Anda di halaman 1dari 17

RESUME FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH :
NAMA : Syaza
NIM : 1714301044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
D.IV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

1
2019/2020
1. KONSEP FARMAKOLOGI
1.1 Perbedaan Farmakologi dan Terapi Obat
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara obat dengan
makhluk hidup. Sedangkan terapi obat atau pengobatan adalah remediasi
masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis..Orang yang melakukan terapi
disebut sebagai terapis.

1.2 Perbedaan Obat Paten, Generik dan Trade Name


a. Obat Paten adalah obat yang masih dilindungi oleh paten. Biasanya obat
ditemukan sebagai hasil penelitian yang mendalam dan tentu mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit. Untuk mengganti biaya penelitian tersebut, maka obat yang
baru biasanya dilindungi oleh hak paten. Tujuannya untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan, misalnya meniru secara ilegal obat yang ditemukan.
b. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat
yang dikandungnya.
c. Obat Trade Name
Disebut juga dengan obat generic bermerek. Obat ini merupakan obat yang telah
habis masa patennya, sehingga dapet diproduksi oleh semua perusahaan farmasi
tanpa perlu membayar royalty. Biasanya obat ini diberi nama ata merek dagang
sesuai dengan keinginan produsen obat.
1.3 Bahan Pembuat Obat
a. Bahan baku obat aktif (BBAO) yang diproses secara kimiawi
b. Bahan baku obat tambahan (eksipien)
c. Bahan baku obat aktif yang diproses secara Bioteknologi
d. Bahan baku obat aktif yang berasal dari Sel Punca (Stem Cell), yang merupakan
teknologi baru dalam pengembangan bahan baku aktif obat.
1.4 Rute Pemberian Obat
Rute pemberian obat adalah jalan atau jalur obat masuk dalam tubuh manusia.
Dipengaruhi oleh bentuk sediaan obat, onset atau kerja obat yang diinginkan dan
karakter pasien. Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan
besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan
dan efek terapi obat. Ada obat yang diberikan secara oral (mulut), sublingual (bawah
lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal,
intramuskular, subkutan, dan intraperitonial melibatkan proses penyerapan obat yang
berbeda-beda.obat yang diberikan secara parental tidak melibatkan proses
penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi

2
reseptor. Ada juga pemberian obat inhalasi melalui hidung dan secara setempat
seperti melalui kulit atau mata.

1.5 Farmakokinetik dan Farmakodinamik


Farmakokinetik atau kinetika obat adalah efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik
mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan
ekskresi (E).
a. Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Jika obat itu diberikan secara oral maka obat akan absorpsi utama pada
usus halus karena memiliki permukaaan absorpsi yang sangat luas. Factor yang
mempengaruhi penyerapan yaitu; aliran darah, total luas permukaan yang tersedia
sebagai tempat absorpsi,dan waktu kontak permukaan absorpsi.
b. Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan
dan cairan tubuh. Dipengaruhi oleh; aliran darah, permeabilitas kapiler dan ikatan
protein.
c. Metabolisme /biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Dipengaruhi
oleh; kondisi khusus(penyakit tertentu dapat mengurangu metabolism), pengaruh
gen, pengaruh lingkungan, usia.
d. Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh.Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin.Obat jugadapat dibuang melalui
paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.

Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek


biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya.Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat
dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang
terjadi.

1.6 Penggunaan Istilah dalam Peresepan Obat


Penggunaan istilah dalam peresepan obat ini penting, istilah ini hanya dimengerti
oleh kalangan tenaga medis seperti dokter, perawat, farmasi, bidan. bertujuan untuk
menyamakan persepsi antara dokter dengan perawat agar memudahkan perawat
dalam membaca resep yang diberikan oleh dokter dan masyarakat tidak mnegerti apa
yang dituliskan oleh tenaga medis supaya masyarakat tidak dapat menggunakan obat
secara bebas tanpa resep dari dokter maupun tenaga medis lain.
3
Contoh : dim (dimidio) = separuhnya, b.d..d (bis de die) = dua kali sehari.

1.7 Peran Kolaborasi Dokter, Apoteker, Asisten Apoteker dalam Prinsip Pemberian
Obat
Kolaborasi dokter dan apoteker sangat penting dalam suatu pemberian pengobatan
kepada pasien.Kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang
memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.

2. MACAM-MACAM SEDIAAN OBAT


2.1 Bentuk Sedian Padat
a. Pulvis dan Pulveres (Serbuk) : Bahan atau campuran obat yang homogen
dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk dan relatif stabil serta
kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat dalam.
Sifat Pulvis untuk obat dalam: cocok untuk obat yang tidak stabil dalam
bentuk cairan, Absorbsi obat lebih cepat disbanding dalam bentuk tablet, tidak
cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan.
Cara peyimpanan :Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk,
dan terlindung dari sinar matahari. Contoh : Salicyl bedak (Pulv.
Adspersorius); Oralit (Pulvis untuk obat dalam ) dalam kemasan sachet.

b. Tablet : Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa
cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan
mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan.
Sifat : Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.Tidak tepat untuk :
Obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan, Obat yang
bersifat iritatif.

Adapun beberapa jenis bentuk sediaan tablet adalah:


1. Tablet biasa. Tablet dicetak tanpa diberi lapisan apapun, pada umumnya obat
tablet ini akan diserap pada saluran pencernaan sehingga efek pengobatannya
pun cepat dirasakan.
2. Tablet kompresi. Tablet yang diproduksi dengan sekali tekan, biasanya
terdapat zat tambahan. Contoh: bodariexin.
3. Tablet kompresi ganda. Tablet yang dalam proses produksinya mengalami
penekanan dua kali. Pada umumnya tablet bentuk ini akan terlihat berlapis.
Contoh: decolgen.
4. Tablet yang dikempa. Tablet yang dicetak berbentuk silinder kecil. Contoh :
Vit C IPI.

4
5. Tablet hipodermik. Tablet yang diproduksi dengan bahan-bahan yang
mudah larut dalam air. Contoh: atropin sulfat.
6. Tablet sublingual. Tablet yang diminum dengan cara diletakan dibawah
lidah. Contoh: nitrogliserin.
7. Tablet bukal. Tablet yang diminum dengan cara meletakan obat di antara
pipi dan gusi. Contoh: progesteron.
8. Tablet salut,
9. Tablet effervescent. Sediaan obat berbentuk tablet yang akan berbuih jika
terkena cairan, biasanya disimpan ditempat tertutup untuk menjaga
kelembabannya. Contoh: Redoxon.
10. Tablet diwarnai coklat. Bentuk sediaan obat yang dilapisi dengan oksida
besi, warna coklat ini didapatkan dari oksida besi. Contoh: Sangobion.
11. Chewable tablet. Tablet yang cara pemakaiannya harus dikunyah agar
meninggalkan efek enak di rongga mulut. Contoh: Antasida, fitkom.
12. Tablet hisap. Bentuk sediaan tablet yang diminum dengan cara dihisap
untuk pengobatan di rongga mulut dan tenggorokan. Contoh: FG Troches,
Ester C, dan lain-lain.
c. Kapsul
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat
dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang
umumnya terbuat dari gelatin. Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari
isinya.
Cara mengenal kerusakan : Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat
dari adanya perubahan warna, berbau, tidak kompak lagi sehingga tablet
pecah/retak, timbul kristal atau benyek.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup, baik ditempat yang
sejuk dan terlindung dari sinar matahari.
Ada 2 jenis kapsul :
1) Kapsul Lunak (Soft Capsule): Berisi bahan obat berupa minyak/ larutan
obat dalam minyak.
2) Kapsul keras ( Hard Capsule ) : berisi bahan obat yang kering.

