Anda di halaman 1dari 24

PENENTUAN UMUR SIMPAN SAMPEL AIR LIMBAH TERHADAP

KONSENTRASI AMONIA (NH3), NITRAT (NO3) DAN NITRIT (NO2)


DENGAN PENGAWETAN MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK
TETRASIKLIN

Makalah Seminar Tinjauan Pustaka

Disusun Oleh :
ERISKA OCTAVIANY PUTRI
062116022

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala,


yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penentuan Umur
Simpan Sampel Air Limbah Terhadap Konsentrasi Ion Nitrit (NO2-) Dengan
Pengawetan Menggunakan Antibiotik Tetrasiklin”.
Makalah ini disusun untuk melaksanakan seminar tinjauan pustaka
mahasiswa semester VII program studi kimia, fakultas matematika dan ilmu
pengetahuan alam Universitas Pakuan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari terdapat kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Bogor, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Limbah ....................................................................................................... 4
2.1.1 Limbah Cair ............................................................................................... 4
2.1.2 Sumber Air Limbah ................................................................................... 4
2.1.3 Limbah Industri ......................................................................................... 5
2.1.4 Karakteristik Air Limbah ........................................................................... 5
2.2 Senyawa Nitrogen ...................................................................................... 6
2.2.1 Siklus Nitrogen .......................................................................................... 6
2.2.2 Nitrifikasi dan Denitrifikasi ....................................................................... 7
2.2.3 Senyawa Nitrat (NO3) ................................................................................ 9
2.2.4 Senyawa Nitrit (NO2) ............................................................................... 9
2.2.5 Senyawa Amonia (NH3) ......................................................................... 10
2.3 Tetrasiklin ............................................................................................... 10
2.4 Pengambilan Sampel .............................................................................. 11
2.4.1 Jenis Alat Pengambil Sampel ................................................................. 11
2.4.2 Bahan Kimia untuk Pengawet ................................................................ 12
2.4.3 Wadah Sampel ........................................................................................ 12
2.4.4 Cara Pengambilan Sampel ...................................................................... 13
2.5 Penyimpanan Sampel Air Limbah (APHA 1060 A,B,C,D) ................... 13

ii
2.6 Spektrofotometer Ultra Violet – Visible (UV-VIS) ............................... 14
2.7 Uji ANOVA (Analysis of Variance) ....................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kondisi Optimum Untuk Proses Nitrifikasi .................................... 8

Tabel 2 Kebutuhan Nutrisi Bakteri Nitrifikasi .............................................. 8

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat Pengambil Sampel Gayung Bertungkai Panjang ................ 12

Gambar 2. Alat Pengambil Sampel Botol Secara Langsung ........................ 12

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Cara Pengawetan dan Penyimpanan Contoh Air Limbah . 20

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air bersih sangat dibutuhkan umtuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia
guna melakukan segala bentuk kegiatan maka perlu diketahui bagaimana air
dapat dikatakan bersih dari sisi kualitas dan bisa digunakan pada jumlah yang
memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Dilihat dari segi kualitas,
bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, anatara lain kualitas fisik yang terdiri
atas warna, bau dan rasa, kualitas kimia yang terdiri atas kesadahan, pH dan
sebagainya juga kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme yang
dapat meyebabkan berbagai macam penyakit, sehingga kelangsungan hidup
manusia dapat berjalan lancar, air bersih harus tersedia dalam jumlah yang
memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat dan kurun waktu tertentu
(Gabriel, 2001).
Menurut Chow et al (1988), penyebaran air sebanyak 96,5% berupa air
laut dan air tawar, 1.7% dalam bentuk es di kutub, 1.7% berupa air tanah dan
0.1% berupa air permukaan dan air di udara. Pemanfaatan air sangat luas, dalam
rumah tangga, industri kecil dan industri besar menggunakan air. Air dapat
digunakan sebagai bahan baku dan bahan pencuci, sehingga dapat menghasilkan
bahan samping berupa limbah cair. Dalam kegiatan industri, limbah cair diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke alam. Oleh karena itu perlu adanya baku
mutu air limbah untuk mengendalikan cemaran yang ada di alam.
Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup pasal 1, limbah
cair adalah limbah yang berupa cairan dan dihasilkan oleh kegiatan industri yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Limbah cair berpotensi dapat merusak alam, oleh karena itu perlu adanya
pengendalian terhadap pembuangan limbah cair ke lingkungan, sehingga dapat
melestarikan alam dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pada PeraMen LH No. 05 tahun 2014 Baku Mutu Air Limbah pasal 16
poin a, disebutkan bahwa setiap bentuk usaha industri yang telah disebutkan di
pasal 3 wajib melakukan pemantauan baku mutu air limbah paling sedikit

1
sebanyak 1 kali dalam 1 bulan.
Pengujian limbah cair dapat dilakukan di laboratorium milik perusahaan
ataupun laboratorium jasa lingkungan setempat. Namun, pengujian limbah cair
yang dilakukan oleh laboratorium jasa seringkali menemui hambatan dalam
memenuhi batas waktu simpan sampel (holding time sample) yang telah
direkomendasikan oleh metode standar untuk setiap parameter ujinya. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya banyaknya sampel untuk
dianalisa, keterbatasan jumlah laboran dan alat yang digunakan serta jarak
tempuh pengambilan sampel dan laboratorium yang jauh sehingga memerlukan
waktu yang banyak.
Pada PerMenLH No. 5 Tahun 2014 salah satu parameter yang memiliki
waktu simpan yang pendek adalah kadar ion nitrit. Kadar ion nitrit yang mudah
berubah disebabkan oleh adanya proses nitrifikasi oleh bakteri nitrosomonas
yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan bakteri nitrobacter yang
mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, proses ini terus berlangsung sehingga kadar
nitrit, ammonia dan nitrat pada sampel tidak akurat sebagaimana sampel pertama
diambil.
Pada penelitian Mayra Subhiani Suryaningrat, 2018 disebutkan bahwa
perlu adanya pengawetan pada sampel limbah cair sebelum dianalisa,
pengawetan dapat dilakukan dengan menggunakan asam hingga pH 2 dan
didinginkan dengan suhu 4°C. Pengawetan dengan menggunakan asam
seringkali menemui hambatan, yaitu terjadinya kerusakan pada sampel sehingga
merubah kadar yang ada. Oleh karena itu diperlukan metode pengawetan sampel
dengan cara lain yang lebih efektif, guna mendapatkan hasil analisa sesuai
dengan keadaan sampel sebelum diawetkan.
Berdasarkan metode standar APHA, rekomendasi waktu simpan sampel
analisis ion nitrit adalah 48 jam dari waktu pengambilan sampel dan dengan
metode penyimpanan tanpa pengawet kimia pada suhu 4oC. Untuk menentukan
umur simpan sampel limbah cair tanpa mempengaruhi konsentrasi analit target,
maka dilakukan penelitian dengan kondisi variasi pengaturan suhu juga dengan
melakukan pengawetan menggunakan antibiotik tetrasiklin dengan variasi
konsentrasi yang berbeda. Botol penyimpanan dapat mempengaruhi kadar nitrat

2
di dalam sampel, maka dilakukan variasi botol penyimpanan yang digunakan.
Tetrasiklin merupakan antibiotik yang berasal dari bateri Streptomices
aureofacien. Bakteri ini umumnya berada di tanah. Tetrasiklin berfungsi
membunuh bakteri bersel satu yang umumnya berkembang biak melalui
pembelahan sel. Berdasarkan fungsi antibiotik yaitu untuk membunuh bakteri
dan menghentikan pertumbuhan bakteri, maka diharapkan penggunaan antibiotik
tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan bakteri nitrosomonas dan bakteri
nitrobacter sehingga tidak terjadi proses nitrifikasi.

1.2. Tujuan Penelitian


Menentukan umur simpan sampel air limbah menggunakan pengawet
antibiotik tetrasiklin terhadap konsentrasi amonia (NH3), nitrat (NO3) dan nitrit
(NO2).

1.3. Hipotesis
Pengaruh pengawetan sampel air limbah menggunakan tetrasiklin sebagai
antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan menghentikan
proses nitrifikasi sehingga waktu penyimpanan sampel dapat lebih lama.

1.4. Manfaat penelitian


Mendapat informasi ilmiah mengenai pemanfaat tetrasiklin sebagai
pengawet untuk sampel air limbah dengan analit target kadar nitrit dalam air.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah
Limbah adalah suatu buangan yang pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak diinginkan lingkungan, karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang
mengandung bahan polutan berbahaya dan beracun disebut dengan limbah B-3,
yaitu suatu bahan yang relatif berjumlah sedikit tetapi dapat membahayakan
makhluk hidup, lingkungan dan sumber daya (Kristanto, 2004).

