Anda di halaman 1dari 15

Struktur makroskopis ginjal

Gambar 1. Struktur Ginjal.1

Sumber: Atlas Human Anatomy.

Ginjal merupakan organ penting dalam sistem renalis tubuh. Beberapa komponen yang lebih
besar dalam anatomi ginjal termasuk renal pelvis, medula renalis, dan korteks renalis. Ia
dihubungkan dengan melalui arteri dan vena yang khusus untuk menjalankan tugasnya dalam
menyaring darah. Produk akhir penyaringan akan meninggalkan ginjal sebagai urin, dan ia akan
melalui ureter untuk ke kandung kernih yang terletak di bagian pelvis. Akhirnya, urin akan
dikeluarkan dari badan melalui urethra.2

1
Ginjal berbentuk seperti kacang soya yang terletak di retro peritoneal yaitu depan dinding dorsal
rongga abdomen.3 Ia terdapat disebelah kiri dan kanan dari columna vertebralis dan pada
sebelah kanan terletak di iga 12 pada lumbar 3-4 yang mana lebih rendah daripada yang
disebelah kiri yaitu pada iga 11 lumbar 2-3.

Kedudukan ginjal kanan agak bawah dari ginjal kiri disebabkan oleh saiz lobus kanan dari hepar.
Dengan kontarksi dari diaphragm semasa pernapasan, kedua-dua ginjal akan terdorong kebawah
sebanyak 2.5 cm.2 Jarak kutub atas antara kedua ginjal kurang lebih 7cm manakala jarak kutub
bawah pula adalah 11 cm. Hal ini karena kedudukan ginjal agak serong dan bagian atas ginjal
lebih medial dari bagian bawah. Seterusnya, jarak kutub bawah dengan crista iliaca antara 3-
5cm.

Ginjal dibungkus oleh tiga lapisan pembungkus. Lapisan pertama adalah capsula fibrosa atau
kapsula renalis. Capsula ini melekat pada ginjal tetapi hanya membalut ginjal. Lapisan kedua
adalah capsula adiposa. Capsula ini membungkus ginjal dan glandula supra renalis dimana di
bagian depan lebih tipis karena diliputi usus manakala pada bagian belakang pula lebih tebal
karena otot bagian belakang lebih tebal dank eras karena mengandungi columna vertebralis dan
otot-otot terkait. Capsula adipose ini terletak di spatium perirenal (Gerota). Ginjal difiksasikan di
tempatnya dengan adanya lapisan ini. Lapisan ketiga dan yang paling luar adalah fascia renalis
yang membungkus capsula adipose perirenal, capsula fibrosa dan ginjal. Manakala pada bagian
luar fascia ini terdapat adipose pararenal. Fascia renalis ini berasal dari fascia transversalis.
Fascia renalis ini bercabang menjadi 2 lapisan yang akan kebagian depan (fascia prerenalis) dan
belakang (fascia retrorenalis) yang melekat pada muskulus quadrates lumborum, muskulus psoas
major dan columna vertebralis. Kedua lembar ini bersatu pada sisi lateral dan superior yang
meliputi ginjal dan anak ginjal. Namun, ia tidak bersambung di bagian bawah menyebabkan
ginjal terbuka pada bagian bawahnya.

Setiap ginjal mempunyai struktur luar yang agak coklat gelap yaitu cortex dan coklat terang
bagian dalam yaitu medulla. Medulla ini dibarisi hampir sedozen piramida renalis, setiapnya
bermura di cortex dan apexnya, papilla renalis berprojeksi ke tengah. Cortex ini memasuki ke
medulla ditengah-tengah piramida yang bersebelahan sebagai columna renalis. Manakala base
piramida renalis yang berprojeksi ke cortex dalam bentuk garis-garis dikenali sebagai processus
medullaris (Ferreini).2

2
Untuk merangkumi semua bagian ren, dapat dilihat pada potongan sagittal, ginjal
mempunyai tiga bagian penting yaitu cortex yang terletak di bagian luar, selepas capsula fibrosa.
Bagian kedua adalah medulla yang merupakan bagian tengah dibagi kepada medulla luar dan
dalam. Medulla luar mempunyai jalur luar dan dalam. Yang terakhir adalah papilla yang
merupakan bagian paling dalam dari medulla dalam yang akan bermuara di rongga yang dikenal
dengan calyx minor dan major yang merupakan ekstensi dari ureter. Urin dari kedua-dua ginjal
akan melalui ureter dan di transportasi ke vesica urinaria untuk penyimpanan sementara dan
seterusnya diekskresi dari tubuh.3 Di antara pyramis-pyramis terdapat columna renalis (Bertini)
dan beberapa calyx minor ( 2 – 4 ) membentuk calyx major dan beberapa calyx major menjadi
pyelum atau pelvis renis, kemudian menjadi ureter .

Terdapat satu struktur pada ginjal yaitu hilus renalis yang merupakan tempat keluar dam masuk
pembuluh-pembuluh dari dan ke ginjal dan pelvis renalis yang membawa urin sekunder.

Gambar 2. Vaskularisasi Ginjal.1

Sumber: Atlas Human Anatomy.

Perdarahan ginjal merupakan cabang daripada aorta abdominalis setinggi vertebra lumbar 1-2
yang mana arteri A. renalis kanan lebih panjang daripada A. renalis kiri, karena harus menyilang
vena cava inferior di belakangnya. Arteri renalis masuk ke dalam ginjal melaui hilus renalis dan
bercabang menjadi dua yaitu ke bagian depan mengurus ginjal bagian depan dan ke bagian
belakang untuk menguruskan ginjal bagian belakang. Sewaktu masuk ke hilus renalis, ia
bercabang menjadi lima arteri segmentalis yang tidak beranastomosis sesama sendiri dan

3
kemudian bercabang lagi berjalan diantara lobus ginjal yaitu arteri interlobaris di antara
piramida-piramida. Pada perbatasan antara medulla dan cortex, arteri interlobaris bercabang
menjadi arteri arcuata. Arteri arcuata ini mengililingi cortex dan medulla (A. Arciformis)
seterusnya, nanti mempercabangkan arteri interlobularis yang berjalan sehingga ke hujung
ginjal yang nantinya akan mempercabangkan vasa afferent yang membentuk anyaman (arteriolae
rectae) di glomerolus.

Pembuluh balik daripada vena interlobularis akan berkumpul di vena arcuata dan seterusnya di
vena interlobaris. Vena interlobaris ini akan bermuara ke dalam pembuluh yang lebih besar yaitu
vena renalis dan akhirnya ke dalam vena cava inferior yang akan menghantar darah ke jantung
untuk dipompakan kembali

Untuk persarafan ginjal, ia dipersarafi oleh plexus renalis yang berasal dari plexus coeliacus dan
terbagi menjadi dua serabut. Yaitu serabut simpatis yang dari truncus simpaticus di samping
columna vertebralis dan sampai di organ yang dipersarafi melaui nadinya. Yang kedua adalah
serabut parasimpatis yang merupakan cabang dari saraf cranial ke sepuluh (nervus vagus).

Struktur mikroskopis ginjal

Ginjal terbungkus dalam kapsul jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas
bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada
bagian medula yang masuk ke korteks dan ada bagian korteks yang masuk ke medula.
Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal adalah korteks ginjal terdiri
atas beberapa bangunan yaitu korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan
berbentuk cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler) dan bagian sistim tubulus yaitu
tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus distal. Medula ginjal terdiri atas beberapa
bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus yaitu pars descendens dan descendens ansa
Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris
Bellini.4

Pada sisi konkaf ginjal terdapat hilum yang mengandungi pembuluh darah dan saraf dan tempat
keluar ureter. Pada bagian pelvisnya terbagi menjadi calyx major dan calyx minor yang
merupakan sambungan dari medulla renalis. Sementara pada bagian pembuluh darah yang
terdapat di hilum, bersambung ke bagian cortex dengan glumerulus dan kapsula Bowman

4
(korpus malphigi). Glomerulus merupakan kapiler darah tipe fenestrate yang mempunyai pori-
pori untuk filtrasi plasma darah ke kapsula Bowman yang akan menerima urin primer.

Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan glomerulus. Kapsul
Bowman sebenarnya merupakan pelebaran ujung proksimal saluran keluar ginjal (nefron) yang
dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh jumbai kapiler (glomerulus) sampai mendapatkan
bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda. Dinding sebelah luar disebut lapis parietal (pars
parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada
jumbai glomerulus. Ruang diantara ke dua lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi cairan
ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra filtrasi akan masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal.

Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna yang lebih tua
daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus merupakan gulungan
pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul Bowman. Di
sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi dan
meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus oleh epitel pars parietal
kapsul Bowman.

Kapsul Bowman lapis parietal pada satu kutub bertautan dengan tubulus kontortus proksimal yang
membentuk kutub tubular, sedangkan pada kutub yang berlawanan bertautan dengan arteriol yang
masuk dan keluar dari glomerulus. Kutub ini disebut kutub vaskular. Arteriol yang masuk disebut
vasa aferen yang kemudian bercabang-cabang lagi menjadi sejumlah kapiler yang bergelung-
gelung membentuk kapiler. Pembuluh kapiler ini diliputi oleh sel-sel khusus yang disebut sel
podosit yang merupakan simpai Bowman lapis viseral. Sel podosit ini dapat dilihat dengan
mikroskop elektron. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi membentuk arteriol yang
selanjutnya keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen, yang berupa sebuah arteriol.5

Sel-sel otot polos dinding vasa aferent di dekat glomerulus berubah sifatnya menjadi sel epiteloid.
Sel-sel ini tampak terang dan di dalam sitoplasmanya terdapat granula yang mengandung enzim
renin, suatu enzim yang diperlukan dalam mengontrol tekanan darah. Sel-sel ini dikenal sebagai
sel yuksta glomerular. Renin akan mengubah angiotensinogen (suatu peptida yang dihasilkan oleh
hati) menjadi angiotensin I. Selanjutnya angiotensin I ini akan diubah menjadi angiotensin II oleh

5
ensim angiotensin converting enzyme (ACE) (dihasilkan oleh paru). Angiotensin II akan
mempengaruhi korteks adrenal (kelenjar anak ginjal) untuk melepaskan hormon aldosteron.
Hormon ini akan meningkatkan reabsorpsi natrium dan klorida termasuk juga air di tubulus ginjal
terutama di tubulus kontortus distal dan mengakibatkan bertambahnya volume plasma.
Angiotensin II juga dapat bekerja langsung pada sel-sel tubulus ginjal untuk meningkatkan
reabsopsi natrium, klorida dan air. Di samping itu angiotensin II juga bersifat vasokonstriktor yaitu
menyebabkan kontriksinya dinding pembuluh darah.

Sel-sel yuksta glomerular di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel makula densa, yang
merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang berjalan berhimpitan dengan kutub
vaskular. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel-sel
makula densa ini sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium dalam cairan di tubulus
kontortus distal. Penurunan tekanan darah sistemik akan menyebabkan menurunnya produksi
filtrat glomerulus yang berakibat menurunnya konsentrasi ion natrium di dalam cairan tubulus
kontortus distal. Menurunnya konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus kontortus distal akan
merangsang sel-sel makula densa (berfungsi sebagai osmoreseptor) untuk memberikan sinyal
kepada sel-sel yuksta glomerulus agar mengeluarkan renin. Sel makula densa dan yuksta
glomerular bersama-sama membentuk aparatus yuksta-glomerular.

Di antara aparatus yuksta glomerular dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus terdapat
kelompokan sel kecil-kecil yang terang disebut sel mesangial ekstraglomerular atau sel polkisen
(bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini masih belum jelas, tetapi diduga sel-sel ini berperan
dalam mekanisma umpan balik tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion natrium pada makula
densa akan memberi sinyal yang secara langsung mengontrol aliran darah glomerular. Sel-sel
mesangial ekstraglomerular di duga berperan dalam penerusan sinyal di makula densa ke sel-sel
yuksta glomerular. Selain itu sel-sel ini menghasilkan hormon eritropoetin, yaitu suatu hormon
yang akan merangsang sintesa sel-sel darah merah (eritrosit) di sumsum tulang.4-5

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus di
medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan
batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu

6
sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang menghadap ke
lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini terletak di korteks ginjal.

Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen dengan
cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti
bikarbonat, akan diresorpsi.

Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars asendens), bagian tipis (segmen
tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai gambaran mirip
dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik mempunyai gambaran mirip
tubulus kontortus distal. Segmen tipis ansa henle mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler
darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga
sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di
medula ginjal. Fungsi ansa henle adalah untuk memekatkan atau mengencerkan urin.

Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid
dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar
dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil (kebiruan) dan
permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian ini terletak di
korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.

Duktus kolegen terletak di dalam medula dan mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal
tetapi dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Duktus koligen
tidak termasuk ke dalam nefron. Di bagian medula yang lebih ke tengah beberapa duktus koligen
akan bersatu membentuk duktus yang lebih besar yang bermuara ke apeks papila. Saluran ini
disebut duktus papilaris (Bellini). Muara ke permukaan papil sangat besar, banyak dan rapat
sehingga papil tampak seperti sebuah tapisan (area kribrosa). Fungsi duktus koligen adalah
menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh
hormon antidiuretik (ADH).

7
Di samping bagian korteks dan medula, pada ginjal ada juga bagian korteks yang menjorok masuk
ke dalam medula membentuk kolom mengisi celah di antara piramid ginjal yang disebut sebagai
kolumna renalis Bertini. Sebaliknya ada juga jaringan medula yang menjorok masuk ke dalam
daerah korteks membentuk berkas-berkas yang disebut prosessus Ferreini.
Sawar ginjal adalah bangunan-bangunan yang memisahkan darah kapiler glomerulus dari filtrat
dalam rongga Bowman. Sawar ini terdiri atas endotel kapiler bertingkap glomerulus, lamina basal
dan pedikel podosit yang dihubungkan dengan membran celah (slit membran). Sel podosit adalah
sel-sel epitel lapisan viseral kapsula Bowman. Sel-sel ini telah mengalami perubahan sehingga
berbentuk bintang. Selain badan sel sel-sel ini mempunyai beberapa juluran (prosessus) mayor
(primer) yang meluas dari perikarion dengan cara seperti tentakel seekor gurita. Sebuah prosessus
primer mempunyai beberapa prosessus sekunder yang kecil atau pedikel. Pedikel podosit yang
berdekatan saling berselang-seling dalam susunan yang rumit dengan sistem celah yang disebut
celah filtrasi (Slit pores) di antara pedikel. Pedikel-pedikel ini berhubungan dengan suatu membran
tipis disebut membran celah (Slit membran). Di bawah membran slit ini terdapat membran basal
sel-sel sel endotel kapiler glomerulus.

Guna sawar ginjal ini adalah untuk menyaring molekul-molekul yang boleh melewati lapisan
filtrasi tersebut dan molekul-molekul yang harus dicegah agar tidak keluar dari tubuh. Molekul-
molekul yang dikeluarkan dari tubuh adalah molekul-molekul yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh, sisa-sisa metabolisma atau zat-zat yang toksik bagi tubuh. Molekul-molekul ini selanjutnya
akan dibuang dalam bentuk urin (air kemih). Proses filtrasi ini tergantung kepada tekanan
hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus.4-5

Ureter

Ureter merupakan bahagian lanjutan daripada pelvis renis yang menuju ke distal dan bermuara
ke dalam vesika urinaria dan terbagi menjadi dua bahagian yaitu pars abdominalis dan pars
pelvina.Terdapat tiga tempat penyempitan pada ureter yaitu uretero- pelvic junction, tempat
penyilangan ureter dengan vassa iliaca ataupun flexura marginalis dan muara ureter ke dalam
vesica urinaria.

8
Persarafan ureter adalah plexus hypogastricus inferior columna vertebralis thoracalis 11- Lumbar
2 melalui neuron-neuron simpatis. Pada pars abdominalis ureteris jalannya ureter pada lelaki
maupun perempuan adalah sama manakala pada pars pelvina ureteris jalannya ureter lelaki
berbeda sama perempuan karena terdapatnya alat-alat kelamin yang berbeda.

Vesica Urinaria

Vesika urinaria merupakan kandung kemih yang berfungsi sebagai reservoir urine dan terletak
dibelakang os pubis. Apabila vesika urinaria kosong seluruhnya terletak dalam rongga panggul
dibelakang os pubis dan apabila penuh terisi ia akan berada di region hypogastrica. Pada anak-
anak terletak diatas pintu atas panggul berbatasan dengan dinding perut setelah dewasa rongga
panggul membesar dan kandung kemih masuk ke dalamnya.

Vesika urinaria berbentuk telur atau ovoid apabila penuh dan berbentuk limas terbalik apabila
kosong. Ia terdiri daripada beberapa bagian yaitu apex, corpus dan fundus. Lapisan mukosanya
berlipat-lipat dan apabila penuh lapisan yang sangat halus ini akan menyebabkan lipatannya
hilang. Trigonum vesika Liutaudi dibentuk oleh orifisium ureteris kanan dan kiri dan orifisium
urethra interna. Lapisan otot vesika urinaria terdiri daripada muskulus detrusor yang terdapat
pada bagian dalam dan dapat mengeluarkan isi vesika urinaria. Terdapat juga muskulus trigonal
yang terdapat dalam segitiga Liutaudi dan ikut membentuk uvula serta membuka orifisium
urethra interna. Seterusnya adalah muskulus spincter vesica yang berfungsi menahan urine dalam
vesika urinaria.

Urethra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan
luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki
panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. Selain itu, pria memiliki dua
otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat
involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).6

9
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars
spongiosa. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang
berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.

Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian
ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya. Pars membranosa (12-19
mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat
menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis). Pars spongiosa
(15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai
orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris
dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah
kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi
reproduktif.6

Mekanisme kerja ginjal

Ginjal mempunyai pelbagai fungsi untuk memastikan tubuh kita berada di tahap yang optimum
untuk sentiasa beraktivitas aktif dan memastikan kelangsungan hidup. Hal ini termasuklah dalam
mempertahankan keseimbangan air, meregulasi jumlah dan eliktolit seperti Na+, K+, Cl, HCO3-,
Mg2+, Ca2+, SO4+, PO4+ dan H+, mempertahankan tekanan darah, mempertahankan
keseimbangan asam basa, osmolaritas, mengekresi sisa metabolisme dan senyawa asing. Ia juga
mempunyai fungsi mengsekresi hormone yaitu, eritropoetin, rennin dan calcitriol.

Filtrasi

Dalam menjalankan fungsinya, mekanisme kerja ginjal terbagi kepada tiga bagian, yaitu, filtrasi,
reabsorbsi dan sekresi. Cairan yang masuk ke ruangan capsula Bowman dipanggil filtrate
glomerular. Endothelial sel dari kapiler glomerulus dan podosit bersama-sama membentuk batas
rapuh yaitu membrane filtrasi. Batas ini membolehkan filtrasi air dan solute kecil tetapi

10
menghalangi filtrasi protein plasma, sel-sel darah dan platelet. Substans yang difiltrat akan
melalui tiga membrane yaitu sel endothelial glomerulus, membrane basalis dan kapsula
Bowman.

Dinding kapiler glomerulus merupakan kapiler yang mempunyai pori besar karena ia merupakan
tipe fenestrata yang berukuran 0.07-0.1 mikrometer. Saiz ini membolehkan semua solute dalam
plasma darah melewatinya tetapi menghalang molekul besar melepasinya. Membrane basalis
pula adalah lapisan antara kapiler glomerulus dan podosit yang mengandungi jaringan kolagen
dan proteoglycan dalam matrix glycoprotein dimana ia akan menghalang filtrasi protein plasma
yang besar.7

Proses filtrasi yang berlaku bergantung kepada gaya-gaya Starling yang terdiri daripada 3 jenis
tekanan, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus yang mendorong filtrasi yang sebenarnya
bergantung kepada kekuatan kontraksi otot jantung dan resistensi (diameter) aliran darah
arteriola afferent dan efferent. Kekuatan kontraksi otot jantung ini adalah tekanan darah sistemik
yang mana kurang lebih 40% daripadanya adalah tekanan hidrostatik kapiler glomerulus. Antara
sebab tekanan hidrostatik kapiler glomerulus itu tinggi hingga mencapai 55mmHg adalah karena
diameter arteriola afferent adalah lebih besar berbanding dengan arteriola efferent. Darah lebih
mudah memasuki glomerulus melalui arteriola afferent yang lebar dan kurang resistensinya dan
meninggalkan glomerulus melalui arteriola efferent yang lebih kecil. Oleh itu, glomerular
filtration rate(GFR) meningkat. Jika diameter arteriola afferent lebih kecil daripada arteriola
efferent, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus akan menurun karena resistensinya bertambah
dan darah yang memasuki glomerulus berkurangan menyebabkan GFR menurun.