2.2 Bentuk Sedian Semi Padat


a. Unguenta (Salep) : Sediaan 1/2 padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah
dioleskan pada kulit dan tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu , dengan bahan
obat yang terkandung hares terbagi rata atau terdispersi homogen dalam
vehikulum. Umumnya memakai dasar salep Hidrokarbon (vaselin album dan
vaselin flavum), dan dasar salep Absorbsi (adeps lanae, dan lanolin ).
b. Jelly (Gel) : Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan lengket yang
mencair waktu kontak dengan kulit, mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak
5
berminyak. Pada umumnya menggunakan bahan dasar larut dalam air (PEG,
CMG, Tragakanta).
c. Cream : Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga
memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat
berupa emulsi 0/W atau emulsi W/O.
d. Pasta : Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentu
serbuk dalam jumlah besar ( 40 — 60% ), dengan vaselin atau paraffin cair atau
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilage, sabun.

2.3 Bentuk Sedian Cair


a. Solutio :Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
b. Sirup : Penggunaan istilah Sirup digunakan untuk : Bentuk sediaan Cair yang
mengandung Saccharosa atau gula ( 64-66% ), Larutan Sukrosa hampir jenuh
dengan air, Sediaan cair yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk
suspensi oral.
c. Suspensi Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya mengandung
stabilisator untuk menjamin stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu sebelum
dipakai.
d. Emulsi Emulsi merupakan suatu sediaan cair obat yang terdispersi dalam cairan
pembawa yang distabilkan dengan penambahkan pengemulsi (emulgator) yang
cocok. Dengan kata lain emulsi merupakan suatu sediaan yang cair yang tidak
saling bercampur, dimana zat pendispersi berbentuk dalam tetesan-tetesan kecil
yang terdispersi dalam larutan pembawa.
e. Linimentum : linimentum umumnya adalah sediaan cair atau kental,
mengandung analgetikum dan zat yang mengandung sifat rubefasien,
melemaskan otot atau menghangatkan; digunakan sebagai obat luar.
f. Lotio/Lotion : Lotio adalah sediaan cair berupa suspensi atau disperse,
digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk
serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe m/a dengan
surfaktan yang cocok. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet dan pewangi
yang cocok.

2.4 Bentuk Sediaan Khusus


a. BSO Gas/Aerosol : Sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat
dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis. Contoh untuk obat inhalasi dan spray

6
b. Injeksi : Sediaan steril berupa larutan, suspensi, atau serbuk yang dilarutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral.
c. Vaginal Dosage Form : Sediaan ini untuk vagina dapat berbentuk cair, padat,
setengah padat yang cara penggunaannya dengan menggunakan aplikator (alat
khusus) dimasukkan kedalam liang vagina sedalam-dalamnya.
d. Suppositoria : Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang
mengandung obat, cara penggunaanya dengan memasukkanya kedalam salah
satu rongga tubuh. Suppositoria yang dimasukkan rectum disebut Suppositoria
rectal dan bertujuan untuk efek lokal atau sistemik, sedang yang dimasukkan
vagina disebut ovula, untuk efek local.

3. RUTE PEMBERIAN OBAT


3.1 Pengertian Rute Pemberian Obat
Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat,
karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada
daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah
yang berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai
lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda tergantung dari rute pemberian
obat.
3.2 Rute Pemberian Obat Ditentukan Oleh Sifat Obat
a. Enternal : Enteral adalah rute pemberian obat melalui saluran cerna. Seperti
Oral, sublingual, Rektal
b. Parenternal : Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya
buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil
dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan
pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang
cepat. Seperti permberian obat melalui IV(Intra Vena), IM(Intra muscular):
Subkutan, Intra cutan.
c. Lain-lain
1) Inhalasi : inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan
efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara
intravena.
2) Intranasal: Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan
diabetes insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon
peptida yang digunakan dalam pengobatan osteoporosis, tersedia dalam bentuk

7
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap.
3) Intratekal/intraventrikular
4) Topikal: Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat
diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk
krem secara langsung pada kulit.
5) Transdermal

