Anda di halaman 1dari 5

2.2.

1 Jenis Transaksi atau Akad dalam Akuntansi Syariah

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2014) dilihat dari segi ada atau tidaknya keuntungan
(profit), fikih muamalat membagi akad kedalam dua bagian yaitu akad tabarru’ dan akad
tijarah/mu’awadah. Adapun penjelasannya dari masing-masing akad tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Akad Tabarru’ (Gratuitous Contact)

Kata tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab yang memiliki makna kebaikan.
Maka dalam hal ini akad tabarru’ adalah salah satu jenis akad yang merupakan transaksi
yang bertujuan untuk tidak memperoleh laba atas transaksi yang terjadi. Adapun tujuan
dari transaksi ini adalah dengan niat tolong menolong dalam hal kebaikan. Tetapi
diperbolehkan apabila pihak yang melakukan akad tabarru’ tersebut hanya sekedar
meminta dana untuk memenuhi biaya dari pelaksanaan akad tabarru tersebut.

Dalam akad tabaru’ terdapat 3 (tiga) macam bentuk akad yaitu sebagai berikut:

a. Meminjamkan Uang

Meminjamkan uang termasuk kedalam akad tabrru jika dalam meminjamkan uang
tersebut pembayaran tidak diperbolehkan melebihi jumlah pinjaman yang diberikan.
Adapun yang termasuk dalam jenis pinjaman ini adalah sebagai berikut:

1) Qard, yaitu suatu pinjaman yang diberikan tanpa memiliki syarat


tertentu melainkan hanya penentuan jangka waktu pembayaran atas
pinjaman tersebut

2) Rahn, merupakan pemberian pinjaman, dimana dalam pinjaman


tersebut terdapat persyaratan untuk menyerahkan suatu jaminan
tertentu.

3) Hiwalah, yaitu jenis pinjaman dengan cara mengambil alih piutang


terhadap pihak lain.

b. Meminjam Jasa

Terdapat 3 (tiga) jenis peminjaman jasa yang dapat digolongkan kedalam akad Tabarru’
yaitu:

1) Wakalah, merupakan bentuk pinjaman jasa, dimana kita meminjamkan


keahlian yang kita mliki untuk mengerjakan suatu hal tetapi bertindak
bukan atas nama diri sendiri melainkan atas nama orang lain.

2) Wadi’ah merupakan peminjaman jasa, dimana sesorang memberikan jasa


simpanan berupa harta yang ditipkan.

3) Kafalah, merupakan keturunan yang sama dari wakalah yaitu akad ini
timbul karena terjadinya akad wakalah bersayarat.

2.2.2 Asuransi Syariah


2.2.4.1 Pengertian Asuransi

Menurut Willet dalam Pramestika (2019) mendefinisikan asuransi sebagai alat yang

digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memindahkan risiko yang

dimilikinya dengan cara menyetorkan sejumlah dana kepada pihak yang bersedia

menanggung risiko tersebut yaitu perusahaan asuransi.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indoensia) Asuransi adalah pertanggungan atau

perjanjian antara dua pihak, dimana pihak yang satu berkewajiabn membayar iuran dan

pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran

apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan

perjanjian yang telah dibuat.

Berdasarkan Undang-undang No.2 Tahun 1992, asuransi merupakan perjanjian

antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian

kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiea yang tidak pasti, atau untuk memberikan

suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.

Asuransi adalah sebuah perusahaan yang kegiatan operasionalnya bertujuan untuk

mengurangi risiko dengan cara menggabungkan objek kepengurusan yang cukup besar

sehingga dapat memungkinkan untuk mengurangi secara keseluruahn akibat dari risiko

kerugian yang terjadi. (Faradois, 2013 dalam Saputro, 2018).


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 72 /Pojk.05/2016 Tentang Kesehatan

Keuangan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi Dengan Prinsip Syariah

Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru’ dan Dana Tanahud adalah selisih antara jumlah Aset

Yang Diperkenankan dari Dana Tabarru’ dan Dana Tanahud dikurangi dengan Liabilitas

dari pengelolaan Dana Tabarru’ dan Dana Tanahud

1. Risiko Kredit

2. Risiko Likuiditas

3. Risiko Pasar

4. Risiko Asuransi

5. Risiko Operasional

a. Risiko kredit untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko kemungkinan adanya

kehilangan atau penurunan nilai aset yang disebabkan oleh: 1) kegagalan atau

ketidakmampuan debitur, reasuradur, dan/atau Pihak lain dalam memenuhi

kewajiban kepada Perusahaan; dan 2) kegagalan/ketidakmampuan penanggung

ulang (reasuradur) untuk memenuhi kewajibannya kepada Perusahaaan

untuk DTMBR dan MMBR, kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam

memenuhi kewajiban kepada Perusahaan ditentukan dengan mengalikan nilai

AYD dengan faktor risiko (FR) untuk jenis aset tertentu sesuai dengan jenis aset

dana tabarru’, dana tanahud, dan dana perusahaan.

Risiko Likuiditas a. Risiko likuiditas (RL) untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko

ketidakseimbangan antara proyeksi arus aset dan arus Liabilitas yang timbul karena

adanya ketidaksesuaian antara besar dan saat jatuh tempo aset dengan besar dan saat

jatuh tempo Liabilitas.


Untuk menghitung Risiko likuiditas, nilai AYD dan Liabilitas dana tabarru’, dana tanahud,

dan Dana perusahaan, dikelompokan berdasarkan jatuh temponya (maturity), yaitu: 1)

Jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun; 2) Jatuh tempo dalam jangka

waktu lebih dari 1 (satu) tahun tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun; 3) Jatuh tempo dalam

jangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun tetapi kurang dari 5 (lima) tahun; 4) Jatuh tempo

dalam jangka waktu lebih dari 5 (lima) tahun tetapi kurang dari 10 (sepuluh) tahun; dan

5) Jatuh tempo dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau lebih

Risiko Pasar a. Risiko pasar untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko kemungkinan adanya

kerugian akibat terjadinya perubahan harga pasar atas aset Perusahaan, perubahan nilai

tukar mata uang asing dan perubahan tingkat hasil investasi sebagai dampak dari

volatilitas dan Likuiditas pasar.

Jumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko: 1) perubahan harga pasar atas

aset Perusahaan (PHP) ditentukan dengan mengalikan nilai AYD dengan faktor risiko (FR)

untuk jenis aset tertentu sesuai dengan jenis aset dana tabarru’, dana tanahud, dan dana

Perusahaan

Risiko Asuransi (RA) untuk DTMBR adalah risiko kemungkinan kegagalan Perusahaan

memenuhi kewajiban kepada pemegang polis atau peserta sebagai akibat dari

ketidakcukupan proses seleksi risiko (underwriting), penetapan kontribusi (pricing),

dan/atau penanganan klaim.

Risiko Operasional a. Risiko operasional (RO) untuk DTMBR dan MMBR adalah risiko

kemungkinan yang disebabkan adanya ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya

proses intern, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
masalah ekstern yang mempengaruhi operasional Perusahaan, termasuk pengelolaan

dana investasi yang bersumber dari PAYDI

Anda mungkin juga menyukai