Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
DI RUANG SARAF RSUD ULIN BANJARMASIN
TANGGAL 14 – 19 OKTOBER 2019

OLEH:
Aisyah, S. Kep
NIM 1930913320045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Aisyah, S. Kep

NIM : NIM. 1930913320011

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan HNP (Hernia


Nucleus Pulposus) di Ruang Saraf RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 14 Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB Ricca Desy Widiya P, S.Kep.,Ns


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19891218 201402 2 007
Definisi:
HNP (Hernia Nucleus Pulposus) Penatalaksanaan:
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah Penatalaksanaan HNP dibagi menjadi 2,
keadaan ketika nucleus pulposus keluar
menonjol untuk kemudian menekan kearah yaitu :
kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang 1) Konservatif bila tidak dijumpai
robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
defisit neurologik :
disebabkan oleh proses patologik di kolumna
vertebralis pada diskus intervertebralis/ a. Tidur selama 1 – 2 mg diatas
diskogenik. (Muttaqin, 2008) kasur yang keras
b. Exercise digunakan untuk
mengurangi tekanan atau
Etiologi
kompresi saraf.
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada c. Terapi obat-obatan : muscle
vertebra. relaxant, nonsteroid, anti
2. Spinal stenosis. inflamasi drug dan analgetik.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah Klasifikasi HNP:
1. Hernia Lumbosakralis d. Terapi panas dingin.
posisi, mengangkat, dll.
e. Imobilisasi atau brancing,
4. Pembentukan osteophyte. 2. Hernia Servikalis
5. Degenerasi dan degidrasi dari dengan menggunakan
3. Hernia Thorakalis lumbosacral brace atau korset
kandungan tulang rawan annulus dan
nucleus f. Terapi diet untuk mengurangi
Komplikasi: BB.
 Kelemahan dan atropi otot g. Traksi lumbal, mungkin
Manifestasi klinis:  Trauma serabut syaraf dan jaringan lain menolong, tetapi biasanya
Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks  Kehilangan kontrol otot sphinter resides
saraf yang lesi. Gejala klinik yang paling  Paralis / ketidakmampuan pergerakan h. Transcutaneus Elektrical Nerve
sering adalah ischialgia. Nyeri biasanya  Perdarahan Stimulation (TENS).
bersifat tajam seperti terbakar dan  Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan 2) Pembedahan (Laminectomy)
berdenyut,menjalar sampai bawah lutut. Bila diskus spinal
Laminectomy hanya dilakukan pada
saraf sensorik yang besar terkena akan timbul
gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai penderita yang mengalami nyeri
Pemeriksaan penunjang:
dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi menetap dan tidak dapat diatasi,
1. Laboraturium
kelemahan otot atau hilangnya reflek tendon terjadi gejala pada kedua sisi tubuh
2. Foto polos lumbosakral
patella (KPR) dan achilles (APR). bila 3. CT scan lumbosakral dan adanya gangguan neurology
mengenai konus atau kauda equine dapat 4. MRI utama seperti inkontinensia usus dan
terjadi gangguan miksi, defekasi, dan fungsi 5. Myelogram kandung kemih serta foot droop.
seksual. 6. Elektromyografi
7. Epidural venogram : menunjukkan
lokasi herniasi
8. Lumbal functur : untuk mengetahui
Pathway

Trauma dan stress fisik

Ruptur diskus

Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang


berat, ligamentum longitudinalis post menyempit

Jepitan saraf spinal

Kerusakan jalur simpatetik


Reaksi peradangan
desending Penurunan
Kesadaran

Terputusnya jaringan saraf Syok spinal


di medulla spinalis
Risiko Cidera

Paralisis dan paralegia Respon


Nyeri

Hambatan
mobilitas Fisik Nyeri Akut

Kelemahan fisik
Umum

Penekanan Jaringan
setempat

Risiko kerusakan
integritas kulit
Asuhan Keperawatan Pasien dengan HNP (Hernia Nucleus Pulposus)

Nyeri Akut Resiko Kerusakan Integritas Kulit Resiko cidera Hambatan mobilitas fisik