2.1.1 Limbah Cair


Limbah cair merupakan air kotor yang membawa kotoran atau sampah
berupa padatan yang tersuspensi atau terlarut, dibawa dari kegiatan rumah tangga,
bangunan perdagangan maupun kegiatan industri (Wilgooso, 1979).
Menurut Salvato (1982) air limbah adalah air bersih yang telah digunakan
oleh berbagai macam penggunaan.
Menurut P Ginting (2005) limbah adalah hasil buangan yang pada saat
tertentu tidak dikehendaki atau tidak diinginkan dalam suatu lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis.
Air limbah dapat berasal dari manusia, rumah tangga dan industri serta
berasal dari air permukaan atau sumber pembuangan lainnya. Maka air buangan
ini dikatakan sebagai kotoran umum (Sugiharto, 2008).
Limbah cair merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan kembali dan
juga memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan dan manusia. Keberadaan
limbah cair seringkali tidak diinginkan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Pengolahan limbah cair dengan tepat sangat dibutuhkan agar tidak mencemari
lingkungan (Mardana, 2007).

2.1.2 Sumber Air Limbah


Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
1. Air buangan rumah tangga, merupakan air buangan yang telah digunakan untuk
proses pencucian, proses memasak, mandi dan lainnya.

4
2. Air buangan perkotaan, air dari buangan perkantoran, hotel, restoran, selokan,
tempat umum, tempat ibadah dan lainnya.
3. Air buangan dari limbah industri, merupakan air buangan dari berbagai macam
industri misalnya pabrik cat, pabrik tekstil, pabrik makanan atau minuman dan
lainnya (Chandra, 2006).

2.1.3 Limbah Industri


Limbah industri merupakan limbah yang berasal dari pabrik yang
menggunakan banyak air pada proses produksinya. Air juga dapat berasal dari
bahan baku sehingga perlu dibuang selama proses produksi (Chandra, 2007).
Limbah industri adalah semua bahan buangan yang berasal dari hasil
samping proses industri. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup maupun manusia (Palar, 2004).
Air limbah industri umumnya terjadi karena proses produksi yang
menggunakan air, pada industri secara umum air digunakan sebagai berikut :
1. Sebagai air pendingin, mengurangi dan memindahkan panas pada proses
produksi
2. Sebagai transportasi produk dan bahan baku
3. Sebagai air proses, sebagai contoh pada pabrik minuman air digunakan sebagai
umpan boiler
4. Air pencuci, digunakan pada proses pencucian dan pembilasan pada produk
gedung maupun instalasi (Mulia, 2005).

2.1.4 Karakteristik Air Limbah


Menurut Polprasert (1989), karakteristik yang dimiliki limbah cair sangat
bervariasi tergantung pada lokasi pengolahan, waktu (tiap jam perhari, tiap hari
perminggu), musim serta tipe saluran pembuangan.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang limbah cair, maka perlu diketahui
sifat dari limbah cair dan kandungannya. Limbah cair memiliki sifat yang dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis
(Sugiharto, 1987).
Sifat fisik yang penting yaitu kandungan zat padat sebagai efek estetika,
warna, kejernihan, bau dan temperatur. Apabila dilakukan pemanasan secara

5
lambat maka akan menghilangkan beberapa komposisi limbah cair. Komposisi
total endapan berupa benda benda yang mengendap, terlarut juga tercampur
(Tchoubanoglous dan Burton, 1991).
Sifat kimia ditentukan oleh kandungan bahan kimia pada limbah cair.
Bahan organik yang terkandung dalam limbah dapat menghabiskan oksigen
sehingga meyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap (Sugiharto, 1987).
Sifat biologis limbah cair diukur untuk menentukan kualitas air, terutama
air yang dikonsumsi ataupun untuk keperluan kolam renang. Juga untuk
mengukur tingkat kekotoran limbah cair sebelum dibuang ke badan air.
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya bakteir bakteri patogen
dalam limbah cair (Tchoubanoglous dan Burton, 1991).

2.2 Senyawa Nitrogen


Nitrogen merupakan senyawa yang banyak tersebar di alam. Sumber
terbanyak dari senyawa nitrogen adalah dari aktivitas manusia, yaitu seperti
pembuangan limbah dan kotoran (Michalski dkk., 2006).
Senyawa N-nitrogen atau nitrogen total adalah jumlah kadar total nitrogen
yang terdapat pada limbah cair atau sampel (Hamida, 1993). N-nitrogen yang
terdapat pada perairan berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik, nitrogen
organik terdiri dari protein, asam amino dan urea, sedangkan nitrogen anorganik
berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan
molekul gas N2 (Efendi, 2003).

