DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS SERPONG 2
Jl. Raya Serpong PUSPIPTEK RT 05/04 Kel. Serpong Kec. Serpong – Kota Tangerang Selatan
Telepon : 021 7587 9298 email : pkmserpong2@yahoo.com
KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2
NOMOR : 445.4 / 430 / SK / PKM SERPONG 2
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Serpong
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2,
Suherman
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2
NOMOR 445.4 / 430 / SK / PKM SERPONG 2
TENTANG : PELAYANAN KEFARMASIAN UPT
PUSKESMAS SERPONG 2
A. PENGELOLAAN OBAT:
1. Obat harus tersedia di puskesmas sesuai dengan formularium puskesmas
2. Yang berhak menulis resep adalah dokter umum dan dokter gigi
3. Yang berhak menyiapkan obat adalah apoteker
4. Obat harus tersedia dalam seminggu dan 24 jam
5. Ketersediaan obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali
6. Obat kadaluwarsa tidak boleh diberikan pada pasien
7. Pemberian Obat narkotika dan psikotropika , diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropikan hanya boleh dilakukan oleh
dokter umum dan dokter gigi.
b. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan di lemari terpisah
dan disimpan dilemari terkunci.
8. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter
9. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis
kefarmasian dengan memperhatikan higiene dan kebersihan
10. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-
tiap obat
11. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal:
tanggal berobat, nama pasien, aturan pakai, cara pemakaian.
12. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi,
interaksi obat, dan efek samping obat
13. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis
14. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan
ditindak lanjuti
15. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi
jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan
16. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti
jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.
Ditetapkan di : Serpong
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2,
Suherman
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2
NOMOR 445.4 / 430 / SK / PKM SERPONG 2
TENTANG : PELAYANAN KEFARMASIAN UPT
PUSKESMAS SERPONG 2
A. PERESEPAN
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter dan dokter gigi kepada
apoteker atau tenaga teknis farmasi untuk membuat dan menyerahkan obat
kepada pasien.
1. Ketentuan Dalam Resep
Dalam resep harus memuat :
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter dan dokter gigi.
b. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocatio).
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan UU yang
berlaku (subscriptio).
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yg mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
g. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi (ulangan); ditulis
nama pasien tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri; alamat
pasien dan aturan pakai (signa) yg jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu aturan
pakainya (usus cognitus).
h. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis bagian
kanan atas resep: Cito, Statim, urgent, P.I.M.= periculum in mora =
berbahaya bila ditunda, RESEP INI HARUS DILAYANI DAHULU.
i. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa
sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda N.I. = Ne iteratur = tidak
boleh diulang.
j. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung narkotika
atau obat lain yang ditentukan oleh Menteri Kesehatan melalui Kepala Badan
POM.
2. Pelayanan Resep di Apotek
a. Ruang farmasi puskesmas wajib melayani resep dokter dan dokter gigi.
b. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker/tenaga teknis
farmasi pengelola ruang farmasi.
c. Apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi wajib melayani
resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
d. Apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi tidak diizinkan
mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.
e. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker
dapatt mengganti obat paten dengan obat generik atas persetujuan pasien.
3. Copy Resep
a. Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep.
b. Copy resep = apograph, exemplum atau afschrift.
c. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep
asli, harus memuat pula informasi sebagai berikut :
Nama dan alamat apotek
Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
Tanda tangan / paraf apoteker pengelola apotek
Tanda det. = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det
= ne detur untukk obat yang belum diserahkan.
Nomor resep dan tanggal pembuatan.
4. Ketentuan tambahan
a. Salinan resep harus ditandatangani apoteker. Apabila berhalangan,
penandatanganan atau paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh
apoteker pendamping atau tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi
dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di ruang farmasi dengan baik
selama 3 tahun.
c. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep, pasien yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang menurut peraturan UU yang berlaku.
d. Apoteker pengelola apotek/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi
diizinkan untuk menyediakan obat keras yang disebut obat wajib apotek
(OWA).
e. OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
f. OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker/tenaga
teknis farmasi/pengelola ruang farmasi kepada pasien di ruang farmasi
tanpa resep dokter.
g. Pelaksanaan OWA tersebut oleh apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola
ruang farmasi harus sesuai yang diwajibkan pada diktum kedua SK
Menteri Kesehatan Nomor : 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang OWA yaitu
sebagai berikut :
• Memenuhi ketentuan & batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
• Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
• Memberikan informasi tentang obat yang diperlukan pasien.
5. Pengelolaan Resep
a. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
penerimaan/pembuatan resep.
b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya,
tandai garis merah dibawah nama obatnya.
c. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai
d. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola
ruang farmasi pengelola bersama dengan sekurang-kurangnya seorang
petugas apotek.
e. Pada saat pemusnahan harus dibuat berita acara pemusnahan yang
mencantumkan :
Hari dan tanggal pemusnahan
Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.
Ditetapkan di : Serpong
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2,
Suherman