NOC: Kontrol nyeri NOC: Integritas jaringan: kulit & NOC: Kontrol resiko NOC: Ambulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan membrane mukosa Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Menopang berat badan (2-5)
selama (1x60 menit) nyeri klien akan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam. klien terhindar dari 2. Berjalan dengan langkah yang
berkurang dengan kriteria hasil: selama (3x60 menit), resiko kerusakan resiko cidera dengan kriteria hasil:
1. Mengenali kapan nyeri terjadi (2-4) integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria 1. Mencari informasi tentang resiko efektif (2-4)
2. Menggunakan tindakan pengurang hasil klien akan: kesehatan (3-5)
nyeri tanpa analgesic (2-4) 1. Perfusi jaringan (3-5) 2. Mengenali faktor resiko individu Keterangan:
3. Melaporkan perubahan terhadap 2. Integritas Kulit ( 3-5) (3-5) 1: sangat terganggu
gejala nyeri pada professional 3. Hidrasi (3-5) 3. Mengembangkan strategi yang 2: Banyak terganggu
kesehatan (2-4) Keterangan: efektif dalam mengontrol resiko (3- 3: cukup terganggu
Keterangan 1: sangat terganggu 5) 4: sedikit terganggu
1: tidak pernah menunjukkan 2: banyak terganggu 4. Memonitor perubahan status 5: tidak terganggu
2: jarang menunjukkan 3: cukup terganggu kesehatan (3-5)
3: kadng-kadang menunjukkan 4: sedikit terganggu Keterangan:
5: tidak terganggu NIC
4: sering menunjukkan 1: tidak pernah menunjukkan
5: secara konsisten menunjukkan 2: jarang menunjukkan Exercise therapy : ambulation
NIC : 3: kadang-kadang menunjukkan - Monitor vital sign
NIC: Pressure Management 4: sering menunjukkan sebelum/sesudah latihan dan
Pain Management 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan 5: secara konsisten menunjukkan lihat respon pasien saat latihan
1. Lakukan pengkajian lengkap pada pakaian yang longgar - Konsultasikan dengan terapi
2. Hindari kerutan padaa tempat tidur NIC : fisik tentang rencana ambulasi
nyeri termasuk lokasi, sifat,
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
onset/durasi, frekuensi, kualitas, Enverionment management sesuai dengan kebutuhan
dan kering
intensitas atau beratnya nyeri dan 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) a. Sediakan lingkungan yang - Bantu klien untuk
faktor pencetusnya. setiap dua jam sekali aman untuk klien menggunakan tongkat saat
2. Kaji isyarat nonverbal 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan b. Identifikasi kebutuhan berjalan dan cegah terhadap
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil cedera
ketidaknyamanan, khususnya pada keamanan klien, sesuai
mereka yang tidak dapat
pada derah yang tertekan - Ajarkan pasien atau tenaga
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien kondisi fisik dan fungsi kesehatan lain tentang teknik
berkomunikasi dengan efektif 8. Monitor status nutrisi pasien kognitif klien dari riwayat ambulasi
3. Pastikan pasien mendapatkan 9. Memandikan pasien dengan sabun dan terdahulu klien - Kaji kemampuan pasien dalam
pengobatan analgesik air hangat c. Menghindarkan mobilisasi
4. Gunakan strategi komunikasi Pengawasan Kulit lingkungan yang - Latih pasien dalam pemenuhan
terapeutik untuk mengetahui 1. Inspeksi kulit dan membran mukosa dari berbahaya kebutuhan ADLs secara
pengalaman nyeri dan sampaikan kemerahan, panas yang tinggi, edema, d. Memasang side rail tempat mandiri sesuai kemampuan
respon penerimaan pasien terhadap dan drainage tidur - Damping danbantu pasien saat
nyeri 2. Observasi ekstremitas e. Menyediakan tempat tidur mobilisasi dan bantu penuhi
5. Gali kepercayaan dan pengetahuan (warna,kehangatan, pembengkakan, yang nyaman dan bersih kebutuhan ADLs ps
klien tentang nyeri denyutan, tekstur, edema, dan ulcer - Berikan alat bantu jika klien
f. Menempatkan saklar
6. Sadari adanya pengaruh budaya 3. Inspeksi kondisi dari insisi bedah memerlukan
lampu ditempat yang - Ajarkan pasien bagaimana
dengan respon terhadap nyeri 4. Monitor warna kulit dan suhuh
5. Monitor kulit dan membran mukosa dari
mudah dijangkau oleh merubah posisi dan berikan
7. Tentukan pengaruh pengalaman
perubahan warna, memar, dan
klien bantuan jika diperlukan
nyeri terhadap kualitas hidup klien
kerusakan. g. Membatasi pengunjung
Analgegesic Administrasion
6. Monitor dari infeksi gontrol lingkungan dari
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kebisingan
kualitas, dan derajat nyeri sebelum 7. Monitor dari sumber tekanan dan fraksi
pemberian obat 8. Dokumentasikan perubahan kulit dan
2. Cek instruksi dokter tentang jenis mukosa membran
obat,dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
9. Pemberian analgesik pertama kali
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Nurjannah, Intansari. 2016. ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment Versi
Bahasa Indonesia (2016). Yogyakarta: Mocomedia.

Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
Elsevier.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai