Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN KUALITAS PERAIRAN LAUT KOTA SEMARANG

DAN KELAYAKANNYA UNTUK BUDIDAYA LAUT

Agung Riyadi, Lestario Widodo dan Kusno Wibowo


Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

Marine culture develoment at Semarang Central java coast is not


increased. Based on water quality, a good water quality conditions at line 3,
beside far for human activities, the dissolved oxygen and turbidity level still
suitable for marine culture activities. The dissolved oxygen value from 4.8 – 5
mg/l. Comparing with the second station (line l and 2) dissolved oxygen (DO) is
rather low and turbidity level is very hight, turbidity value until 4 FTU. The method
using digital device Chlorotech type AAQ 1183, Alecs Electronics for describing
the characteristicsof tropical coastal hydrography and water quality.
Key words: Quality waters and fissh culture

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
mencari ikan sampai jauh ke utara hingga
Kota Semarang terletak di pantai Utara
kepulauan Karimunjawa, karena potensi
Jawa Tengah, pada posisi 06005’07” LS -
perikanan yang ada di pesisir dan laut Kota
110035’28” Bujur Timur, dengan luas wilayah
Semarang jauh berkurang. Hasil yang
mencapai 37.366.838 Ha atau 373,7 km2.
didapatkan juga tidak seimbang dengan
Letak geografi Kota Semarang ini dalam
pengeluaran untuk bahan bakar minyak
koridor pembangunan Jawa Tengah dan
maupun untuk operasional yang lain. Melihat
merupakan simpul empat pintu gerbang,
potensi yang belum dimanfaatkan di pesisir
yakni koridor pantai Utara, koridor Selatan ke
dan laut Kota Semarang, mencoba untuk
arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten
mencari alternatif pekerjaab lain yaitu
Magelang, Surakarta yang dikenal dengan
mengembangkan budidaya laut dengan
koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke
karamba jaring apung.
arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat
Perairan laut Semarang kemungkinan
menuju Kabupaten Kendal. Dalam
dapat dipergunakan sebagai area budidaya
perkembangan dan pertumbuhan Jawa
laut. Budidaya laut merupakan salah satu
Tengah,
usaha perikanan dengan cara
Semarang sangat berperan, terutama
pengembangan sumber dayanya dalam area
dengan adanya pelabuhan, jaringan transport
terbatas baik di alam terbuka maupun
darat (jalur kereta api dan jalan) serta
tertutup. Tempat untuk budidaya laut harus
transport udara yang merupakan potensi bagi
mempunyai fasilitas alami tertentu, terutama
simpul transport Regional Jawa Tengah dan
persediaan air yang sangat cukup, dengan
kota transit Regional Jawa Tengah. Posisi
suhu, salinitas dan kesuburan yang sesuai
lain yang tak kalah pentingnya adalah
(Bardach et al. 1972).
kekuatan hubungan dengan luar Jawa,
Sementara itu masalah penyediaan air
secara langsung sebagai pusat wilayah
bagi budidaya laut tidak sulit. Hal ini tentunya
nasional bagian tengah. Melihat keberadaan
berbeda dengan budidaya air tawar dan air
nelayan yang bermukim dan mencari ikan di
payau yang dalam banyak hal harus
pesisir Semarang, pada waktu sekarang ini
memperhatikan tersedianya sumber air
mereka
seperti sungai, danau atau pasang surut yang

Riyadi dkk. 2005: Kajian Kualitas……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 6. (3): 497 - 501 496
mengatur secara alami keluar-masuknya air tersebut kemudian diolah dan dirata-ratakan
dari laut. dengan menggunakan visual basic dan
Sirkulasi massa air perairan Indonesia penampilan data menggunakan program
berbeda antara musim barat dan musim timur. matlab untuk dapat mempermudah
Di mana pada musim barat, massa air pembacaan secara 3 dimensional.
umumnya mengalir ke arah timur perairan Di dalam penentuan posisi/lokasi survei
Indonesia, dan sebaliknya ketika musim timur menggunakan GPS (Global Position System)
berkembangdengan sempurna supali massa dan kedalaman peraiaran dibantu dengan fish
air yang berasal dari daerah upwelling di Laut finder untuk mengetahui stock assessment
Arafura dan Laut Banda akan mengalir ikan dan kedalaman air. Di bawah ini
menuju perairan Indonesia bagian barat merupakan peralatan chlorotech probe untuk
(Wyrtki, 1961). Perbedaan suplai massa air mengatahui kualitas perairan secara
tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan langsung.
terhadap kondisi perairan yang akhirnya
mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas
perairan. Tisch et al. (1992) mengatakan
perubahan kondisi sutau massa air dapat
diketahui dengan melihat sifat-sifat massa air
yang meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut
dan kandungan nutrient.

2. Bahan dan Metodologi

Bahan utama yang digunakan dalam


kegiatan identifikasi perairan laut Kota
Semarang adalah data kualitas perairan dan
kedalaman. Selain itu dibutuhkan juga bahan-
bahan penunjang seperti data iklim, peta
digital (SIG) pesisir Semarang dan data curah
hujan. Gambar 1. Peralatan Chlorotech Probe

Untuk pelaksanaan survei identifikasi 3. Lokasi penelitian


perairan laut Semarang tersebut dibutuhkan
beberapa peralatan antara lain:
Lokasi penelitian berada di perairan Kota
- Chlorotec Probe
Semarang. Titik pengambilan data terbagi
- Global Position System (GPS)
menjadi 3 line yang terbagi di dalam wilayah
- Secchi Disk
administrasi kota Semarang. Line 1 di daerah
- CTD (RBR)
perbatasan dengan Demak terletak di Desa
- Tali
Tirtomoyo. Lokasi ini merupakan sentra
- Fish Finder
pemukiman nelayan yang berasal dari Kota
- H2S Analyser
Semarang, dijumpai banyak muara sungai
yang mengalir di kawasan ini, sehingga warn
Survey fisik ini menggunakan sebuah
aair kelihatan lebih keruh dibandingkan
chlorotec probe (Chlorotec, type AAQ1183,
dengan kawasan yang lain. Line 2 di daerah
Alec Electronics). Chlorotec probe ini terdiri
Brumbungan, Line 3 di desa Mangkang
atas rangkaian sensor dan monitor.
Wetan berbatasan dengan Kabupaten Kendal
Rangkaian sensor tsb terdiri atas: sensor
yaitu di desa Bringin, dimana masing-masing
temperatur, salinitas, Oksigen terlarut (DO),
line terdiri dari 5-6 titik pengambilan data
turbiditas, kedalaman, pH dan chlorophil a.
chlorotech. Jarak masing-masing titik di
Chlorotec ini mempunyai kemampuan
dalam line lebih kurang 250 meter, jarak
merekam data mulai probe diturunkan sampai
terjauh dari garis pantai lebih dari 2000 meter
ditarik kembali ke permukaan dengan interval
terdapat di Line 1. Masing – masing titik
perekaman data sesuai dengan kebutuhan
terdiri atas paramater: temperatur, salinity,
surveyor. Dari chlorotech probe tersebut
pH , dissolved oxigen (do), chlorophyl dan
kemudian datanya disimpan secara otomatis
turbidity, dan dilengkapi juga dengan posisi
dan dapat di download sehingga
menghasilkan data dalam format excel. Data

497 Riyadi dkk. 2005: Kajian Kualitas……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 6. (3): 497 - 501
latitude maupun longitude dan kedalaman menerus sepanjang tahun. Pemanasan
perairan. tersebut mengakibatkan terbentuknya
stratifikasi di dalam kolom perairan yang
disebabkan oleh adanya gradien suhu.
#
A05 Berdasarkan gradien suhu secara vertikal di
A04
Line 1 #
#
dalam kolom perairan, Wyrtki (1961)
A03
A02
membagi perairan menjadi 3 (tiga) lapisan,
Line 2
#
A0#1 yaitu: a) lapisan homogen pada permukaan
A#19 perairan atau disebut juga lapisan permukaan
A18
Line 3
#
A#17 tercampur; b) lapisan diskontinuitas atau
A 16
A30
#
#
#
A15 biasa disebut lapisan termoklin; c) lapisan di
A29
#
A28
#
A
#
14 bawah termoklin dengan kondisi yang hampir
A27
#
A26
hohogen, dimana suhu berkurang secara
#
perlahan-lahan ke arah dasar perairan.
SemarangUtara
Kisaran suhu di perairan Semarang
berkisar antara 27.44 – 29.82oC. Suhu
terendah dijumpai di bawah permukaan
Tugu
Gayamsari hingga 12 m terutamadi line 2 yang
SemarangBarat merupakan jalur lintas kapal besar untuk
bersandar maupun bongkar muat di
Pelabuhan Semarang dan suhu tertinggi
berada di atas permukaan. Menurut Lukas
Gambar 1.Lokasi Pengambilan Data and Lindstrom (1991), kedalaman setiap
Chlorotech Probe lapisan di dalam kolom perairan dapat
diketahui dengan melihat perubahan gradien
4. Pola Arus di Lepas Pantai Semarang suhu dari permukaan sampai lapisan dalam.
Lapisan permukaan tercampur merupakan
Karakteristik non-biofisik kelautan di lapisan dengan gradien suhu tidak lebih dari
sepanjang pantai kotamadya Semarang 0.03 oC/m (Wyrtki, 1961), sedangkan
memperlihatkan bahwa pasang surut yang kedalaman lapisan termoklin dalam suatu
terjadi di perairan Semarang berpola perairan didefinisikan sebagai suatu
campuran condong ke harian tunggal. kedalaman atau posisi dimana gradien suhu
Amplitudo pasang surut di perairan lebih dari 0.1 oC/m (Ross, 1970).
Semarang relatif kecil dan berkisar antara 5 - b. Kecerahan Perairan
22 cm. Sedangkan arah dan kecepatan arus
perairan pantai Semarang dipengaruhi oleh
pola arus di laut Jawa. Pola arus yang terjadi Sinar matahari mempunyai arti penting
di Laut Jawa sangat bervariasi dan dalam hubungannya dengan beraneka gejala,
dipengaruhi oleh musim. Pada musim barat termasuk penglihatan, fotositesa dan
yang berlangsung dari bulan Desember- pemanasan. Tingkat kecerahan dimaksudkan
Februari, arus bergerak lebih cepat dari arah untuk mengetahui keberadaan intensitas
Barat menuju ke Timur dengan kecepatan sinar matahari yang masuk ke perairan. Sinar
arus berkisar antara 38-50 detik. Pada musim matahari merupakan sumber energi bagi
timur yang berlangsung dari bulan Juni- kehidupan jasad hidup di perairan. Sinar
Agustus, kecepatan arus lebih lambat matahari diperlukan oleh tumbuhan air untuk
berkisar antara 12-25 cm/detik. Kotamadya proses asimilasi. Menurut Keputusan Men.LH.
Semarang mempunyai beberapa sungai No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku
besar yang bermuara ke wilayah garis pantai mutu air laut untuk biota, kecerahan yang
sehingga faktor sungai sangat berpengaruh diinginkan adalah lebih besar dari 5 m.
terhadap pola arus yang terbentuk. Dengan membandingkan tingkat
kecerahan wilayah studi dan baku mutu
kecerahan, tingkat kecerahan perairan pesisir
5. KUALITAS PERAIRAN Semarang berkisar antara 1.8 – 3.8 m dan
a. Suhu berada di atas standar baku mutu untuk
budidaya perikanan. Tingkat kecerahan
Laut tropik memiliki massa air tergantung kepada musim dan tingkat
permukaan hangat yang disebabkan oleh sedimentasi yang berasal dari sungai yang
adanya pemanasan yang terjadi secara terus

Riyadi dkk. 2005: Kajian Kualitas……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 6. (3): 497 - 501 498
masuk ke perairan laut. Tingkat kecerahan Menurut Wyrtki (1961), sistem angin muson
tertinggi terdapat di lokasi line 3, dimana menyebabkan terjadinya musim hujan dan
kawasan tersebut jauh dari aktivitas panas yang akhirnya berdampak terhadap
pelabuhan dan sungai yang ada tidak banyak variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan
membawa sedimen. Di bawah ini gambaran 3 musim tersebut selanjutnya mengakibatkan
dimensional line 1 yang didapatkan dari terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang
survei chlorotech probe yang terdiri atas 5 bersalinitas tinggi dengan massa air
titik pengukuran. bersalinitas rendah. Pada Line 2
menggambarkan pola vertikal 3 dimensional
parameter: temperatur, salinity, pH, dissolved
oxygen, chlorophyl dan turbidity. Pada lokasi
ini terdiri atas 6 titik pengukuran yang berasal
dari chlorotech probe.

Gambar 1. Profil Vertikal Karakteristik


Perairan Laut Semarang (Line 1)

c. Salinitas
Gambar 2. Profil Vertikal Karakteristik
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi Perairan Laut Semarang
oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, (Line2)
penguapan, curah hujan dan aliran sungai.
Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi
dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki d. Derajat Keasaman (pH)
salinitas yang rendah sedangkan perairan Air laut mempunyai kemampuan
yang memiliki penguapan yang tinggi, menyangga yang sangat besar untuk
salinitas perairannya tinggi. mencegah perubahan pH. Perubahan pH
Salinitas perairan daerah pesisir sedkit saja dari pH alami akanmemberikan
Semarang rata-rata adalah 32.28 ‰ petunjuk terganggunya sistem penyangga.
Sedangkan kisaran salinitas berdasarkan nilai Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan
ambang untuk budidaya adalah 25 – 34 ‰ ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
(Sunyoto, 1996). Berdasarkan kisaran membahayakan kehidupan biota laut. pH air
tersebut maka perairan tersebut merupakan laut permukaan di Indonesia umumnya
perairan yang mempunyai daya dukung bervariasi dari 6.0 – 8.5.
terhadap aktivitas budidaya, dimana salinitas Dari hasil tersebut terlihat nilai pH rata-
merupakan variabel lingkungan yang rata adalah 8.64. Menurut Keputusan Men
mempengaruhi tingkat kenyamanan biota LH No. 51 tahun 2004 tentang pedoman baku
yang akan dibudidayakan selain mutu air laut untuk biota laut yang diinginkan
dipergunakan untuk kelangsungan hidup dan berkisar antara 7 – 8.5. Dari hasil pengukuran
pertumbuhannya. tingkat pH di perairan tersebut, maka perairan
daerah Semarang kurang mendukung untuk

499 Riyadi dkk. 2005: Kajian Kualitas……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 6. (3): 497 - 501
usaha budidaya laut. Tingkat pH ini masih e. Turbidity (Kekeruhan)
diperbolehkan terjadi perubahan sampai
dengan <0.2 satuan pH. Gambar di bawah ini Kekeruhan tidak hanya membahayakan
merupakan gambaran 3 dimensional ikan tetapi juga menyebabkan air tidak
paramater laut dari Line 3. produktif karena menghalangi masuknya
sinar matahari untuk fotosintesa.
Menurut Kep Men LH. No. 51 Tahun
2004, Kekeruhan yang diijinkan untuk baku
mutu biota laut adalah kurang dari 5 FTU.
Kalau melihat nilai rata-rata memang kurang
dari 5 FTU, tetapi pada kedalaman lebih dari
2 meter nilai yang ada lebih tinggi dari 5 FTU,
bahkan di bawah permukaan dasar nilai
turbiditynya lebih dari 10 FTU. Untuk
kesesuaian budidaya perikanan nilai
kekeruhan di atas permukaan masih
memungkinkan.

5. Kesimpulan

Secara keseluruhan, kualitas fisik


maupun kimia di perairan Kota Semarang
masih di bawah ambang baku mutu yang
ditetapkan (Kep Men LH No. 51 Tahun 2004).
Tetapi ada beberapa parameter yang harus
diperhatikan lebih lanjut yaitu oksigen terlarut
dan kekeruhan. Oksigen terlarut sangat
dibutuhkan untuk keberlanjutan di dalam
siklus biota yang ada, demikian juga dengan
Gambar 3. Profil Vertikal Karakteristik tingkat kekeruhan yang sudah melebihi
Perairan Laut Semarang (Line3) ambang batas yang ditetapkan. Kekeruhan ini
kemungkinan besar disebabkan karena
f. Oksigen Terlarut (DO) tingkat sedimentasi dari sungai yang cukup
besar dan adanya turbulensi atau pergolakan
O2 terlarut diperlukan oleh hampir arus bawah yang mengaduk sedimentasi
semua bentuk kehidupan akuatik untuk dasar sehingga menimbulkan kekeruhan.
proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa
Sungai – sungai yang mengalir di Kota
bakteria maupun beberapa binatang dapat Semarang antara lain Kali Garang, Kali
hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; Pengkol, Kali Kreo dan Kali Banjarkanal
lainnya dapat hidup dalam kedaaan
Timur, Kali Babon, Kali Sringin dan Kali Kripik
anaerobik hanya sebentar tetapi memerlukan sangat dominan pengaruhnya terhadap
penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. kualitas perairan Laut Kota Semarang.
Dari hasil pengamatan lapangan, oksigen
Lokasi yang diperkirakan sesuai untuk
terlarut (DO) di perairan Semarang berkisar budidaya laut berada di sebelah barat
antara 4.71 – 5.08 mg/l. Menurut keputusan perairan Kota Semarang (line 3). Kualitas
Men. LH No. 51 Tahun 2004 tentang
perairan yang ada lebih baik dibandingkan
pedoman baku mutu air laut untuk biota laut dengan kedua line yang lain, disamping tidak
yang diinginkan lebih dari 5 ppm. Dari hasil adanya aktivitas pelabuhan juga tingkat
pengukuran DO di perairan tersebut, maka
dissolved oxygen dan kecerahan masih di
perairan tersebut mempunyai daya dukung atas ambang batas yang telah ditetapkan
yang kurang baik untuk usaha budidaya laut. untuk budidaya laut.
Hal ini sangat beralasan mengingat apabila
Faktor-faktor oseanografi yang sangat
kadar oksigen terlarut lebih kecil dari 4 – 5 berperan dalam mendukung tingginya
ppm nafsu makan biota laut berkurang dan produktivitas perairan Indonesia adalah
pertumbuhan kurang baik, pada kadar 3 -4
upwelling, percampuran massa air secara
ppm dalam jangka waktu yang lama, biota vertikal dan horisontal, yang terjadi akibat
kan berhenti makan dan pertumbuhan adanya sistem pola angin muson yang
terhenti.
bertiup di wilayah Indonesia.

Riyadi dkk. 2005: Kajian Kualitas……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 6. (3): 497 - 501 500
Daftar Pustaka

1. Bardach, J.E.; J.H.Ryther and W.O. 3. Lukas R., and E. Lindstrom, 1991.
Mc Larney 1972” Aquaculture The The Mixed Layer of the Western
farming and Khusbandry of Rquatorial Pacific Ocean. J. Gephys.
veshwater and marine organisms. Res.,96:3343-3356.
John Wiley & Sons. Inc; New 4. Baku Mutu Kep.MenLH No.51
York;868 pp. Th.2004 “baku Mutu Air laut Untuk
2. Wyrtki, K. 1961 “Physical Biota Laut.
Oceanography of the Southheast
Asian Waters. Naga Report Vol 2.
The Univ. California, Scrips. Inst of
Oceanography.

501 Riyadi dkk. 2005: Kajian Kualitas……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 6. (3): 497 - 501

Anda mungkin juga menyukai