2.2.1 Siklus Nitrogen


Siklus nitrogen menggambarkan hubungan yang timbul diantara berbagai
bentuk campuran dan perubahan-perubahan yang terjadi di alam pada umumnya.
Bentuk nitrogen mengalami transformasi yang merupakan bagian dari siklus
nitrogen. Transformasri nitrogen yang terjadi dapat melibatkan ataupun tidak
melibatkan makrobiologi dan mikrobiologi (Ida, 2009).
Transformasi biologis mencakup proses berikut,
1. Nitrifikasi
Nitrifikasi adalah proses oksidasi senyawa amonia menjadi senyawa nitrit

6
dan senyawa nitrat, proses ini menggunakan bantuan bakteri yang bersifat
metofilik yaitu menyukai suhu 30°C dan terjadi pada kondisi aerob. Nitrifikasi
akan berjalan optimum pada pH 8 dan terjadi perubahan yang nyata pada pH < 7.
2. Denitrifikasi
Denitrifikasi yaitu proses reduksi nitrat menjadi nitrit (NO2), denitrogen
oksida (N2O) dan nitrogen (N2). Proses reduksi nitrat berjalan optimum dengan
bantuan bakteri dan jamur dan terjadi pada kondisi anaerob. Dinitrogen oksida
merupakan produk utama yang dihasilkan dari proses denitrifikasi pada perairan
dengan kadar oksigen yang rendah, sedangkan pada kondisi anaerob produk yang
dihasilkan yaitu molekul nitrogen (Ida, 2009).

2.2.2 Nitrifikasi dan Denitrifikasi


Nitrifikasi adalah proses oksidasi biologis dari amonia menjadi nitrit dan
dilanjutkan dengan oksidasi nitrit menjadi nitrat. Pada tahap pertama proses
nitrifikasi, bakteri pengoksidasi amonia yaitu bakteri Nitrosomonas mengoksidasi
amonia menjadi nitrit, dengan persamaan :
nitrosomonas
2NH3 + 3O2 2NO2 - + 2H2O + 4H+
Nitrosomonas adalah genus yang paling sering ditemukan pada reaksi di
atas, selain bakteri Nitrosomonas bakteri Nitrospina, Nitrococcus, dan Nitrospira
juga dapat mengoksidasi nitrit secara autotrofik (Watson et al, 1981).
Tahap kedua dari proses nitrifikasi, bakteri mengoksidasi nitrit menjadi
nitrat, menurut persamaan di bawah ini :
2NO2- + O2 nitrobacter
2NO32-
Bakteri Nitrobacter merupakan genus yang paling sering ditemukan pada
reaksi di atas dan juga genus lainnya seperti, Nitrococcus, Nitrospina dan
Nitrospira dapat mengoksidasi nitrit secara autotrofik (Watson et al, 1981).
Reaksi tersebut bisa terjadi karena adanya oksigen dan bakteri Nitrobakter
dan Nitrosomonas, dilihat dari reaksi tersebut maka apabila proses nitrifikasi ini
berlangsung maka akan mengurangi konsentrasi ion nitrit yang teroksidasi
menjadi ion nitrat.
Bakteri nitrifikasi merupakan bakteri autotrof yang menggunakan sumber
karbon anorganik untuk menghasilkan energi. Sedangkan bakteri heterotrof

7
menggunakan zat organik sebagai sumber energi maupun sumber karbonnya.
Bakteri Nitrosomonas berkembang biak sekali dalam 8 jam, sedangkan bakteri
Nitrobakter berkembang biak sekali selama 20 menit. Bakteri autotrof lebih
sensitif terhadap kondisi pertumbuhan seperti pH, suhu serta kehadiran senyawa
beracun (Hooper, 1973).
Pada proses nitrifikasi, kondisi optimum yang terjadi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini ;
Tabel 1. Kondisi optimum untuk nitrifikasi
Kondisi Rentang yang Diterima Rentang Optimum
Oksigen Terlarut (mg/L) >1 >2
pH (unit pH) 6.5 – 9.0 7.5 – 8.0
Suhu (oC) 10 – 40 20 – 35
Alkalinitas (mg/L CaCO3) >40 >100
Sumber : EPA – Nitrification and Denitrification Facilities Wastewater Treatment, U.S.
Environmental Protection Agency
Pada tabel tersebut diketahui bahwa oksigen terlarut digunakan untuk
merubah makanan menjadi energi melalui proses metabolisme aerobik. Bakteri
nitrifikasi menggunakan oksigen terlarut untuk mengoksidasi amonia menjadi ion
nitrit dan ion nitrit menjadi ion nitrat. Di bawah ini terdapat tabel nutrisi, nutrisi
yang dibutuhkan oleh bakteri nitrifikasi. Namun, apabila konsentrasi nya terlalu
tinggi, maka akan bersifat menghambat bakteri nitrifikasi tersebut.

