Anda di halaman 1dari 16

LK-SMK-C2-SIMDIG-1.

LEMBAR KERJA

Mata Pelajaran : Simulasi Digital


Kompetensi Dasar : Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi
digital
melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah
informasi
Materi Pokok : Pemanfaatan aplikasi pengolah kata
Tujuan Kegiatan : 1. Mampu mengatur tata letak,
2. mampu membuat tabel,
3. mampu memanfaatkan indentasi, heading,
section, paging, header dan footer,
4. mampu membuat daftar isi / Table of Content.

Petunjuk Kegiatan : 1. Pelajari buku siswa semester 1 mata pelajaran


Simulasi Digital

Tugas :
a. Ubah margin dengan ketentuan sisi kiri 4cm, atas 4cm, kanan dan
bawah 2cm.
b. Rapikanlah alignment menjadi justify dan font 12.
c. Rapikanlah Line and Spacing menjadi ukuran 1.5.
d. Perbaiki rumus dalam bentuk gambar menjadi rumus yang
menggunakan fitur Microsoft Equation.
e. Buatlah tabel dari data yang sengaja disusun dalam bentuk deskripsi.
f. Ubah gambar dengan mambuatnya kembali menggunakan Shapes.
g. Tentukan heading setiap judul dan subjudul.
h. Tambahkan halaman sampul dari fitur Word.
i. Buatlah Daftar Isi (Table of Content) setelah sampul. Daftar isi
tersebut haruslah memiliki hyperlink ke heading judul/subjudul.
j. Buatlah penomoran halaman dimulai daftar isi “ii”, daftar gambar
“iii”, daftar tabel “iv”. Untuk bagian isi, penomoran menggunakan
angka Arab 1,2,3…. Pada halaman BAB, nomor halaman angka
romawi ditempatkan di bagian bawah tengah halaman, sedangkan
untuk halaman selain BAB berada pada pojok kanan atas. Khusus
untuk halaman BAB, nomor halamannya ada di bagian bawah
tengah.
Pindahkan menjadi file terpisah

BAB I

TEORI DASAR

1.1 Keandalan

Keandalan dari suatu sistem distribusi ditentukan oleh keandalan dari


kompoen-komponen yang membentuk suatu sistem tersebut disaat bekerja dan
komponen itu sendiri. Keandalan memiliki empat aspek penting yaitu :

1. Fungsi

Keandalan pada suatu sistem perlu dilihat apakah suatu sistem itu dapat
melakukan fungsinya secara baik sesuai standarnya pada jangka waktu dan
kondisi tertentu. Kegagalan fungsi dari sistem dapat disebabkan oleh
perawatan yang tak terencana (unplanned maintenance). Fungsi atau
kinerja dari suatu komponen terhadap suatu sistem mempunyai tingkatan
yang berbeda-beda.

2. Lingkungan

Keandalan setiap peralatan dari suatu sistem sangat bergantung pada kondisi
lingkungan saat peralatan tersebut bekerja. Secara umum lingkungan tersebut
menyangkut pemakaian, transportasi, penyimpanan, instalasi, pemakai,
ketersedian, alat-alat perawatan, debu, kimia, dan polutan lain.

3. Waktu

Keandalan menurun sesuai dengan pertambahan waktu. Dalam artian


semakin lamanya peralatan tersebut bekerja, maka kualitas keandalan
semakin turun. Meningkatnya waktu operasi membuat probabilitas
kegagalan lebih tinggi. Waktu operasi ini diukur tidak hanya dalam unit
waktu tetapi bisa dalam jarak operasi.

4. Probabilitas

Keandalan diukur sebagai probabilitas. Sehingga probabilitas yang berubah


terhadap waktu dan masuk dalam bidang statistic dan analisa statistic.
1.2 Kegagalan

Membahas keandalan tidak dapat dilepaskan dari teori kegagalan atau


gangguan yang menyebabkan kegagalan peralatan pada suatu sistem untuk
bekerja sesuai dengan standar atau fungsi yang diharapkan.

