Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KASUS SEKS DAN GENDER

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Dosen Pengampu :

Menik Sri Daryanti, M.Kes

Disusun oleh:
Riya Ulin Nuha

1610104105

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019
Suami Tega Injak-Injak Istri yang Hamil Tua hingga
Bayinya Meninggal
Badriyanto, Jurnalis · Selasa 09 Januari 2018 14:32 WIB

JAKARTA - Aparat Polda Metro Jaya telah menangkap Kasdi (21), suami yang
tega menginjak-injak perut istrinya, Lina Rahmawati (21) yang sedang hamil 8,5
bulan. Bayi dalam kandungan yang tidak diakui sebagai darah dagingnya itu
terpaksa disesar karena ari-arinya putus dan kemudian meninggal dunia.

Direktur Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Nico Afinta menyampaikan,


berdasarkan hasil penyelidikan sementara keterangan dokter RSIA Budi
Kemuliaan, Jakarta Pusat, ari-ari bayi malang itu putus saat dalam kandungan
akibat diinjak-injak sang ayah.

"Pada saat melahirkan, diketahui ternyata ada ari-ari putus pada saat ditendang
tersebut," kata Nico kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa
(9/1/2018).

Bayi malang itu lahir kemudian sesar sehari setelah peristiwa kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) akibat pendarahan yang cukup serius yakni pada Jumat 5
Januari lalu. Namun, bayi yang kemudian diberi nama M Ridho itu tidak bertahan
lama alias meninggal dunia diusianya yang ke-3 hari.

"Karena itu, istri melapor, pihak rumah sakit melapor. Polisi melakukan
penyelidikan dan ditemukan memang ada korban seorang bayi tersebut dan ibu
mengalami luka, jadi korbannya ada 2, ibu dan bayi," tuturnya.

Peristiwa itu terjadi pada Kamis 4 Januari kemarin. Saat itu, pasangan suami istri
(Pasutri) yang menikah pada 14 Juli 2017 itu sedang duduk di lantai seraya
bersenderan ke tembok di kediamannya, Jalan Tanah Tinggi Gang XII, Tanah
Tinggi, Johar Baru Jakarta Pusat.

Tanpa basa-basi Kasdi langsung menendang perut istrinya dan menanyakan bapak
dari bayi yang sedang dikandungnya tersebut, karena usia kandungan dengan
pernikahannya tidak wajar. Sambil teriak kesakitan sang istri menjawab dan
meyakinkan Kasdi bahwa anak itu darah dagingnya.

Namun, sang suami tetap tidak percaya, kemudian menginjak pada bagian pinggang
sebelah kiri korban hingga berkali-kali. Kemudian memukul bagian lengan sebelah
kiri sebanyak 1 kali, Lina pun pasrah menerima pukulan dari suami, hingga pada
akhirnya mengalami pendarahan.
https://news.okezone.com/read/2018/01/09/338/1842308/suami-tega-injak-injak-
istri-yang-hamil-tua-hingga-bayinya-meninggal Diakses pada tanggal 13 Oktober
2019
Pembahasan:

Undang-Undang PKDRT ini menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah


Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) bisa disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal, baik itu secara perseorangan maupun secara bersama-sama,
apalagi di jaman keterbukaan dan kemajuan teknologi informasi yang seringkali
suatu tindak kekerasan muncul melalui media informasi yang tidak bisa tersaring
pengaruh negatifnya terhadap kenyamanan hidup dalam berumah-tangga. Kondisi
ini cenderung mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak-
anak tumbuh dan berkembang secara tidak natural, justru menghambat anak-anak
dapat berprestasi di sekolahnya. Untuk menyelamatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal, perlu dilakukan penanganan secara psikologis
dan edukatif terhadap kasus Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT), baik yang
sifatnya kuratif maupun preventif, sehingga akan bermanfaat bagi pelaku
Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT), utamanya bagi kurban Kekerasan
Dalam Rumah-Tangga (KDRT) dan masyarakatnya secara umum.
Setiap keluarga ingin membangun keluarga bahagia dan penuh rasa saling
mencintai baik secara lahir maupun batin, dengan kata lain bahwa setiap keluarga
berharap dapat membangun keluarga harmonis dan bahagia yang sering disebut
keluarga sakinah. Tetapi faktanya tidak semua keluarga dapat berjalan mulus dalam
mengarungi bahtera rumah-tangganya, karena ada keluarga yang tidak sepenuhnya
bisa merasakan kebahagiaan dan saling mencintai dan menyayangi, justeru
mendapat rasa tidak-nyaman, tertekan, atau kesedihan dan perasaan takut dan benci
di antara sesamanya. Hal ini terindikasi dengan masih dijumpainya pada sejumlah
rumah tangga yang bermasalah, bahkan terjadi berbagai ragam kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT). Ironisnya jumlah kekerasan yang terjadi semakin hari
semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif hal ini
mengindikasikan bahwa ada kecenderungan terjadi peningkatan Kekerasan Dalam
Rumah-Tangga (KDRT) di Jalan Tanah Tinggi Gang XII, Tanah Tinggi, Johar Baru
Jakarta Pusat

KDRT bisa menimpa siapa saja termasuk ibu, bapak, suami, istri, anak atau
pembantu rumah tangga. Namun secara umum pengertian KDRT lebih dipersempit
artinya sebagai penganiayaan oleh suami terhadap istri dan anak. Hal ini bisa
dimengerti karena kebanyakan korban KDRT adalah istri dan anak. Berdasarkan
beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa segala perbuatan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga merupakan perbuatan melanggar hak asasi manusia
yang dapat dikenakan sanksi hukum pidana maupun hukum perdata.

Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT) dengan alasan apapun dari akan


berdampak pada keutuhan keluarga, yang pada akhirnya justru membuat keluarga
berantakan. Jika terjadi hal ini, yang paling mengalami kerugian adalah anak-
anaknya khususnya bagi masa anak-anaknya. Karena itu harus ada upaya mencari
jalan terbaik untuk menyelamatkan lembaga keluarga dengan lebih banyak
memberi perhatian untuk penyelamatan anggota keluarga pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

Akibat dari banyaknya kasus KDRT hingga saat ini, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam sebuah keluarga (pernikahan) demi terbentuknya keluarga
yang harmonis diantaranya memberikan rasa aman, saling memiliki, saling
menghargai, kasih sayang serta saling percaya satu sama lain
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E. (2014). Kekerasan terhadap Perempuan dalam Keluarga. Jakarta:


Gunung Mulia

Bassar, S. (2015). Tindak Tertentu didalam KUHP. Bandung: Remaja Karya

F. A. Boughima, R. Razine, H. Benyaich, M. Mrabet. (2018). The profile of women


victims of domestic violence in Morocco. Online. Vol. 9 Issue 3.
https://doi.org/10.1016/j.medleg.2018.05.002.pdf Diakses pada tanggal 13
Oktober 2019

Harkrisnowo, H. 2011. Hukum Pidana dan Kekerasan Terhadap Perempuan.


Dalam A.S.Luhalima(Eds). Pemahaman terhadap Bentuk-bentuk
Kekerasan terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta:
Kelompok Kerja"Convention Watch", Pusat Kajian Wanita dan Fewleral.

Manumpahi. (2016). Kajian Kekerasan Dalam Rumah Tangga. E-journal “Acta


Diurna”. Online. Vol. 5 No. 1.
https://media.neliti.com/media/publications/90227-ID-kajian-kekerasan-
dalam-rumah-tangga-terh.pdf Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019

UU N0 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga


(KDRT). https://mitrawacana.or.id/kebijakan/uu-n0-23-tahun-2004-
penghapusan-kekerasan-dalam-rumah-tangga/ Diakses pada tanggal 13
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai