Anda di halaman 1dari 3

Morfin

Biasanya terdapat dalam opium. Efeknya meningkatkan ambang nyeri, sehingga mera
sa bebas dari nyeri, menyebabkan letargi, dan tertidur. Kelompok opiat ini bekerja pad
a reseptor mu1 yang menyebabkan efek analgesik, euforia dan hipotermia, pada resep
tor mu2 menyebabkan bradikardi, depresi pernafasan miosis dan euforia, pada resept
or delta menyebabkan depresi napas dan halusinasi. Efek samping dari penggunaan
morfin ialah sedasi, dan depresi pernafasan, Efek sentral menekan pusat pernafasan m
enyebabkan terganggu respirasi sampai terjadi hipoksia.

Tranquilizers dan Penenang Non Obat Tidur


Semua obat yang termasuk dalam golongan tranquilizers (obat penenang)
mempunyai permasalahan utama seperti obat tidur. Obat-obat ini dapat membuat ke
canduan dan mempunyai efek samping yang serius meliputi rasa ngantuk, kesulitan b
ernapas, dan lemas serta kesulitan fungsi intelektual. Pada orang yang lebih tua, mere
ka peka sekali terhadap bahaya tranquilizers dan obat tidur penenang karena mereka
dapat mengalami gangguan pernafasan dan menderita kelainan pada ginjal dan juga
penyakit hepar. Dalam dosis tinggi dengan jangka waktu lama, obat ini dapat menimb
ulkan gejala pada mereka yang memiliki depresi tinggi. Seseorang yang menggunaka
n obat-obatan pada awalnya hanya untuk kelegaan. Setelah memakai selama dua min
ggu, bagaimanapun toleransi meningkat dan dosis yang biasa tidak dapat membuat ti
dur malam menjadi nyenyak.
Pemakaian obat tidur pada orang yang mengalami sulit tidur lama- kelamaan menjadi
buruk karena pemakaian obat tidur secara terus-menerus menyebabkan insomnia, po
la kegelisahan dan gangguan tidur yang tidak nyenyak. Selain itu, obat-obat ini menin
das cepat pergerakan tidur mata (rapid eye movement/REM) tingkatan dalam tidur di
mana terjadi mimpi. Jika dalam satu minggu atau lebih mengalami pengaruh tidur da
n pengguna mencoba untu tidur tanpa menggunakan obat, mereka seolah mengalam
i suatu pantulan kembali seperti keresahan bermimpi, mimpi buruk dan kegelisahan ti
dur yang luar biasa. Tranquilizers juga digunakan untuk kecemasan umum seperti tek
anan pekerjaan dan stress berat dalam sebuah lingkungan. (Dasgupta, 2017)
Penyalahgunaan zat adalah suatu kelainan yang menunjukkan jiwa tidak lagi berfungsi
secara wajar sehingga terjadi perilaku maladaptif dan negatif dalam masyarakat. Ketid
akmampuan untuk mengendalikan atau menghentikan pemakaian zat menimbulkan g
angguan fisik yang hebat jika dihentikan. Penyalahgunaan zat tidak saja berbahaya da
n merugikan keluarga serta menimbulkan dampak soasial yang luas. Masalah keterga
ntungan obat terutama disebabkan oleh golongan opiat, morphin, hipnotik sedatif da
n minor transquilizers.
Dewasa ini ada kecenderungan untuk menyalahgunakan zat ganda (Poly drugs abuse
r). Menurut WHO, bahwa ketergantungan obat tidak hanya karena satu sebab melaink
an terdapat berbagai faktor yang paling berinteraksi. Ini adalah gangguan kepribadian
dengan diketahui adanya risiko jangka panjang yang merugikan. Ini adalah manifesta
si upaya mengatasi stres psikis, sosial dan ekonomi, depresi, kecemasan kronis dan ga
ngguan psikiatri lain. Semua sebagai manifestasi dari perlawanan terhadap nilai dari p
erlawanan terhadap nilai sosial yang konvensional, tekanan sosial budaya, dan peran k
eluarga (Joewana, 1989).
Penyalahgunaan zat adalah pemakaian zat atau obat di luar indikasi medik tanpa petu
njuk atau resep dokter, digunakan untuk pemakaian sendiri secara teratur atau berkal
a, sekurang-kurangnya selama satu bulan dan dapat menciptakan keadaan yang tak t
erkuasai oleh individu. Pemakaian zat merupakan suatu pola gangguan zat yang bersi
fat patologik sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial (Hawari, 2012).

Ketergantungan Zat NAPZA


Ketergantungan zat adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh
adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-tanda tin
gkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti dorongan untuk mempergunakan
obat secara periodik atau kontinu.
Secara umum ketergantungan zat (NAPZA) dapat dibagi tiga yaitu ketergantungan pri
mer, ketergantungan reaktif dan ketergantungan simptomatis.
1. Ketergantungan primer.
Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai
dengan adanya kecemasan dan depresi.
2. Ketergantungan reaktif.
Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan dan ra
yuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman sebaya.
3. Ketergantungan simptomatis.
Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya terjadi
pada orang dengan kepribadian anti sosial (psikopat) dan pemakaian zat itu untuk kes
enangan semata (Afiatin, 2008).
Hawari, D,. (2012). Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, & Za
t Adiktif). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Afiatin. (2008). Pencegahan Penyalah Gunaan Narkoba. Yogyakarta: Gajah Madah Uni
versity Press.

Dasgupta, A. (2017). Drugs of abuse. Alcohol, Drugs, Genes and the Clinical Laboratory
, 23–51.

Anda mungkin juga menyukai