PENDAHULUAN
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang
berat dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok
fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, perlulah keadaan
ini diantisipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang
membahayakan ibu dan janinnya.(1)
Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti namun
dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi
terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi
sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko
timbulnya plasenta previa. (2)
Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar
melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi
diatas akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang
jelas setelah beberapa waktu kemudian. (2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum. (1)
2.2 Epidemiologi
Menurut data sertifikat kelahiran di Amerika Serikat tahun 2003,
plasenta previa mempersulit hampir 1 diantara 300 pelahiran. Crane dkk,
menemukan insiden sebesar 1 di antara 300 pada hampir 93.000 perlahiran.
Di parkland Hospital, insiden ditemukan sebesar 1 di antara 390 pada lebih
dari 280.000 pelahiran yang terjadi antara tahun 1998 dan 2006. Prevalensi
ini sangat mirip bila dipertimbangkan bahwa tidak terdapat kepastian
mengenai definisi dan identifikasi, karena alasan yang telah dibicarakan
sebelumnya. (3)
2.3 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua
yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi.
Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian
atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko
bagi terjadinya plasenta previa. (1)
Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. (1)
2.4 Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dianggap plasenta letak normal. (1)
2.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh
menjadi bagian bagian dari plasenta. Dengan melebarnya isthmus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi pada bagian
itu akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada saat serviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat
laserasiakan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari
ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan pada plasenta previa mudah
terjadi dan dalam jumlah yang banyak karena segmen bawah rahim dan
serviks memiliki elemen otot yang sangat minimal sehingga tidak mampu
berkontraksi dengan kuat, akibatnya pembuluh darah pada daerah tersebut
tidak akan tertutup sempurna. (1)
2.7 Diagnosis
Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut
biasanya menderita plasenta previa atau solusio plasenta. Anamnesis
perdarahan tanpa keluhan dan perdarahan berulang. Klinis kelainan letak dari
perabaan fornix teraba bantalan lunak pada presentasi kepala. Pemeriksaan
dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan di kamar operasi yang telah
siap untuk melakukan operasi segera. (1)
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) ditegakan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG trans
abdominal ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG
transvaginal atau transperitoneal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi
lagi. (1)
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan,
yaitu:
1. Konservatif
Semua wanita hamil yang mengalami perdarahan pada trimester
kedua atau trimester ketiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta
istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika kemudian
ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan
sehat dan masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat
jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup terhadap
keluarga agar segera kembali kerumah sakit bila terjadi perdarahan ulang,
walaupun kelihatan tidak mencemaskan. (1)
Pada usia kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu
diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin.
Pada keadaan yang tampak stabil saat rawat jalan, hubungan suami istri
dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga harus dihindari. (1)
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan
pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam
keadaan janin masih prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk
menekan his sementara waktu sembari memberi steroid untuk
mempercepat pematangan paru janin.(1)
2. Aktif
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. (1)
Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan
rahim sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Selain itu seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks
dan segmen bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam.
Kebanyakan seksio sesarea pada plasenta previa dapat dilakukan melalui
insisi melintang pada segmen bawah rahim bagian anterior terutama jika
plasentanya terletak dibelakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk
dengan baik. (1)
Histerektomi dilakukan jika terjadi perdarahan setelah pengeluaran
bayi melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun saat tindakan
manual plasenta pada retensio plasenta, dimana perdarahan tersebut diatas
tidak dapat terkendali dengan cara seperti penjahitan segmen bawah rahim,
ligasi arteri uterina, ligasi arteri ovarika, ligasi arteri hipogastrik. (1)
BAB III
STATUS PASIEN
3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Riwayat Obstetri :
Riwayat Menstruasi :
Haid pertama kali pada umur 13 tahun, lama 7 hari, siklus haid 28
hari, teratur, banyaknya 3-4 kali ganti pembalut perhari, tidak pernah
merasakan nyeri yang hebat selama haid. Haid pertama haid terakhir
yaitu 20/4/2019.
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Darah Lengkap (5/1/2020) Kimia Darah (5/1/2020)
WBC : 15,52 x103/uL Glukosa :189 mg/dL
RBC : 4,23 x106/uL Serologi (5/1/2020)
HGB : 13,7 g/dL HbsAg : non reaktif
HCT : 39,6 %
PLT : 303 x103/uL Golongan darah : O
CT : 3 menit
BT : 7 menit 30 detik Darah Lengkap (8/1/2020) post
transfusi
Darah Lengkap (7/1/2020) WBC : 17,90 x103/uL
WBC : 18,93 x103/uL RBC : 1,98 x106/uL
RBC : 1,98 x106/uL HGB : 9,2 g/dL
HGB : 6,1 g/dL HCT : 22,0 %
HCT : 18,0 % PLT : 169 x103/uL
PLT : 160 x103/uL
3.4 Resume
3.6 Penatalaksanaan
7. Rawat matahari
8. Rencana USG
3.7 Prognosis
Dubia ad bonam.
FOLLOW UP PASIEN
5/1/2020
S : Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, demam ada, mual ada, muntah
ada, pusing ada, sakit kepala tidak ada, sesak ada, BAB biasa dan
BAK lancar.
O : Keadaan Umum: Sakit sedang
N: 104 kali/menit
R: 26 kali/menit
S: 38,4 oC
IVFD RL 20 tpm
6/1/2020
Pukul 06.00
S : Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati, demam tidak ada, mual ada,
muntah tidak ada, pusing ada, sakit kepala tidak ada, sesak tidak ada,
BAB biasa dan BAK lancar.
N: 84 kali/menit
R: 21 kali/menit
S: 36,7oC
P : Rencana USG.
SF tab 1x1
Amoxixilin tab 3x1.
Pukul 14.00
N: 82 kali/menit
R: 21 kali/menit
S: 36,8oC
P : IVFD RL 24 tpm
SF tab 1x1
Pukul 20.53
N: 82 kali/menit
R: 21 kali/menit
S: 36,8oC
P : IVFD RL 20 tpm
Pasang O2 5 lpm
Observasi BJF
Drips metronidazole
Rawat matahari
7/1/2020
S : Nyeri luka post op ada, PPV ada, demam ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada, pusing tidak ada, BAB biasa dan BAK lancar.
N: 100 kali/menit
R: 20 kali/menit
S: 38,7oC
SF tab 1x1
8/1/2020
S : Nyeri luka post op ada, PPV ada, demam tidak ada, mual tidak ada,
muntah tidak ada, pusing tidak ada, BAB biasa dan BAK lancar.
N: 84 kali/menit
R: 20 kali/menit
S: 36,5oC
TFU: 2 jrbpst
ASI : ada
P : IVFD RL 28 tpm
Metronidazole 3x1
SF tab 1x1
9/1/2020
S : Nyeri luka post op ada, PPV ada, demam tidak ada, mual tidak ada,
muntah tidak ada, pusing tidak ada, BAB biasa dan BAK lancar.
N: 80 kali/menit
R: 20 kali/menit
S: 36,3oC
TFU: 2 jrbpst
ASI : ada
P : Aff infus
Aff kateter
SF tab 1x1
Metronidazole 3x1
Boleh pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Ekspektatif
Ekspektatif dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya
dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah
berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan
dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk menghindari
perdarahan yang fatal. Syarat terapi ekspektatif yaitu :
normal).