Teori kegagalan meliputi:

1. Kegagalan

Kegagalan adalah ketidakmampuan suatu peralatan untuk


melaksanakan fungsi yang diperlukan sesuai batasan kemampuan yang
dibutuhkan.

2. Penyebab Kegagalan

Keadaan lingkungan selama desain, pembuatan atau selama proses


bekerjanya peralatan yang akan menuntun kepada kegagalan.
3. Mode Kegagalan

Akibat yang diamati untuk mengetahui kegagalan, misalnya suatu


keadaan rangkaian terbuka atau hubung singkat.

4. Faktor Kegagalan

Faktor kegagalan antara lain meliputi proses fisik, kimia atau proses lain
yang menyebabkan kegagalan suatu peralatan.

Kata kegagalan adalah istilah dasar yang menunjukkan berakhirnya unjuk


kerja suatu peralatan dan bagian-bagiannya, yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya dalam segala keadaan lingkungan.

Gangguan listrik pada jaringan sistem distribusi dinyatakan sebagai


kerusakan dari peralatan yang mengakibatkan sebagian atau seluruh
pelayanan listrik terganggu. Besaran yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai keandalan suatu peralatan listrik adalah besarnya suatu
laju kegagalan/kecepatan kegagalan (Failure rate) yang dinyatakan dengan
simbol λ.

1.2.1 Laju Kegagalan


Secara umum keandalan didefinisikan sebagai kemungkinan (Probability)
peralatan dari suatu sistem yang mampu bekerja sesuai dengan kondisi
operasi tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan, dengan kata lain
keandalan disebut juga dengan kecukupan atau ketersediaan (availability).
Keandalan memiliki sifat non deterministic (terjadi secara kebetulan) tapi
probabilistik. Banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu
t1 sampai t2 disebut laju kegagalan. Ini dapat dinyatakan sebagai peluang
bersyarat, yaitu kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam selang waktu t1dan
t2, dimana sebelum periode t1 tidak terjadi kegagalan dan ini merupakan
awal dari selang.

Jadi laju kegagalan (λ) adalah harga rata-rata dari jumlah kegagalan per
satuan waktu pada suatu selang waktu pengamatan (T). laju kegagalan ini
dihitung dengan satuan kegagalan per tahun. Untuk selang waktu
pengamatan diperoleh :

𝑑
𝜆=
𝑇

λ = Laju kegagalan konstan (kegagalan/tahun)

d = banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu

T = jumlah selang waktu pengamatan (tahun)

Indeks keandalan suatu sistem distribusi digunakan untuk mengukur tingkat


keandalan dari tiap-tiap titik beban/load point. Yang merupakan indeks-
indeks keandalan dasar antara lain :

λ = Laju kegagalan konstan (kegagalan/tahun)

r = lama terputusnya pasokan listrik rata-rata (jam/kegagalan)

U = lama/durasi terputusnya pasokan listrik tahunan rata-rata (jam/tahun)

Nilai laju kegagalan akan berubah sesuai dengan umur dari sistem atau
peralatan listrik selama beroperasi. Grafik antara laju kegagalan dengan
unsur suatu sistem atau peralatan listrik secara ideal dapat dilihat pada
gambar 1.1.
Gambar 1.1. Kurva Laju
Kegagalan Terhadap Waktu

Dari gambar diatas terdapat tiga


macam daerah kegagalan,
seperti berikut ini :

1. Daerah kegagalan awal

Pada periode ini angka kegagalan berkurang secara cepat dibandingkan


periode berikutnya. Pada daerah kegagalan awal ini, kegagalan dapat
disebabkan oleh karena kesalahan pada perencanaan dan pemasangan
peralatan listrik. Nilai laju kegagalan pada daerah ini sangat besar dan
akan semakin mengecil dengan bertambahnya waktu.

2. Daerah kegagalan normal

Periode dimana kegagalan terjadi pada angka kecepatan yang hampir


sama yang mendekati uniform. Pada daerah kegagalan normal ini, laju
kegagalan dapat dianggap konstan. Hal ini disebabkan oleh karena
sistem suatu peralatan listrik sudah beroperasi dengan stabil sehingga
kemungkinan terjadinya kegagalan pada setiap waktu adalah sama. Pada
pembahasan selanjutnya, laju kegagalan yang akan digunakan adalah
laju kegagalan normal ini saja. Karena sistem atau peralatan listrik
bekerja pada daerah ini.

3. Daerah kegagalan akhir

Periode dimana kegagalan terjadi pada angka kegagalan bertambah


secara cepat dibanding dengan periode sebelumnya. Pada daerah
kegagalan akhir ini, laju kegagalan semakin besar dengan bertambahnya
waktu. Hal ini disebabkan oleh karena dengan semakin tuanya peralatan
listrik, maka kegagalan yang terjadi akan semakin banyak.
BAB II

INDEKS GANGGUAN TAMBAHAN

Indeks keandalan yang telah diperhitungkan kembali adalah laju kegagalan


rata-rata, lamanya gangguan rata-rata dan waktu kegagalan tahunan.

2.1 Indeks Berorientasikan Pelanggan

1. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)

SAIFI merupakan indeks yang menyatakan banyaknya gangguan


(pemadaman) yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 tahun) pada
pelanggan dalam suatu sistem secara keseluruhan.

2. Costumer Average Interruption Frequency Index (CAIFI)

CAIFI merupakan suatu indeks yang menyatakan banyaknya gangguan


yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 tahun) pada pelanggan
dalam ruang lingkup yang lebih kecil.

3. System Average Interruption Duration Index (SAIDI)

SAIDI merupakan suatu indek yang menyatakan lamanya gangguan


(pemadaman) yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 tahun) pada
pelanggan dalan suatu sistem secara keseluruhan.

4. Costumer Average Interruption Duration Index (CAIDI)

CAIDI merupakan suatu indeks yang menyatakan lamanya gangguan


yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 tahun) pada pelanggan
dalam ruang lingkup yang lebih kecil.

5. Avarage Service Availability (unvailability) Index (ASAI/ASUI)

ASAI/ASUI merupakan suatu indeks yang menyatakan kemampuan


suatu sistem untuk menyediakan/menyuplai suatu sistem dalam jangka
waktu 1 tahun. Sedangkan ASUI merupakan indeks yang menyatakan
ketidakmampuan suatu sistem untuk menyediakan/menyuplai suatu
sistem.

C. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)

FMEA adalah teknik untuk menganalisa suatu keandalan sistem


keselamatan. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan-
kemungkinan terjadinya malfungsi atau mode kegagalan, menganalisa
penyebab-penyebabnya, efek-efek yang dapat ditimbulkan dari kegagalan
tersebut.

Suatu analisa waktu tentang kapan saat yang paling tepat untuk
dilakukannya FMEA adalah ketika suatu proyek masih dalam taraf desain.
FMEA sangat efektif digunakan untuk mengevaluasi produk dan
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan mode kegagalan dari suatu
sistem seiring dengan bertambahnya usia sistem yang akan dievaluasi.
Suatu analisa mode efek-efek kegagalan dapat bervariasi pada tiap-tiap
level yang dilaporkan, bergantung pada kebutuhan detail dan ketersedian
informasi yang diperlukan. Pada suatu analisa beban kritis tertentu yang
dominan, dan hingga membahayakan keselamatan, maka suatu analisa
evaluasi dengan menggunakan metode FMEA wajib dilakukan,

Kelebihan mengevaluasi keandalan menggunakan metode FMEA adalah


suatu hasil akhir produk yang benar-benar mengutamakan keselamatan,
dan sistem berjalan sesuai dengan fungsinya. FMEA
membantu desainer untuk mengidentifikasi dan menghilangkan mode
kegagalan yang berbahaya, meminimalkan kerusakan pada sistem dan
operator maupun penggunan sistem tersebut. Seiring dengan semakin
akuratnya analisa evaluasi FMEA yang dilakukan, kemungkinan kegagalan
dapat dilokalisasi dan bila pada suatu sistem atau subsistem mengalami
kegagalan, maka tidak akan merembet pada sistem dan subsistem yang lain
dalam proses. Keandalan akan semakin bertambah dan waktu desain dapat
banyak berkurang.
Analisa evaluasi dengan menggunakan metode FMEA dapat digunakan
untuk diagnosa prosedur persiapan, interval dan maintenance produk.
FMEA dapat digunakan pula sebagai bukti otektik sebuah dokumen
keselamatan kerja , sangat berguna untuk perhitungan asuransi. Pada
FMEA worksheet termasuk didalamnya analisa kemampuan merawat,
analisa keselamatan,survivability, dan vulnerability, analisa rencana
perawatan, dan untuk deteksi dari kegagalan dan isolasi subsistem.

Secara fungsional FMEA mengasumsikan sebuah kegagalan, lalu


mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan menganalisa bagaimana efek
kegagalan tersebut.

Kegunaan FMEA :

1. ketika diperlukan tindakan preventive/pencegahan sebelum masalah


terjadi.

2. ketika ingin mengetahui/mendata alat deteksi yang ada jika terjadi


kegagalan.

3. pemakaian proses baru.

4. perubahan/pergantian peralatan.

2.2 Konsep dan Pendekatan Teknik Analisis dan Evaluasi Keandalan

2.2.1 FMEA (Failure Modes And Effects Analysis)

adalah suatu metode terstruktur untuk menganalisa dan mengevaluasi


keandalan sistem distribusi yang didasarkan pada bagaimana suatu
kegagalan dari suatu peralatan mempengaruhi operasi sistem. Efek atau
konsekuensi dari gangguan individual peralatan secara sistematis
diidentifikasi dengan penganalisaan apa yang terjadi jika gangguan terjadi.
Kemudian masing-masing kegagalan peralatan dianalisa dari semua titik
beban/Load point. FMEA adalah suatu pendekatan dari bawah ke atas
(bottom-up) yang mempertimbangkan satu mode kegagalan pada suatu
waktu.

Syarat-syarat dari metode FMEA :

1. Topologi/konfigurasi penyulang (feeder) sistem jaringan distribusi 20 kV.


Sistem didefinisikan dalam section-section, lateral-lateral, dan titik
bebannya (load point).
2. Data konsumen meliputi jumlah pelanggan pada setiap titik beban
3. Data gangguan/pemadaman tahunan
4. Parameter data keandalan sistem

Asumsi metode FMEA :

 Kegagalan peralatan tidak saling berhubungan, peralatan masing-


masing dapat dianalisa secara terpisah. Jika kegagalan peralatan saling
dihubungkan, maka perhitungan keandalan sistem menjadi lebih
kompleks. Maka untuk menyederhanakan perhitungan tersebut dengan
mengasumsikan bahwa setiap kegagalan tidak saling berhubungan.
 Jika gangguan dari peralatan dalam suatu sistem diasumsikan menjadi
independen, masing-masing keandalan load point adalah suatu fungsi
minimalcut set yang dihubungkan secara seri

Filosofi dari metode ini adalah mengevaluasi keandalan jaringan distribusi


20 kV dengan menghitung indeks-indeks keandalan setiap titik bebannya.
Jika gangguan dari peralatan dalam suatu sistem diasumsikan menjadi
independen, masing-masing keandalan load point adalah suatu fungsi
minimalcut set yang dihibungkan secara seri. Karenanya, minimal cut
set terdiri dari semua peralatan yang mempunyai pengaruh pada
ketersedian / avaibility load point/titikbeban. Dari indeks-indeks keandalan
tersebut dapat diketahui titik beban-titik beban mana yang perlu diperbaiki
keandalannya. Indeks keandalan yang dihitung adalah indeks–indeks titik
beban (load point) dan indeks-indeks sistem secara keseluruhan.
Indeks load point antara lain :
Frekuensi kegagalan (Failure rate) untuk setiap load point λLP,
merupakan penjumlahan laju kegagalan semua peralatan yang
berpengaruh terhadapLoad point, dengan persamaan :

Dimana :

λ i = laju kegagalan untuk peralatan K

K = Minimal cut set

rj = waktu perbaikan/switching time/reclosing time

 Lama / durasi gangguan tahunan rata-rata untuk load point ULP, dengan
persamaan :

