini batako harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Berkualitas baik, persentase yang pecah sampai ke lokasi proyek maksimal
5%.
2. Ukuran batako yang digunakan :
Panjang : 39 cm.
Lebar : 19 cm.
Tebal : 9 cm.
Memenuhi syarat-syarat PUBI-1982 pasal 9
Gambar BAHAN BANGUNAN DAN ALAT KERJA.14 Batako (yang sudah di pasang)
3.5.8 Kayu
Kayu di sini adalah balok-balok kayu dan papan yang dipakai untuk
pekerjaan cetakan dan perancah. Kayu yang dipakai harus lurus, bebas dari cacat
(retak-retak, terpuntir, adanya mata kayu). Kayu yang digunakan harus kering
benar, sehingga pada waktu digunakan tidak terjadi penyusutan. Kayu juga
digunakan untuk kerangka bekisting dan hanya sebagai konstruksi pembantu
yang berfungsi sebagai penguat acuan untuk kolom dan balok. Cacat kayu dapat
mempengaruhi tegangan ijin yang didukungnya. Ukuran kayu yang digunakan
berukuran 6/12 dan 5/7 cm
3.5.9 Multipleks
Multiplex atau Plywood pada proyek ini digunakan pada pekerjaan
bekisting sebagai pembentuk permukaan balok, kolom, dan pelat lantai.
Multiplex yang dipakai mempunyai ukuran 3m x 1,5 m dengan ketebalan 12 mm.
Plywood tersebut harus bersih dan diberi oli terlebih dahulu sebelum pencoran
supaya air semen tidak meresap kedalamnya, untuk mempermudah
pembongkaran bekisting, pada bagian sambungan dapat lebih rapat dan dapat
dipergunakan berulang kali. Disamping itu agar diperoleh permukaan beton yang
rata dan halus.
proyek. Kelebihan dari pembuatan campuran adukan beton di batching plan ialah
campuran beton dapat dikontrol kualitasnya sesuai dengan mutu beton yang
diinginkan.
Pada truk adukan beton terdapat silinder aduk yang terus berputar
selama pengangkutan ke lokasi proyek, supaya campuran adukan beton tidak
mengeras selama pengangkutan ke lokasi proyek. Selama perjalanan dari tempat
pembuatan adukan sampai ke proyek, perputaran molen tidak boleh berhenti,
hal ini dimaksudkan agar adukan beton merata.
Truk adukan beton yang digunakan pada proyek ini berasal dari Karya
Beton. Beton ready mix pada proyek ini digunakan untuk pengecoran struktur,
yaitu pondasi, tie beam, plat lantai, balok, dan kolom.
3.6.2 Trame
Alat ini digunakan Untuk memasukkan adukan beton ke dalam Bored File,
berbentuk pipa yang terbuat dari besi
3.6.4 Bekisting
Material yang dipakai dalam pembuatan bekisting dan juga berfungsi
sebagai pembantu dalam pembentukan beton
3.6.5 Concrete Mixer
Concrete mixer atau yang umum lebih kita kenal dengan mesin molen
adalah peralatan mekanik yang berfungsi untuk membuat adukan atau campuran
beton
BAB 4.
PELAKSANAAN PEKERJAAN
adukan beton setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton
mendorong lumpur yang ada di dalam lubang tremi. Pengecoran dilakukan secara
terus-menerus untuk menghindari kemacetan pada pipa tremi. Dengan sistem
tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur
dari bawah menuju keluar lubang.
Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi tertanam beton sehingga
beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar
adukan beton didalam pipa tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan
pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton dan
pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong.
Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus
dalam keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah adukan
beton yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur. Setelah pekerjaan
pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran dibersihkan dari sisa beton dan
lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor selanjutnya.
Pekerjaan struktur atas terdiri dari beberapa kegiatan antara lain adalah
persiapan, pabrikasi tulangan, pabrikasi bekesting, pengukuran, pemasangan
tulangan kolom, pemasangan bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting,
pengecekan, dan perawatan beton yang dilakukan pada elemen-elemen struktur
atas seperti kolom, balok.