Tekanan hidrostatik kapsula Bowman yang melawan filtrasi. Tekanan ini bermula di awal
tubulus dan diperkirakan mencapai sehingga 15mmHg. Tekanan ini adalah usaha untuk kapsula
Bowman menolak air keluar dan masuk ke dalam glomerulus yang melawan filtrasi plasma dari
glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman.

Terakhir adalah tekanan onkotik (koloid) yang berasal daripada protein plasma. Protein plasma
yang tidak dapat difiltrasi tertinggal didalam glomerulus dan kepekatan H2O di kapsula Bowman
adalah lebih tinggi daripada kepekatan air dalam glomerulus. Hal ini menyebabkan H2O
mengalir mengikuti kepekatan konsentrasinya daripada konsentrasi tinggi di kapsula Bowman ke

11
konsentrasi yang lebih rendah yaitu glomerulus. Tekanan osmotic yang menarik air ini sekitar
30mmHg. Tekanan osmotic yang tinggi disebabkan oleh jumlah air yang difiltrasi masuk ke
dalam kapsula Bowman lebih tinggi dan konsentrasi protein plasma di glomerulus yang tinggi.

Tekanan filtrasi sentiasa berubah dari menit ke menit mengikut perubahan tekanan darah. Faktor
utama yang menyebabkan perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya tekanan darah sistermik,
aliran darah dalam ginjal itu sendiri dan resistensi arteriola afferent sama ada berkontraksi
ataupun berdilatasi. Faktor lain yang menyababkan perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya
tekanan onkotik plasma dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.

Tekanan filtrasi yang berubah-ubah dapat diatasi dengan adanya autoregulasi yaitu proses
regulasi yang terjadi secara automatik. Faktor internal yang meregulasi adalah, mekanisme
miogenik dimana berlaku jika tekanan darah meningkat, arteriola afferent yang tadinya
berdilatasi kini berkonstriksi, tetapi pengaruh perubahan terhadap daya filtrasi tidak terlalu
mempengaruhi walaupun turun sedikit.

Yang kedua adalah tubuloglomerular feedback(TGF) yang melibatkan juxtaglomerulus yang


terhasil akibat kombinasi dari tubulus dan pembuluh darah. Disini macula densa berperan dalam
mendeteksi perubahan konsentrasi garam dalam cairan yang melalui tubul.

Reabsorpsi

Cairan filtrasi mengandung sejumlah nutrient, elektrolit dan bahan-bahan yang diperlukan oleh
tubuh. Oleh itu, harusnya bahan-bahan tersebut diserap semula daripada tubulus masuk kedalam
peritubular kapiler.

Reabsorbsi ginjal berlaku pada dua bahagian yaitu pertama di tubulus proximal dimana rebsorbsi
berlaku secara obligat(tetap) yaitu tidak terkontrol manakala yang keduanya berlaku pada
tubulus distal yang berlaku secara fakultatif, boleh dikontrol mengikut keperluan badan, jika
kebutuhannya tinggi maka reabsorbsinya pun bertambah.

Antara bahan-bahan yang direabsorbsi adalah air(99%), Na+(99.5%), K+(100%),glukosa dan


asam amino(100%), urea(50%) dan phenol (0%). Ditubulus berlakunya proses reabsorbsi secara
pasif dan aktif. Biasanya bahan-bahan seperti glukosa, asam amino, nutrient, Na+, elektrolit,
PO43+ dan sebagainya. Penyerapan natrium ditubulus proximal mempengaruhi reabsorbsi bahan

12
yang lainnya seperti glukosa, asam amino, air, Cl- dan urea. Penyerapan natrium di ansa henle
ascenden bersama Cl- membolehkan ginjal menghasilkan urine yang berbeda kepekatan dan
volumnya tergantung kepada kebutuhan badan. Penyerapan natrium di tubulus distal dan duktus
kolagen pula dirangsang oleh rangsangan hormonal yang penting dalam mengawal cairan
ekstrasellular. Ianya penting dalam mengontrol tekanan darah dalam jangka masa yang panjang
dan berkaitan dengan sekresi ion K+ dan H+ .

Penyerapan air juga berlaku sebanyak 65% di tubulus proximal manakala di ansa henle
descendens air diserap kembali secara berperingkat-peringkat sehingga urin menjadi pekat empat
kali ganda.

Sekresi

Sekresi bahan daripada peritubulus kapiler masuk ke dalam tubulus adalah berperan untuk
menyingkirkan bahan yang berlebihan dalam tubuh, bersifat asing ataupun toksik. Contoh bahan-
bahan yang disekresikan adalah ion hydrogen, ion kalium, anion dan kation yang bersifat organik
dan bahan asing yang terdapat dalam tubuh.

Sekresi ion hydrogen penting dalam keseimbangan asam basa dalam tubuh. Jika cairan tubuh
kita terlalu asam, maka sebagian asam perlu dibuang dengan menyingkirkan ion hydrogen dalam
kuantiti yang tinggi. Manakala sekresi ion hydrogen berkurangan jika kepekatan cairan amat
rendah.

Ion kalium disekresikan pada tubulus distal dan disekresikan hasil daripada pompa natrium
kalium yang mereabsorbsikan natrium dan mensekresikan ion kalium. Perangsangan sekresi ion
kalium ini diregulasi oleh hormone aldesteron. Dengan perangsangan aldesteron, ion kalium
akan disekresikan manakala ion natrium akan direabsorbsikan, oleh yang demikian jumlah ion
kalium yang dieksresikan dalam urin meningkat.8-9

Kesimpulan

Dalam pembentukan urin, ginjal mempertahankan homeostasis dengan mengatur volume dan
komposisi darah. Proses pengeluaran larutan sisa organik produk metabolisme. Produk sisa yang
perlu mendapat perhatian yaitu urea, kreatinin dan asam urat. Produk ini larut dalam aliran darah,
dan hanya dapat dibuang dengan larutannya urine. Pembuangan ini disertai dengan kehilangan

13
air yang tidak dapat dihindarkan. Ginjal menjamin bahwa cairan yang hilang tidak mengandung
substrat organik yang sangat bermanfaat yang terdapat dalam plasma darah, contohnya gula dan
asam amino.

Fungsi normal ginjal bisa diobstruksi dengan adanya gangguan pada ginjal dan saluran untuk
mengeluarkan urin. Batu ginjal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi. Terdapat
pelbagai perkara yang mampu menyebabkan berlakunya penyakit ini. Sebagai contoh, pola
pemakanan, kurang minum air, infeksi pada saluran kencing malah faktor keturunan mampu
meyebabkan berlakunya pembentukan batu ginjal. Hal ini dapat menimbulkan nyeri dan
ketidakselesaan pada penderita.

Daftar Pustaka

1. Frank H. Netter. Atlas Human Anatomy. 5th edition. America: Saunders


Elsevier.2011.h.182-8.
2. Richard S. Snell.Clinical Anatomy By Regions.9th edition. Philadelphea: Lippincott
Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business; 2012.h.206-22.
3. Linda S Costanzo. Physiology. 4th Edition. Philedilphea:Elsevier.2010.h.235-86.
th
4. Histology. Basic Histology, 10 edition, Washington, Lange, 2003, Junquiera L.C,
Carneiro J, Kelley R.O p.316-23.
5. Micheal H.Ross. Histology,a text and atlas. Edisi kelima. New York: Mcgraw Hill Series;
2006.

6. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. United States. Fifth edition:
Lippincott Williams & Wilkins, 2006. p.231-305.
7. Gerard J. Tortora, Bryan H. Derrickson. Principle Of Anatomy and Physiology. 12 th Ed.
Asia. John Wiley & Sons,2009. P.1030-9.
8. Sherwood L. Human physiology from cell to system, 7th ed, Int. student Ed. 2010.

9. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke- 9. Jakarta : EGC. h.422-
33.

14
15

Anda mungkin juga menyukai