Berdasarkan indeks-indeks load point ini, didapat sejumlah indeks


keandalan untuk sistem secara keseluruhan yang dapat dievaluasi dan bisa
didapatkan lengkap mengenai kinerja sistem. Indeks-indeks ini adalah
frekwensi atau lama pemadaman rata-rata tahunan. Indeks-indeks
keandalan sistem secara keseluruhan yang sering dipakai pada sistem
distribusi antara lain :

1. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

Persamaannya adalah :

Dimana :
NLP = jumlah konsumen pada titik beban (load point)

N = jumlah konsumen pada penyulang

2. SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

Persamaannya adalah :

3. CAIDI (Costumer Average Interruption Duration Index)

o Indeks Relatif CAIDI

Indeks relatif CAIDI membantu untuk mengidentifikasi titik beban


(load point) yang yang memerlukan peningkatan keandalan).

Kemudian :

- Jika indeks relatif CAIDI =1, maka konsumen pada load


point mempunyai nilai keandalan rata-rata

- Jika indeks relatif CAIDI <1, maka konsumen pada load


point mempunyai nilai keandalan dibawah rata-rata

- Jika indeks relatif CAIDI >1, maka konsumen pada load


point mempunyai nilai keandalan diatas rata-rata

4. ASAI (Avarage Service Availability (unvailability) Index)

Persamaannya adalah :
Dimana 8760 merupakan jumlah jam dalam satu tahun kalender.

2.2.2 Prosedur Metode FMEA

Struktur algoritma dari metode FMEA adalah sebagai berikut :

A. Masukkan data topologi jaringan, data konsumen, data keandalan


peralatan
B. Perinci topologi jaringan, dengan membagi jaringan kedalam
beberapa line.
C. Pertimbangkan suatu mode kegagalan (Failure Mode), baik pada
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), maupun pada
peralatan jaringan distribusi.
D. Selanjutnya setiap mode kegagalan didaftarkan pada FMEA
worksheet
E. Menentukan waktu pemulihan sistem, apakah melalui waktu
perbaikan atau switching
F. Menentukan efek (Effect Analysis) setiap mode kegagalan
terhadap setiap load point
G. Menjumlahkan frekuensi kegagalan λLP dan durasi gangguan
ULP setiap load point
H. Dari indeks load point hitunglah indeks keandalan keseluruhan
sistem
I. Menghitung nilai relatif CAIDI untuk mengetahui tingkat keandalan
setiap titik beban

Dalam tugas akhir ini tidak akan membahas informasi mengenai data
keandalan peralatan. Studi ini akan terfokus pada dengan menggunakan
informasi data keandalan peralatan dapat mengevaluasi keandalan
sistem berdasarkan mode kegagalan dan efek kegagalan yang dialami
oleh sistem itu sendiri. Idealnya, indeks nilai keandalan peralatan
peralatan listrik diperoleh dari data di lapangan dengan kondisi
lingkungan dan stress level yang sama. Dalam tugas akhir ini
perhitungan keandalan sistem menggunakan standart dari PLN yaitu
SPLN 59 : 1985, Perkiraan Angka Kegagalan peralatan Sistem Distribusi
dan Waktu Operasi Kerja Dan Pemulihan Pelayanan. Data tersebut
sudah cukup memadai untuk menentukan nilai keandalan suatu sistem
secara kwantitatif.

2.2.3 Evaluasi Keandalan dengan Menggunakan FMEA

Umumnya, keandalan sistem tergantung pada :

1. keandalan dan pemeliharaan peralatan termasuk didalamnya


kegagalan dan waktu perbaikan distribusi, mode kegagalan dan
efeknya, serta pengaruh lingkungan
2. konfigurasi atau topologi sistem
3. perilaku sistem (karakteristik operasional, prosedur switching, dan
pelayanan).

Ada dua cara utama untuk memperbaiki keandalan suatu sistem tenaga
listrik, cara pertama adalah mengurangi frekuensi terjadinya gangguan, dan
kedua adalah mengurangi durasi gangguan. Untuk mengurangi jumlah
gangguan maka perlu dilakukan pemeliharaan jaringan secara preventif,
sedangkan untuk mengurangi lama/durasi gangguan, maka disadari
pentingnya otomatisasi sistem distribusi.