3.3 Rute Pemberian Obat Ditentukan Oleh Efek Sistemik dan Lokal
Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan kecepatan dan
kelengkapan resorpsi. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis
(diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat-sifat fisiko-
kimiawi obat dapat dipilih banyak cara untuk memberikan obat.
1. Efek sistemis (diseluruh tubuh)
a. Oral : obat yang di masukan dari mulut
b. Sublingual : obat yang dikonsumsi dengan obat di letakan di bawah lidah
c. Bucal : obat yang dikonsumsi dengan letakan obat dirongga pipi.
d. Injeksi : Subkutan (hipodermal);Intrakutan;intramuscular;Intravena;Intra-
arteri;Intralumbal
e. Implantasi subkutan
2. Efek lokal(setempat)
a. Intranasal
b. Intra-okuler atau intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)
c. Inhalasi (intrapulmonal)
d. Intravaginal
e. Kulit (topical)

3.4 Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat

Rute Keuntungan Kerugian


Oral (PO) 1. Mudah untuk diberikan, 1. Absorbsi tidak lengkap,
2. Area absorbsi obat yang luas, 2. Efek metabolisme hepatik
3. Biasanya harga terjangakau tahap satu,
dibandingkan dengan rute 3. Rasa cenderung pahit
parenteral
4. Berpotensi mengiritasi
4. Aman, tidak merusak pertahanan saluran cerna.
kulit

8
Sublingual 1. Pemakaian bisanya hanya
(SL) untuk seseorang yang
1. Proses absorpsi cepat, langsung pingsan
pada vena mukosa 2. Dapat merangsang mukosa
2. Bentuk kecil tidak ribet diletakkan mulut
pada bawah lidah atau pipi 3. Harus larut lemak
4. durasi kerja obat singkat

Rektal (PR) 1. Tidak nyaman, iritasi


1. Absorpsi cepat karena langsung lokasi pemberian,
2. absorpsi kurang baik
memasuki vena mukosa
2. Dapat diberikan saat muntah
3. Dan saat pasien tidak sadar

Intravena (IV) 1. Terbatas pada obat dengan


daya larut tinggi
2. Distribusi obat mungkin
1. Efek kerja cepat
2. Mudah untuk mentitrasi dosis obat. dihambat oleh sirkulasi
darah yang menurun

Intramuscular 1. Merusak barier kulit


2. Dapat menyebabkan
(IM) 1. Nyeri akibat iritasi kurang
2. Dapat diberikan dalam jumlah yang kecemasan
3. Nyeri/hematom di lokasi
besar dari pemberian SC
3. Obat diabsorpsi dengan cepat injeksi

Subcutaneus 1. Diberikan hanya dalam


1. Kerja obat lebih cepat dari
(SC)
jumlah kecil
pemberian oral
2. Lebih lambat dari
2. Alternatif dari IV
3. Obat tidak mengiritasi pemberian intaramuscular
3. Lebih mahal dari obat oral,
beberapa obat dapat
mengiritasi jaringan kulit
dan menyebabkan nyeri.

9
Inhalasi 1. Harus berupa gas, vapor,
atau aerosol.
1. Kerja segera pada paru dan saluran 2. Obat dimaksudkan pada

napas. efek setempat


2. Diantarkan dengan cepat ke darah 3. Menghasilkan efek sistemik
4. Hanya digunakan untuk
saluran pernapasan

Topikal 1. Efek hanya terbatas pada


lokasi obat diberikan
2. Mungkin kotor dan dapat

1. Mudah untuk diberikan mengotori pakaian


2. Efek local 3. Cepat memasuki tubuh
3. Efek samping sedikit melalui abrasi dan efek
sistematik

4. EFEK SAMPING OBAT


4.1 FISIOLOGIS SEL TERHADAP OBAT
Ditubuh manusia,obat harus menembus sawar(barrier) sel di berbagai jaringan.Pada
umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya,bukan dengan
melewati celah antar sel kecuali pada endotel kapiler.Karena itu peristiwa terpenting
dalam proses farmakokinetik ialah transportasi lintas membran. Membran sel terdiri
dari 2 lapis lemak yang membentuk fase hidrofilik di kedua sisi membran dan fase
hidrofobik di antaranya.Molekul-molekul protein yang tertanam di kedua sisi mebran
atau menembus membran berupa mozaik pada membran.Molekul-molekul protein ini
membentuk kanal hidrofilik untuk transport air dan molekul kecil lainnya.

Membran sel merupakan membran semipermeabel,artinya hanya dapat dirembesi air


dan molekul-molekul kecil.Air berdifusi atau memgalir melalui kanal hidrofilik pada
membran akibat perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik.Bersama
aliran air akan terbawa zat-zat terlarut bukan ion yang berat molekulnya kurang dari
100-200 misalnya urea,etanol,dan antipirin.Meskipun berat atomnya kecil,ion
anorganik ukurannya membesar karena mengikat air sehingga tidak dapat melewati

10
kanal hidrofilik bersama air.Kini telah ditemukan kanal selektif untuk ion-ion
Na,K,Ca.
Transport obat melintasi endotel kapiler terutama melalui celah-celah antar
sel,kecuali di susunan saraf pusat(SSP).Celah antar sel endotel kapiler demikian
besarnya sehingga dapat meloloskan semua molekul yang berat molekulnya kurang
dari 69.0000(BM albumin).Yaitu semua obat bebas termasuk yang tidak larut dalam
lemak dan bentuk ion sekalipun.Proses ini berperan dalam absorpsi obat setelah
pemberian parental dan dalam filtrasi lewat membran glomerulus di ginjal

4.2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEK OBAT


a. Dosis
Dosis yang diberikan berbeda, sesuai dengan kebutuhan pasien. Untuk
menentukan dosis
2. Perhatikan satuan berat dan isi obat yang diperlukan.
3. Menyatakan presentase dengan istilah kuantitatif
4. Perhitungan Dosis dan Tablet/kapsul/obat cair/suntikan
5. kalkulasi kecepatan infus
6. Kalkulasi dosis berdasarkan berat badan
7. Dosis pediatrik ( dosis anak-anak)
b. Rute pemberian obat
1. Pemberian obat secara subligual
2. Pemberian obat secara rektal
3. Pemberian obat suntikan (parental).
4. Pemberian melalui endotel paru-paru
5. Pembarian topikal pada kulit.
c. Interaksi Diet Obat
d. Interaksi Obat dengan Obat Lain yang di Berikan Bersamaan
Ada obat yang tidak diperbolehkan untuk diminum secara bersamaan karna dapat
menghampat proses kerja/ reaksi obat pada tubuh. Dan ada juga obat yang
memang dikehendaki untuk diminum secara bersamaan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kadar plasma obat-obat tertentu sehingga dapat diperoleh efek
terapeutik yang diharapkan. Contoh : Kombinasi suatu antiaritmia yang memiliki
waktu paruh singkat misalnya prokainamid dengan simetidin dapat mengubah
parameter farmakokineti prokaioamid.
e. Faktor pasien(psikologis)
Yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor genetik, dan
penyakit yang diderita Umur Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem
metabolismenya belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping
dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi
tubuhnya sudah menurun.
f. Faktor intrinsik dari obat.
11
Yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping, seperti pemilihan
obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat. Setiap obat
tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, tempat kerja yang berbeda,
dan tentunya efek yang berbeda pula. Maka dari itu, harus diwaspadai juga efek
samping yang mungkin terjadi dari obat yang dikonsumsi. Jangka waktu
penggunaan obat

Efek samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi dalam jangka waktu
yang lama. Contohnya penggunaan parasetamol dosis tinggi pada waktu lama
akan menyebabkan hepatotoksik atau penggunaan kortikosteroid oral pada jangka
waktu lama juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius seperti
moonface, hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain.

