Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS SERPONG 2
Jl. Raya Serpong PUSPIPTEK RT 05/04 Kel. Serpong Kec. Serpong – Kota Tangerang Selatan
Telepon : 021 7587 9298 email : pkmserpong2@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2
NOMOR : 445.4 / 430 / SK / PKM SERPONG 2

TENTANG

PELAYANAN KEFARMASIAN UPT PUSKESMAS SERPONG 2


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja, UPT


Puskesmas Serpong 2 dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu baik Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) maupun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);
b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu menetapkan
penanggung jawab pelayanan obat dan bahan habis pakai
melalui Keputusan Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;
c. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu menetapkan
pelayanan obat selama 24 jam di Puskesmas melalui
Keputusan Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;
d. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu menetapkan
petugas yang berhak memberi resep psikotropika dan
narkotika melalui Keputusan Kepala UPT Puskesmas
Serpong 2;
e. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu mengatur
penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga
melalui Keputusan Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;
f. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu mengatur
penanganan obat kadaluwarsa/rusak melalui Keputusan
Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;
g. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu menetapkan
pencatatan, pemantauan, pelaporan efek samping obat dan
KTD melalui Keputusan Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;
h. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu menunjuk
penanggung jawab tindak lanjut pelaporan melalui Keputusan
Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;
i. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
kesehatan di wilayah UPT Puskesmas Serpong 2 khususnya
pelayanan farmasi, maka dipandang perlu menetapkan jenis
obat-obatan emergensi di unit pelayanan melalui Keputusan
Kepala UPT Puskesmas Serpong 2;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2014 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama dan Tempat Praktek
Mandiri;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT. PUSKESMAS SERPONG 2


TENTANG PELAYANAN KEFARMASIAN UPT PUSKESMAS
SERPONG 2.
Kesatu : Menunjuk dan mengangkat nama yang tercantum di bawah ini
sebagai pengelola pelayanan obat di ruang farmasi UPT
Puskesmas Serpong 2;
Kedua : Nama yang dimaksud pada diktum kesatu adalah:
Nama : Nurlina Lestari, S.Si., Apt;
Ketiga : Petugas sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua memiliki
uraian tugas sebagaimana berikut:
1. Menyusun perencanaan kebutuhan obat dan bahan habis pakai
Puskesmas sesuai formularium nasional;
2. Menerima dan menyimpan obat dan bahan habis pakai
Puskesmas secara baik dan benar;
3. Menghitung stok obat dan bahan habis pakai Puskesmas secara
rutin;
4. Mendistribusikan kebutuhan obat dan bahan habis pakai Pustu,
Poskesdes dan Polindes secara merata dan teratur;
5. Memberikan pelayanan obat dan bahan habis pakai yang
dibutuhkan pasien baik rawat inap dan rawat jalan;
6. Membuat pencatatan dan pelaporan obat dan bahan habis pakai
Puskesmas secara rutin dan berkala;
7. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan
bahan habis pakai secara periodik;
Keempat : Menunjuk petugas yang berhak dan berwenang memberikan
resep obat di UPT Puskesmas Serpong 2 adalah dokter umum
dan dokter gigi;
Kelima : Puskesmas bertanggung jawab untuk mengidentifikasi petugas
dengan pengetahuan dan pengalaman sesuai persyaratan serta
memberikan pelatihan tentang pengelolaan obat-obatan khususnya
bagi petugas kesehatan lain yang diberi kewenangan mengelola
obat Puskesmas, dengan uraian tugas sebagai berikut :
1. Melayani resep sesuai petunjuk serta mengatur kebersihan dan
kerapihan apotek.
2. Pemberian informasi kepada pasien tentang cara pemakaian
obat.
3. Pengecekan obat yang telah dikeluarkan.
4. Pencatatan dan pelaporan;
Keenam : Pelayanan peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat
sebagaimana tercantum dalam lampiran II merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini;
Ketujuh : Menunjuk petugas yang berhak dan berwenang memberikan resep
obat psikotropika dan narkotika di UPT Puskesmas Serpong 2
adalah dokter umum dan dokter gigi;
Kedelapan : Puskesmas wajib mengetahui dan menetapkan prosedur obat-
obatan yang dibawa oleh pasien/keluarga pasien ke Puskesmas;
Kesembilan : Obat-obatan yang ada di Puskesmas yang telah kadaluwarsa
atau rusak harus dipisahkan;
Kesepuluh : Pasien, dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya harus
bekerja sama melakukan pencatatan, pemantauan dan pelaporan
pasien yang mendapatkan obat;
Kesebelas : Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat
emergensi yang tepat adalah sangat penting;
Keduabelas : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari ada kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di : Serpong
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2,

Suherman
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2
NOMOR 445.4 / 430 / SK / PKM SERPONG 2
TENTANG : PELAYANAN KEFARMASIAN UPT
PUSKESMAS SERPONG 2

A. PENGELOLAAN OBAT:
1. Obat harus tersedia di puskesmas sesuai dengan formularium puskesmas
2. Yang berhak menulis resep adalah dokter umum dan dokter gigi
3. Yang berhak menyiapkan obat adalah apoteker
4. Obat harus tersedia dalam seminggu dan 24 jam
5. Ketersediaan obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali
6. Obat kadaluwarsa tidak boleh diberikan pada pasien
7. Pemberian Obat narkotika dan psikotropika , diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropikan hanya boleh dilakukan oleh
dokter umum dan dokter gigi.
b. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan di lemari terpisah
dan disimpan dilemari terkunci.
8. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter
9. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis
kefarmasian dengan memperhatikan higiene dan kebersihan
10. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-
tiap obat
11. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal:
tanggal berobat, nama pasien, aturan pakai, cara pemakaian.
12. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi,
interaksi obat, dan efek samping obat
13. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis
14. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan
ditindak lanjuti
15. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi
jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan
16. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti
jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.

Ditetapkan di : Serpong
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2,

Suherman
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2
NOMOR 445.4 / 430 / SK / PKM SERPONG 2
TENTANG : PELAYANAN KEFARMASIAN UPT
PUSKESMAS SERPONG 2

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

A. PERESEPAN
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter dan dokter gigi kepada
apoteker atau tenaga teknis farmasi untuk membuat dan menyerahkan obat
kepada pasien.
1. Ketentuan Dalam Resep
Dalam resep harus memuat :
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter dan dokter gigi.
b. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocatio).
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan UU yang
berlaku (subscriptio).
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yg mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
g. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi (ulangan); ditulis
nama pasien tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri; alamat
pasien dan aturan pakai (signa) yg jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu aturan
pakainya (usus cognitus).
h. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis bagian
kanan atas resep: Cito, Statim, urgent, P.I.M.= periculum in mora =
berbahaya bila ditunda, RESEP INI HARUS DILAYANI DAHULU.
i. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa
sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda N.I. = Ne iteratur = tidak
boleh diulang.
j. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung narkotika
atau obat lain yang ditentukan oleh Menteri Kesehatan melalui Kepala Badan
POM.
2. Pelayanan Resep di Apotek
a. Ruang farmasi puskesmas wajib melayani resep dokter dan dokter gigi.
b. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker/tenaga teknis
farmasi pengelola ruang farmasi.
c. Apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi wajib melayani
resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
d. Apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi tidak diizinkan
mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.
e. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker
dapatt mengganti obat paten dengan obat generik atas persetujuan pasien.
3. Copy Resep
a. Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep.
b. Copy resep = apograph, exemplum atau afschrift.
c. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep
asli, harus memuat pula informasi sebagai berikut :
 Nama dan alamat apotek
 Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek
 Tanda tangan / paraf apoteker pengelola apotek
 Tanda det. = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det
= ne detur untukk obat yang belum diserahkan.
 Nomor resep dan tanggal pembuatan.
4. Ketentuan tambahan
a. Salinan resep harus ditandatangani apoteker. Apabila berhalangan,
penandatanganan atau paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh
apoteker pendamping atau tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi
dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di ruang farmasi dengan baik
selama 3 tahun.
c. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep, pasien yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang menurut peraturan UU yang berlaku.
d. Apoteker pengelola apotek/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi
diizinkan untuk menyediakan obat keras yang disebut obat wajib apotek
(OWA).
e. OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
f. OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker/tenaga
teknis farmasi/pengelola ruang farmasi kepada pasien di ruang farmasi
tanpa resep dokter.
g. Pelaksanaan OWA tersebut oleh apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola
ruang farmasi harus sesuai yang diwajibkan pada diktum kedua SK
Menteri Kesehatan Nomor : 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang OWA yaitu
sebagai berikut :
• Memenuhi ketentuan & batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
• Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
• Memberikan informasi tentang obat yang diperlukan pasien.
5. Pengelolaan Resep
a. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
penerimaan/pembuatan resep.
b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya,
tandai garis merah dibawah nama obatnya.
c. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai
d. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola
ruang farmasi pengelola bersama dengan sekurang-kurangnya seorang
petugas apotek.
e. Pada saat pemusnahan harus dibuat berita acara pemusnahan yang
mencantumkan :
 Hari dan tanggal pemusnahan
 Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
 Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.

B. PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT


1. Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan;
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses seleksi obat dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya,
data mutasi obat, dan rencana pengembangan.
Proses seleksi obat juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan
perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kota akan melakukan kompilasi dan analisa
terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer
stock, serta menghindari stok berlebih.
2. Permintaan Obat
Tujuan permintaan Obat adalah memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan
kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan Obat
a. Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dari
Instalasi Farmasi Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
b. Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
c. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
penggunaan Obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
d. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk
obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas
penerima, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan.
e. Masa kedaluwarsa minimal dari obat yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
5. Pendistribusian Obat
Pendistribusian obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah
dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling;
d. Polindes, Ponkesdes dan Posyandu.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,
sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
6. Pengendalian Obat
Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Obat terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan;
b. Pengendalian penggunaan; dan
c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat secara tertib, baik obat yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan obat telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

Ditetapkan di : Serpong
Pada Tanggal : 19 Juni 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS SERPONG 2,

Suherman

Anda mungkin juga menyukai