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi bakteri nitrifikasi

Unsur Nutrisi Rentang Optimum Konsentrasi Menghambat


Besi 7 -
Kalsium 0.5 -
Magnesium 0.03 – 12.5 50
Molibdenum 0.001 – 1.0 -
Nikel 0.1 0.25 – 3.0
Posfor 310 -
Seng 1.0 3.0
Tembaga 0.005 – 0.03 0.1 – 0.5
Sumber : EPA – Nitrification and Denitrification Facilities Wastewater Treatment, U.S.
Environmental Protection Agency
Denitrifikasi merupakan proses reduksi nitrat menjadi gas Nitrogen (N2)
yang terjadi secara biologis pada kondisi anaerob (Effendi, 2003).

8
2.2.3 Senyawa Nitrat (NO3)
Senyawa nitrat adalah senyawa nitrogen anorganik yang bersifat stabil dan
sangat larut dalam air, senyawa nitrat merupakan sumber pencemaran pada air dan
tanah yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam
perairan, senyawa nitrat berupa ion nitrat (NO3) dan menjadi indikator untuk
mengetahui tingkat pencemaran senyawa organik sebagai nitrogen (Jeremiah,
2013).
Jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar senyawa nitrat dapat
menyebabkan kematian, di dalam air senyawa nitrat merupakan senyawaan yang
bersifat toksik, dan apabila nitrat dikonversi menjadi nitrit maka akan sangat
membahayakan kesehatan manusia (Jeremiah, 2013).
Nitrat dapat menyebabkan kualitas air menjadi menurun,dapat
menurunkan tingkat oksigen terlarut sehingga menyebabkan pengurangan
populasi ikan, bau busuk, dan rasa yang tidak enak (Sastrawijaya, 2000).

2.2.4 Senyawa Nitrit (NO2-)


Nitrit merupakan bentuk semyawa peralihan antara amonia dan nitrat yaitu
proses nitrifikasi dan antara nitrat dan gas nitrogen yaitu proses denitrifikasi yang
berlangsung pada kondisi anaerob (Effendi, 2003).
Nitrit ditemukan dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan nitrat,
karena sifat yang tidak stabil oleh adanya oksigen. Reduksi nitrat yang terjadi
karena aktivitas mikroba dalam kondisi anaerob dapat menghasilkan gas amonia
dan gas lainnya, berupa N2, NO, NO2 dan N2O (Ida, 2009).
Nitrit bersumber dari limbah industri dan limbah domestik, kadar nitrit
relative kecil pada perairan karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Garam-garam
nitrit berfungsi sebagai penghambat terjadinya proses korosi pada industri
(Effendi, 2003). Apabila nitrit dikonsumsi manusia secara berlebihan maka akan
mengganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, dan
membentuk met-hemoglobin yang mengikat oksigen di dalam darah. Nitrit dapat
mengakibatkan turunnya tekanan darah akibat efek vasodilatasinya. Gejala klinis
yang timbul berupa muntah, mual, sakit perut, sakit kepala, menurunnya tekanan
darah dan denyut nadi menjadi lebih cepat (Ida, 2009).

9
2.2.5 Senyawa amonia (NH3)
Amonia merupakan senyawa nitrogen anorganik yang memiliki sifat gas
dan cair tidak berwarna serta memiliki bau yang khas. Amonia adalah kontaminan
yang terdapat di air limbah ataupun tanah yang memiliki konsentrasi 5 – 10 mg/L
(Ekasari, 2013). Amonia pada perairan bersumber dari sisa metabolisme hewan
dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
Amonia dan garam-garamnya memiliki sifat mudah larut dalam air,
kelarutan amonia di dalam air dipengaruhi oleh suhu, kelarutan amonia akan
berkurang apabila dipanaskan pada suhu tinggi. Dalam keadaan terlarut, amonia
dalam perairan dapat berupa ion amonium (NH4+ ) dan berupa amonia bebas
(NH3). Kandungan ion ammonium dan amonia bebas dipengaruhi oleh
keberadaan oksigen terlarut, amonia terdapat dalam jumlah yang kecil apabila di
dalam perairan terkandung oksigen yang tinggi, sehingga kandungan amonia di
dalam perairan akan bertambah seiring dengan bertambahnya juga kedalaman.
(Wibowo, 2009).

2.3 Tetrasiklin

Antibiotik yang kita ketahui pada saat ini yaitu berasal dari bakteri yang
sudah dilemahkan, tidak ada yang mengira bahwa bakteri yang sudah dilemahkan
dapat membunuh bakteri lain yang berkembang di dalam tubuh makhluk hidup.
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang
dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan dari mikroba lain (Nastiti, 2011).

Antibiotika merupakan golongan senyawa, berupa alami, semi sintetis


ataupun sintetis, antibiotika memiliki khasiat yang dapat mematikan atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Kegiatan antibiotik pertama kalinya telah
ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming. Akan tetapi penemuan
ini baru dikembangkan dan baru digunakan pada awal perang dunia II di tahun
1941, saat itu obat-obat antibakteri sangat dibutuhkan untuk menanggulangi
infeksi dari luka-luka akibat pertempuran yang terjadi (Tan dan Rahardja, 2008).

Antibiotika tetrasiklin merupakan antibiotika yang memiliki spektrum luas


dan aktif terhadap bakteri gram-positif maupun gram-negatif yang bekerja

10
merintangi sintesa protein (Tan dan Rahardja, 2008). Tetrasiklin adalah kelompok
antibiotika yang dihasilkan oleh jamur Streptomyces aureofaciens atau S. rimosus,
tetrasilkin merupakan derivat dari senyawa hidronaftalen, dan memiliki warna
yang kuning (Subronto, 2001).

Tetrasiklin memiliki spektrum antibakteri yang luas, meliputi bakteri gram


positif dan gram negatif, bakteri aerobik dan anaerobik. Tetrasiklin juga aktif
terhadap mikoplasma, spiroket, riketsia, klamidia, legionela, dan juga terhadap
jenis protozoa tertentu (Setiabudy, 2012).

Tetrasiklin akan membentuk kompleks yang tidak larut dengan sediaan


besi, magnesium, aluminium dan kalsium, yang mngakibatkan resorpsinya dari
usus gagal. Oleh sebab itu, tetrasiklin tidak boleh diminum beriringan dengan
makanan khususnya yang mengandung dan antasida (Tan dan Rahardja, 2002).
Tetrasiklin yang dapat menghmbat pertumbuhan bakteri gram negatif
diharakan dapat menghambat aktivitas bakteri nitrosomonas dan bakteri
nitrobakter untuk mencegah terjadinya proses nitrifikasi. Sehingga, kadar nitrit,
nitrat dan amonia pada sampel dapat terjaga seperti saat pertama kali sampel
diambil.

2.4 Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel harus dapat mewakili kondisi populasi sebenarnya
dan harus bebas dari kontaminan yang dapat merubah kondisi sampel, peralatan
yang digunakan harus bebas dari kontaminan agar tidak menimbulkan kesalahan
pada hasil analisis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengambilan sampel dengan
teknik, lokasi, peralatan serta pengawetan yang tepat. Standar metode yang
dijadikan sebagai acuan untuk mengambil sampel adalah SNI No. 6989.59:2008.

2.4.1 Jenis Alat Pengambil Sampel

A. Alat pengambil sampel sederhana

Alat pengambil sampel sederhana berupa ember plastik yang telah


dilengkapi dengan tali atau ember plastik yang memiliki tungkai panjang.

11
Gambar 1 . Alat pengambil sampel gayung bertangkai panjang

Keterangan gambar :

A : Pengambil sampel yang terbuat dari polietilen

B : Handle (tipe teleskopi yang terbuat dari alumunium dan stainless steel)

B. Pengambilan sampel langsung menggunakan wadah sampel (botol sampel)


botol yang digunakan tidak mengandung represervatif.

Gambar 2. Alat pengambil sampel botol secara langsung

2.4.2 Bahan Kimia untuk Pengawet

Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet harus tidak mengganggu


dan merubah konsentrasi dari analit, untuk jenis bahan kimia dapat disesuaikan
dengan rekomendasi standar acuan. (lampiran 1).

2.4.3 Wadah Sampel


Jenis wadah sampel yang digunakan harus bebas dari analit yang akan
dianalisis, terutama analit yang memiliki konsentrasi rendah. Wadah sampel dapat
berbahan plastik ataupun bahan gelas, namun masing masing bahan dan jenis
wadah sampel yang digunakan spesifik sesuai dengan analit yang akan diuji

12
sehingga sampel yang akan diuji tidak akan bereaksi dengan wadah yang
digunakan. Wadah yang digunakan untuk sampel memiliki persyaratan sebagai
berikut :
1. Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan plastik poli etilen (PE) atau bahan
poli propilen (PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE); wadah sampel
disesuaikan dengan parameter yang akan dianalisis (Lihat Lampiran 1).
2. Dapat ditutup dengan rapat dan kuat ;
3. Wadah bersih dan bebas dari kontaminan ;
4. Bahan wadah tidak mudah pecah ;
5. Bahan wadah tidak dapat bereaksi dengan sampel.

2.4.4 Cara Pengambilan Sampel


1. Disiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan saluran pembuangan;
2. Dibilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3 kali;
3. Contoh yang diambil sesuai dengan peruntukan analisis lalu dicampurkan
dalam penampung sementara dan dihomogenkan;
4. Dimasukan ke dalam wadah yang telah disiapkan untuk keperluan analisis;
5. Pengujian dilakukan dengan segera untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya
hantar listrik serta oksigen terlarut yang tidak bisa diawetkan;
6. Hasil pengujian di lapangan dicatata pada buku khusus;
7. Dilakukan pengawetan pada contoh sesuai dengan lampiran 1.

2.5 Penyimpanan Sampel Air Limbah (APHA 1060 A, B, C)


Aktifitas mikrobiologi pada sampel dapat mempengaruhi kadar nitrit,
nitrat dan amonia melalui proses nitrifikasi. Kadar fenol ataupun BOD dan juga
kadar sulfat menjadi sulfida. Pengaruh biologis oleh mikroba sangat
mempengaruhi kualitas dari sampel, sebagai contoh yang paling banyak dikenal
yaitu siklus nitrogen dan juga siklus fosfat yang terjadi karena proses biologis
oleh mikroba.
Pada proses analisa secara umum semakin cepat rentang waktu
penyimpanan sampel dengan analisis maka akan menghasilkan data yang lebih
akurat dan menigkatkan kepercayaan terhadap hasil dari analisis yang dilakukan.

13
Dalam menentukan rentang waktu saat pengambilan sampel hingga analisis maka
saat penyimpanan dapat dilihat dari karakter sampel serta kestabilan analit target.
Pada lampiran tertera rekomendasi metode standar untuk rentang waktu batas
pengambilan sampel. Untuk mengatur tumbuhnya mikroorganisme maka
dilakukan pengawetan dengan menyimpan sampel pada suhu <4ºC tetapi tidak
baku.
Sampel yang disimpan dalam kondisi yang sedingin mungkin tetapi tidak
beku diharapkan dapat meminimalisir proses degradasi maupun penguapan dari
sampel tersebut selama retang waktu antara pengambilan sampel hingga analisis
sampel. Lebih baik sampel ditempatkan bersamaan dengan kubik es batu sebelum
proses pengiriman. Penggunaan dry ice sebaiknya dihindari, karena akan
menyebabkan botol kaca sampel menjadi pecah, dan juga sampel dapat membeku.
Sampel sebaiknya langsung dianalisis saat tiba di laboratorium, namun apabila
tidak memungkinkan untuk langsung dianalisis maka sampel ditaruh pada
pendingin dengan suhu 4ºC.
Metode pengawetan yang dilakukan umumnya bertujuan untuk
menghambat aktifitas biologis, menghambat proses hidrolisis senyawa kimia serta
senyawa kompleks, juga mengurangi volatilitas komponen. Metode pengawetan
yang dilakukan sebatas hanya pada pengaturan pH, penambahan bahan kimia lain,
penggunaan jenis botol atau wadah sampel, juga proses penyaringan ataupun
pendinginan.

2.6 Spektrofotometer Ultra Violet – Visible (UV-VIS)

Prinsip dari UV-VIS yaitu berdasarkan interaksi antara materi dengan


cahaya, cahaya tersebut berupa sinar UV dan cahaya visibel sedangkan materi
yaitu yang berupa atom serta molekul dan yang lebih berperan adalah electron
valensi. Spektrofotometer UV-VIS merupakan metode dalam kimia analisis untuk
menentukan komposisi sampel baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.
Spektrofotometer UV-VIS melibatkan energy elektrolisis yang cukup besar pada
molekul target, oleh karena itu spektrofotometer UV-VIS lebih banyak digunakan
untuk menganalisa kuantitatif dibandingkan dengan kualitatif (Mulja dan
Suharman, 1995).

14
Spektroskopi UV-VIS adalah suatu teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat pada panjang
gelombang (190-380) juga sinar tampak pada panjang gelombang (380-780)
dengan menggunakan instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

Spektrofotometer terdiri dari yaitu spektrofotometer dan fotometer.


Spektrofotometer dapat menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu. Fotometer merupakan alat yang mengukur intensitas cahaya
yang telah ditransmisikan atau diabsorbsi. Oleh sebab itu, spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif apabila energi ditransmisikan
fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2003).

Prinsip dari alat ini adalah radiasi di rentang panjang gelombang 400-800
nm dilewatkan melalui larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam
molekul tereksitasi hingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan
pada proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Apabila
semakin longgar elektron ditahan di dalam ikatan molekul, maka akan semakin
panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang akan diserap (Watson,
2010).

Spektrofotometer yaitu tersusun dari sumber spektrum tampak yang


kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi yang digunakan untuk larutan sampel
ataupun blanko, dan alat untuk mengukur perbedaan antara sampel dan blanko
maupun pembanding (Khopkar, 2003).

Menurut Muldja (1995), alat-alat instrumentasi Spektrofotometer UV-


Visible yaitu terdiri atas:

1. Sistem Optik

Umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV-Vis


meliputi susunan peralatan optik yang terkontruksi sebagai berikut:

SR M SK D A VD

Keterangan:

SR = Sumber Radiasi

15
M = Monokromator

SK = Sampel Kompratemen

D = Detektor

A = Amplifier atau penguat

VD = Visual Display SR M SK

2. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan pada spektrofotometer UV-Vis
diantaranya lampu deuterium,vlampu merkuri dan lampu tungsen.
Sumber radiasi Deuterium dapat digunakan pada panjang gelombang
190 nm sampai dengan 380 nm (daerah ultraviolet dekat), karena pada
panjang gelombang tersebut sumber radiasi deuterium dapat
memberikan dua garis spektra yang bisa digunakan untuk mengecek
ketepatan panjang gelombang di spektrofotometer UV-Vis.
3. Monokromator
Monokromator berguna untuk mendapatkan sinar monokromatis
dari sinar polikromatis.
2 Sel atau Kuvet
Sel atau kuvet adalah wadah dari sampel yang akan dianalisis.
Dilihat dari bahan yang digunakan untuk membuat kuvet, maka ada 2
jenis kuvet yaitu kuvet yang terbuat dari leburan silika (kuarsa) dan
kuvet dari gelas.
3 Detektor
Detektor adalah salah satu bagian spektrofotometer UV-Vis yang
penting. Oleh sebab itu, kualitas detector yang digunakan akan
menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor di
dalam spektrofotometer adalah untuk mengubah sinyal radiasi yang
diterima oleh detekktor menjadi sinyal elektronik.

2.7 Uji ANOVA (Analysis of Variance)

Analisis varians (analysis of variance, ANOVA) merupakan suatu metode

16
analisis statistika yaitu masuk ke dalam cabang statistika inferensi. Banyak nama
lain dari metode ini, yaitu analisis ragam, analisis variansi dan sidik ragam.
ANOVA merupakan pengembangan dari masalah Behrens-Fisher, maka uji-F
juga dipakai dalam pengambilan keputusan. Analisis varians pada pertama kali
diperkenalkan oleh Sir Ronald Fisher. Dalam praktiknya, analisis varians bisa
berupa uji hipotesis maupun pendugaan. ANOVA merupakan suatu teknik analisis
multivariaste berfungsi untuk membedakan rata-rata pada lebih dari dua kelompok
data dengan membandingkan variansinya. Analisis varian termasuk kategori
statistik parametrik. Sebagai alat statistika parametrik, maka untuk menggunakan
rumus ANOVA harus terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berupa normalitas,
heterokedastisitas dan random sampling (Ghozali, 2009).

17

Anda mungkin juga menyukai