5. BAHAYA PENGUNAAN OBAT


5.1 Interaksi Yang Dapat Meningkatkan Dan Menurunkan Efek Obat
Interaksi obat umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat.
Sebuah obat dapat menguatkan atau menghilangkan kerja obat lain dan dapat
mengubah absorpsi, metabolisme, atau pembuangan obat tersebut dari tubuh. Apabila
dua obat diberikan secara bersamaan, kedua obat tersebut dapat memiliki efek yang
sinergis atau adiktif. Dengan efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua obat
tersebut lebih besar daripada efek obat bila terpisah.

Pada penulisan tentang interaksi obat. perlu diperhatikan bermacam-macam


mekanisme aksi obat masing-masing. Secara prinsip, perubahan efek di antara obat-
obatan pada setiap tingkat dari kerja obat adalah:
1. Inkompatibilitas in vitro. Member larangan untuk pencampuran obat-obat yang
bersangkutan. Contohnya : Aminoglikosida dan Penisilin harus diberikan dalam
infus yang terpisah.
2. Pada interaksi di dalam traktus gastroinlestinalis senyawa-senyawa/obat-obatan
dapat mempengaruhi ketersediaan biologik obat-obat lain. Contoh : Kalsium dan
Magnesium menghambal absorpsi Tetracicline.
3. lnteraksi dalam hal ikatan protein adalah mempunyai arti yang penting pada
terapi dalam waktu yang lama. Contohnya pada Antikoagulan peroral atau obat
anti diabetes.
4. Dengan suatu zat penghambat dalam proses penukaran zat dari suatu obat dapat
memperlambat eliminasi obat tersebut. Zat-zat penghambat yang penting adalah
Alkobol.
12
5. Suatu induksi, yang berarti peningkatan sintesis enzim untuk proses pertukaran
zat dalam hati. Contohnya : Sitokrom P-450, Glukuroniltransferase.
6. Obat-obat yang dieksresi dengan bantuan sistem transport anion dalam tubuli
ginjal, adalah saling mempengaruhi antara satu obat dengan obat yang lain.
Contoh klasik adalah penurunan klirens Penisilin

5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat


a. Perbedaan Genetik : Pola metabolik dalam keluarga seringkali sama. Faktor
genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk
membantu penguraian obat. Akibatnya, anggota keluarga sensitif terhadap suatu
obat.
b. Variabel Fisiologis : Perbedaan hormonal antar pria dan wanita mengubah
metabolisme obat tertentu. Variasi diurnal pada sekresi estrogen bertanggung
jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami wanita. Usia berdampak
langsung pada kerja obat. Bayi tidak memiliki banyak enzim yang diperlukan
untuk metabolisme obat normal. Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai
penuaan mempengaruhi respons terhadap terapi obat.

c. Kondisi Lingkungan : Reaksi suatu obat bermacam-macam, bergantung pada


lingkungan obat tersebut digunakan. Pajanan pada panas dan dingin dapat
memengaruhi respon terhadap obat. Klien hipertensi diberi vasodilator untuk
mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas, dosis vasodilator perlu
dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin
cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator perlu di
tambah.
d. Faktor Psikologis : Sejumlah faktor psikologis memengaruhi penggunaan obat
dan respons terhadap obat. Sikap seseorang terhadap obat berakar dari
pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga. Contohnya anak melihat orang
tua sering menggunakan obat-obatan dapat membuat anak menerima obat sebagai
bagian dari kehidupan normalnya.
e. Diet : Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek
nutrient.Contoh vitamin K ( terkandung dalam sayuran hijau berdaun) merupakan
nutrient yang melawan efek warfarin natrium ( Coumadin), mengurangi,
mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah.
5.3 Manajemen Efek Toxic Obat
a. Kesalahan Rute Pemberian Pengobatan
Kesalahan pemberian obat, selain member obat yang salah, mencakup factor lain
yang direncanakan,misalnya lupa memberi obat; memberi dua kali obat yang
13
dilakukan sebagai kompensasi, memberi obat yang benar diwaktu yang salah,
atau member obat yang benar melalui rute yang salah. Jika terjadi kesalahan
pemberian obat, perawat terkait harus segera menghubungi dokternya dan kepala
perawat atau perawat senior segera setelah kesalahan itu diketahui.
CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT
1. Kewaspadaan : waspada dalam memberikan obat kepada pasien yaitu dengan
membaca lebel obat dengan teliti, waspada obat-obatan bernama sama, serta
cermati nama yang tertera pada tanda pengenal
2. Rasional : perhatikan produk dengan benar, banyak produk yang tersedia
dalam kotak,warna dan bentuk yang sama, Kebanyakan dosis terdiri dari satu
atau dua tablet atau kapsul atausatu vial dosis tunggal. Interpretasi yang salah
terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi
berlebihan.
3. Implikasi Keperawatan : memberikan konseling dasar untuk pasien yang akan
pulang mencakup penyuluhan pantangan makanan tertentu, obat non resep
yang dikontraindikasikan, dan Efek samping apa yang diperkirakan, dan
bagaimana mengatasinya

b. Penyalahgunaan Obat (Ketergantungan Obat)


Mengonsumsi obat sendiri, diminum atau disuntik tanpa resep. Ketergantungan
obat dibagi menjadi 2 komponen :
1. ketergantungan psikolog yang mengandalkan obat/obat-obat tertentu demi
kesenagan dan kenyamanan yang dirasakan saat menggunakannya.
2. ketergantungan fisik, yaitu adaptasi seluler terhadap obat sampai timbul
toleransi dan withdrawal syndrome

Pengobatan Penyalahgunaan Obat (Ketergantungan Obat): Mengganti obat


itu dengan obat yang secara farmakologi atau fisiologis ekuivalen :dan secara
bertahap mengurangi obat ekuivalen tersebut, lamanya tergantung keadaan klinis
pasien.
c. Overdosis
Kelebihan dosis terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang batas
kemampuannya lethal doses). Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya proses
toleransi tubuh terhadap obat yang terjadi terus menerus, baik yang digunakan
oleh para pemula maupun para pemakai yang kronís.

Penatalaksanaan
Tindakan emergensi:

14
1. Airway: Bebaskan jalan nafas, kalau perlu dilakukan intubasi.
2. Breathing :Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan
atau pernapasan tidak adekuat.
3. Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan.

6. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT


6.1 Peran dan Fungsi Perawat dalam Pemberian Obat
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan
pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral),
namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh
perawat.

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan


mempertahankan kesehatan klien dengan :
a. Mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
b. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan
jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan
turut
c. Bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama
dengan tenaga kesehatan lain.

Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:


1. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai
mengenai obat
2. Mendukung keefektivitasan obat
3. Mengobservasi efek samping dan alergi obat
4. Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
5. Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
6. Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan
tanggung jawab besar bagi perawat

Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan
harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu
menggunakan prinsip 6 benar, yaitu:
1. Benar Klien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis Obat
15
4. Benar Waktu Pemberian
5. Benar Cara Pemberian (rute)
6. Benar Dokumentasi
6.2 Peran Kolaboratif Perawat dalam Pelaksanaan Farmakologi
Tujuan pengorganisasian farmakologi adalah agar dokter dan perawat dapat
memiliki dan menggunakan obat secara rasional dengan memperhatikan kemanjuran
dan keamanannya. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang
aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan.

Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling
penting, karena :
1. Perawat merupakan mata rantai terkhir dalam proses pemberian obat pada
pasien.
2. Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan bahwa
obat itu benar di minum oleh pasien.
3. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobatan. Misalnya : pasien sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum
obat tertentu.
4. Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan pasien

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kolaborasi pemberian


obat :
1. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.
2. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika
mempersiapkan obat : Saat mengambil obat, saat membuka/menuang atau
mencampur, saat mengembalikan.
3. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas
jangan dipakai.
4. Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar
5. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
6. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain,
kecuali jelas ditugaskan kepada kita.
7. Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.
8. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah
memberikan obat.
9. Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan masing-
masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan lain-lain.

16
10. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada
tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas.
11. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar
dengan mata.
12. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
13. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada
yang bertanggung jawab.
14. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.

17

Anda mungkin juga menyukai