Sebuah sistem terdapat satu atau beberapa komponen, yang saling


berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem bisa melaksanakan
sejumlah fungsi diperlukan. Untuk mencegah kegagalan sistem, misalnya,
kegagalan yang mencegah sistem itu melakukan fungsi yang
diharapkannya , maka potensial kegagalan harus dikenali.Oleh karena itu
perlu dikembangkan suatu metode untuk mengevaluasi keandalan suatu
sistem tenaga listrik. Sehingga dapat diketahui tingkat keandalan melalui
nilai indeks keandalan sub sistem yang membentuk sistem. Ini dapat
dilakukan melalui berbagai metoda seperti; FMEA (fault modes effects and
analysis), Bayesian belief networks, event tree analysis and reliability
block diagrams.

Dalam tugas akhir ini menggunakan metode Failure Modes And Effects
Analysis(FMEA). Secara fungsional FMEA mengasumsikan sebuah
kegagalan, lalu mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan menganalisa
bagaimana efek kegagalan tersebut. Suatu sistem pendekatan yang
biasanya melibatkan analisa bottom-up dimana suatu analisa mode
kegagalan spesifik dari sub sistem, dilihat pengaruhnya terhadap
keseluruhan sistem. Dengan menggunakan metode ini maka dapat
diketahui daerah-daerah mana pada jaringan yang perlu diperbaiki
keandalannya. Baik melalui pemeliharaan jaringan maupun otomasisasi
sistem.

2.2.4 Contoh Perhitungan Indeks Keandalan Menggunakan FMEA

Berikut ini adalah contoh perhitungan indeks keandalan menggunakan


FMEA secara manual. Dibawah ini merupakan penyulang jaringan
distribusi 20 kV seperti pada gambar 3.4. Penyulang ini disupply dari gardu
induk dan mempunyai tegangan 20 kV pada penyulang utama dan 0.4 kV
padaload point. Penyulang ini memiliki 12 buahload point.

Data keandalan dari komponen yang ada pada sistem yang terdiri dari
mode kegagalan aktif. Perhitungan keandalan sistem ini menggunakan
standart dari PLN 59 : 1985, untuk angka keluar/ indeks frekuensi
gangguan dan waktu perbaikan Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM)/Overhead Line sebagai berikut :

 Laju kegagalan (Failure rate) Saluran Udara Tegangan Menengah


(SUTM) = 0.2/km/year
 Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kawat penghantar udara
(repair time) = 3 jam
 Waktu switching, diasumsikan sebagai waktu penutupan saklar
beban Load Break Switch LBS maksimal = 0.15 jam
Menghitung nilai frekuensi kegagalan dan durasi/lama kegagalan
setiapload point. Nilai frekuensi kegagalan dan durasi/lama kegagalan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

 Titik beban Lump098 dengan jumlah pelanggan 75


 Titik beban Lump199 dengan jumlah pelanggan 64
 Titik beban Lump038S dengan jumlah pelanggan 25
 Titik beban Lump038 dengan jumlah pelanggan 69
 Titik beban Lump024 dengan jumlah pelanggan 65
 Titik beban Lump296 dengan jumlah pelanggan 65
 Titik beban Lump226 dengan jumlah pelanggan 65
 Titik beban Lump354 dengan jumlah pelanggan 56
 Titik beban Lump017 dengan jumlah pelanggan 67
 Titik beban Lump002 dengan jumlah pelanggan 79
 Titik beban Lump024S dengan jumlah pelanggan 39
 Titik beban Lump224 dengan jumlah pelanggan 77

Dengan total jumlah pelanggan = 746 dan masing-masing titik beban


memiliki nilai Indeks Keandalan Dasar λ = 0.64 ; r = 3 ; u = 1.92

Maka di butuhkan untuk dibuat tabel Frekuensi Kegagalan dan Durasi


Kegagalan Load point beserta jumlah konsumen yang dilayani sistem.

Anda mungkin juga menyukai