Setelah penulangan kolom selesai dilakukan dan bekisting telah selesai dibuat,
maka selanjutnya adalah pemasangan bekisting. Langkah-langkah pemasangan
bekisting adalah sebagai berikut :
A. Pembersihan multiplek.
B. Pemindahan bekisting ke lokasi pengecoran.
C. Pemasangan bekisting kolom sesuai posisi yang ditentukan.
2. Pengecoran kolom
Proses pengecoran kolom dilakukan manual dengan bantuan ember dan
gerobak dorong serta timba pada saat pengecoran kolom dilantai dua.
Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
a. Beton dikeluarkan dari molen dan dibawa menggunakan ember dan atau
gerobak dorong kelokasi pengecoran.
b. Berikutnya, beton dituangkan kedalam bekisting meng-gunakan ember.
c. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan kayu.
3. Pekerjaan kolom lantai 1
Pekerjaan pengecoran kolom lantai 1 dilakukan secara bertahap, setelah
proses pengecoran plat lantai selesai. Mutu beton yang digunakan untuk kolom
pada proyek Pembangunan Gedung Kantor di lingkup Dinas Sosial ini adalah K-
300.
4. Pembongkaran bekisting kolom
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap
sudah cukup keras. Pada proyek ini bekisting kolom dilepas setalah berumur 2x24
jam setelah pengecoran.
4.4.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
Pekerjaan balok dan plat lantai dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi
dan kolom selesai dilakukan. Pekerjaan balok dan plat lantai meliputi beberapa
hal, diantaranya pembesian balok dan plat lantai, pemasangan bekisting balok
dan plat lantai, pengecoran balok dan plat lantai, serta pembongkaran bekisting
balok dan plat lantai.
1. Penulangan Balok dan Plat Lantai
Pekerjaan pembuatan tulangan balok dan plat lantai pada proyek ini
terdiri dari 14 tipe, yaitu:
membuat bekisting balok dan plat lantai adalah multiplex dengan tebal 15 mm,
dan kayu ukuran 5/7 untuk menahan bekisting agar tidak jebol saat pengecoran.
Pembuatan bekisting balok dan plat lantai dilakukan di lokasi proyek
menyesuaikan dengan panjang dan lebar balok dan plat lantai yang akan di cor.
Setelah penulangan balok dan plat lantai selesai dirangkai dan bekisting telah
selesai dibuat, maka selanjutnya adalah pemasangan bekisting.
Tahap-tahap pemasangan bekisting balok dan plat lantai adalah sebagai
berikut :
a. Penyusunan scaffolding atau bambu sebagai penyangga terhadap lantai
dibawahnya.
b. Bersihkan bekisting balok dan plat lantai.
c. Pasang bekisting balok dan plat lantai sesuai dengan posisi.
Perlu diketahui bahwa pekerjaan pemasangan bekisting plat lantai
dilakukan setelah proses pemasangan bekisting balok selesai.
3. Pengecoran balok dan plat lantai
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada proses pengecoran balok dan
plat lantai, diantaranya :
a. Pemeriksaan bekisting
Pengecekan posisi dan kondisi bekisting harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan saat pengecoran. Bekisting juga harus di tes kekuatannya,
agar tidak terjadi pergeseran atau jebol karena tekanan saat proses pengecoran
berlangsung.
b. Pemeriksaan tulangan
Jika bekisting sudah tertata dengan benar, tahap kedua yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan tulangan. Tulangan harus dicek, apakah sudah
selesai atau belum. Pemeriksaan tulangan ditujukan untuk mengetahui ukuran,
ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta pengaitan antar tulangan, sehingga
akan terbentuk konstruksi beton yang kuat dan sesuai dengann spesifikasi.
c. Pemberian beton decking
Setelah bekisting dan tulangan selesai diperiksa, maka hal terakhir yang
harus dilakukan sebelum proses pengecoran adalah pemasangan beton decking,
beton decking dipasang dengan tujuan agar posisi tulangan tidak goyah saat di
cor dan sebagai penentu tebal selimut beton.
d. Pemberian besi keong
Pemberian besi keong dimaksudkan agar tulangan plat lantai tidak goyah
dan melendut saat dicor.
Proses pelaksanaan pengecoran balok adalah sebagai berikut :
a. Setelah adonan beton selesai di buat, kemudian adonan beton
dikeluarkan dan dibawa ke lokasi pengecoran dengan menggunakan
ember.
b. Berikutnya, beton dituangkan kedalam bekisting, pastikan beton dituang
secara merata.
c. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan kayu.
Proses pelaksanaan pengecoran plat lantai dilakukan setelah pelepasan
bekisting balok, dengan urutan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pengecoran plat lantai menggunakan bantuan concrete
pump untuk menyalurkan beton dari mixer truck ke tempat pengecoran.
b. Saat pengecoran, beton dipadatkan menggunakan concrete vibrator
dengan maksud agar beton benar-benar padat.
c. Kemudian adukan diratakan menggunakan penggaruk dan kayu.
4. Pelepasan bekisting
Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dilakuan setelah + 7 hari kerja
jika diatasnya tidak ada pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau plat
tersebut. Proses pelepasan bekisting tersebut menggunakan alat linggis untuk
membantu memudahkan pelepasan.
5. Pemasangan bekisting balok dan plat Atap
Bekisting balok plat atap dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran balok
plat atap yang akan di cor. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat
bekisting balok plat atap adalah multiplex dengan tebal 15 mm, dan kayu ukuran
5/7 untuk menahan bekisting agar tidak jebol saat pengecoran. Pembuatan
bekisting balok plat atap dilakukan di lokasi proyek menyesuaikan dengan
panjang dan lebar balok plat atap yang akan di cor. Setelah penulangan balok plat
atap selesai dirangkai dan bekisting telah selesai dibuat, maka selanjutnya adalah
pemasangan bekisting.
Tahap-tahap pemasangan bekisting balok plat atap adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan bambu sebagai penyangga bekisting balok plat atap.
b. Bersihkan bekisting balok plat atap.
c. Pasang bekisting balok plat atap sesuai dengan posisi.
Perlu diketahui bahwa pekerjaan pemasangan bekisting balok plat atap
dilakukan setelah proses pekerjaan kolom lantai dua dan balok dan plat lantai
selesai.
6. Pengecoran
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada proses pengecoran balok
plat atap, yaitu :
a. Pemeriksaan bekisting
Pengecekan posisi dan kondisi bekisting harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan saat pengecoran. Bekisting juga harus di tes
kekuatannya, agar tidak terjadi pergeseran atau jebol karena tekanan saat
proses pengecoran berlangsung.
b. Pemeriksaan tulangan
Jika bekisting sudah tertata dengan benar, tahap kedua yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan tulangan. Tulangan harus dicek, apakah sudah
selesai atau belum. Pemeriksaan tulangan ditujukan untuk mengetahui
ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan, serta pengaitan antar tulangan,
sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang kuat dan sesuai dengann
spesifikasi.
c. Pemberian beton decking
Setelah bekisting dan tulangan selesai diperiksa, maka hal terakhir
yang harus dilakukan sebelum proses pengecoran adalah pemasangan beton
decking, beton decking dipasang dengan tujuan agar posisi tulangan tidak
goyah saat di cor dan sebagai penentu tebal selimut beton.
d. Pemberian besi keong
digunakan untuk struktur dan finishing bangunan tersebut harus sesuai dengan
standar kualitas yang ditetapkan.
Pengendalian Mutu meliputi :
A. Pengendalian mutu bahan
Pengendalian mutu bahan sangat erat kaitannya dengan mutu
bahan/material yang digunakan dalam pebangunan suatu proyek. Pengawasan
perlu dilakukan guna mengetahui sesuai atau tidaknya mutu bahan yang
digunakan dengan spesifikasi mutu bahan yang telah disepakati dalam dokumen
kontrak.
Pada proyek Pembangunan Gedung Di lingkup Dinas Sosial ini, pengadaan
material yang dibutuhkan ssangat diperhatikan waktunya. Pengadaan material
tersebut selalu dijadwalkan oleh bagian material control (logistik). Sebagai
contoh, untuk semua material yang dibutuhkan dalam setiap pekerjaan selalu
dibuatkan Surat Permintaan Barang (SPB) yang ditujukan ke kantor pusat,
pembuatan SPB ini bisanya dibuat sekitar empat hari sebelum material akan
digunakan, dengan demikian peluang terjadinya kehabisan material semakin kecil
dan jarang terjadi. Namun, terkadang keterlambatan kedatangan material juga
masih terjadi dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu.
Pendatangan material juga harus memperhatikan waktu, kapan material
itu digunakan. Hal ini bertujuan agar material tidak disimpan terlalu lama
dilapangan, karena dapat memengaruhi kualitas dari material tersebut. Misal, jika
besi tulangan disimpan terlalu lama dilapangan dengan kondisi terbuka, terkena
air hujan dan bersentuhan langsung dengan tanah, maka besi tulangan tersebut
lama kelamaan akan berkarat. Penyimpanan besi tulangan ini harus benar-benar
diperhatikan, besi tulangan harus diberi kayu dibawahnya agar tidak bersentuhan
langsung dengan tanah dan ditempatkan ditempat yang terhindar dari hujan
langsung. Sehingga, besi tersebut tidak cepat berkarat.
Adapun persyaratan dan ketentuan material demi pengendalian kualitas
bahan agar sesuai dengan spesifikasi, sudah terangkum lengkap dalam acuan-
acuan pelaksanaan konstruksi dan harus memenuhi standar SNI maupun SI.
Dalam hal ini N.I-3 tentang Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
adalah acuannya. Misalnya untuk beton bertulang, maka digunakan PBI-1997 N.I-
2 tantang Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Pengendalian mutu dilapangan meliputi inspeksi dan test, pengendalian
produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu. Material yang perlu
diawasi untuk mengendalikan mutu, adalah sebagai berikut :
1. Beton
a. Pengujian di lapangan
Banyak orang berkomentar mengenai kekentalan atau ke enceran beton
ready mix tanpa mem-bandingkannya terlebih dahulu. Untuk menghindari hal
buruk tentang pendapat ini, maka dilakukanlah pengujian guna menilai
kekentalan atau ke enceran beton tersebut. Pengujian itu disebut dengan uji
slump, dimana hasil yang didapat untuk beton ready mix pada proyek
Pembangunan Gedung Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman ini adalah
12+2 cm.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan uji slump adalah sebagai berikut :
Menyiapkan kerucut Abrams, yaitu kerucut berlubang yang berdiameter
atas 10 cm dan alas 20 cm dengan ketinggian 30 cm.
Cuci bersih kerucut abrams sebelum melakukan test. Hal ini bertujuan
agar tidak ada kotoran atau bekas test sebelumnya di alat tersebut.
Tata kerucut abrams diatas bidang datar yang keras seperti plat agar air
tidak terserap.
Ambil sampel beton dari concrete mixer truck dan dimasukan kedalam
alat dengan tiga tahap (per 10 cm) dan setiap tahapnya harus digecrok 25
kali dengan togkat baja, sehingga adukan menjadi padat.
Setelah penuh, permukaan atasnya harus diratakan dan kemudian kerucut
abrams diangkat vertikal ke atas secara peralahan.
Kemudian ukur penurunan beton dari puncak kerucut beton setelah
mengalami settlemen terhadap tinggi semula.
Apabila nilai slump yang didapatkan telah sesuai dengan ketentuan, maka
dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya, namun jika sebaliknya maka
beton ready mix akan direject dan dikembalikan lagi ke batching plannya.
b. Pengujian di laboratorium
Pengujian di laboratorium terhadap silinder beton berguna untuk
mengetahui kuat tekan beton karakteristik. Kuat tekan beton karakteristik adalah
tekanan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai mengalami
kehacuran. Proses pengujian mutu beton ini di lakukan di UNIT LABORATORIUM
PENGUJIAN BAHAN KONSTRUKSI di Karangnanas, Sokaraja, Purwokerto.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian kuat tekan beton karakteristik
ini adalah sebagai berikut :
Menyiapkan cetakan silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,
alat tersbut harus dalam keadaan bersih dan sudah diolesi minyak
pelumas didalamnya.
Kemudian adukan beton dimasukkan kedalam cetakan dalam tigs lapisan,
dengan masing tinggi lapisan yaitu 10 cm dan digecrok sebanyak 25 kali
disetiap lapisnya dan ditusuk sebanyak 10 kali dengan tongkat baja
disetiap lapisnya.
Ratakan bagian atas dan beri nomor ata kode tanggal pembuatan.
Diamkan benda uji selama 24 jam, setelah itu buka cetakan dan letakan
bahan uji didalam air sesuai waktu yang diinginkan.
Pengujian dilakukan setiap beton berumur 7, 14 dan 28 hari. Dengan kuat
tekan yang disyaratkan adalah 18 Mpa.
Benda uji yang telah berumur 28 hari akan dibawa ke laboratorium untuk
di timbang beratnya.
Benda uji diletakkan di mesin compacting dan diletakkan sampai silinder
beton retak.
Peraturan yang menetapkan tentang pengambilan jumlah pembuatan
benda uji adalah PBI 1971 N.I-2 dan SNI 03-2847-2002. Jumlah dan frekuensi
pembuatan benda uji menurut PBI 1971 N.I-2 adalah sebagai berikut:
Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda
uji.
tanggung jawab dari pihak kontraktor, termasuk servis dan perbaikan bila ada
kerusakan.
Kerusakan ringan dapat ditangani sendiri oleh mekanik, namun jika terjadi
kerusakan yang cukup berat, misalnya pada concrete pump, maka harus
diserahkan kepada bengkel pusat, dan untuk penggantiannya perlu
dipertimbangkan agar mengefisienkan waktu.
D. Pengendalian Mutu Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja sesuai kebutuhan dan kemampuannya akan
semakin menunjang efisiensi pekerjaan (the right man in the right place). Oleh
karena itu, diperlukan pengendalian mutu tenaga kerja yang cukup bagus. Pada
proyek ini, pengadaan tenaga kerja diserahkan sepenuhnya kepada pelaksana
dan mandor. Mandor dan pelaksana harus menyediakan tenaga kerja yang cakap,
terampil dan berpengalaman demi tercapainya efisiensi waktu pelaksanaan.
Tenaga kerja pada suatu proyek dapat digolongkan sebagai berikut :
Tenaga ahli
Tenaga ahli adalah pekerja yang mempunyai keahlian khusus dan
mempunyai latar belakang pendidikan dalam suatu bidang tertentu. Contohnya
adalah pemimpin proyek, manajer lapangan, manajer teknik dan manajer
keungan.
a. Tenaga menengah
Tenaga menengah adalah tenaga yang mempunyai keahlian menengah,
terdiri dari tenaga teknik dan administrasi. Contohnya logistik, administrasi,
operator mesin, pelaksana.
b. Tenaga pekerja
Tenaga pekerja adalah tenaga yang terlibat secara langsung didalam
lapangan. Tenaga pekerja biasanya tidak mempunyai latar belakang pendidikan
yang tinggi, mereka biasanya bekerja dibawah mandor.
Tingkatan dalam tenaga kerja dalam proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Kepala Tukang atau Mandor
b. Network Planning
Salah satu fungsi yang terpenting dari Network Planning adalah untuk
mengorganisasikan dan menentukan urutan dari pekerjaan yang beraneka ragam
dengan waktu dan biaya terbatas. Dalam pembuatan Network Planning, sangat
diperlukan untuk memperhatikan logika ketergantungan.
c. Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan berguna untuk menentukan durasi tau lamanya
pekerjaan. Selain itu bagi pihak owner, perhitungan volume pekerjaan berguna
unruk mengontrol pemesanan beton, tulangan, dan bahan lainnya. Jadi
perhitungan volume pekerjaan juga dapat digunakan sebagai alat pengontrol.
d. Harga Satuan Pekerjaan
Harga Satuan Pekerjaan berguna untuk menentukan bobot atau prestasi
masing-masing pekerjaan. Dasar inilah yang digunakan untuk mengukur
kemajuan proyek dan pembayaran tiap termin.
e. Survey Kemampuan Tenaga Kerja
Berguna untuk menentukan jumlah tenaga kerja sehubungan dengan
durasi waktu yang diperlukan.
Time Schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap
jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga komulatif
prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk Kurva S.
Berikut adalah fungsi dari Kurva S antara lain :
a. Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek,
b. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek,
c. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat, dan tenaga kerja
yang akan dipakai.
1. Laporan Harian
melakukan pencatatan besarnya biaya yang dikeluarkan setiap kali ada pembelian
material. Sedangkan untuk pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan
memeriksa presensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang keluar
untuk membayar gaji pekerja. Jumlah total biaya inilah yang akan selalu dikontrol
dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, jumlah biaya ini juga bisa
digunakan sebagai dasar untuk meyusun Kurva S realisasi dan untuk
memperkirakan prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.
1. Pengendalian Biaya Material
Salah satu tugas logistik adalah untuk menangani segala kebutuhan
barang atau material dalam proyek. Pengendalian harga tergantung dari seberapa
cakapnya seorang logistik untuk memperoleh harga yang serendah-rendahnya,
namun sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan dengan tetap mengacu pada RAP
yang telah disusun. Pengendalian biaya material dilakukan oleh pelaksana dengan
cara :
a. Membuat daftar kebutuhan material dan meminta persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
b. Pelaksana menyerahkan daftar kebutuhan material tersebut kepada
bagian logistik.
c. Bagian logistik memesan dan menyediakan barang sesuai dengan
kebutuhan.
2. Pengendalian Biaya Peralatan
Sebagian besar alat yang digunakan pada proyek ini adalah milik pribadi
tukang, kontraktor dan sub kontraktor, sehingga untuk biaya penyewaan alat
dalam proyek ini tidak diperhitungkan.
1. Pengendalian Upah Pekerja
Kebutuhan tenaga kerja dan upah kerja yang harus dibayarkan sudah
tersusun didalam analisis harga satuan pekerjaan saat pembuatan RAB dan RAP.
Hal ini bertujuan agar mempermudah dalam pengendalian terhadap upah kerja.
Ada tiga kategori pembayaran yang terdapat dalam proyek ini, kategori
tersebut dibedakan dari status dan kedudukan karyawan dan tenaga kerja,
berikut adalah kategori cara pembayaran gaji tenaga kerja dan karyawan dalam
proyek ini :
a. Gaji Bulanan
Gaji Bulanan adalah sistem pembayaran yang dilakukan setiap
bulan. Cara pembayaran ini biasanya berlaku untuk karyawan tetap CV
Dahlia. Fasilitas dan Intensif lain diberikan sesuai dengan ketentuan
dari pihak perusahaan.
Gaji Mingguan
Gaji mingguan ini diberikan setiap satu minggu sekali, pada hari sabtu.
Upah mingguan ini berlaku bagi karyawan harian, tenaga kerja tak tetap dan
buruh borongan.
a. Upah lembur
b. Upah lembur adalah upah yang diberikan bagi karyawan dan atau
pekerja tetap maupun harian yang melakukan kerja lembur.
4.5.6 Pengendalian K3
Perlindungan tenaga kerja adalah salah satu hal penting dalam menjamin
keamanan dalam pekerjaan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan. Perlindungan tenaga kerja meliputi
aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan fisik yang mencakup
perlindungan kesehatan dan keselamatan dari kecelakaan kerja serta adanya
pemeliharaan moril kerja dan perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama, sebagaimana telah ditegaskan pada pasal 9 Undang-Undang
Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja (Triyanto, 2004).
UU Ketenagakerjaan
Setiap perusahaan yang memiliki >100 pekerja, atau <100 pekerja tetapi
dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk proyek konstruksi) wajib
mengembangkan SMK3 dan menerapkannya ditempat kerja.
BAB 5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dari beberapa hal yang diamati dan dipelajari oleh penulis selama proses
kegiatan kerja praktik ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa saran yang menurut penulis dapat meningkatkan
atau memberikan solusi yang lebih baik dalam proses pelaksanaan proyek.
1. Lebih ditingkatkan kembali untuk masalah kedisiplinan mengenai
keselamatan kerja dan kebersihan lingkungan (K3L) di lokasi
pekerjaan.
2. Untuk masalah perizinan agar cepat terselesaikan supaya tidak
menghambat pekerjaan. Sebelum masuk kedalam proses
pembangunan sebaiknya telah diselesaikan semua perijinan
3. Perlunya koordinasi dengan lebih baik lagi dari pihak kontraktor
dengan owner, konsultan perencana konsultan pengawas dan
kontraktor. Agar berjalan lancar sehingga pekerjaan pelaksanaan
proyek tidak terhambat
Secara keseluruhan pembangunan Proyek Hotel Sukajadi Bandung
berjalan baik walaupun terdapat sedikit masalah yang dapat ditoleransi dan
diatasi. Dan pihak Kontraktor Proyek Pembangunan Hotel Sukajadi ini sudah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi bagi rekan-rekan yang membaca
laporan praktik kerja ini
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN