Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
proses yang mempunyai arahan dan aturan yang jelas agar tercapai tujuan untuk
mengenai rencana termasuk di dalamnya terdapat tujuan, isi, serta bahan yang
tercapai tujuan pendidikan. Seperti yang kita ketahui, saat ini di Indonesia
kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah diganti dengan
kurikulum 2013.
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 yang telah dirubah dalam Permendikbud
No. 37 Tahun 2018 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam
Kurikulum 2013 menyatakan bahwa ada empat kompetensi antara lain yaitu
spiritual, serta kompetesni pada sikap sosial. Proses pembelajaran yang dilakukan
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar menyatakan
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI menyatakan bahwa bahasa
studi.
mengembangkan potensi diri peserta didik baik dalam aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik. Permendikbud (2016 : 100) menjelaskan kompetensi mata pelajaran
dan menulis melalui latihan tertentu, karena keterampilan tersebut tidak bisa
menjelaskan bahwa membaca adalah sutau kegiatan untuk memahami pola bahasa
dalam suatu bacaan untuk mendapatkan informasi dari bacaan tersebut. Tarigan
(Dalman, 2017:7) juga menyatakan bahwa membaca adalah salah satu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan.
dilakukan untuk memperoleh makna dan pemahaman dari apa yang dibaca.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah keterampilan
utama, yakni kemampuan menguasai makna kata dan pemikiran mengenai konsep
verbal. Hal ini berarti pembaca dituntut untuk menyampaikan maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis yang terdapat dalam teks bacaan tersebut. Tarigan
adalah suatu jenis membaca yang memiliki tujuan yakni memahami standar atau
norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola fiksi. Berdasarkan definisi
kemampuan seorang pembaca untuk mengolah suatu teks guna mengerti ide
membaca, dalam hal ini membaca pemahaman (Burhan, 2001: 247). Pemerolehan
ilmu siswa tidak hanya bersumber dari pebelajaran di sekolah. Akan tetapi, siswa
bisa mendapatkan ilmu dari kegiatan membaca yang dilakukan sehari-hari. Hal ini
berarti bahwa kemampuan membaca pemahaman sangat oenting bagi siswa untuk
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan
bahwa melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) siswa diarahkan
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan
mandiri.
sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and
seluruh dunia. Setiap tiga tahun sekali siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak
untuk mengikuti tes dengan tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika,
dan sains. Hasil PISA pada tahun 2015 menunjukkan bahwa pada kompetensi
Indonesia hanya berada diatas negara lain tidak lebih dari 10 negara, tentunya hal
94% siswa rata-rata mengikuti satu mata pelajaran sains dalam seminggu.
sekolah yang lebih maju. Sementara itu, sekolah yang maju di Indonesia
sekolah yang kurang beruntung, hanya 29% siswa yang bersekolah di sekolah
sementara 75% siswa di sekolah maju memiliki kesempatan yang lebih banyak.
Hasil riset tiga tahunan ini juga mengungkapkan adanya variasi perolehan prestasi
berpengaruh terhadap capaian nilai sains siswa. Kedua aspek prestasi sains antara
siswa dari sekolah swasta dengan sekolah negeri menunjukkan perbedaan capaian
nilai yang signifikan. Tercatat siswa yang bersekolah di sekolah negeri memiliki
swasta. Ketiga, aspek latar belakang social ekonomi, dari hasil PISA 2015
dengan Pendidikan hanya tamat SD atau tidak tamat SD. Jumlah ini merupakan
jumlah terbesar ke dua dari negara peserta. Hal yang sama didapatkan oleh
penyebab yang lainnya, pembelajaran sains atau IPA di sekolah dasar masih
guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa
menjadikan prestasi belajar IPA masih rendah bila dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya. Hal tersebut peneliti temukan pada saat melakukan observasi di
SDN Purwoyoso 03, dimana pelajaran IPA selalu disajikan secara verbal melalui
kegiatan ceramah dan textbook oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat
minim karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar,
membosankan yang akhirnya membuat siswa mudah lupa terhadap konsep yang
student oriented.
gagasan. Itu sebabnya, dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat
sebab alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan
habis digunakan. Melalui alam, siswa akan lebih jelas dalam menentukan suatu
konsep karena didapat lewat proses penelitian dan pengamatan yang cermat.
Namun, pada umumnya guru hanya menekankan pada pendekatan hasil tanpa
pada kurangnya minat siswa dalam memahami materi IPA sehingga berakibat
pula pada nilai muatan pelajaran IPA menjadi rendah. Rendahnya nilai muatan
pelajaran IPA juga terjadi pada SDN Purwoyoso 03 pada materi Gaya dan Gerak.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis nilai kelas IV SDN Purwoyoso 03 Kota
TUNTAS
69%
Bahasa Indonesia KD 3.5 Tema 7, dari jumlah siswa kelas V SD Islam Imama
bahwa pembelajaran dapat dinyatakan berhasil apabila 75% atau lebih dari jumlah
siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dapat mencapai taraf keberhasilan
minimal atau mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan,
Hasil tersebut menyatakan bahwa siswa kelas V SD Islam Imama masih kurang
beberapa faktor yaitu faktor dari siswa, guru, dan media yang digunakan. Seperti yang
diungkapkan oleh guru saat wawancara, faktor dari siswa yaitu siswa kurang aktif dalam
mengikuti pelajaran. Hal ini dikarenakan motivasi siswa dalam pembelajaran masih
rendah. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan oleh guru ternyata belum
inovatif. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Hal
ini juga menyebabkan banyak siswa yang bermain sendiri dengan teman sebangkunya.
Disisi lain, media pembelajaran yang digunakan juga kurang inovatif yang berpengaruh
pada keaktifan siswa yang kurang. Selain itu, minat baca siswa juga masih rendah.
Berdasarkan data hasil wawancara dan data hasil belajar siswa tersebut, diperlukan
pembelajaran Bahasa Indonesia dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Salah satu cara untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
dapat melatih siswa untuk memperoleh informasi dengan cara-cara yang baru Ada
beberapa media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang
pembelajaran menjadi lebih menarik dan siswa dapat lebih memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Yamin (dalam Asih Oka Wati. 2017:4)
materi kepada siswa”. Salah satu jenis media yang dapat digunakan adalah media
membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada aspek membaca
komik merupakan cerita dengan gambar yang disusun secara sistematis dan
mempunyai alur cerita. Sementara itu, Mustikan (dalam Untarti, M. & Saputra, A.
2016:33) menjelaskan bahwa hakikat komik adalah perpaduan antara gambar dan
menyampaikan materi. Selain itu juga dapat memicu siswa untuk senang
membaca. Siswa yang kurang berminat dalam kegiatan membaca dapat lebih
bersemangat untuk membaca ketika ada media komik dan siswa yang kesulitan
memahami isi bacaan terbantu dengan adanya gambar yang ada dalam komik.
belajar yang berbeda kepada siswa. Diharapkan siswa mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dengan harapan akan meningkatan pemahaman siswa terhadap materi dan
Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas IV SD” oleh Mei Fita Astri Untari &
kelas V SDN Bergaskidul 03 Kabupaten Semarang. Hal ini dapat dilihat dari
yaitu thitung (3,878) > ttabel (2,048) menunjukan adanya perbedaan. Pada
pengukuran kedua dihasilkan thitung (6,738) > ttabel (2,048) yang menunjukan
2015/2016. Hasil penelitian menunjukan bahwa prestasi belajar siswa melaluites pada
pratindakan presentasenya adalah 21,05%, pada siklus I meningkat menjadi 42,11%, dan
menjadi 100% pada siklus II dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Begitu juga dengan aktivitas siswa, siswa menjadi lebih aktif dan antusias. Hal itu dapat
pembelajaran yang inovatif untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti ingin
dinyatakan berhasil apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang
minimal atau mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan,
3. Siswa kurang tertarik dengan materi dan mata pelajaran yang mengandung
banyak bacaan.
membosankan.
atau praktik.
6. Siswa juga kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena tidak
10. Model yang digunakan guru kurang inovatif, guru cenderung menggunakan
12. Media pembelajaran yang digunakan kurang inovatif dan kurang sesuai
dengan kondisi serta keinginan siswa sehingga siswa kurang antusias dalam
diajarkan.
13. Sumber belajar yang digunakan oleh guru belum bervariasi, guru hanya
menggunakan buku guru dan buku siswa yang ada di sekolah tanpa sumber
belum adanya variasi dalam penggunaan media dan hasil belajar Bahasa Indonesia
menggunakan papan tulis yang ada di sekolah tanpa media belajar yang lain.
Selain itu, media belajar yang digunakan oleh guru belum bervariasi, membuat
kesulitan dalam pemahaman sehingga apa yang disampaikan guru tidak akan
diterima oleh anak dengan baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengembangkan
Semarang.
menguasai berbagai bidang studi. Jika siswa tidak memiliki kemampuan membaca
maka siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam memahami berbagai materi
melalui membaca.
Imama Mijen?
1.4.2 Bagaimanakah keefektifan Media Komik Berbasis Edukatif untuk
Imama Mijen?
Imama Mijen.
Imama Mijen.
menyenangkan.
1.6.2.2 Bagi Guru
terjadi di lapangan.
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
sehingga komik ini disebut sebagai komik pendidikan atau edukatif. Media
Dalam Kehidupan Kompetensi Dasar 3.5 Menggali informasi penting dari teks
narasi sejarah yang disajikan secara lisan dan tulis menggunakan aspek: apa, di
mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana; 4.5 Memaparkan informasi penting
dari teks narasi sejarah menggunakan aspek: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa,
2) .
3) ,
4) ,