PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Risiko prilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain
atau lingkungan,baik secara fisik,emosional,seksual,dan verbal
(NANDA,2016).Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi 2,yaitu
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri(risk for self-directed
violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain(risk for
other-directed violence).NANDA(2016)menyatakan bahwa risiko
perilaku yang rentan dimana seorang individu bisa menunjukkan atau
mendemontrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,baik
secara fisik, emosional, maupun seksual.Hal yang sama juga berlaku
risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain,hanya saja ditujukan
langsung kepada orang lain.
Berbeda dengan risiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan
memiliki definisi sendiri.Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu
keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, atau lingkungan.Perilaku kekerasan pada diri sendiri
dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri
dalam bentuk penelantaran diri.Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang
lain.Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada
dilingkungan.Klien yang dibawa kerumah sakit jiwa sebagian besar
akibat melakukan kekerasan dirumah.Perawat harus jeli dalam
melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukan selama dirumah.
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai bagian dari rentang
respon marah yang paling maladaptive, yaitu amuk. Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap ansietas
(kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang disarankan sebagai ancaman
(Stuart&Laraia,2005). Amuk merupakan respon kemarahan yang paling
maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat dan merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak dapat
dikontrol (Yosep,2009). Hal ini disertai dengan hilangnya control
dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan :
1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang
lain.
2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau
terhambat.
3. Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan.
4. Agresif : Perilaku dekstruksi masih terkontrol.
5. Amuk : Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol
B. Etiologi
Menurut SDKI , penyebab dari perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Perubahan status mental
5. Putus obat
6. Penyalah gunaan zat atau alcohol
C. Klasifikasi
Faktor faktor presipitasi dari perilaku kekerasan (Keliat,2002) adalah:
1. Faktor predisposisi
berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak
terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
a. Psikologis,kegagalan yang dialami dapat menimbulkan
prustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk.Masa
kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina, dianiaya, atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku,reinforcement yang diterima saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau
diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam
(pasif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah olah perilaku
kekerasan diterima (permissive).
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem
limbik, lobusprtontal, lobus temporal, dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain.Kondisi klien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.Demikian pula
juga dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau
pekerjaan, dan kekerasan merupakan faktor penyebab lainnya
D. Manifestasi Klinis
Menurut SDKI,manifestasi klinis perilaku kekerasan yaitu:
1. Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif
1) Mengancam
2) Mengumpat dengan kata-kata kasar
3) Suara keras
4) Bicara ketus
b. Objektif
1) Menyerang orang lain
2) Melukai diri sendiri/orang lain
3) Merusak lingkungan
4) Perilaku agresif/amuk
2. Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
-
b. Objektif
1) Mata melotot dan pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah memerah
5) Postur tubuh kaku
E. Komplikasi
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Kebutaan
4. Gagal jantung
F. Patofisiologi
Stres,cemas, harga diri rendah, bermasalah dapat menimbulkan
marah.Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal
maupun internal.Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku
konstrukif maupun destrukif.Mengekspresikan rasa marah dengan
perilaku konstruktif dengan kata-kata yang dapat dimengerti dan
diterima tanpa menyakiti hati orang lain.Selain akan memberikan rasa
lega,ketegangan pun akan menurun dan akhirnya rasa marah dapat
teratasi,rasa marah diekspresikan secara destrukif, misalnya dengan
perilaku agresif, menentang biasanya cara tersebut juga menjadikan
masalah berkepanjangan mendapat menimbulkan amuk yang
ditunjukkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep,2011)
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena
merasa tidak kuat,individu akan berpura-pura tidak marah atau
melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak
terungkap.Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan
yang lama pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang
destruktif yang dianjurkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
( Dermawan dan Rusdi,2013)
Faktor
Predisposisi
Stresor Prespitasi
Penilaian Terhadap
Stersor
Sumber koping
Kemampuan
j Dukungan sosial Aset materi Keyakinan positif
personal
perso
Mekanisme koping
dekstruktif
konstruktif
Respon Maladatif
Respon Adaptif
G. Pemeriksa Penunjang
Menurut Doenges (1995,hlm.253) ,pemeriksaan penunjang
dilakukan untuk penyakit fisik yang dapat menyebabkan gejala
reversible seperti kondisi defisiensi/toksik,penyakit
neurologis,gangguan, gangguan metabolic/endokrin.
Serangkaian diagnostik yang dapat dilakukan pada skizofrenia Paranoid
adalah sbb:
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut (Yosep,2007) obat-obatan yang
biasa diberikan pada pasien dengan marah atau perilaku kekerasan
adalah,
1. Farmakologi
a. Antianxiety dan sedative hypnotics.Obat0-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut.Benzodiazepine seperti
Lorazepam dan Clonazepam,sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan
klien.Tetapi tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka
panjangkarena dapat menyebabkan kebingungan dan
ketergantungan juga bisa memperburuk symptom depresi.
b. Busripome obat antianxiety,efektif dalam mengendalikan
perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan
depresi.
c. Antidepressants,Penggunaan obat ini mampu mengontrol
impulsive dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan
perubahan mood.Amitriptyline dan
trazodome,menghilangkan agresifitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gngguan mental organic
d. Lithium efektif untuk agresif karena panic
e. Antisyhotic dipergunakan untuk perawatan perilaku
kekerasan.
2. Non Farmakologi
a. Terapi keluarga : berfokus pada keluarga dimana keluarga
memberikan perhatian kepada klien
b. Terapi kelompok : berfokus pada perkembangan dan
keterampilan social atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku sebagian orang
c. Terapi music : Dengan musik klien terhibur dan rileks dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran diri.
I. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal yang diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.Perilaku kekerasan mengacu pada 2
bentuk yaitu, perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku
kekerasan terdahulu.
a. Biologis
Respon biologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat,tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin
meningkat.Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflex cepat.Hal ini
disebabkan oleh energy yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, prustasi,dendam ingin memukul orang lain,
mengamuk bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapat melalui
proses intelektual, peran panca indera sangat penting beradaptasi
dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi kemarahan,bagaimana informasi
diproses,diklarifikasi, dan diintegrasikan
d. Aspek social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan.Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain.Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehungga orang lain merasa sakit hati dengan
menucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara
keras.Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri,menjauhkan diri dari orang lain,menolak mengikuti aturan
e. Aspek Spiritual
Kepercayaan nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan.Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
J. Diagnosa dan intervensi
1. Diagnosa
a. Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis
c. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit
perawatan diri mandi dan berhias
d. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien
di rumah
2. Intervensi
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria Evluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Resiko Perilaku TUM : Klien menunjukan 1.1Membina Kepercayaan
Klien dan tanda-tanda hubungan dari klien
keluarga mampu percaya kepada saling percaya merupakan hal
mengatasi atau perawat melalui: dengan yang akan
mengendalikan a. Ekspresi mengemukaka memudahkan
risiko perilaku wajah cerah, n prinsip perawat dalam
kekerasan tersenyum komunikasi melakukan
TUK 1 : b. Mau berkenalan terapeutik : pendekatan
Klien dapat c. Ada kontak a.Mengu- keperawatan
membina hubungan mata capkan atau intervensi
saling d. Bersedia salam selanjutnya
percayw menceritakan terapeutik.
perasaannya Sapa
e. Bersedia berjabat
mengungkapkan tangan
masalah dengan
Kriteria Evaluasi: klien
Setelah 3X c. Perkenalkan
intervensi, klien diri dengan
dapat : sopan
a. Menceritakan d. Tanyakan
penyebab nama
perilaku lenhkap
kekerasan yang klien dan
dilakukannya nama
b. Mencereitakan panggilan
penyebab yang
perasaan disukai
jengkel/kesal, klien
baik dari diri e. Jelaskan
c. sendiri maupun tujuan
lingkungannya. pertemuan
f. Membuat
kontrak
topic,
waktu, dan
tempat
setiap
kali
bertemu
klien
g. Tunjukan
sikap
empati dan
menerima
klien apa
adanya
h. Beri
perhatian
kepada
klien dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 bantu klien Menentukan
Klien dapat Setelah 3X mengungkapk- mekanisme
mengidentifikasi intervensi, klien an perasaan koping yang
penyebab perilaku dapat Marahnya : dimiliki oleh
kekerasan yang menceritakan a. diskusikan klien dalam
dilakukannya tanda-tanda bersama menghadapi
perilaku kekerasan klien untuk masalah. Selain
secara : menceritak- itu, juga
a. Fisik : mata an sebagai
merah, tangan penyebab langkah awal
mengepal, rasa kesal dalam
ekspresi atau rasa menyusun
tegang, dan jengkelnya strategi berikut.
lain-lain. b. dengarkan
b. Emosional : penjelasan
perasaan klien tanpa
marah, menyela
jengkel, bicara atau
kasar member
c. Social : penilaian
Bermusuhan pada setiap
yang dialami ungkapan
saat terjadi perasaan
perilaku klien
kekerasan