Menurut Nurhayati dan Wasilah (2014) dilihat dari segi ada atau tidaknya keuntungan
(profit), fikih muamalat membagi akad kedalam dua bagian yaitu akad tabarru’ dan akad
tijarah/mu’awadah. Adapun penjelasannya dari masing-masing akad tersebut adalah
sebagai berikut:
Kata tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab yang memiliki makna kebaikan.
Maka dalam hal ini akad tabarru’ adalah salah satu jenis akad yang merupakan transaksi
yang bertujuan untuk tidak memperoleh laba atas transaksi yang terjadi. Adapun tujuan
dari transaksi ini adalah dengan niat tolong menolong dalam hal kebaikan. Tetapi
diperbolehkan apabila pihak yang melakukan akad tabarru’ tersebut hanya sekedar
meminta dana untuk memenuhi biaya dari pelaksanaan akad tabarru tersebut.
Dalam akad tabaru’ terdapat 3 (tiga) macam bentuk akad yaitu sebagai berikut:
a. Meminjamkan Uang
Meminjamkan uang termasuk kedalam akad tabrru jika dalam meminjamkan uang
tersebut pembayaran tidak diperbolehkan melebihi jumlah pinjaman yang diberikan.
Adapun yang termasuk dalam jenis pinjaman ini adalah sebagai berikut:
b. Meminjam Jasa
Terdapat 3 (tiga) jenis peminjaman jasa yang dapat digolongkan kedalam akad Tabarru’
yaitu:
3) Kafalah, merupakan keturunan yang sama dari wakalah yaitu akad ini
timbul karena terjadinya akad wakalah bersayarat.
Menurut Willet dalam Pramestika (2019) mendefinisikan asuransi sebagai alat yang
digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memindahkan risiko yang
dimilikinya dengan cara menyetorkan sejumlah dana kepada pihak yang bersedia
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indoensia) Asuransi adalah pertanggungan atau
perjanjian antara dua pihak, dimana pihak yang satu berkewajiabn membayar iuran dan
pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran
apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan
antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiea yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
mengurangi risiko dengan cara menggabungkan objek kepengurusan yang cukup besar
sehingga dapat memungkinkan untuk mengurangi secara keseluruahn akibat dari risiko
Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ dan Dana Tanahud adalah selisih antara jumlah Aset
Yang Diperkenankan dari Dana Tabarru’ dan Dana Tanahud dikurangi dengan Liabilitas
1. Risiko Kredit
2. Risiko Likuiditas
3. Risiko Pasar
4. Risiko Asuransi
5. Risiko Operasional
a. Risiko kredit untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko kemungkinan adanya
kehilangan atau penurunan nilai aset yang disebabkan oleh: 1) kegagalan atau
untuk DTMBR dan MMBR, kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam
AYD dengan faktor risiko (FR) untuk jenis aset tertentu sesuai dengan jenis aset
Risiko Likuiditas a. Risiko likuiditas (RL) untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko
ketidakseimbangan antara proyeksi arus aset dan arus Liabilitas yang timbul karena
adanya ketidaksesuaian antara besar dan saat jatuh tempo aset dengan besar dan saat
Jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun; 2) Jatuh tempo dalam jangka
waktu lebih dari 1 (satu) tahun tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun; 3) Jatuh tempo dalam
jangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun tetapi kurang dari 5 (lima) tahun; 4) Jatuh tempo
dalam jangka waktu lebih dari 5 (lima) tahun tetapi kurang dari 10 (sepuluh) tahun; dan
Risiko Pasar a. Risiko pasar untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko kemungkinan adanya
kerugian akibat terjadinya perubahan harga pasar atas aset Perusahaan, perubahan nilai
tukar mata uang asing dan perubahan tingkat hasil investasi sebagai dampak dari
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko: 1) perubahan harga pasar atas
aset Perusahaan (PHP) ditentukan dengan mengalikan nilai AYD dengan faktor risiko (FR)
untuk jenis aset tertentu sesuai dengan jenis aset dana tabarru’, dana tanahud, dan dana
Perusahaan
Risiko Asuransi (RA) untuk DTMBR adalah risiko kemungkinan kegagalan Perusahaan
memenuhi kewajiban kepada pemegang polis atau peserta sebagai akibat dari
Risiko Operasional a. Risiko operasional (RO) untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko
proses intern, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
masalah ekstern yang mempengaruhi operasional Perusahaan, termasuk pengelolaan